ANTRITIS PIRAI
No.Dokumen : No. Revisi : Hal. 1
Komplikasi Tofus
Deformitas sendi
Nefromati gout, gagal ginjal
Prognosis Bonam
Wewenang Dokter spesialis penyakit dalam dan PPDS penyakit dalam
Unit yang Departemen penyakit dalam-Subbagian Rematologi
menangani
Unit terkait -
ATRITIS REUMATOID
No.Dokumen : No. Revisi : Hal. 2
Pengertian Penyakit inflamasi sistemik kronik yang terutama mengenai
sendi diartrodial. Termasuk penyakit autoimun dengan etiologi
yang tidak diketahui.
Diagnosis Kriteria ACR (1987)
1. Kaku pagi, sekurangnya 1 jam
2. Atritis pada sendi sekurangnya 3 sendi
3. Atritis pada sendi pergelangan tangan, metacorkophalanx
(MCP) dan poximal Interphalanx (PIP)
4. Atritis yang sistematis.
5. nodul Reumatoid.
6. Faktor Reumatoid serum positif.
7. gambaran radiologik yang spesifik.
untuk diagnosis AR, diperlukan 4 dari 7 kriteria tersebut diatas,
untuk Kriteria 1-4 harus minimal diderita selama 6 minggu.
1. Penyuluhan
2. proteksi sendi terutama pada stadium akut
Terapi 3. obat antiinflamasi non steroid. Dapat digunakan sepersi
sodium diklofenak 50 mg, t.i.d, piroksikak 20 mg o.d,
meloksikam, 7,5 mg o.d. dan sebagainya
Komplikasi Deformitas sendi
Prognosis Dubia
Wewenang Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS Penyakit Dalam
Unit yang
Departemen Penyakit Dalam_Subbagian Rematologi
menangani
Unit terkait Departemen Bedah – Orthopedi
SPONDILITIS ANKILOSA
No.Dokumen : No. Revisi : Hal.
B. Kriteria minor
Diagnosis 1. sklerodaktil
2. pencekungan jari atau hilangnay
subtansi jari
3. fibrosis basal di kedua paru
diagnosis dietegakkan bila didapat 1 kriteria mayor dan 2
kriteria minor atau lebih.
Diagnosis Banding Mixed connective tissue dsease
LED CRP. Peningkatan hasil menunjukkan proses
infilamasi aktif.
ANA, anti topo-1 (Scl-70),antibodi antisentromer, anti
SS-A, anti SS-B, anti RNP. Diharapkan hasil tersebut positif,
Pemeriksaan terutama anti-topoisomerase 1, RNA polymerase I,III, dan
Penunjang U3 RNP.
Radiologi tangan, toraks
Uji fungsi paru
Ureum dan kreatinion
Biopsi kulit.
Penyuluhan dan dukungan psikolosial
Proteksi terhadap suhu dingin untuk mengatasi fenomena
Raynaund
Bila terdapa ulkus atau grangen, harus dirawat dengan baik,
dan diberikan antibiotik yang adekuat.
Dapat dicoba D-penisilamin 3 x 250 mg. Bila gagal dapat
Terapi dicoba DMRAD lain seperti metotreksat
Bila didapatkan gangguan gastrointestinal, dapat diberikan
H2 antagonis, omeprazol, dan obat prokinetik.
Pada keadaan krisis renal, dapat diberikan kapotopril, bila
fungsi ginjal memburuk, dapat dilakukan dianalisis.
Pada pneumonitis, dapat diberikan glukokortikoid atau
siklofosfamid.
Hipertensi yang tidak terkontrol, krisis renal, pneumonitis,
Komplikasi
refluks esofagitis, divertikulosis/.
Prognosis Dubia
Wewenang Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS Penyakit Dalam
Unit yang
Departemen Penyakit Dalam_Subbagian Rematologi
menangani
Unit terkait
SIROSIS HATI
No.Dokumen : No. Revisi : Hal.
Pengertian Penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan
melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dan Aedes albopictus serta
memenuhi kriteria WHO untuk DBD
Diagnosis Kriteria diagnosis WHO 1997 untuk DBD harus memenuhi :
- Demam atau riwayat demam akut
antara 2-7 hari, biasanya bifasik
- Terdapat minimal satu dari manifestasi
pendarahan berikut ini :
o Uji troniquet positif (> 20
petekie dalam 2,54 cm2)
o Petekie, ekimosis, atau purpura
o Pendaharan mukosa, saluran
cerna, bekas suntikan, atau tempat lain
o Hematemesis atau melena
- Trombositopenia (< 100.000/mm3)
- Terdapat minimal satu tanda-tanda
plasma leakage :
o Hematokrit meningkat > 20 %
dibanding hematokrit rata-rata pada usia, jenis kelamin dan
populasi yang sama.
o Hematokrit turun hingga > 20 %
dari hematokrit awal, setelah pemberian cairan
o Terdapat efusi pleura, efusi
perikard, asites dan hipoproteimnemia
Derajat
I : Demam disertai gejala konstitusional yang tidak khas, manifestasi
pendarahan hanya berupa uji torniquet positif dan atau mudah
memar
II : derajat 1 disertai pendarahan spontan
III : terdapat kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah atau hipotensi,
disertai kulit dingin dan lembab serta gelisah
IV : Renjatan : tekanan darah dan nadi tidak teratur
DBD derajat III dan IV digolongan dalam sindrom renjatan dengue
Pengertian Penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella
Typi
Diagnosis Anamnesis : demam naik secara bertangga lalu menetap selama
beberapa hari, demam terutama sore/malam hari, sakit kepala nyeri
otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare.
PF: febris, kesadaran berkabut, bradikardia relatif (peningkatan suhu 1 o
C tidak diikuti peningkatan denyut nadi 8 x /menit), lidah yang berselaput
(kotor di tengah tepi dan ujung merah, serta termor) hepatomegali,
splenomegali, nyeri abdomen, roseolae (jarang ada orang indonesia)
Lab: dapat ditemukan lekopeni, lekositosis, atau lekosit normal,
aneosinofilia, limfopenia, peningkatan LED, anemia ringan,
trombositopenia, gangguang fungsi hati
Kultur darah (biakan empedu) positif atau peningkatan titet uji.
Widal > 4 kali lipat setelah 1 minggu memastikan diagnosis.
Kultur darah negatif tidak menyingkirkan diagnosis. Uji widal tunggal
dengan liter antibodi O 1/320 atau H 1/640 disertai gambaran klinis khas
menyokongh diagnosis.
Hepatitis tifosa bila memenuhi 3 atau lebih kriteria Khosla:
hepatomegali, ikterik, kelainan laboratorium (antara lainL bilirubin >30,6
umol/l, peningkatan SGOT/SGPT, penurunan indeks, kelainan
Histofatologi.
Tifoid Karier : ditemukannya kuman salmonella typhi dalam biakan
feses atau urin pada seseorang tanpa tanda klinis infeksi atau pada
seseorang setelah 1 tahun pasca-demam tifoid.
Diagnosis Banding Infeksi virus, malaria
Pemeriksaan DPL. Tes fungsi hati, serologi, kultur darah (biakan empedu)
Penunjang
Terapi Nonofarmakolgia : tirah baring, makanan lunak rendah serat
Farmakologis :
- Sistomatis
- Antimikroba
o Pilihan utama:kloramfenikol 4x500 mg sampai dengan 7 hari
bebas demam
Alternatif lain :
o Tiamfenikol 4x500 mg (komplikasi hematologi lebih rendah
dibandingkan kloramfenikol)
o Kontrimoksazal 2 x 2 tablet selama 2 minggu
o Ampisilin dan amoxilin 50-150 mg/kg BB selama 2 minggu
o Sefalosponin generasi III, yang terbukti efektif adalah
seftriakson 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc selama ½ jam per-
infus sehari, selama 3-5 hari
Dapat pula diberikan sefataksin 2-3 x 1 ram sefaperazon 2x1
gram
Fluorokuinolon (demam umumnya lisis pada hari III atau
menjelang hari IV):
norfloksasin 2x400 mg/hari selama 14 hari
Siprofloksasin 2x500 mg/hari selama 6 har
Ofloksasin 2 x400 mg/hari selama 7 hari
Pefloksasin 2 x400 mg/hari selama 7 hari
Fleroksasin 400 mg/hari selama 7 hari
Kasus toksis tifoid (demam tifoid disertai gangguan kesadaran dengan
atau tanpa kelainan neurologis lainnya dan hasil pemeriksaan cairan
otak masih dalam batas normal). Langsung diberikan kombinasi
kloramfenikol 4 x 500 mg dengan ampisilin 4x1 gram dan dexametason
3x5 mg.
Pemeriksaan DPL, tes fungsi hati, ureum, kreatinin, gula darah, AGD,
Penunjang elektrolit, kultur darah dari infeksi fokal (urin., pus, sputum, dll)
disertai uji kepekaan mikroorganisme terhadap anti mikroba
foto toraks.
o Eradikasi fokus infeksi
o Anti mikroba empirik, sesuai dengan :
tempat infeksi
dugaan kuman penyebab
profil anti mikroba (farmakokinetik dan farmakodinamik)
anti mikroba definitif, bila hasil kultur mikro organisme telah
dketahui, antimikroba dapat diberikan sesuai hasil uji
kepekaan mikroorganisme.
o Suportif, resusitasi ABC, oksigenasi, terapi cairan
vasopresor/inotropik, dan transfusi (Sesuai indikasi) pada
renjatan septik diperlukan untuk mendapatkan respon
secepatnya.
Terapi Resusitasi cairan
Hipovolomia pad sepsis segere diatasi dengan
pemberian cairan kristalioid atau koloid. Volume cairan
yang diberikan mengacu pada respon klinis (respon
terlihat dari peningkatan tekanan darah penurunan
frekuensi jantung, kecukupan isi nadi, perabaank kulitt,
dan ekstremitas, produksi urin, dan perbaikan
kesadaran) dan perlu diperhatikan ada tidaknya tanda
kelebihan cairan (peningkatan JVP, ronki, galop, S 31 san
penurunan saturasi oksigen). Sebaiknya dievaluasi
dengan CVP (dipertahankan 10-12 cmH2O) dengan
mempertimbangankan kebutuhan kalori perhari.
Oksigenasi sesuai kebutuhan. Ventilator
diindkasikan pada hipoksemia yang progresif, hiperkapnia,
gangguan neurologis, atau kegagalan otot pernapasan
Bila hidrasi cukup tetapi pasien tetapi hipotensi, diberikan
vasoaktif untuk mencapai tekanan darah sistolik >90 mmHg
atau MAP 60 mmHg clan urin dipertahankan >30 mi/jam.
Dapat digunakan vasopresor seperti dopamin dengan dosis
>8 mcglkgBB/menit, norepinefrin 0,03-1,5 mcglkgBB/menit,
fenilefrin 0,5-8 mcg/kgBI3/menit, atau epinefrin 0,11-0,5
mcglkgBB/menit. Bila terdapat disfungsi miolkard, dapat
digunakan inotropik sepertidobutamin dengan dosis 2-28
mcglkgBB/menit, dopamin 3-8 mcglkgBB/menit, epincfrin 0,1-
0,5 mcglkgBB/menit, atau fosfodiesterase inhibitor karririricr,
dan.
Transfusi komponen darah sesuai indikasi
Koreksi gangguan metabolik: elektrolit, guia darah, clan
asidosis metabolik (secara erripiris dapat diberikanbila pH
< 7,2 atau bikarbonat serum < 9 mEq/1, dengan disertai upaya
perbaikan hemodinamilk)
Nutrisi yang adekuat Terapi suportif terhadap gangguan
fungsi ginjal
Kortikosteroid bila ada kecurig3an insufisiensi
adrenal
Bila terdapat KID clan didapatkan bukti terjadinya
tromboemboli, dapat diberikan heparin dengan dosis
100 IU/kgBB bolus, dilanjutkan 15-25 IU/kgBB/jam
dengan infus kontinu, dosis lanjutan disesuaikan urtuk
tercapai target aPTT 1,55-2 kaii kontrol atati
antikoagulan- lainnya.
Komplikasi Gagal napas, gagal ginjal gagal hati, KID, renjatan septik
ireversibe!
Prognosis Dubia ad malam
Wewenang Dokter Spesialis Penyakit Dalam clan PPDS Penyakit Dalam
Unit yang menangani Departemen Hmu Penyakit Dalarn - Subbagian Tropik Infeksi
Unit Terkait Departemen Anestesi 1 ICU, Departernen Bedah
FEVER UNKNOWN ORIGIN
No.Dokumen : No. Revisi : Hal.
Pengertian
FUO klasik : infeksi, neoplasme, penyakit kolagen Demam > 38,3 o C
selama lebih dari 3 minggu, sudah dilakukan pemeriksaan intensif selama
3 hari bila pasien dirawat atai minimal 3 kali knjungan Pasien rawat jalan
tetapi belum dapat Ditentukan periyebab demam
Beberapa keadaan yang juga digolongkan sebagai malaria berat sesuai dengan
gambaran klinis daerah setempat
1. Gangguan kesadaran
2. Kelemahan otot tanpa kelainan neurologis (tak bIsa duduk/jalan)
3. hiperparasitemia >5% pada daerah hipoendemik atau
daerah tak stabil malaria.
4. Ikterus (bilirubin >3 mg/dl)
5. Hiperpireksia (temperatur rektal >40oC)
Diagnosis InfeKsi virus, dern.am tifoid toksk, hepatitis fulminan, leptospirosis, ensefalitis
Banding
Penneriksaan
Darah tebal clan tipis malaria, serologi ma!arti, -DPL, tes sungsi ginjal. tes fungsi hati,
Penunjang
gula darah, UL, AGD, elektrolit, hemostasis, rontgen toraks, EKG
Terapi a.Daerah sensitif klorokuin:
klorokuin basa 150 mg:
Hari 1: 4 tablet + 2 tablet (6 jam kemudian), hari II &III : 2 tab!et
atau Hari 1& II : 4 tablet, hari III: 2 tablet
diberikan dalam 6-8 jam (maksimum 2000 mg) dengan pemantauan EKG
dan kadar gula darah tiap 8-12 jam sampai pasten dapat minum obat per oral
dan per oral: selama 7 hari dengan dosis per ora!glkgBW24 iam diberikan 3kali sehari)
Terapi radikal: primakuin 1 x 15 mg selama 14 hari Bila gagal dengan terapi klorokuin -->
kina sulfat 3 x 400-600.mg/hari i selama 7 hari,
Pemeriksaan
opiat urin/darah, AGE'% elektrolit, gula dwah, rontgen toraks
Penunjang
A. Penanganan kegawatan: resusiiasi A-B-C (.iirway, breathing,
circulation) dengan mernparhatikan prinsip kewaspadaan
universal Sabaskan jalan napas, berikan oksigen sesuai
kebutuhan, pemasangan infus dan pemberian cairan sesuai
kebutuhan.
B. Pernberian antidotnalokson
1. Tanpa hipoventi!asi: desis awal diberikan 0,4 mg IV
pelan-pelan atau diencerkan
2. Dengan hipoventilasi: dosis awal diberik3n 1-2 mg N
pelan-pelan atau diencerkan.
3. Bila tak ada respon, diberikan nalokson 1-2 mg IV tiap 5-10
menit hinc pga timbul respon (perbaikan
kesadaran,hilangnya depresi pernapasan, diatasi pupil) &
tau telah mencapai dosis. maksimal 10 mg. bila tetap tak
ada respon, diagnosis intoksikasi opiat parlu dikaji ulang,
lapor konsulen Tim Narkoba Bagian lPD RSCM.
4. Efek nalokson beckurang dalam 20-40 merlit dan pasien
dapat jatuh kedalam keadaan overdosis kembali, sehingga
perlu pemantauan ketat tanda vital, kesadaran, dan
perubahan pupil selama 24 jam. Untuk pencegahan dapat
diberikan drip nalokson satu ampul dalarn 500 ml D35%
atau NaCI 0,9% diberikar dalam 4-6 jam.
5. Simpan sampel urin untuk pemeriksaan epiat urin dan !
akukan rontgen toraks.
6. Pertimbangan, pernasangan ETT bila pernapasan tak
adekuat setelah pemberikan nalokson yang optimal,
oksigenasi kurang meski ventilasi cukup, atau hipoventilasi
menetap setelah 3 jam pemberian nalokson yang optimal
7. Pasien dipuasakan 6 jam untuk menghindari aspirasi akibat spasme pilork, bila
diperlukan dapat dipasang NGT untuk mencegah aspirasi atau bilas lambung pada
intoksikasi opiat oral
8. Activated charcoal dapat diberikan pada intoksikasi peroral dengan rnemberikan 240 ml
cairan dengan 30 gram charcoal, dapat diberkan sampai 100 gram
9. Bila terjadi keiang dapat diberikan diazepam IV 5-10 mg dan dapat didang bila perlu.
Pasien dirawat da dikonsultasikan ke TIM Narkoba Bagian lPD RSCM untuk penilaian
keadaan klinis dan rencana rehabilitasi.
Komplikasi:
Aspirasi, gagal napas, edema paru akut
Prognosis
Dubia
INTOSIKASI ORGANOFOSFAT
No. dokumen No. Revisi Hal.
Diagnosis Banding
Pemeriksaan DPL, elektrolit, rontgen toraks, EKG, perleriksaan organofosfat
Penunjang
Terapi - Bilas fambung melalui NGT
- Atropinisasi
Kornplikasi Gagal napas, b!ok AV
Prognosis Dubia
METABOLIK ENDOKRINOLOG1
DIABETES MELLITUS
Suatu kelompok penyakit meiabolik yang ditandail oleh
hiperglikemia akibat defek pada:
1. kerja Ansulin (resistensi insL
2. produksi glukosa hepatik) dan perifer ( ntot clan. lernak)
3. sekresi insulin oleh sel beta pankreas
4. atau keduanya
Klasifikasi DM:
I. DM tipe 1 ( destruksi sel , umumnya diikuti defisiensi insulin
absolut):
• Immune-mediated,
• Idiopatik
Terdiri dari:
- Diagnosis DM
- Diagnosis komplikasi GM,
- Diagnosis penyakit penyerta
- Pernantauan pengendalian DM
Anamnesis:
Keluhan khas 0M
o poliuria,
Diagnoses o polidipsia,
o polifagia,
o penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
sebabnya.
BB kurang +20%
Umur > 40 tahun
- 5%
Stres metabolik (infeksi,
operasi,dll): + (10 s/d 30 %)
Aktifitas:
Ringan + 10 %
Sedang +20%
Berat +30%
Hamil:
u trimester 1, 11 + 300 kal
ci trimester Ill 1 laktasi + 500 kal
Rumus Broca
Berat bardan idaman (TB -100) – 10 %
*Pria < 160CM dan wanita < 150 cm, 6 dak dikurangi 10 % lagi.
BB kurang : < 90 % BB iciaman
Bbriormal : 90-110% BB idaman
Bblebih : 110-120% BB idaman
Gemuk : > 120 % BB idarnan
Latilhan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan teratur (3-4 kali seminggu
selama kurang lebih 30 menit). Prinsip:
CONTINUOUS - RYTHMICAL - INTERVAL -
PROGRESSIVE - ENDURANCE
Intervensi Farmakologis
Obat Hioglikemia Oral (01-10):
Insulin
Indikasi:
Penurunan berat ba&n yang cepat
Hiperglikemia berat yang disertai
ketosis
Ketoasidosis diabetik
Hiperglikernia hiperosmolar non
ketotik
Hipeig!ikemia dengan asidosis
laktat
Gagal dengan kombinasi CHO
dosis hampir maksimal
Stres berat (infeksi sistemik,
operasi besar: IMA, stroke)
Kehamilan dengan DM 1 diabelies
melitus gestasional
yang tidak terkendah dengan perencanaan makan
Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
Kontraindikasi dan atau atergi terhadap OHO
Terapi Kornbinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah,
untuk kemudian dinakkan secara bertahap sesuai dengan respons kadar
glukosa darah. Atau dengan OHO tunggal sasaran kadar glukosa darah
beium tercapai, perlu kombinasi dua keiompok obat hipoglikemik orjI yang
berbeda mekanisme kerjanya,
Keterangan:
TB = tinggi badan
BB = berat badan
IMT = indeks massa tubuh
TD = tekanan darah
TTGO = Tes Toleransi Glukosa Oral
Hipertiroidisme
= tirotoksikosis sebagai akibat dari produksi tiroid
= akibat dari fungsi tiroid yang berlebihan.
Krisis tiroid
keadaan klinis hipertiroidisme yang paling berat dan mengancam
jiwa. Urnumnya timbul pada pasicn dengan dasar penyakit Graves
atau strurip m.ultirociuia-, toksik, clan berhubungan dengan faktor
pencetus:
infeksi,
operasi,
trauma,
zat kontras beriodium,
hipoglikemia,
parfus,
stres emosi,
penghentian obat anti-tiroid,
terapi 1,3
ketoasidosis diabei,,'kum,
Lomboemboli paru,
CVD/stroke,
palpasi tiroid terlalu kuat.
Laboratorium:
TSHs rendah
T4 atau FT4 tinggi
Pada T3 toksikosis: T3 atau FT3 meningkat
Pemeriksaan fisk
Gejala & tanda khas hipertiroidisme, karena Graves atau
yang lain
Sistem saraf pusat terganggu: delirium, koma
Deniarr, tinggi s/d 40 OC
& Takikardi2 s/d 130-200 xlm
Sering: fibrilasi atrial dengan respons ventrikular cepat
Dapat memperlihatkan gaga] jantung kongestif
Dapat ditemukan ikterus
Laboratorium:
TSHs sangat renciah
T4 / FT4 1 T3 tinggi
Anemia normokrom normositik, limfositosis relatif
Hiperglikemia
Peningkatan enzim transaminase hati
Azctemia prerenal
Hiperfiroidisme seklunder
Adenoma hipofisis yang mensekresi TSH
Sindrom resistensi hormon tiroid
Turnor tumor yang mensekres HCG
Tirotoksikosis gestasional
Pemeriksaan Laboratorium:
penunjang TSHs
T4 atau FT4
T3 alkau FT,3
TSH RAb
Kadar !aukosit bila timbul infeksi pada awal pemakaian obat
antitiroid)
Sidik Tiroid / thyroid scan: terutama membedakan penyakit Plummer
dari penyakit Graves dengan komponen nodosa EKG Foto thoraks
RADIOABLAS1
Indikasi:
Pasien berusia >35 tahun
Hipe-itiroidisme yang kambuh setelah dioperasi
Gagal mencapai remisi setelah pemberian obat antitiroid
Tidak mampu atau tidak mau terapi obat antitiroid
Adenoma toksik struma multinodosa toksik
Kriteria a-iagnosis:
Kadar gluksoa : > 250 mg/dL
PH : < 7,35
HCO3 : rendah
Anion Cap tinggi : tinggi
Keton serum : positif, dan atau ketoryuria
Diagnosis Banding Ketosis diabetik :
Hiperglikemia, hiperosmolar non ketotik /hyperglycemia
Hyperosmolar state
Ensefalopati uremikum, asidosis urernikum
Minum alkohol, Ketosis alkoholik
Ketosis hipoglikemia
Ketosis starvasi
Asidosis !aktat
Asidosis hiperkioremik
Kelebihan salisilat
Drug-induced sacidosis
Ensefalopati karena Infeksi
Trauma kapitis
Pemriksaan cito:
Gula darah
Elektrolit
Pemeriksaan Ureum, kreatinin
Penunjang Aseston darah
Urine rutin
Analisa gas darah
EKG
Pemantauan :
Gula darah tiap jam :
Na+ , K+, Cl, tiap 6 jam selama 24 jam, selanjutnya sesuai
keadaan
Analisa gas darah : bila PH < 7 saat masuk diperiksa
setiap 6 jam s/d > 7.1 selanjutnya setiap hari sampai stabil
Pemeriksaan
Kultur darah
Kultur urin
Kultur pus
1. Cairan:
NaCI 0,9 % diberikan ± 1-2- L pada 1 jam pertama, lalu ± 1
L pada jam kedua, lalu ± 0,5 L pada jam ketiga dan keempat,
dan ± 0,25 L pada jpm L-,e;ima dan keenam, se!anjutnya
sesuai kebutuhan.
Jumlah cairan yang diberikan dalam g 5 jam seCar 5 L. Ika
Na+ > 155 mEq/L ganti cairan dengan NaCI 0,45 Jika GD <
200 mg/dL ganti cairan dengan Dextrose 5 %
2. Insulin (regular insulin = RI):
Diberikan setelah 2 jam rehidrasi cairan
RI bobs 180 mU/kgBB IV, dilanjutkan:
RI drip 90 mU/kgBB/jam,da!am, NaCI 0,9
Jika GD < 200 mg/dL kecepatan dikurangi
RI drip 45 mU/kgBB/jam dalam NaCI 0,9 %
Jika GD stabil 200 - 300 mg/IdL selama 12 jam RI drip 1 -2
Uljam IV, disertai sliding scale setiap 6 jam:
GD RI
(mqldL) (Unit, subkutan)
< 200 0
200 -250 5
250 -30C 10
300 -350 15
> 350 20
Jika. kadar GD ada yang < 100 mg/dL: drip M dihentikan
Setelah sliding scale tiap 6 jam, dapat diperhitungkan
kebutuhan insulin sehari dibaqi 3 dosis sehar subkutar,
sebelum makan ( bila pasien sudah makan).
Ill. Kalium
Kalium (K Cl) drip dimulai bersamaan dengan drip Ri,
dengan dosis 50 mEq / 6 jam. Syargt: tidak ada gagal ginjal,
tidak ditF,-nukan gelombang T yang iancip dan tinggi pada
EKG, dan jumlah urine cukup adekuat
Anamnesis:
Penggunaan preparat insulin atau obat hilpoglikemik oral:
dosis terakhir, vvakiu pemakaian terakhir, perubahan dosis.
Waktu, makan terakhir, jijmlah asupcn gizi.
Riwavat jenis pengobatan clan dosis sebelumnya.
Lama menderita DIVi, komplikasi DM.
Penyakit penyerta: ginjal, hati, dll.
Penggunaan obat sisternik lainnya: penahambat adrenergik
, dll
Pemeriksaan :
Pucat, diaphoresis.
Tekanan darah
Frakuensi denyut jantung
Penurunan kesadaran
Defisit neurologik fokal transien
GID RI
(mg/ldL) (Unit, subkutan)
< 200 0
200 - '250 5
250-300 10
300-350 15
> 350 20
Bila hipoglikemia belum teratasi, dipertimbangkan
pemberian antagonis insulin, seperti: adrenalin, kortison dosis
tinggi, atau glukagon 0,5-1 mg / IM (bila penyebabnya insulin)
Bila pasien belum sadar, GDs sekitar 200 mg/dL
hidrokortison 100 mg per 4 jam selama 12 jam atau deksametason
10 mg IV bolus dilanjutkan 2 mg tiap 6 jam dan Matinol 1,5 g/kgBB
IV setip 6-8 jam. Dicari penyebab lain kesadaran menurun.
Komplikasi Mortalitas
Prognosis Dubia
DISLIPIDEMA
Pengertian Kelainan metabolisme lipid yang ditandai oleh kelainan (peningkatan
lau penurunan) fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang
tama adalah kenaikan kadar koleste,ol total, kenaikan kadar trigliserid
serta penurunan kadar kolesterol HDL Dalam proses terjadinya
aterosklerosis ketiganya mempunyai peran penting dan berk;iitan,
Sehingga dikenal sebagai triad lipid. Secara klinis, dikLasifikasikan
menjadi:
Hiperkolesterolemia
Hipertrigliseridemia
Carnpuran hiperkolesterolemia dan hiper-trigliseridemia
Diagnosis
Klasifikasi kadar kolesterol:
Kolesterol LDL Klasifikasi:
< 100 mgldL Optimal
100 - 129 rrg/dL Hampir optimal
130 - 159 mg/dL Borderline, tinggi
160 - 189 mg/dL Tinggi
>190 mg/dL Sangat tinggi
Kolesterol total:
< 200 mgldL Idaman
200 - 239 mgldL Borderline tinggi
> 240 mgldL tinggi
Kolesterol HDIL
< 40 mg/dL Rendah
>60 mg/dL Tinggi
Periksaan Penunjang Skrining dianjurkan pada sernua pasien berlisia > 20 tahun,
setiap 5 tahun sekali:
• Kadar kolesterol total
• Kadar kolesterol LDL
• Kadar kolesterol HDL
• Kadar trigliserida
Kadar glukosa darah
Tes fungsi hati
Urine lengkap
Tes fungsi ginjal,
TSH
EKG
Terapi Untuk hiperkolesterolemia:
Penatalaksanaan Non-farmakologis (Peruhahan Gaya Hidup):
• Diet, dengan kornposisi:
Lemak jenuh <7% kalori total
PUFA hingga 10 % kalori total
MUFA hingga 10 % kalori tota!
Lemak total 25-35% kalori total
Karbohidrat 50-60 kalori total
Protein hingga 15 % kalori total
Serat 20 - 30 g 1 hari
ci Kolesterol < 200 mg/hari
Latihan jasm;Rni
Penurunan berat badan bagi yang gemuk
Menghentikan kebiasaan merokok, minuman alkohol
- Atorvastatin 10 - 80 mg
Golongan bile acid sequestrant:
- Cholestyramine 4 - 16 g
Goicngan nicotinic acid:
Nicotinic acid (immediate release) 2 x 100 mg s/d 1, 5 – 3 g