Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stres dapat didefenisikan sebagai, “respons adaptif, dipengaruhi oleh


karakteristik individual dan/atau proses psikilogis, yaitu akibat dari tindakan,
situasi, atau kejadian eksternal yang menyebabkan tuntutan fisik dan/atau
psikologis terhadap seseorang.”(Invacevich dan Matteson, 1980 dalam
Kreitner dan Kinicki,2004.)

1. Walter Cannon,1920, merupakan respons fisiologis terhadap naiknya


emosi dan menekankan fungsi adaptif dari reaksi “fight-or-flight”
(menghadapi atau lari dari stress). Sementara hans Seyle, 1976,
menyatakan bahwa stres merupakan situasi di mana suatu tuntutan yang
sifatnya tidak spesifik dan mengharuskan seseorang memberikan respons
atau mengambil tindakan.

2. Menurut Claude nt: normal; font-weight: normal; Perry, 1997),


“perubahan dalam lingkungan internal dan eksternal dapat menggangu
fungsi organisme sehingga penting bagi organisme tersebut untuk
beradaptasi terhadap stresor agar dapat bertahan. Jadi, stresormerupakan
stimuli yang mengawali atau memicu perubahan yang menimbulkan sters.
Stress mewakili kebutuhan yang tidak terpenuhi, bias berupa kebutuhan
fisiologis, psikologis, sosial, lingkungan, spiritual, dsb.

3. Stresor, faktor yang menimbulkan stress, dapat berasal dari sumber


internal ( yaitu diri sendiri) maupun eksternal ( yaitu keluarga,
masyarakat, dan lingkungan).

a. Internal. Faktor internal stress bersumber dari diri sendiri. Stressor


individual dapt timbul dari tuntutan pekerjaan atau beban yang terlalu
berat, kondisi keuangan, ketidakpuasan dengan fisik tubuh, penyakit
yang dialami, masa pubertas, karakteristik atau sifat yang dimiliki,
dsb.

b. Eksternal. Faktor eksternal stress dapat bersumber


dari keluarga, masyarakat, dan lingkungan. Stressor
yang berasal dari keluarga disebabkan oleh adanya
perselisihan dalam keluarga, perpisahan orang tua,
adanya anggota keluarga yang mengalami kecanduan
narkoba, dsb. Sumber stressor masyarakat dan
lingkungan dapat berasal dari lingkungan pekerjaan,
lingkungan sosial, atau lingkungan fisik.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari stress?

2. Bagaimana tingkatan dari stress?

3. Apa sajakah jenis-jenis dari stress?

4. Apa sajakah faktor yang mempengaruhi respon terhadap stressor ?

5. Bagaimanakah konsep adaptasi dalam kehidupan manusia?

C. Tujuan Penulisan

1. Memahami pengertian dari stress

2. Mengetahui tingkatan dari stress

3. Mengetahui jenis-jenis dari stress

4. Mengetahui faktor yang mempengaruhi respon terhadap stressor

5. Mengetahui konsep adaptasi dalam kehidupan manusia


BAB II

PEMBAHASAN

Konsep Stress dalam Kehidupan Manusia

A. Definisi Stress

Stress adalah segala situasi dimana tuntutan non specific mengharuskan


seorang individu untuk berespon atau melakukan tindakan (Selye, 1976).
Lazarus dan Folkman (1994) mendefinsikan stress psikologis sebagai
hubungan khusus antara seseorang dengan lingkungannya yang dihargai oleh
orang lain tersebut sebagai pajak terhadap sumber dayanya dan
membahayakan kemapanannya. Stress dianggap sebagai faktor predisposisi
atau pencetus yang meningkatkan kepekaaan individu terhadap penyakit
(Rahe, 1975).

Menurut Hans Selye, “Stress adalah respons manusia yang bersifat


nonspesifik terhadap setiap tuntutan kebutuhan yang ada dalam dirinya”
(Pusdiknakes, Dep.Kes.RI,1989).

Stress adalah reaksi atau respons tubuh terhadap stressor psikososial


(tekanan mental atau beban kehidupan)”.Stress adalah suatu kekuatan yang
mendesak atau mencekam, yang menimbulkan suatu ketegangan dalam diri
seseorang” (Soeharto Heerdjan, 1987).

Secara umum, yang dimaksud “Stress adalah reaksi tubuh terhadap situasi
yang menimbulkan tekanan, perubahan, ketegangan emosi, dan lain-lain”.

“Stress adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri, dan karena itu,
sesuatu yang mengganggu keseimbangan kita” (Maramis, 1999).

Menurut Vincent Cornelli, sebagaimana dikutip oleh Grant Brecht (2000)


bahwa yang dimaksud “Stress adalah gangguan pada tubuh dan pikiran
yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi
baik oleh lingkungan maupun penampilan individu di dalam lingkungan
tersebut”.

Stressor adalah stimuli yang mengawali atau mencetuskan perubahan.


Stressor menunjukkan suatu kebutuhan yang tidak terpenuhi dan kebutuhan
tersebut bisa kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial, lingkungan ,
perkembangan dan kebutuhan cultural.

Pendekatan-pendekatan Stress

Menurut Sarafino (1990), Sutherland dan Cooper (1990) stress dapat


dikonseptualisasikan dari berbagai macam titik atau pandang :

Stress sebagai ‘stimulus’ aalah pendekatan yang menitikberatkan pada


lingkungan dan menggambarkan stress sebagai suatu stimulus (atau
stress sebagai ‘variabel bebas’). Pendekatan seperti ini biasanya
digunakan individu ketika dia berbicara tentang stress dalam kehidupan
sehari-hari, seperti : “Banyak stress di tempat kerja”.

Stress sebagai ‘respon’ adalah pendekatan yang memfokuskan pada reaksi


seseorang terhadap stressor dan menggambarkan stress sebagai suatu
respon (atau stress sebagai ‘variabel tergantung’). Respon yang dialami
itu mengandung dua komponen, yaitu : komponen psikologis, yang
meliputi prilaku, pola pikir, emosi, dan perasaan stress; dan komponen
fisiologis, berupa rangsangan-rangsangan fisik yang meningkat. Stress
sebagai suatu respon ini juga dikenal dalam ilmu medis dan sering
dipandang sebagai perspektif fisiologis. Konsep ‘General Adaptation
Syndrome’ dari Selye dan ‘fight or flight reaction’ dari Cannon.

Stress sebagai interaksi antara individu dengan lingkungan, adalah


pendekatan yang menggambarkan stress sebagai suatu proses yang
meliputi stressor dan strain dengan menambahkan dimensi hubungan
antara individu dengan lingkungan. Interaksi antara manusia dengan
lingkungan yang saling mempengaruhi disebut sebagai hubungan
transaksional (Van Broeck, 1979; Sutherland dan Cooper, 1990;
Sarafino, 1990). Di dalam proses hubungan ini termasuk juga proses
penyesuaian.

Penyebab Stress

Menurut Maramis (1999), ada empat sumber atau penyebab stress Psikologis,
yaitu :

a) Frustasi
Timbul akibat kegagalan dalam mencapai tujuan karena ada aral
melintang. Frustasi ada yang bersifat intrinsik (cacat badan dan kegagalan
usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam, kematian orang yang
dicintai, kegoncangan ekonomi, pengangguran, perselingkuhan, dan lain-
lain).

b) Konflik

Timbul karena tidak bisa memilih antara dua atau lebih macam-
macam keinginan, kebutuhan, atau tujuan. Bentuknya approach-approach
conflict, approach-avoidance conflict, avoidance -avoidance conflict.

c) Tekanan

Timbul sebagai akibat tekanan hidup sehari-hari. Tekanan


dapat berasal dari dalam diri individu.

d) Krisis

Krisis yaitu keadaan yang mendadak, yang menimbulkan stress pada


individu, misalnya kematian orang yang disayangi, kecelakaan dan
penyakit yang harus segera operasi. Keadaan stress dapat terjadi beberapa
sebab sekaligus, misalnya frustasi, konflik dan tekanan.

B. Macam-macam Tingkat Stress

Penggolongan Stress apabila ditinjau dari penyebab stress, menurut Sri


Kusmiati dan Desminiarti (1990), dapat digolongkan sebagai berikut :

1) Stress fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang terlalu tinggi
atau rendah, suara amat bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat
arus listrik.

2) Stress kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat beracun,


hormone, atau gas.

3) Stress mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang


menimbulkan penyakit.

4) Stress fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan,


organ, atau sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.
5) Stress proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh
gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi hingga tua.

6) Stress psikis atau emosional, disebabkan oleh gangguan hubungan


interpersonal, sosial, budaya, atau keagamaan.

Adapun menurut Grant Brecht (2000), stress ditinjau dari penyebabnya hanya
dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :

Penyebab makro, yaitu menyangkut peristiwa besar dalam kehidupan,


seperti kematian, perceraian, pension, luka batin, dan kebangkrutan.

Penyebab mikro, yaitu menyangkut peristiwa kecil sehari-hari, seperti


pertengkaran rumah tangga, beban pekerjaan, masalah apa yang akan
dimakan, dan antri.

Reaksi Psikologis terhadap stress diantaranya :

Kecemasan, Respon yang paling umum Merupakan tanda bahaya yang


menyatakan diri dengan suatu penghayatan yang khas, yang sukar
digambarkan Adalah emosi yang tidak menyenangkan dengan istilah
“kuatir”, “tegang”, “prihatin”, “takut” fisik jantung berdebar, keluar
keringat dingin, mulut kering, tekanan darah tinggi dan susah tidur.

Kemarahan dan agresi, Adalah perasaan jengkel sebagai respon terhadap


kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman.Merupakan reaksi umum lain
terhadap situasi stress yang mungkin dapat menyebabkan agresi, Agresi
ialah kemarahan yang meluap-luap, dan orang melakukan serangan secara
kasar dengan jalan yang tuot;, serif; font-size: 12pt; lii perilaku kegilaan,
tindak sadis dan usaha membunuh orang.

Depresi Keadaan yang ditandai dengan hilangnya gairah dan semangat.


Terkadang disertai rasa sedih.

C. Jenis Stress

Ditinjau dari penyebabnya, stress dapat dibagi dalam beberapa jenis sebagai
berikut:

a) Stres fisik, merupakan stress yang disebabkan oleh keadaan fisik,


seperti suhu yang terlalu tinggin atau terlalu rendah, suara bising, sinar
matahari yang terlalu menyengat, dll.
b) Stress kimiawi, merupakan stress yang disebabkan oleh pengaruh
senyawa kimia yang terdapat pada obat-obatan, zat beracun asam, basa,
faktor hormone atau gas, dll.

c) Stress mikrobiologis, merupakan stress yang disebabkan oleh kuman,


seperti virus, bakteri, atau parasit.

d) Stress fisiologis, merupakan stress yang disebabkan oleh gangguan


fungsi organ tubuh, antara lain gangguan struktur tubuh, fungsi jaringan,
organ, dll.

e) Stress proses tumbuh kembang, merupakan stress yang disebabkan


oleh proses tumbuh kembang seperti pada masa pubertas, pernikahan, dan
pertambahan usia.

f) Stress psikologis dan emosional, merupakan stress yang disebabkan


oleh gangguan situasi psikologis atau ketidakmampuan kondisi psikologis
untuk menyesuaikan diri, misalnya dalam hubungan interpersonal, sosial
budaya, atau keagamaan.

Tahapan-tahapan Stress

Gejala-gejala stress pada diri seseorang seringkali tidak disadari karena


perjalanan awal tahapan stress timbul secara lambat. Dan, baru dirasakan
bilamana tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fungsi kehidupannya
sehari-hari baik di rumah, di tempat kerja ataupun di pergaulan lingkungan
sosialnya. Dr. Robert J. Van amberg (1979) dalam penelitiannya membagi
tahapan-tahapan stress sebagaimana berikut :l; font-variant: normal; font-
weParagraph" style="line-height: 23.76px; margin: 0cm 0cm 7.5pt 49.5pt;
text-align: justify; text-indent: -1cm;">a. Stress Tahap I

Tahapan ini merupakan tahapan stress paling ringan, dan biasanya


disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut :

Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting).

Penglihatan “tajam” tidak sebagaimana biasanya.

Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya.Namun


tanpa disadari cadangan energi dihabiskan (all out) disertai rasa
gugup yang berlebihan pula.
Merasa senang dengan pekerjaannya itu dan semakin bertambah
semangat, Namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.

b. Stress Tahap II

Dalam tahapan ini dampak stress yang semula “menyenangkan”


sebagaimana diuraikan pada tahap I di atas Mulai menghilang, dan
timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energi tidak
lagi cukup sepanjang hari karena tidak cukup waktu untuk beristirahat.
Istirahat antara lain dengan tidur yang cukup bermanfaat untuk mengisi
atau memulihkan cadangan energi yang mengalami deficit. Analogi
dengan hal ini adalah misalnya handphone (HP) yang sudah lemah harus
kembali diisi ulang (di-charge) agar dapat digunakan lagi dengan baik.
Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang berada
pada stress tahap II adalah sebagai berikut :

Merasa letih sewaktu bangun pagi, yang seharusnya merasa segar.

Merasa mudah lelah sesudah makan siang.

Lekas merasa capai menjelang sore hari.

Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman (bowel di-height:


23.76px; margin: 0cm 0cstyle="font-family: "Times New Roman",
serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">.

Detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar).

Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang.

Tidak bisa santai

c. Stress Tahap III

Bila seseorang itu tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa


menghiraukan keluhan-keluhan sebagaimana diuraikan pada stress tahap
II tersebut di atas, maka yang bersangkutan akan menunjukkan keluhan-
keluhan yang semakin nyata dan mengganggu, yaitu :

1) Gangguan lambung dan usus semakin nyata; misalnya keluhan


“maag” (gastritis), buang air besar tidak teratur (diare).

2) Ketegangan otot semakin terasa.


3) Perasaan ketidak-tenangan dan ketegangan emosional semakin
meningkat.

4) Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk Mulai


masuk tidur (early insomnia), atau terbangun tengah malam dan sukar
kembali tidur (middle insomnia), atau bangun terlalu pagi/ dini hari
dan tidak dapat kembali tidur (late insomnia).

5) Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa oyong dan serasa mau


pingsan). Pada tahapan ini seseorang sudah harus berkonsultasi pada
dokter untuk memperoleh terapi, atau bisa juga beban stress
hendaknya dikurangi dan tubuh memperoleh kesempatan untuk
beristirahat guna menambah suplai energi yang mengalami defisit.

d. Stress Tahap IV

Tidak jarang seseorang pada waktu memeriksakan diri ke dokter


sehubungan dengan keluhan-keluhan stress tahap III di an>:

Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit.

Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah


diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit.

Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan


kemampuan untuk merespon secara memadai (adequate).

Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-


hari.

Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang


menegangkan.

Seringkali menolak ajakan (negativism) karena tiada semangat


dan kegairahan.

Daya konsentrasi dan daya ingat menurun.

Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat


dijelaskan apa penyebabnya.
e. Stress Tahap V

Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stress
tahap V yang ditandai dengan hal-hal berikut :

Kelelahan fisik dan mental yang semakin


mendalam (physical and psychological exhaustion).

Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari


yang ringan dan sederhana.

Gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastro-intestinal


disorder).

Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin


meningkat, mudah bingung dan panik.

f. Stress Tahap VI

Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami


serangan panik (panic attack) dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang
yang mengalami stress tahap VI ini berulang-kali dibawa ke Unit Gawat
Darurat bahkan ke ICCU, meskipun pada akhirnya dipulangkan karena
tidak ditemukan kelainan fisik organ tubuh. Gambaran stress tahap VI ini
adalah sebagai berikut :

Debaran jantung teramat keras.

Susah bernafas (sesak dan mengap-mengap).

Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran.

Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan.

Pingsan atau kolaps (collapse)

Bila dikaji maka keluhan atau gejala-gejala sebagaimana


digambarkan di atas lebih didominasi oleh keluhan-keluhan fisik yang
disebabkan oleh gangguan faal (fungsional) organ tubuh sebagai akibat
stressor psikososial yang melebihi kemampuan seseorang untuk
mengatasinya.
D. Faktor Yang Mempengaruhi Respon Terhadap StressorKalau tubuh
terus menerus dibiarkan menerima penyebab ketegangan, suatu waktu
akan mencapai tahap lelah. Gejala-gejala reaksia cemas ini timbul
kembali, tetapi kalau penyebab ketegangan tidak disingkirkan, tanda-
tanda itu tidak dapat dirubah lagi. Maut akan menyusul, kecuali tubuh
memperoleh tehnik untuk menyesuaikan diri atau menemukan jalan
baru untuk menguasai situasi yang pebuh ketegangan.

E. Konsep Adaptasi dalam Kehidupan Manusia

o Konsep Adaptasi

Ada beberapa pengertian tentang mekanisme penyesuaian diri, antara


lain :

W.A. Gerungan (1996) menyebutkan bahwa “Penyesuaian


diri adalah mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan,
tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan
(keinginan diri). Mengubah diri sesuai dengan keadaan
lingkungan sifatnya pasif (autoplastis).

Menurut Soeharto Heerdjan (1987), penyesuaian diri adalah


usaha atau perilaku yang tujuannya mengawasi kesulitan dan
hambatan.

Adaptasi merupakan pertahanan yang didapat sejak lahir atau


diperoleh karena belajar dari pengalaman untuk mengatasi stress.
Cara mengatasi stress dapat berupa membatasi tempat terjadinya
stress, mengurangi, atau menetralisasi pengaruhnya.

o Model-model Adaptasi

Setiap orang secara terus menerus akan menghadapi perubahan


fisik, psikis, dan sosial baik dari dalam maupun dari lingkungan luar.
Jika hal tersebut tidak dapat dihadapi dengan seimbang maka tingkat
stress akan meningkat. Model adaptasi menunjukkan bahwa empat
faktor menentukan apakah suatu situasi adalah menegangkan
(Mechanic, 1962). Empat faktor yang mempengaruhi Kemampuan
untuk menghadapi stress itu adalah :
Biasanya tergantung pada pengalaman seseorang dengan
stressor serupa, sistem dukungan, dan persepsi keseluruhan
trehadap stressor.

Berkenaan dengan prktik dan norma kelompok sebaya


individu.

Dampak dari lingkungan sosial dalam membantu seorang


individu untuk beradaptasi terhadap stressor.

Sumber yang dapat digunakan untuk


mengatasi stressor.

Adaptasi Fisiologis/Biologis

Indikator fisiologis stress :

Kenaikan tekanan darah

Peningkatan ketegangan di leher, bahu, punggung.

Peningkatan denyut nadi dan frekwensi pernapasan

Telapak tangan berkeringat

Tangan dan kaki dingin

Postur tubuh yang tidak tegap

Keletihan

Sakit kepala

Gangguan lambung

Suara yang bernada tinggi

Mual, muntah, dan diare

Perubahan berat badan

Perubahan frekwensi berkemih

Dilatasi pupil
Gelisah, kesulitan untuk tidur atau sering terbangun
saat tidur

Temuan hasil laboratorium abnormal : Peningkatan


kadar hormon adrenokortikotropik, kortisol dan
katekolamin dan hiperglikemia.

Adaptasi Psikologis

Indikator emosional / psikologi dan perilaku stress :

Ansietas

Depresi

Kepenatan

Peningkatan penggunaan bahan kimia

Perubahan dalam kebiasaan makan, tidur, dan pola


aktivitas.

Kelelahan mental

Perasaan tidak adekuat

Kehilangan harga diri

Peningkatan kepekaan

Kehilangan motivasi.

Ledakan emosional dan menangis.

Penurunan produktivitas dan kualitas kinerja


pekerjaan.

Kecendrungan untuk membuat kesalahan (mis.


buruknya penilaian).

Mudah lupa dan pikiran buntu

Kehilangan perhatian terhadap hal-hal yang rinci.

Preokupasi (mis. mimpi siang hari )

Ketidakmampuan berkonsentrasi pada tugas.


Peningkatan ketidakhadiran dan penyakit

Letargi

Kehilangan minat

Rentan terhadap kecelakaan.

F Adaptasi Perkembangan

Pada setiap tahap perkembangan, seseorang biasanya


menghadapi tugas perkembangan dan menunjukkan
karakteristik perilaku dari tahap perkembangan tersebut.
Stress yang berkepanjangan dapat mengganggu atau
menghambat kelancaran menyelesaikan tahap
perkembangan tersebut. Dalam bentuk yang ekstrem,
stress yang berkepanjangan dapat mengarah pada krisis
pendewasaan. Bayi atau anak kecil umumnya menghadapi
stressor di rumah . Jika diasuh dalam lingkungan yang
responsive dan empati, mereka mampu mengembangkan
harga diri yang sehat dan pada akhirnya belajar respons
koping adaptif yang sehat (Haber et al, 1992).

Adaptasi Sosial Budaya

Setiap lingkungan sosial masyarakat mempunyai


tatanan budaya masing-masing. Antara lingkungan satu
dan yang lainnya tentu memiliki budaya berbeda-beda.
Perbedaan tersebut yang akhirnya menuntut setiap orang
beradaptasi jika hal itu dapat dilakukan dengan baik
maka akan tercipta keseimbangan. Namun jika hal
tersebut tidak dapat dilakukan bukanlah suatu hal yang
tidak mungkin jika orang tersebut akan mengalami stress.

Adaptasi Spiritual

Setiap agama dan kepercayaan mengandung ajaran


yang hendaknya harus dijalankan oleh penganutnya.
Ajaran-ajaran ini tentunya juga harus turut andil
dalammengatur perilaku manusia ini. Oleh karena itu
dalam rangka memenuhi ajaran-ajaran tersebut pasti
terjadi perubahan dalam perilaku manusia.

Lingkungan Sosial Model

Keadaan lingkungan dan masyarakat sangat


mempengaruhi seseorang dalam beradaptasi. Keadaan
lingkungan yang stabil dan seimbang akan memudahkan
seseorang dalam beradaptasi. Sedangkan keadaan
masyarakat dengan hubungan sosial yang baik juga akan
memudahkan individu dalam melakukan adaptasi agar
terhindar dari stress.

Proses Model

Pada dasarnya proses model adalah berlangsungnya


kejadian dan masalah yang terjadi pada seseorang sehingga
mempengaruhi orang tersebut yang pada akhirnya
mengalami stress dan proses menghadapi stress itu sendiri.

Homeostasis

Homeostasis adalah keadaan yang relatif konstan di


dalam lingkungan internal tubuh, dipertahankan secara alami
oleh mekanisme adaptasi fisiologis. Adaptasi fisiologis
terhadap stress adalah kemampuan tubuh untuk
mempertahankan keadaan relatif seimbang. Dubos (1965)
mengemukakan pandangan lebih lanjut ke sifat dinamis
respons-respons tersebut. Dia mengatakan bahwa ada dua
konsep yang saling mengisi: homestasis dan adaptasi.
Homeostasis menekankan pada perlunya penyesuaian yang
harus segera dilakukan tubuh untuk menjaga komposisi
internal selalu dalam batas yang bisa diterima, sedangkan
adaptasi lebih menekankan pada penyesuaian yang
berkembang sesuai berjalannya waktu. Dubos juga
menekankan bahwa ada batasan respon terhadap stimuli yang
dapat diterima dan bahwa respon tersebut bisa berbeda pada
setiap individu. Baik homestasis maupun adaptasi dangat
diperlukan untuk dapat bertahan dalam dunia yang selalu
berubah.

Mekanisme Homeostasis

Ketika seseorang menyadari tentang kebutuhan


fisiologis tidak terpenuhi seperti makanan atau kehangatan,
tindakan yang akan dilakukan adalah untuk memenuhi
kebutuhan tersebut . Untuk sebagian besar bagaimanapun
juga , adaptasi mencakup penyesuaian yang dibuat tubuh
secara otomatis untuk mempertahankan ekuilibrium.
Mekanisme homeostasis ini adalah pengaturan – mandiri,
dengan kata lain, mekanisme ini adalah otomatis. Namun
demikian, pada individu yang sakit atau mengalami
cederarmal; font-family: "Times Nmpu untuk
mempertahankan atau menopang homeostasis.

Mekanisme fisiologis adaptasi berfungsi melalui umpan


balik negatif, yaitu duatu proses dimana mekanisme kontrol
merasakan suatu keadaan abnormal, seperti penurunan suhu
tubuh, dan membuat suatu respon adaptif, seperti mulai
menggigil untuk membangkitkan panas tubuh. Ketiga dari
mekanisme utama yang digunakan dalam mengadaptasi
stressor dikomtrol oleh medulla oblongata, formasi reticular
dan kelenjar hipofisis.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Stress adalah suatu ketidakseimbangan diri atau jiwa


dan realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapat
dihindari perubahan yang memerlukan penyesuaian Sering
dianggap sebagai kejadian atau perubahan negatif yang dapat
menimbulkan stress, seperti cedera, sakit atau kematian orang
yag dicintai, putus cinta Perubahan positif juga dapat
menimbulkan stress, seperti naik pangkat, perkawinan, jatuh
cinta

Jenis Stress yaitu, Stress fisik, Stress kimiawi, Stress


mikrobiologis, Stress fisiologis, Stress proses tumbuh
kembang, Stress psikologis atau emosional. Pengalaman stress
dapat bersumber dari :Lingkungan, Diri dan tubuh Pikiran.
Gejala-gejala stress ada 2 yaitu secara fisik dan psikis.

Saat kita mengalami peristiwa yang tidak mengenakkan,


saat sesuatu yang buruk terjadi di luar kendali kita maka
secara otomatis mengalami perasaan yang tidak tenang. Jika
hal yang terjadi itu jauh melampaui daya tahan diri kita,
melampaui bagaimana kita mampu bertoleransi maka
timbullah stress. Ada peristiwa tertentu menimbulkam stress
bagi seseorang, namun bagi orang lain hal tersebut
merupakan sesuatu yang biasa saja dan dapat dikendalikan
dengan baik. Hal yang membedakan adalah persepsi.
Bagaimana setiap orang dapat memiliki persepsi yang
berbeda atas suatu peristiwa yang terjadi dalam hidupnya.

B. SARAN

Setelah kita tahu lebih banyak tentang stress, mudah-


mudahan bisa membantu kita semua untuk dapat
menghadapi setiap stress yang dialami dengan bijaksana.
Segala persoalan dalam hidup bukanlah untuk dihindari tapi
untuk dihadapi dengan bijaksana. Caranya adalah dengan
memperlengkapi diri kita dengan skill hidup (life skill) yang
terbaik untuk menghadapinya.
DAFTAR PUSTAKA

Fadilla, Avin. 1999. Beberapa Teori Psikologi


Lingkungan. Diakses pada : Senin, 18 april
2011. http://avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/hidupdikota_
avin.pdf

www.elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/.../bab7-
stres_lingkungan.pdf.

Diakses pada:Senin, 18 april 2011

http://niandre7lovely.wordpress.com/2009/07/08/stress-lingkungan-
dan-penanggulangannya/. Diakses pada: Senin, 18 april 2011

http://rachmadrevanz.com/pengertian-stres-dan-sebab-
sebabnya.html.

Diakses pada:Senin, 18 april 2011

ht
tp://kasturi82.blogspot.com/2009/04/jenis-jenis-stres.html.

Diakses pada: Senin, 18 april 2011

http://silahkanngintip.blogspot.com/2011/03/defenisi-sumber-
jenis-dan-model-stress.h

Anda mungkin juga menyukai