Anda di halaman 1dari 5

=28,3882m/s

 Qteoritis = V × A
=28,3882m/s× 0,00119 m2= 0,0339 m3/s

Grafik Q alat vs Putaran Valve pada Pitot Tube


0.0018
0.0016
0.0014
Laju Alir mm3/s

0.0012
0.001
0.0008
0.0006
0.0004
0.0002
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Putaran Valve Terbuka

Grafik Q teoritis vs Putaran Valve pada Pitot


Tube
0.04
0.035
Laju alir mm3/s

0.03
0.025
0.02
0.015
0.01
0.005
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Putaran Valve Terbuka

2. Orifice Meter

 Pengukuran Luas Alas


D1 = 39 mm = 0,039 m
D2 = 22 mm = 0,022 m
1
A =  d2
4
1
= . 3,14 . (0,039 m)2
4
= 0,00119 m2
 Bukaan 5% (1,2 putaran)
Grafik Q alat vs Puratan Valve pada Orrifice
Meter
0.0025

0.002
Laju Alir mm3/s

0.0015

0.001

0.0005

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Putaran Valve Terbuka

Grafik Q teoritis vs Putaran Valve pada Orrifice


Meter
0.0126
0.0125
Laju Alir mm3/s

0.0124
0.0123
0.0122
0.0121
0.012
0.0119
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Putaran Valve Terbuka

3. Ventury Meter
 Pengukuran Luas Alas
D1 = 39 mm = 0,039 m
D2 = 18 mm = 0,018 m
1
A =  d2
4
1
= . 3,14 . (0,039 m)2
4
= 0,00119 m2
 Bukaan 5% (1,2 putaran)
h1 = 184 cm = 1,84 m
h2 = 253 cm = 2,53 m
𝑘𝑔⁄
0,98 2 × (447124 )
𝑚𝑠 2 1/2
= 0,018 m 4 1/2 [ 𝑘𝑔 ]
[1( ) ] 998 ⁄ 3
0,039 m 𝑚
0,98
=( )(29,9339)m/s
0,97705

= 30,0244m/s
𝐷2 2
 V1 =( ) v2
𝐷1 2

0,0182
=( ) × 30,0244m/s
0,0392

= 6,395720632m/s
 V = V2 V1 = 30,0244 6,395720632 = 23,62863456 m/s
 Qteoritis = V × A= 23,62863456 m/s × 0,00119 m2 = 0,02821m3/s

Grafik Q alat vs Putaran Valve pada Venturi


Meter
0.0025
Laju Alir mm3/s

0.002

0.0015

0.001

0.0005

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Putaran Valve Terbuka

Grafik Q teoritis vs Putaran Valve pada Venturi


Meter
0.03

0.025
Laju Alir mm3/s

0.02

0.015

0.01

0.005

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Putaran Valve Terbuka
IX. Pembahasan

Pada praktikum kali ini dilakukan pengukuran aliran fluida menggunakan alat ukur
kecepatan alir fluida yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh bukaan valve terhadap
laju alir (Q), mengetahui perbedaan Q alat dan Q perhitungan (teoritis) pada masing-
masing alat dan mengetahui alat mana yang lebih efisien dalam penggunaannya.

Pada percobaan ini digunakan tiga macam alat ukur kecepatan alir fluida, yaitu pitot
tube, orrifice-meter, dan ventury-meter dengan variabel bukaan valve dari pipa yaitu
sebesar 5% (1,2 putaran), 10% (2,4 putaran), dan 15% (3,6 putaran) dari bukaan valve
penuh 100% yang membutuhkan 24 putaran valve.

Pada percobaan pertama menggunakan pitot tube diperoleh data pada bukaan valve
5% (1,2 putaran) nilai Q alat sebesar 0,00104 m3/s, bukaan valve 10% (2,4 putaran)
sebesar 0,00152 m3/s, dan bukaan valve 15% (3,6 putaran) sebesar 0,00155 m3/s.
Sedangkan nilai Q hasil perhitungan didapatkan nilai Q pada bukaan valve 5% sebesar
0,02497 m3/s dengan nilai V = 20,9156 m/s, bukaan valve 10% sebesar 0,0294 m3/s
dengan nilai V = 24,6216 m/s, dan bukaan valve 15% sebesar 0,0339 m3/s dengan nilai
V = 28,3882 m/s. Dari percobaan ini dapat dibandingkan nilai Q alat dan Q perhitungan.
Pada bukaan valve 5% terdapat selisih sebesar 0,02394 m3/s, bukaan valve 10% selisih
0,02788 m3/s, dan bukaan valve 15% selisih 0,03235 m3/s.

Pada percobaan kedua menggunakan orrifice-meter diperoleh data pada bukaan valve
5% nilai Q alat sebesar 0,00104 m3/s, bukaan valve 10% sebesar 0,00153 m3/s, dan
bukaan valve 15% sebesar 0,00202 m3/s. Sedangkan nilai Q hasil perhitungan, yaitu pada
bukaan valve 5% sebesar 0,01197 m3/s dengan nilai V = 10,0232201 m/s, bukaan valve
10% sebesar 0,01239 m3/s dengan nilai V = 10,3748605 m/s, dan bukaan valve 15%
sebesar 0,0125 m3/s dengan nilai V = 10,4731608 m/s. Selisih pada masing-masing
bukaan yaitu bukaan valve 5% sebesar 0,01093 m3/s, bukaan valve 10% sebesar 0,01086
m3/s, dan bukaan valve 15% sebesar 0,01049 m3/s.

Pada percobaan ketiga menggunakan ventury-meter diperoleh data pada bukaan valve
5% nilai Q alat sebesar 0,00105 m3/s, bukaan valve 10% sebesar 0,00153 m3/s, dan
bukaan valve 15% sebesar 0,00202 m3/s. Sedangkan nilai Q hasil perhitungan, yaitu pada
bukaan valve 5% sebesar 0,01822 m3/s dengan nilai V = 15,26196164m/s, bukaan valve
10% sebesar 0,0234 m3/s dengan nilai V = 19,59729849m/s, dan bukaan valve 15%
sebesar 0,02821 m3/s dengan nilai V = 23,62863456 m/s. Selisih pada masing-masing
bukaan yaitu bukaan valve 5% sebesar 0,01718 m3/s, bukaan valve 10% sebesar 0,02187
m3/s, dan bukaan valve 15% sebesar 0,0262 m3/s.

Dari grafik ketiga alat diatas dapat diketahui bahwa nilai efisiensi alat ukur kecepatan
fluida yang paling baik menurut percobaan adalah pipa jenis orrifice-meter yang kedua
ventury-meter dan yang terakhir pitot tube. Hal ini dikarenakan orifice-meter memiliki
selisih ketinggian nilai Q perhitungan dengan Q alat (∆Q) yang lebih kecil dibandingkan
dengan venturi-meter dan pitot tube. Berikut urutan efisiensi dari ketiga alat, yaitu
Orrifice meter >Ventury meter > Pitot Tube.

Berdasarkan teori dijelaskan untuk melihat tingkat efisiensi alat dapat dilihat dari nilai
koefisiennya yang mendekati nilai satu. Berikut urutan efisiensi alat berdasarkan nilai
koefisiennya, yaitu pitot tube dengan Cp = 0,98 ; venturi-meter dengan Cv = 0,98 ; dan
yang terakhir orrifice-meter dengan Co = 0,61. Perbedaan antara percobaan dengan teori
disebabkan karena pembacaan manometer yang kurang akurat. Selain itu perbedaan laju
alir yang terbaca pada alat dan pada perhitungan dapat disebabkan antara lain perolehan
data diameter pipa, ketinggian manometer, tekanan atmosfer, densitas air dan cairan di
dalam manometer (air raksa), dan gravitasi yang bisa saja salah dalam mendapatkan
datanya.

Dari hasil percobaan dapat diketahui bahwa semakin besar bukaan, semakin besar laju
alirnya. Dan semakin besar laju alirnya maka makin besar pula kecepatan alir (V) yang
dihasilkan. Hal ini sudah sesuai dengan rumus V= QxA. Nilai laju alir antara percobaan
dan perhitungan terdapat perbedaan selisih (∆Q). Hal ini dikarenakan adanya perbedaan
tekanan yang digunakan. Pada percobaan tekanan yang digunakan tidak 1 atm,
sedangkan pada perhitungan/teoritis tekanan yang digunakan adalah 1 atm. Adanya
perbedaan-perbedaan tersebut bisa juga disebabkan oleh faktor dari alat ukur yang sudah
tidak efektif lagi atau sudah lama (tua), sehingga data yang diperoleh pada percobaan
tidak dapat dipakai sebagai acuan.

Anda mungkin juga menyukai