UNTIRTA
Disusun oleh:
Hendra Yusdar (3331150031)
Tonang Dwi Nugroho (3331150038)
Mochammad Agung P (3331150054)
Muhammad Fauzan A (3331150043)
Yudi Rahman (3331150041)
Inu Prasetya Putra (3331150040)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Peran
Mentoring Dalam Membangun FT.UNTIRTA” tidak lupa sholawat serta salam
senantiasa penulis curahkan kepada jungjungan Nabi Muhammad SAW., beserta para
sahabat dan umatnya yang telah membawa kita dari zaman kebodohan ke zaman yang
berilmu pengetahuan.
Adapun tujuan penulisan penyusunan makalah ini adalah sebagai salah satu
syarat mengikuti malam bimbingan iman dan taqwa (MABIT). Tidak lupa kami
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu proses
penyelesaian makalah ini baik bantuan moril maupun bantuan materil. Sehingga
makalah ini dapat terlesaikan dengan baik dan sesuai dengan tenggang waktu yang
telah ditentukan.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari banyak kekurangan. Maka
dari itu kami mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari pembaca
untuk penyempurnaan dan perbaikan makalah selanjutnya.
Semoga maksud dan tujuan dapat tersampaikan kepada pembaca. Akhir kata
kami sampaikan terimakasih.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2 Tujuan Masalah................................................................................. 1
1.3 Rumusan Masalah............................................................................. 2
1.3 Sistematika Penulisan........................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Uji Impak..................................................................................... 3
2.2 Metode Uji Impak........................................................................ 4
2.2.1 Metode Charpy.................................................................. 5
2.2.2 Metode Izod....................................................................... 5
2.3 Angka Hasil Pukulan Takik (impact).......................................... 6
2.4 Cara Pemukulan Dengan Mesin Charpy......................................7
2.5 Standar Specimen Uji Impact...................................................... 7
BAB III PENUTUP
Kesimpulan........................................................................................................... 17
Saran.................................................................................................................... 17
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Oleh karena itu berbicara pendidikan agama islam, baik makna maupun tujuannya
haruslah mengacuh pada penanaman nilai-nilai islam dan tidak dibenarkan
melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga dalam
rangka menuai keberhasilan hidup di dunia bagi anak didik yang kemudian akan
mampu membuahkan kebaikan diakhirat kelak.
Fungsi Pendidikan Agama Islam di sekolah atau madrasah Abdul Majid, dan
Dian Andayani, dalam bukunya Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompotensi,
yakni sebagai berikut:
Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada
Allah swt yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya
kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan di lakukan oleh setiap orang tua
dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuh kembangkan lebih lanjut dalam
diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan
tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagian hidup didunia
dan di akhirat. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah
lingkungannya sesuai dengan ajaran agama islam. Perbaikan, yaitu untuk
memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-
kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran dalam
kehidupan sehari-hari. Pencegahan, yaitu untuk menangkal, hal-hal negatif dari
lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan
menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya. Pengajaran,
tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum system dan fungsional.
Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di
bidang agama islam agar bakat tersebut dapat berkembangsecara optimal sehingga
dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.
4) Proses Mentoring
Proses mentoring merupakan tahapan-tahapan yang harus dilalui oleh peserta
mentoring. Proses mentoring ini disesuaikan dengan waktu pendaftaran menjadi
anggota LDK sampai pada akhir kelulusan. Akhir dari alur ini adalah peserta
melakukan mentoring berkelanjutan. Pada proses mentoring ini berisi kegiatan:
a) Pembukaan
b) Tilawah
c) Kultum oleh peserta
d) Materi mentoring
e) Sharing
f) Penutup
5) Kurikulum Mentoring
Kurikulum merupakan perangkat rencana dan pengaturan mengenai isi materi
dan cara menyampaikan materi kepada mentee atau mutarobbi. Mentor harus
menguasai kurikulum mentoring dangan baik.
d. Bentuk Keaktifan Mentoring
Keaktifan mahasiswa Lembaga Dakwah Kampus dalam mengikuti mentoring
adalah segala kesibukan yang dilakukan mahasiswa tersebut baik keaktifan fisik
maupun non fisik ketika proses mentoring dilaksanakan. Keaktifan ditandai oleh
adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosional dan fisik dengan rasa
ingin tahu. Daya keaktifan yang dimiliki seseorang secara kodrati itu akan dapat
berkembang ke arah yang positif saat lingkungannya memberikan ruang yang baik
untuk perkembangan keaktifan tersebut.
Setelah mengetahui deskripsi dari kedua kata di atas maka, yang dimaksud
kegiatan mentoring di sini adalah mentoring agama Islam, yaitu kegiatan
pembelajaran atau pendidikan agama islam dalam bentuk pengajian kelompok kecil
yang diselenggarakan rutin setiap pekan dan berkelanjutan. Metoring lebih efektif
jika setiap kelompok pengajian terdiri atas 3-10 orang dengan dibimbing oleh seorang
pembina. Mentoring ini bisa disebut juga dengan kata lain yaitu Dakwah Sistem
Langsung. Dalam kegiatan belajar mengajar salah satu hal yang perlu diperhatikan
adalah keaktifan. Banyak sekali hal yang membuat siswa kurang aktif dalam
pembelajaran dan hal itu bisa disebabkan oleh pementor atau pengajarnya sendiri.
Sebelum memberikan penilaian tentang keaktifan belajar siswa, pementor harus
mengetahui terlebih dahulu ciri-ciri siswa aktif mentoring (belajar) diantaranya:
1) Intensitasnya dalam mengikuti kegiatan mentoring (Mahfudhoh, 2012: 8)
Dalam hal pembelajaran aktif, intensitas ini menempati bagian paling utama
karena belajar itu bukan hanya sekali atau dua kali selesai melainkan
berkelanjutan. Jadi intensitas dalam mengikuti pembelajaran akan
menghasilkan peserta didik yang semakin faham dan bertambah
pengetahuannya. Mahasiswa dikatakan aktif kuliah apabila intensitas
kehadiran dalam perkuliahan itu maksimal.
2) Mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari pembina
Ketika sedang menerima penjelasan dari guru tentang materi tertentu semua
perhatian hars tertuju pada guru. Pendengaran harus betul-betul dipusatkan
pada penjelasan guru. Menulis dan mendengarkan penjelasan guru adalah cara
yang dianjurkan agar catatan itu dapat digunakan suatu waktu.
3) Mencatat yang dianggap penting (Djamarah, 2002: 101)
Ketika belajar di kelas, guru menjelaskan bahan pelajaran tertentu hendaklah
mencatat dengan cara yang baik yaitu mencatat hal-hal yang dianggap penting
diantara yang tidak penting. Dengan mencatat hal-hal yang dianggap penting
itu berarti tidak perlu lagi mencatat dengan tergesa-gesa, tetapi cukup
mencatatnya dengan tenang pada kertas. Sungguhpun begitu, ada ha-hal
tertentu yang perlu dicatat seluruhnya, misalnya dalil-dalil, definisi rumus-
rumus, ayat-ayat Al-Qur‟an dan lain sebagainya. Selain mencatat hal-hal yang
dianggap penting, mencatat hal yang belum jelas juga bermanfaat karena
dengan mencatat yang belum jelas dapat ditanyakan kembali kepada teman di
luar jam kuliah atau membaca buku maupun bertanya langsung kepada guru.
4) Bertanya bila ada yang belum jelas (Djamarah, 2002: 103)
Apa yang guru jelaskan sudah barang tentu tidak semuanya dapat dimengerti
karena pasti ada yang belum jelas. Akibatnya sebagai pelajar mengalami
permasalahan yang harus dipertanyakan kepada guru. Bertanya mengenai hal-
hal yang belum jelas adalah salah satu cara untuk dapat mengerti bahan
pelajaran yang belum dimengerti. Banyak mahasiswa yang takut bertanya
tentang hal-hal yang kurang jelas, sehingga menjadi beban berkepanjangan.
Permasalahan materi yang lama belum terpecahkan, muncul lagi
permasalahan materi yang baru. Akhirnya semua maslah itu menjadi teka-teki
yang memecahkan konsentrasi.
5) Mengerjakan tugas dari pembina (Djamarah, 2002: 90)
Keterlambatan dalam menyelesaikan tugas boleh jadi disebabkan karena
alasan lupa, malas dan sebagainya. Namun dengan mencatat penugasan yang
diberikan akan lebih mudah mengingatnya. Sekiranya ada waktu yang tersisa
dalam menyelesaikan tugas, sebaiknya waktu itu digunakan untuk
menyelesaikan tugas jangan menunda-nunda karena menunda akan
mengakibatkan gelisah dan tergesa-gesa. Satu hal yang perlu diperhatikan
bahwa penyelesaian tugas jauh-jauh hari memudahkan mengadakan perbaikan
jika ada kesalahan yang terjadi pada kata-kata atau kalimat.
6) Mengulang kembali materi (Djamarah, 2002: 42)
Setelah kuliah atau sekolah jangan lupa untuk mengulang bahan pelajaran di
rumah atau di asrama. Apa yang guru telah jelaskan tidak semuanya terkesan
dengan baik, tentu ada kesan yang masih samar-samar dalam ingatan.
Pengulangan sangat membantu untuk memperbaiki semua kesan yang masih
dirasa samar agar menjadi jelas dalam ingatan.
Mengulangi bahan pelajaran bisa dilakukan pada waktu malam, pagi hari atau
sore hari. Pada malam hari waktu yang baik adalah selesai shalat maghrib atau
sekitar pukul 19.10 hingga pukul 22.00. Pada pagi hari waktu yang disarankan
adalah pukul 04.30 hingga 06.00. Sedangkan pada waktu sore sekitar pukul
16.10 hingga 18.00 tetapi jangan lupa sepulang dari sekolah atau kuliah,
istirahat sebentar lalu ulangi bahan pelajaran dengan membacanya.
7) Keterlibatannya dalam proses kegiatan mentoring sebagai petugas
Keterlibatan dalam proses mentoring ini dapat berupa penunjukan untuk
menjadi petugas dalam proses mentoring tersebut, misalnya bertugas menjadi
mc, petugas kultum, bedah buku dan dapat juga dengan menanyakan hal-hal
yang kurang jelas dan ikut berperan aktif di dalamnya.
e. Tujuan Mentoring
Bila kita memahami arti dari mentoring, maka di dalamnya mengandung arti
sebagai sarana pendidikan atau tarbiyah bagi manusia untuk selalu menambah
kualitas pribadi baik dari segi pengetahuan (akal) maupun rohani. Ada dua tugas
besar yang diberikan Allah kepada manusia yaitu beribadah kepada Allah dan
menjalankan fungsi kekhalifahan di muka bumi ini. Seperti dalam firman Allah dalam
surah al-Baqarah: 30 yaitu:
dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya
aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata:
"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami
Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan
berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
(QS.al-Baqarah: 30)
Tarbiyah atau proses mentoring adalah proses pembinaan terhadap seluruh
aspek kehidupan diri seseorang manusia, untuk memunculkan pemahaman dan
pengamalan ajaran-ajaran Islam. Siddiq (2002: 97)
Menurut Drs. Mahfudz Siddiq (2002: 98-99), Tujuan dari proses mentoring Islam ini
adalah jelas untuk membentuk manusia untuk mau dan mampu beribadah kepada
Allah swt dan menjalankan fungsi kekhalifahannya di muka bumi, dan untuk lebih
rincinya sebagai berikut:
1) Menanamkan keyakinan kuat kepada Allah, kebenaran Islam dan para Rasul-
Nya.
2) Membangun yang benar tentang konsepsi ajaran Islam sebagai minhajul
hayah.
3) Membimbing kepada pengamalan ajaran Islam secara total dalam lingkup
pribadi, keluarga, masyarakat dan ruang kehidupan yang lebih luas.
4) Mengarahkan perwujudan ruh ukhuwah islamiyah di dalam kehidupan
sosialnya.
5) Mendorong kepada optaimalisasi amal untuk menampilkan kebaikan dan
keunggulan Islam.
6) Mengikat dan menghimpun ummat ke dalam kehidupan berjamaah dan
beramal jamaah dalam rangka menyebarluaskan dakwah Islam.
7) Mengarahkan dan mendayagunakan seluruh potensi kekuatan dalam rangka
menegakkan panji-panji islam.
8) Memelihara syahsiyah dan amal dari berbagai pengaruh yang bisa merusak
atau melemahkannya.
9) Mengkoreksi dan memperbaiki berbagaia bentuk kesalahan dan
penyimpangan dalam aspek syahsiyah dan amal melalui tausiyah dan
mau‟idzatil khasanah.
Setelah mengetahui tujuan dari mentoring atau tarbiyah di atas, maka ending
dari hasil tarbiyah akan memiliki profil atau ciri-ciri yang biasa digambarkan dengan
sebutan 10 muwashafat (dalam Az-zahidda, 2009: 70) sebagai berikut:
1) Salimul Aqidah (akidah yang bersih)
Akidah harus bebas dari syirik, mempercayai ramalan nasib,dan hal-hal yang
berbau kesyirikan karena Dzat yang berhak disembah hanyalah Allah SWT,
tidaka ada yang sanggup menandingi-Nya.
2) Shahihul Ibadah (ibadah yang benar)
Seorang yang sudah tertarbiyah harus memiliki sifat shahih ibadah, tidak
mengandung unsur bid‟ah dan harus sesuai dengan hukum-hukum Allah dan
Sunnah Rasulullah. Begitu pula beribadah, idealnya kita merasa bahwa Allah
melihat kita. Sehingga shalat kita khusyu, rajin beramal, puasa sunnah, zakat
dan melakukan ibadah-ibadah yang lainnya dengan sempurna.
3) Matinul Khuluq (akhlaq yang kokoh )
Akhlak yang mulia harus dimilikioleh setiap muslim, baik akhlak kepada
Allah maupun kepada sesama manusia. Begitu pentingnya akhlak bagi
seorang muslim sampai Allah mengutus Rasulullah dengan salah satu
tugasnya untuk memperbaiki akhlak manusia.
4) Qawiyyul Jism (tubuh yang kuat)
Kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim, dengan
kekuatan ini seorang muslim akan memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat
melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisik kuat.
5) Harishun „Ala Waqtihi (pandai menjaga waktu)
Setiap hari Allah memberi waktu 24 jam dan dengan waktu tersebut masih ada
manusia yang rugi dan ada yang beruntung dalam menggunakannya, maka
gunakan waktu untuk senantiasa berbuat kebaikan dan berfaedah.
6) Mutsaqofful Fikri (pemikiran yang luas)
Dalam islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan kecuali
harus dimulai dengan aktivitas berfikir, bisa dibayangkan bila suatu perbuatan
tanpa disertai pertimbangan pemikiran secara matang. Untuk itu memiliki
wawasan luas akan mampu melaksanakan amal secara tepat.
7) Munazhamun Fi Syu‟unihi (tertata segala urusannya)
Shalat sebagai penata waktunya, teratur di dalam rumah dan kerjanya,
merapikan ide-ide dan pikirannya, disiplin dalam bekerja.
8) Qadiirun „Alal Kasbi (mampu menghidupi dirinya)
Qodiirun „alal kasbi merupakan ciri lain yang harus ada pada diri seorang
muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan
kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala
seseorang memiliki kemandirian terutama dari segi ekonomi. Tak sedikit
seseorang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki
kemandirian dari segi ekonomi. Karena pribadi muslim tidaklah mesti miskin,
seorang muslim boleh saja kaya bahkan memang harus kaya agar dia bisa
menunaikan ibadah haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah dan
mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu perintah mencari
nafkah amat banyak di dalam Al Qur‟an maupun hadits dan hal itu memiliki
keutamaan yang sangat tinggi. Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah
seorang muslim amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik.
Keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat rizki dari Allah swt.
9) Mujahidun Nafsihi (bersungguh-sungguh atas dirinya)
Memerangi dorongan nafsu, selalu menyertakan niat ibadah, sabar,
menyesuaikan perbuatan dan ucapannya
10) Nafi‟un Ghairihi (bermanfaat bagi orang lain)
Komitmen dengan adab islam di dalam rumah, memberikan pelayanan umum
karena Allah, membantu orang yang membutuhkan, mendoakan orang lain,
berusaha memenuhi hajat orang lain dan semangat berdakwah di keluarga,
kerabat maupun masyarakatnya.
Selain itu, bentrok juga sempat terjadi saat pertandingan sepakbola antar
Fakultas Ilmu Sosial Politik dengan Fakultas pertanian di stadion ereka juga
cenderung mengambil jalan pintas dan tidak mau memikirkan dampak negatifnya
(Bagong, dalam Irsyad, 2012). Untuk menjadi mahasiswa yang baik, maka
hendaknya mahasiswa dapat menjadi pribadi yang mandiri dan mampu
menyeimbangkan potensi intelektual, emosional, moralitas, dan spiritual.
Dengan kondisi tersebut, maka perlu dilakukan sebuah upaya intervensi guna
meningkatkan konsep diri remaja melalui teman sebaya. Salah satu program
intervensi yang dapat dilakukan melalui peran teman sebaya adalah dengan proses
mentoring. Santrock (2007) di dalam bukunya yang berjudul Adolescence
mengatakan bahwasanya mentoring merupakan program yang cocok dalam
pembentukan karakter dan pendidikan bagi para remaja. Selain hal tersebut, Agustiani
(2006) menambahkan cara lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan konsep diri
pada remaja agar menjadi lebih positif adalah dengan meningkatkan nilai-nilai
religiusitas remaja. Oleh karena itu, dengan kombinasi antara mentoring dengan
penanaman nilai religiusitas diharapkan dapat semakin memperkuat konsep diri
remaja menjadi lebih positif, yakni melalui mentoring Agama Islam. Mentoring
merupakan bimbingan yang diberikan melalui demonstrasi, instruksi, tantangan dan
dorongan secara teratur selama periode waktu tertentu. Mentoring biasanya dilakukan
oleh individu yang lebih tua untuk meningkatkan kompetensi serta karakter individu
yang lebih muda. Selama proses ini berlangsung, pementor dan mentee
mengembangkan suatu ikatan komitmen bersama. Di samping itu, relasi dari mentee
ke pementor juga melibatkan karakter 7 7 emosional yang diwarnai oleh sikap
hormat, setia, dan identifikasi (Santrock, 2007). Dalam Islam, kata mentoring lebih
dikenal dengan istilah halaqah atau usroh. sebuah istilah yang berhubungan dengan
pendidikan dan pengajaran Islam.
Dimana setengah dari para remaja menjalani mentoring dalam bentuk diskusi
yang luas mengenai sekolah, karir dan kehidupan, begitu pula dalam aktifitas waktu
luang bersama para remaja lainnya. Setengah lainnya tidak menjalani mentoring.
Kelompok yang ikut mentoring menunjukan peningkatan prestasi di dalam kelas, dan
memperbaiki relasi dengan orang tua. Menurut Jekielek, Kristin, dan Elizabeth (2002)
setidaknya ada delapan hal umum tentang manfaat dari pelaksanaan mentoring bagi
para pelajar, yakni : menurunnya tingkat absen, meningkatnya partisipasi pelajar,
semakin minimnya penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang, jarang terlibat
perkelahian, tidak suka terlibat dengan kelompok-kelompok yang jahat, sikap yang
lebih sopan terhadap orangtua, sikap yang lebih baik di sekolah, dan meningkatnya
hubungan dengan orangtua serta dukungan teman sebaya. La Vonne dan Steve (2002)
mengemukakan dalam penelitiannya bahwasanya mentoring yang dilakukan secara
efektif dapat meningkatkan motivasi bagi para pelajar untuk menyelesaikan studinya
dan mempersiapkan para pelajar untuk meneruskan jenjang karirnya di dunia kerja,
meningkatkan potensi dan kepercayaan diri serta membantu untuk memperluas
jaringan kekerabatan dengan banyak orang. Darrick & David (2007) dalam jurnalnya
yang berjudul ―dampak mentoring terhadap perubahan perilaku para kriminal‖
mengemukakan bahwasanya individu yang mengikuti mentoring menunjukkan
peningkatan kesejahteraan secara psikologis, kehidupan yang lebih positif dan
mengurangi 10 10 kecenderungan untuk melakukan perilaku-perilaku beresiko
kembali di dalam hidupnya. Rebecca (2009) juga menemukan hal yang sama
terhadap hasil penelitiannya mengenai mentoring
Dalam penelitiannnya terhadap lebih dari 200 orang pelajar di London yang
mengikuti mentoring, ia menemukan bahwasanya pelaksanaan mentoring yang
dilakukan dalam waktu yang cukup lama setidaknya akan meningkatkan potensi diri
untuk sukses dan berprestasi. Setidaknya secara statistik potensi kesuksesan untuk
berhasil bagi seseorang yang mengikuti mentoring naik lebih kurang 10% pada setiap
tahunnya. Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwasanya faktor lain yang dapat
membentuk konsep diri menjadi positif selain mentoring adalah dengan
meningkatkan religiusitas mahasiswa. Kresnawati (dalam Kusuma, 2010) pada
penelitiannya terhadap 114 orang pelajar SMA di Jakarta ditemukan bahwasanya ada
hubungan positif antara religiusitas dengan kemampuan pemecahan masalah pada
remaja. Dari hasil analisis deskriptif diperoleh hasil bahwa pemahaman tingkat agama
berbanding lurus dengan kemampuan individu dalam memecahkan masalah.
Sebanyak 76 orang (66,7%) berkategori baik dalam memecahkan masalah, dan yang
berkategori tidak baik sebanyak 38 orang (33,3%). Cole (dalam Rahayu, 2008) juga
menambahkan bahwasanya agama atau religiusitas dalam diri individu terbukti
berperan dalam mengurangi tingkat konflik yang terjadi, terutama konflik yang
berkaitan dengan ketidakpuasan terhadap dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya.
Beberapa ahli sepakat bahwa agama sangat potensial untuk mendorong dan
mengarahkan hidup manusia pada perubahan-perubahan ditingkat mikro individual
dan makro sosial ke arah yang baik dan benar.