Puji syukur kami panjatkan atas limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehinngga
LAPORAN PBL dari kelompok 12 ini dapat terselesaikan dengan baik. Dan tak lupa kami
kirimkan salam dan shalawat kepada Nabi junjungan kita yakni Nabi Muhammad SAW. yang
telah membawa kita dari alam yang penuh kebodohan ke alam yang penuh kepintaran.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada setiap pihak yang telah membantu dalam
pembuatan laporan ini yang telah membantu selama masa TUTORIAL khususnya kepada dr.
yang telah banyak membantu selama proses PBL berlangsung. Dan kami juga mengucapkan
permohonan maaf kepada setiap pihak jika dalam proses PBL telah berbuat salah baik
disengaja maupun tidak disengaja.
Semoga laporan hasil LAPORAN PBL ini dapat bermanfaat bagi setiap pihak yang
telah membaca laporan ini dan khususnya bagi tim penyusun sendiri. Diharapkan setelah
membaca laporan ini dapat memperluas pengetahuan mengenai skenario ini.
2
1. TENTUKAN KATA KUNCI
- Wanita 50 tahun
- Gatal-gatal di badan, di bawah lipatan payudara, dan sekitar pantat semenjak 1
bulan lalu
- Awal bercak sedikit kemerahan
a) Stratum korneum (lapisan tanduk) adalah lapisan kulit yang paling luar dan
terdiri atas beberapa lapis sel sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan
protoplasmanya elah berubah menjadi keratin (zat tanduk).
b) Stratum lucidum terdapat langsung di bawah lapisan korneum, merupakan
lapisan sel – sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi
protein yang disebut eleidin. Lapisan tersebut tampak lebih jelas di telapak
tangan dan kaki.
c) Stratum granulosum (lapisan keratohialin) merupakan 2 atau 3 lapis sel sel
gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti di antaranya. Butir
butir kasar ini terdiri atas keratohialin, mukosa biasanya tidak mempunyai
lapisan ini. Stratum granulosum tampak jelas pada telapak tangan dan kaki.
d) Startum spinosum (stratum malphigi) atau disebut pula prickle cell layer
(lapisan akanta) terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk polygonal yang
besarnya berbeda beda karena adanya proses mitosis. Protoplasmanya jernih
karena banyak mengandung glikogen, dan inti terletak di tengah tengah. Sel
sel ini makin dekat permukaan making gepeng bentuknya. Diantara sel sel
spinosum terdapat jembatan jembatan antar sel (intercellular bridges) yang
4
terdiri atas protoplasma dan tonofibrin atau keratin. Perlekatan antar jembatan
ini membentuk penebalan bulat kecil yang disebut nodulus bizzozero. Di
antara sel spinosum terdapat pula sel Langerhans.
e) Stratum basale terdiri atas sl sel berbentuk kubus (kolumnar) yang tersusun
vertical pada perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar (palisade).
Sel sel basal ini mengadakan mitosis dan berfungsi reproduksi. Terdiri dari
dua sel yaitu :
I. Sel sel berbentuk kolumnar dengan protoplasma basofilik inti lonjong
dan besar.
II. Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell merupakan sel sel
berwarna muda dengan sitoplasma basofilik dan inti gelap, dan
mnegandung butir pigmen.
2. LAPISAN DERMIS adalah lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal
daripada epidermas. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastic dan fibrosa padat
dengan elemen elemen selular dan folikel rambut. Lapisan dermis dibagi
menjadi dua :
a. Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut
saraf dan pembuluh darah
b. Pars retikulare, yaitu bagian yang menonjol kea rah subkutan, bagian ini
terdiri atas serabut serabut penunjang misalnya, serabut kolagen, elastin dan
retikulin.
3. LAPISAN SUBKUTIS adalah kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat
longgar berisi sel sel lemak di dalamnya. Sel sel lemak merupakan sel bulat,
besar dengan inti terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Sel
sel lemak ini disebut panikulus adiposa, berfungsi sebagai cadangan makanan.
5
Vaskularisasi di kulit di atur oleh 2 pleksus yaitu pleksus yang terletak di
bagian atas dermis (pleksus superfisialis) dan yang terletak di subkutis
(pleksus profunda)
Adneksa kulit
1. Kelenjar kulit
a. Kelenjar keringat (glandula sudorifera).
Ada dua macam kelenjar keringat yaitu kelenjar ekrin yang kecil,
terletak dangkal di dermis dengan secret encer dan kelenjar apokrin
yang lebih besar, terletk lebih dalam dan sekretnya lebih kental
b. Kelenjar palit (glandula sebassea)
Terletak di seluruh permukaan kulit manusia kecuali telapak tangan
dan kaki. Disebut kelenjar palit atau juga kelenjar holokrin karena
tidak berlumen dan secret kelenjar ini berasal dari dekomposisi sel sel
kelenjar. Biasanya terdapat di samping kar rambut dan muaranya
terdapat pada lumen akar rambut.
c. Kuku
Bagian terminal lapisan tanduk yang menebal. Bagian kuku yang
terbenam dalam kulit jari disebut akar kuku (nail root), bagian yang
terbuka di atas dasar jaringan lunak kulit pada ujung jari tersebut
badan kuku (nail plate), dan yang paling ujung adalah bagian kuku
yang bebas.
d. Rambut
Rambut terdiri atas bagian yang terbenam dalam kulit (akar rambut)
dan bagian yang berada di luar kulit (batag rambut). Ada 2 macam
tipe rambut, yaitu lanugo yang merupakan rambut halus, tidak
mngandung pigmen dan terdapat pada bayi, dan rambut terminal
yaitu rambut yang lebih kasar dengan banyak pigmen, mempunyai
medulla dan terdapat pada orang dewasa.
Fisiologi kulit
1. Fungi proteksi, kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan
fisis atau mekanis, misalnya tekanan, gesekan, tarikan; gangguan
kimiawi, misalnya zat zat kimia tertentuyang bersifat iritan, sontohnya;
lisol, karbol, asam dan alkali kuat; gangguan yang bersifat panas;
6
misalnya radiasi, sengatan sinar UV; gangguan infeksi luar. Hal tersebut
dimungkinkan karena adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit dan
serabut serabut jaringan penunjang yang berperan sebagai pelindung
terhadapt gangguan fisis
2. Fungsi aborpsi, kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan
benda padat. Tetapi, cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap.
Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi,
kelembapan, metabolism, dan jenih vehikulum
3. Fungsi eksresi, kelenjar kulit mengeluarkan zat zat yang tidak berguna
lagi atau sisa metabolism dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan
ammonia.
4. Fungsi persepsi, kulit mengandung ujung ujung saraf sensorik di dermis
dan subkutis. Reseptor untuk rangsang panas adalah badan ruffini di
dermis dan subkutis, untuk rangang dingi adalah badan Krause di
dermis. Untuk rangsang rabaan oleh badan taktil Meissner di papilla
dermis, dan badan merkel ranvier pada dermis, sedangkan terhadap
rangsang tekanan oleh badan paccini di epidermis.
5. Fungsi pengaturan suhu tubuh (termorgulasi), kulit melakukan peranan
dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan pembuluh darah
kulit
6. Fungsi pembentukan pigmen, yang dilakukan oleh sel melanosit yang
terletak di lapisan basale dan sel ini berasala dari rigi saraf.
7. Fungsi keratiisasi.
8. Fungsi pembentukan vit. D, dimungkinkan denganmmengubah 7,
dihidrosi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari menajdi vitamin
D.
Referensi :
djuanda, Prof.Dr. dr. Adhi, dkk. 2011. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Jakarta :
badan penerbit FKUI. Hal 3 – 8.
7
2. Bagaimana patomekanisme gejala pada skenario?
Pada kulit, terdapat ujung saraf bebas yang merupakan reseptor nyeri
(nosiseptor). Ujung saraf bebasnya bisa mencapai bagian bawah epidermis. Ujung
saraf bebas terbagi menjadi dua jenis serabut saraf. Serabut saraf A bermielin yang
merupakan nosiseptor dan serabut saraf C tidak bermielin. Serabut saraf C terdiri
dari 80% mekanosensitif yang merupakan polimodal nosiseptor dan 20%
mekanoinsensitif. Polimodal nosiseptor merupakan serabut saraf yang merespon
terhadap semua jenis stimulus mekanik dan kimiawi. Sedangkan mekanoinsensitif
tidak merespon terhadap stimulus mekanik, namun memberi respon terhadap
stimulus kimiawi. Sekitar 5% dari mekanoinsensitif ini merupakan pruritoseptor
yaitu reseptor yang menimbulkan rasa gatal, terutama dipengaruhi oleh histamine.
Referensi: http://digilib.unimus.ac.id
d. Candidiasis n. Scabies
e. Eritrasma o. Fotosensitivitas
f. Psoriasis p. Varicella
j. Miliaria t. Candidiasis
u. Eritrasma
Tinea Cruris : Tinea kruris yang sering disebut “jock itch” merupakan infeksi
jamur superfisial yang mengenai kulit pada daerah lipat paha, genital, sekitar
anus dan daerah perineum.
Tinea Corporis : Tinea korporis merupakan dermatofitosis yang mengenai
kulit tidak berambut (glabrosa), telapak tangan, telapak kaki, dan sela paha.
Candidiasis : Candidiasis adalah penyakit jamur, yang bersifat akut atau
subakut disebabkan oleh spesies Candida, biasanya oleh spesies Candida
albicans.
Eritrasma : penyakit bakteri kronik pada stratum korneum yang disebabkan
oleh satu grup bakteri coryneform aerob, yang dikenal dengan nama
Corynebacterium minutissimum.
10
Ref:
Anamnesis :
1. Anamnesis mencakup
2. Identifikasi penderita,
3. Keluhan utama dan perjalanan penyakit. Yang perlu ditanyakan pada keluhan
utama ialah keluhan yangmendorong penderita meminta pertolongan medis.
Perjalanan penyakit mencakup: sejak kapan mulai sakit (berapa hari,
minggu, bulan), bagaimana dan berupa kelainan apa pada awalnya (merah-
merah, bintik-bintik, di mana kelainan pertama kali timbul (kaki, kepala,
wajah, anggota gerak) apakah menjalar/tidak, atau hilang timbul apakah gatal,
sakit, atau bagaimana, apakah keluar kering yang digunakan bagaimana
pengaruh obat tersebut apakah penyakit membaik, memburuk atau menelap
4. Mengenai keluarga harus ditanyakan: sosio-ekonomi keluarga, jumlah anggota
keluarga, cara hidup, dan penyakit dalam keluarga atau pekerjaan,
5. Penyakit berkaitan dengan suatu misalnya suatu luka-luka benda tertentu,
hubungan dengan musim atau akibat faktor dalam lingkungan.
Pemeriksaan Fisik
a. Makula adalah efloresensi primer yang hanya berupa perubahan warna kulit
tanpa perubahan bentuk, seperti pada tinea versikolor, morbus Hansen
b. Eritema adalah makula yang berwarna merah, seperti pada detinatitis, lupus
eritematosus, tegas,
c. Papula adalah penonjolan padat di atas permukaan kali, berbalas berukuran
kurang
d. Nodula sama seperti papula tetapi diameternya lebih besar dari papul misalnya
pada prurigo nodularis.
e. Vesikula adalah gelembung yang berisi cairan serosa dengan diameter kurang
dari 1 cm, misalnya pada varisela, herpes zoster.
f. Bula adalah vesikel dengan diameter lebih besar dari lam, misal pada
pemiigus, bakar. Jika vesikel/bula berisi darah disebut vesikel/bula bula berisi
nanah disebut buta purulen.
g. Pustula adalah vesikel berisi nanah, seperti pada variola, varisela, psoriasis
pustulosa.
h. Urtika adalah penonjolan di atas permukaan kulit akibat edema setempat dan
dapat hilang perlahan-lahan, misalnya pada dermatitis medikamentosa, dan
gigitan serangga.
i. Tumor adalah penonjolan di atas permukaan kulit berdasarkan pertumbuhan
sel maupun jaringan tubuh.
j. Kista adalah penonjolan di atas permukaan kulit berupa kantong yang berisi
cairan serosa atau padat atau setengah padat, seperti pada kista epidermoid
Ruam kulit sekunder:
a. Skuama adalah pelepasan lapisan tanduk dari permukaan kulit. Dapat berupa
sisik halus (TV), sedang (dernkatitis) atau kasar Skuama dapat berwarna putih
(psoriasis), coklat (TV), atau seperti sisik ikan (iktiosis). tis adalah onggokan
cairan darah, kotoran, nanah, dan obat yang sudah mengering di atas
permukaan kulit, misalnya pada impetigo dermatis kontak.
b. Krusta berwarna hitam (pada jaringan nekrosis), merah (asal darah) atau coklat
12
(asal darah, nanah, serum)
c. Erosi adalah kerusakan kulit sampai stratum spine Kulit tampak menjadi
merah dan keluar cairan serosa, misalnya pada dermatitis kontak.
d. Ekskoriasi adalah kulit tampak merah disertai bintik-bintik kulit kontak dan
ektima perdarahan. Ditemukan pada dermatitis Ulkus adalah kerusakan kulit
(epidermis dan dermis) yang memiliki dasar. dinding, tepi dan isi. Misal, ulkus
tropikum, ulkus durum.
Sifat-sifat efloresensi
Pemeriksaan Penunjang
13
3. Pemeriksaan sekret/bahan-bahan dari kulit dengan pewarnaan khusus, seperti
Gram (untuk bakteri), Ziehl Nielsen untuk basil tahan asam, gentian violet
untuk virus, mikroskop lapangan gelap untuk spiroketa, pemeriksaan cairan
gelembung (untuk menghitung eosinofil dan pemeriksaan sel Tzanck.
4. Pemeriksaan serologik untuk sifilis, frambusia.
5. Pemeriksaan dengan sinar Wood terhadap infeksi jamur kulit,
6. Pemeriksaan terhadap alergi: uji gores, tetes, tempel, tusuk, dan uji suntik
7. Pemeriksaan histopatologi
Referensi : Cara Menegakkan Diagnosis Penyakit Kulit. Book publisher. Eprints.
Universitas Diponegoro. Surabaya
A.TINEA CORPORIS
DEFINISI
Tinea korporis adalah dermatofitosis pada kulit yang tidak berambut (glabrous
skin) kecuali telapak tangan, telapak kaki, dan lipat paha (Verma dan
Heffernan,2008). Dermatofitosis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh jamur
dermatofita yaitu Epidermophyton, Mycrosporum dan Trycophyton. Terdapat lebih
dari 40 spesies dermatofita yang berbeda, yang menginfeksi kulit dan salah satu
penyakit yang disebabkan jamur golongan dermatofita adalah tinea korporis
(Verma dan Heffernan,2008).
Etiologi
Dermatofitosis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh jamur dermatofita yaitu
Epidermophyton, Mycrosporum dan Trycophyton. Terdapat lebih dari 40 spesies
dermatofita yang berbeda, yang menginfeksi kulit dan salah satu penyakit yang
disebabkan jamur golongan dermatofita adalah tinea korporis (Verma dan
Heffernan,2008).
Epidemiologi
14
Prevalensi infeksi jamur superfisial di seluruh dunia diperkirakan menyerang 20-
25% populasi dunia dan merupakan salah satu bentuk infeksi kulit tersering
(Rezvani dan Sefidgar,2010). Penyakit ini tersebar di seluruh dunia yang dapat
menyerang semua ras dan kelompok umur sehingga infeksi jamur superfisial ini
relatif sering terkena pada negara tropis (iklim panas dan kelembaban yang tinggi)
dan sering terjadi eksaserbasi (Havlickova et al,2008).
Patogenesis
Elemen kecil dari jamur disebut hifa, berupa benang-benang filament terdiri
dari sel-sel yang mempunyai dinding. Dinding sel jamur merupakan karakteristik
utama yang membedakan jamur, karena banyak mengandung substrat nitrogen
disebut dengan chitin. Struktur bagian dalam (organela) terdiri dari nukleus,
mitokondria, ribosom, retikulum endoplasma, lisosom, apparatus golgi dan sentriol
dengan fungsi dan peranannya masing-masing. Benang-benang hifa bila bercabang
dan membentuk anyaman disebut miselium (Ryan,2004).
15
(gabungan dari dua hifa) dan spora aseksual (dibentuk oleh hifa tanpa
penggabungan) (Hay dan Moore,2004).
16
jamur. Kedua mekanisme ini dicetuskan oleh adanya kontak antara limfosit dengan
antigen (Cholis,2001).
Gambaran Klinis
Gambaran klinis dimulai dengan lesi bulat atau lonjong berbatas tegas,
bercak-bercak bisa melebar dan akhirnya memberi gambaran yang
polisiklik,arsinar,dan sirsinar. Pada bagian pinggir ditemukan lesi yang aktif yang
ditandai dengan eritema, adanya papul atau vesikel, sedangkan pada bagian tengah
lesi relatif lebih tenang. Kadang-kadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan.
Kelainan kulit dapat pula terlihat sebagai lesi-lesi dengan pinggir polisiklik, karena
beberapa lesi kulit yang menjadi satu.
Pada Tinea korporis yang menahun, tanda- tanda radang menjadi hilang dan
selanjutnya hanya meninggalkan daerah hiperpigmentasi saja (Verma dan
Heffernan,2008). Gejala subyektif yaitu gatal, dan terutama jika berkeringat dan
kadang-kadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan.
Tinea korporis biasanya terjadi setelah kontak dengan individu atau dengan
binatang piaraan yang terinfeksi, tetapi kadang terjadi karena kontak dengan
mamalia liar atau tanah yang terkontaminasi. Penyebaran juga mungkin terjadi
melalui benda misalnya pakaian, perabot dan sebagainya. Kelaiana ini dapat terjadi
pada tiap bagian tubuh dan bersama-sama dengan kelainan pada sela paha. Dalam
hal ini disebut Tinea corporis et cruris atau sebaliknya.
Pemeriksaan Laboratorium
17
Selain dari gejala khas tinea korporis, diagnosis harus dibantu dengan
pemeriksaan laboratorium antara lain pemeriksaan mikroskopis, kultur,
pemeriksaan lampu wood, biopsi dan histopatologi, pemeriksaan serologi, dan
pemeriksaan dengan menggunakan PCR (Hay dan Moore,2004).
Kultur dilakukan dalam media agar sabaroud pada suhu kamar (25-300C),
kemudian satu minggu dilihat dan dinilai apakah ada pertumbuhan jamur. Spesies
jamur dapat ditentukan melalui bentuk koloni, bentuk hifa dan bentuk spora (Hay
dan Moore,2004).
Diagnosa Banding
Ada beberapa diagnosis banding tinea korporis, antara lain eritema anulare
sentrifugum, eksema numular, granuloma anulare, psoriasis, dermatitis seboroik,
pitiriasis rosea, liken planus dan dermatitis kontak (Verma dan Heffernan,2008).
Diagnosa
18
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan
laboratorium yaitu mikroskopis langsung dan kultur (Verma dan Heffernan,2008).
Pengobatan
Non Medikamentosa
Medikamentosa
19
Pengobatan tinea korporis terdiri dari pengobatan lokal dan pengobatan sistemik.
Pada tinea korporis dengan lesi terbatas,cukup diberikan obat topikal. Lama
pengobatan bervariasi antara 1-4 minggu bergantung jenis obat. Obat oral atau
kombinasi obat oral dan topikal diperlukan pada lesi yang luas atau kronik
rekurens. Anti jamur topikal yang dapat diberikan yaitu derivate imidazole,
toksiklat, haloprogin dan tolnaftat. Pengobatan lokal infeksi jamur pada lesi yang
meradang disertai vesikel dan eksudat terlebih dahulu dilakukan dengan kompres
basah secara terbuka (Vermam dan Heffernan,2008).
Pada keadaan inflamasi menonjol dan rasa gatal berat, kombinasi antijamur dengan
kortikosteroid jangka pendek akan mempercepat perbaikan klinis dan mengurangi
keluhan pasien (Verma dan Heffernan,2008).
1. Pengobatan Topikal
2. Pengobatan Sistemik
Menurut Verma dan Heffernan (2008), pengobatan sistemik yang dapat diberikan
pada tinea korporis adalah:
Griseofulvin
Griseofulvin merupakan obat sistemik pilihan pertama. Dosis untuk anak-anak
15-20 mg/kgBB/hari, sedangkan dewasa 500-1000 mg/hari
Ketokonazol
Ketokonazol digunakan untuk mengobati tinea korporis yang resisten terhadap
20
griseofulvin atau terapi topikal. Dosisnya adalah 200 mg/hari selama 3
minggu.
Obat-obat yang relative baru seperti itrakonazol serta terbinafin dikatakan
cukuo memuaskan untuk pengobatan tinea korporis.
Pengetahuan
Menurut Notoadmojo (2010), pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia terhadap
objek melalui indra yang dimilikinya.Yang sekadar menjawab pertanyaan “what”,
misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya. Pengetahuan hanya dapat
menjawab pertanyaan apa sesuatu itu.
1. Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
2. Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek tersebut, tidak
sekadar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat
menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud
dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut
pada situasi yang lain.
4. Analisis (analysis)
21
tersebut telah membedakan atau memisahkan, mengelompokkan, membuat
diagram terhadap pengetahuan atas objek tersebut.
5. Sintesis (synthesis)
6. Evaluasi (evaluation)
B.KANDIDIASIS
Pengertian
Kandidiasis adalah penyakit jamur, yang bersifat akut atau subakut
disebabkan oleh spesies Candidia, biasanya oleh spesies Candidia albicans dan
dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki, atau paru, kadang kadang dapat
menyebabkan septicemia, endocarditis, atau meningitis. Kandidiasis memiliki
sinonim yaitu kandidiosis, maniliasis.
Epidemiologi
Penyakit ini terdapat di seluruh dunia, dapat menyerang semua umur, baik
laki laki maupun perempuan. Jamur penyebab terdapat pada orang sehat sebaga
saprofit. Gambaran klinisnya bermacam macam sehingga tidak diketahui data data
penyebarannya dengan tepat.
Etiologi
Penyebab kandidosis ialah Candida yaitu khamir yang sering di temukan
pada manusia dan binatang sebagai saprofit. Pada manusia, spesies yang sering
22
ditemukan adalah Candida albicans, Candida tropicalis, Candida krusei, Candida
parapsilosis, Candida guiliermondii, Candida dubliniensis. Penyebab terbanyak
kasus kandidosis adalah Candida albicans.
A. Factor predisposisi
1. Factor endogen :
I. Perubahan fisiologi
Kehamilan, karena perubahan pH dalam vagina
Kegemukan, karena banyak keringat
Debilitas
Latrogeik
Endokrinopati, gangguan gula darah kulit
Penyakit kronik, tuberculosis, lupus eritematosus dengan keadaan
umum yang buruk.
II. Umur : orang tua dan bayi lebih mudah terkena infeksi karena status
imunologiknya tidak sempurna
III. Imunologik : penyakit genetic
2. Factor eksogen
I. Iklim, panas, dan kelembapan menyebabkan perspirasi meningkat
II. Kebersihan kulit
III. Kebiasaan berendam kaki dalam air yang terlalu lama menimbulkan
meserasi dan memudahkan masuknya jamur.
IV. Kontak dengan penderita, misalnya pada trush dan balanoposilitis
Pathogenesis
1. Kandidosis kulit
Kelainan terutama ditemukan pada daerah yang lembab dan hangat.
Disintegrasi jaringan pada tempat tersebut menyebabkan turunnya imunitas
local yang menyebabkan kandidosis akut.
2. Kandidosis kuku
Biasanya terjadi pada orang denan kelainan kongenital seperti
kandidosis mukokutaneus kronik, orang yang sering berhubungan dengan air
dan pasien diabetes mellitus.
23
3. Kandidosis selaput lendir
Kandidosis mukosa dapat mengenai mukosa vagina, orofaring,
esophagus, dan kadang kadang mukosa intestinal.
Kandidosis oropharing (KOF) banyak ditemukan pada bayi, orang lanjut
usia dan individu imunokompromis yang memiliki penyakit utama yang
serius. KOF juga kerap terjadi pada penderita HIV?AIDS
Kandidosis saluran cerna merupakan keadaan yang jarang di temukan,
baik pada individu imunokompeten maupun imunokompromise seperti AIDS,
keganasan hematologic maupun kondisi buru yang disebabkan oleh penyakit
sistemik lain.
Kondidosis vagina dimungkinkan karena perubahan pada lingkungan
mikro dan imunitas local vagia
Gejala Klinis
1. Kandidosis Kulit
Sering terjadi pada sela jari kaki/tangan, inguinl, perineum, bawh payudara
dan ketiak. Kandidosis pada sela jari dikenal sebagai “penyakit kutu air” ata
“rangen”
Kandidosis akut dimulai dengan gambaran lesi vesikopustular yang dapat
meluas. Biasanya terjadi meserasi dan eritem, dengan dasar merah dan
membrane berwarna putih. Sering ditemukan lesi satelit dsekitarnya. Gejala
utama ialah gatal dan rasa sakit bila terjadi meserasi.
2. Kandidosis Kuku
Kelainan yang sering terjadi adalah paronikia dan gejala yang penting adalah
kemerahan di sekitar kuku dan bawah kuku yang disertai nyeri.
Kuku yang terkena dapat berubah warna, menjadi seperti susu dan warna lain,
rapuh dan menebal.
3. Kandidosis selaput lendir
Pada bayi sering ditemukan sebagai bercak putih seperti sisa susu di bibir,
lidah atau selaput lender mulut.
Kandidosis orofaring (KOF) pada penderita AIDS sering berbentuk pseudo
membrane, eritematu, dan keilitis angularis (perleche). Pada kandidosis
saluran cerna, gejala yang ditemukn menyerupai gejala ringan mirip gastritis
seperti kembung sampai diare.
24
Pada perempuan, kandidosis vagina sering menimbulkan vaginitis dengan
gejala utama flour alus/keputihan yang sering disertai rasa gatal pada vulva.
Flour yang dihasilkan dapat encer sapai kental. Gejala lain yang ditemukan
adalah nyeri, rasa panas, dyspareunia, dan dysuria. Gejala biasanya bertambah
seminggu sebelum dating haid dan berkurang setelah haid.
Diagnosis :
1. Pemeriksaan langsung
Kerokan kulit atau usapan mukokutan diperiksa dengan larutan KOH 10% atau
dengan pewarnaan gram, terlihat sel ragi, blastospora atau hifa semu.
2. Pemeriksaan iakan.
Bahan yang diperiksa ditanam dalam agar dekstrosa sbouraud, dapat pula agar
pula agar ini dibubuhi antibiotic (kloramfenikol) untuk mencegah
pertumbuhan bakteri.
Pengobatan
1. Menghindari atau menghilangkan factor predisposisi.
2. Topical:
Larutan ungu gentian 1-2% untuk kulit, ½ - 1% untuk selaput lender,
dioleskan 2 kali selama 3 hari
Nistatin : berupa krim, salap, emulsi
Amfoterisin B
Mikonazol 2% : krim atau bedak
Klotrimazol 1% : bedak, larutan, atau krim
Tiokonazol, bufanazol, isokonazol
Siklopiroksolamin 1% : larutan, krim
Antimikotik spektrum luas yang lain
3. Sistemik :
Tablet nystatin = menghilangkan infeksi lokal dalam salura cerna, obat ini
tidak diserap dalam usus
Afoterisin B = intravena untuk kandidiasis sistemik
25
Untuk kandidosis vaginalis = kotrimazol 500 mg/vaginam dosis tunggal
Itrakonazol 2 x 200 mg dosis tunggal
Prognosis
Umumnya baik, bergantung pada berat ringgannya faktor predisposisi
C. ERITRASMA
DEFINISI
Eritrasma adalah salah satu penyakit bakteri yang lebih dari 100 tahun dianggap
sebagai penyakit jamur. Burchard melukiskan penyakit ini sebagai penyakit kulit
yang disebabkan oleh Actynomycetes, Nocardia minitussima berdasarkan
gambaran klinis dan pemeriksaan sediaan langsung, ditemukan struktur seperti hifa
halus pada tahun 1859. Sarkani, dkk (1962) menemukan Corynebacterium sebagai
etiologi penyakit eritrasma berdasarkan penelitian biakan.
ETIOLOGI
Eritrasma adalah salah satu penyakit bakteri yang selama lebih dari 100 tahun
lamanya dianggap sebagai penyakit jamur. Burchard melukiskan penyakit ini
sebagai penyakit kulit yang disebabkan oleh Actinomycetes, Nocardia minitussima
berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan sediaan langsung dengan ditemukan
susunan struktur semacam hifa halus.
Klinis infeksi dapat terjadi pada usia berapa pun tetapi lebih umum di antara
orang dewasa daripada anak-anak. Di lembaga-lembaga, kejadian dapat meningkat
terus seiring dengan pertambahan usia. Normal, insidens di sela-sela jari kaki
adalah 30%, pada daerah inguinal 18% dan daerah ketiak 4%.
26
terlihat di daerah tropik. Dalam sebuah penelitian di daerah beriklim sedang, 20
persen dari subyek yang dipilih secara acak ditemukan mengalami erythrasma dari
pemeriksaan lampu Wood. Erythrasma lebih sering terjadi pada laki-laki dan dapat
terjadi dalam bentuk tanpa gejala di daerah genitokrural.
PATOGENESIS
GEJALA KLINIS
27
sebesar miliar sampai plakat, dapat berupa maserasi, erosi, atau pecah-pecah,
Sering simetris, Lesi eritroskuamosa dengan berskuama halus dan kadang-kadang
dapat terlihat merah kecoklatan, pasca inflamasi hiperpigmentasi di individu lebih
berat melaniz. Variasi ini rupanya bergantung pada area lesi dan warna kulit
penderita.
Penyakit ini terutama menyerang pria dewasa dan dianggap tidak begitu
menular, eritrasma tidak menimbulkan keluhan obyektif, kecuali bila terjadi
ekzematisai oleh karena penderita bekeringat banyak atau terjadi maserasi pada
kulit.
DIAGNOSIS
28
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIS
Pada pemerikaan fisis tampak lesi berbentuk tidak teratur dan berbatas
tegas, diawali dengan kemerahan, tapi kemudian menjadi coklat. Lesi yang baru
teraba halus, tapi lesi yang lama cenderung mengerut atau bersisik. Bentuk
umumnya, berbatas tegas, plak merah kecoklatan mungkin mencakup wilayah
yang luas di daerah dada dan tungkai. Kebanyakan lesi tidak memiliki gejala
khusus, tetapi di daerah tropis, iritasi lesi pada daerah inguinal dapat menyebabkan
pasien menggaruk dan terjadi penebalan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
29
Eritrasma pada pemeriksaan lampu Wood
Kerokan kulit yang terkena akan menunjukkan adanya bakteri dan filamen
halus jika diwarnai dengan pewarnaan Gram, Giemsa atau bahkan dengan
pewarnaan sederhana Kalium hidroksida. Pada kultur jaringan media 199 (tanpa
antibiotik) dengan 20% serum dan 2% agar menghasilkan koloni dengan flourensi
merah terang di bawah lampu Wood setelah 18-36 jam, namun tes konfirmasi ini
biasanya terlalu diperlukan jika manifestasi klinis khas dan pemeriksaan lampu
Woodpasien positif.
PENATALAKSANAAN
30
Pencegahan atau profilaksis:
Mencuci dengan benzoil peroksida.Obat bubuk (tidak menggunakan
bubuk jagung pati). Antiseptik topikal gel : isopropil, etanol.
Terapi Topikal
Lebih baik diberikan Benzoil peroksida (2.5%) gel setiap hari, setelah
mandi, selama 7 hari. Dapat juga diberikan Eritromisin atau Klindamisin
topikal dua kali sehari selama 7 hari. Anti jamur sperktrum luas yaitu
clotrimazole, miconazole, atau econazole.
Terapi Oral
Eritromisin merupakan obat pilihan. Satu gram sehari (4 x 250 mg)
untuk 2-3 minggu.Alternatifantibiotik juga dapat diberikan tetrasiklin selama
7 hari.Hasil yang baik juga telah dilaporkan dengan dosis tunggal 1 g
Clarithromycin. Meskipun Clarithromycin adalah obat lebih mahal.
PROGNOSIS
Penyakit ini dapat tetap asimtomatik selama beberpa tahun atau mungkin
mengalami periodik eksaserbasi. Kambuh kadang-kadang terjadi bahkan setelah
pengobatan antibiotik berhasil. Perjalanan penyakit dan prognosis eritrasma sangat
menguntungkan jika perawatan yang tepat disediakan. Menginstrusikan pasien
pada langkah-langkah membersihkan diri yang tepat sangat penting untuk
mengurangi paparan konstan terhadap panas dan lembab dan demikian juga
menghindari infeksi bakteri dan jamur. Prognosis cukup baik, bila semua lesi
diobati dengan tekun dan menyeluruh.
D.Tinea Kruris
Definisi
Menurut Budimulja (1999), Siregar R.S. (2004), Graham-Brown (2008),
Murtiastutik (2009), dan Berman (2011) Tinea kruris adalah penyakit
dermatofitosis (penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk) yang
disebabkan infeksi golongan jamur dermatofita pada daerah kruris (sela paha,
perineum, perianal, gluteus, pubis) dan dapat meluas ke daerah sekitarnya.
Epidemiologi
31
Menurut Berman (2011) dan Wiederkehr (2012), pria lebih sering terkena Tinea
kruris daripada wanita dengan perbandingan 3 berbanding 1, dan kebanyakan
terjadi pada golongan umur dewasa daripada golongan umur anak-anak.
Golongan jamur ini dapat mencerna keratin kulit oleh karena mempunyai daya tarik
kepada keratin (keratinofilik) sehingga infeksi jamur ini dapat menyerang lapisan-
lapisan kulit mulai dari stratum korneum sampai dengan stratum basalis (Boel,
2003).
Menurut Rippon (1974) dalam Budimulja (1999), selain sifat keratofilik masih
banyak sifat yang sama di antara dermatofita, misalnya sifat faali, taksonomis,
antigenik, kebutuhan zat makanan untuk pertumbuhannya, dan penyebab penyakit.
Jamur ini mudah hidup pada medium dengan variasi pH yang luas. Jamur ini dapat
hidup sebagai saprofit tanpa menyebabkan suatu kelainan apapun di dalam
berbagai organ manusia atau hewan. Pada keadaan tertentu sifat jamur dapat
berubah menjadi patogen dan menyebabkan penyakit bahkan ada yang berakhir
fatal.
Gambaran Klinis
Menurut Budimulja (1999), Nasution M.A. (2005), Berman (2011), dan
Wiederkehr (2012), gambaran klinis Tinea kruris khas, penderita merasa gatal
hebat pada daerah kruris. Ruam kulit berbatas tegas, eritematosa, dan bersisik. Bila
32
penyakit ini menjadi menahun, dapat berupa bercak hitam disertai sedikit sisik.
Erosi dan keluarnya cairan biasanya akibat garukan.
Berikut ini gambaran klinis dari Tinea kruris :
Faktor Risiko
Menurut Bagian Kesehatan Anak FK UI (2002), faktor risiko adalah faktor yang
dapat mempermudah timbulnya suatu penyakit. Peran faktor risiko itu dapat
dikelompokkan dalam dua kelompok besar, yaitu :
1) Yang menyuburkan pertumbuhan jamur.
33
pantat bayi, keringat pada daerah lipatan kulit, atau akibat liur di sudut mulut orang
lanjut usia.
Menurut Nasution M.A. (2005) dan Berman (2011), pada penyakit kulit karena
infeksi jamur superfisial seseorang terkena penyakit tersebut oleh karena kontak
langsung dengan jamur tersebut, atau benda-benda yang sudah terkontaminasi oleh
jamur, ataupun kontak langsung dengan penderita.
Menurut Adiguna (2001) dan Siregar R.S. (2004), Tinea kruris paling banyak
terjadi di daerah tropis, musim/iklim yang panas, lingkungan yang kotor dan
lembab, banyak berkeringat. Faktor keturunan tidak berpengaruh (Siregar, 2004).
Kebiasaan mengenakan celana ketat dalam waktu yang lama dan atau bertukar
pinjam pakaian dengan orang lain penderita Tinea kruris juga termasuk faktor
risiko infeksi awal maupun infeksi berulang Tinea kruris (Wiederkehr, 2012).
Diagnosis
Untuk menegakkan Tinea kruris, dibutuhkan penilaian asosiasi gambaran klinis
dengan uji diagnostik untuk mengisolasi dan mengidentifikasi jamur. Bahan yang
diperiksa berupa kerokan kulit. Bahan harus diperoleh sesteril mungkin untuk
menghindari pencemaran jamur lain. Kemudian bahan dapat dilakukan
pemeriksaan secara langsung maupun secara biakan (Bagian Kesehatan Anak FK
UI, 2002).
Menurut Goedadi (2001) dan Nasution M.A. (2005), untuk mengetahui suatu ruam
yang disebabkan oleh infeksi jamur, biasanya kita lakukan pemeriksaan kerokan
dari tepi lesi yang meninggi atau aktif tersebut. Spesimen dari hasil kerokan
tersebut kita letakkan di atas deck glass dan ditetesi dengan larutan KOH 10-20 %.
Kemudian kita tutup dengan object glass kemudian dipanaskan dengan lampu
Bunsen sebentar untuk memfiksasi, kemudian dilihat di bawah mikroskop dengan
pembesaran 40 kali. Pemeriksaan mikroskopik secara langsung menunjukkan hifa
34
yang bercabang atau artospora yang khas pada infeksi dermatofita. Sedangkan
untuk mengetahui golongan ataupun spesies daripada jamur dilakukan pembiakan
dengan media yang standar yaitu Sabouraud Dextrose Agar (SDA). Kadang-
kadang kita perlukan juga mikobiotik. Setelah kurang lebih dua minggu koloni
daripada jamur mulai dapat kita baca secara makroskopis.
Diagnosis Banding
Tinea kruris perlu dibedakan antara lain dengan intertrigo, eritrasma, dermatitis
seboroik, psoriasis, kandidiasis (Goedadi, 2001).
Penatalaksanaan
Terdapat banyak obat antijamur topikal untuk pengobatan infeksi dermatofit.
Lokasi ini sangat peka nyeri, jadi konsentrasi obat harus lebih rendah dibandingkan
lokasi lain, misalnya asam salisilat, asam benzoat, sulfur, dan sebagainya. Obat-
obat topikal ini bisa digunakan bila daerah yang terkena sedikit, tetapi bila infeksi
jamur meluas maka lebih baik menggunakan obat oral sistemik (Graham-Brown,
2002).
35
Menurut Bagian Farmakologi FK UI (1995), Bagian Kesehatan Anak FK UI
(2002), dan Nasution M.A. (2005), obat-obat pada infeksi jamur pada kulit ada 2
macam yaitu :
1) Obat topikal, misalnya :
a) Golongan Mikonazole,
b) Golongan Bifonazole,
c) Golongan Ketokonazole, dan sebagainya.
Pengobatan umumnya 2x/hari minimal selama 3 minggu atau 2 minggu sesudah
tes KOH negatif dan klinis membaik.
Pencegahan
36
Menurut Brooks (2001) dan Graham-Brown (2002), infeksi berulang pada Tinea
kruris dapat terjadi melalui proses autoinokulasi reservoir lain yang mungkin ada
di tangan dan kaki (Tinea pedis, Tinea unguium). Jamur diduga berpindah ke sela
paha melalui kuku jari-jari tangan yang dipakai menggaruk sela paha setelah
menggaruk kaki atau melalui handuk. Untuk mencegah infeksi berulang, daerah
yang terinfeksi dijaga agar tetap kering dan terhindar dari sumber-sumber infeksi
serta mencegah pemakaian peralatan mandi bersama-sama (Brooks, 2001).
Menurut Nasution M.A. (2005), disamping pengobatan, yang penting juga adalah
nasehat kepada penderita misalnya pada penderita dermatofitosis, disarankan agar:
1) Memakai pakaian yang tipis.
Oleh karena itu, berikan anjuran-anjuran pada pasien agar tidak terjadi infeksi
berulang. Anjurkan pasien menggunakan handuk terpisah untuk mengeringkan
daerah sela paha setelah mandi, anjurkan pasien untuk menghindari mengenakan
celana ketat untuk mencegah kelembaban daerah sela paha, anjurkan pasien dengan
Tinea kruris yang mengalami obesitas untuk menurunkan berat badan, dan
anjurkan pasien untuk memakai kaus kaki sebelum mengenakan celana untuk
meminimalkan kemungkinan transfer jamur dari kaki ke sela paha (autoinokulasi).
Bubuk antifungal, yang memiliki manfaat tambahan pengeringan daerah sela paha,
mungkin dapat membantu dalam mencegah kambuhnya Tinea kruris (Wiederkehr,
2012).
Komplikasi
Pada penderita Tinea kruris dapat terjadi komplikasi infeksi sekunder oleh
organisme candida atau bakteri. Pemberian obat steroid topikal dapat
mengakibatkan eksaserbasi jamur sehingga menyebabkan penyakit menyebar
(Wiederkehr, 2012).
Prognosis
37
Prognosis Tinea kruris akan baik, asalkan kelembaban dan kebersihan kulit selalu
dijaga (Siregar, 2004).
Referensi:
- Tobo, Putri Amanda & Isnada Putiani Said. Eritrasma.2012. hal.1-8
- Repositoryusu.ac.id.2012.Tinea Cruris
- Diaz Ananta Putra. 2015. Tinea Cruris. Semarang: Fakultas Kedokteran
Universitas Dipenegoro.
- Djuanda, Adhi. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan kelamin. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Apabila sumber air minum, peralatan, dan tangan sudah bersih, perilaku untuk
merebus air minum sampai mendidih tetap di perlukan untuk menjamin sterilisasi.
Sebagian besar status kesehatan masyarakat sangat ditentukan oleh faktor perilaku
dan faktor lingkungan. Faktor pelayanan kesehatan hanya menyumbang sedikit
bagi status kesehatan masyarakat.
Penatalaksanaan Awal:
38
Mequitazin : kadar puncak dalam plasma setelah 6 jam. Waktu paruh 18
jam. Dosis 5 mg 2x sehari atau 10 mg x hari
Asam Salisilat : Anti pruritus, anti inflamasi, analgetik, bakteriostatik,
fungistatik, tabir surya. (eg. Bedak salisil)
Tergantung faktor pencetus
Bakteri : kloksasilin/eritromisin, penisilin
Virus: asiklovir
Jamur : klotrimozole, miconazole, ketoconazole
Referensi:
- Widoyono. Penyakit Tropis, Edisi kedua. Erlangga: Jakarta. Halaman 8-9
- Soetiono gapar. Farmakologi Obat-obat Antihistamin Non Sedatif Pada
penyakit Alergi. Jurnal bag Farmakologi: FK Universitas Sumatera Utara.
- Halim,Sulistyaningrum, Hanny. Penggunaan Asam Salisilat dalam
Dermatologi. Departemen ilmu kesehatan kulit dan kelamin: FK Universitas
Indonesia.
Artinya : “Dua kenikmatan yang banyak manusia menjadi rugi (karena tidak
diperhatikan), yaitu kesehatan dan waktu luang”. (HR. Al-Bukhari)
39