Anda di halaman 1dari 15

Pengauditan dan Profesi Akuntan

Publik

OLEH :
KELOMPOK 1
I Made Praya Gusadi (1215351159)
Pande Kd. Ary Raditya P. (1215351188)
I Gusti Made Linggar Tanaya (1215351189)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Udayana
2013
PENGAUDITAN DAN PROFESI AKUNTAN PUBLIK

Jasa Penjamin
Jasa penjamin (assurance services) adalah jasa professional independen untuk
memperbaiki kualitas informasi bagi para pengambil keputusan. Orang-orang yang bertanggung
jawab untuk melakukan pengambilan keputusan membutuhkan jasa penjamin guna membantu
memperbaiki keandalan dan relevansi informasi yang digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan. Jasa penjamin memiliki nilai karena pemberi jaminan bersifat independen dan tidak
bias dengan informasi yang diperiksanya.

Jasa Atestasi
Jasa atestasi adalah jenis jasa penjaminan yang dilakukan kantor akuntan publik dengan
menerbitkan suatu laporan tertulis yang menyatakan kesimpulan tentang keandalan pernyataan
tertulis yang dibuat oleh pihak lain. Ada tiga bentuk jasa atestasi, yaitu: audit atas laporan
keuangan historis, review atas laporan keuangan historis, dan jasa atestasi lainnya.
 Audit Atas Laporan Keuangan Historis
Audit atas laporan keuangan historis adalah salah satu bentuk jasa atestasi yang dilakuan
auditor. Dalam pemberian jasa ini auditor menerbitkan laporan tertulis yang berisi
pernyataan pendapat apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsi-
prinsipauntansi yang berlaku umum. Audit merupakan bentuk pemberian jasa
penjaminan yang paling banyak dilakukan oleh kantor-kantor akuntan publik
dibandingkan dengan jasa penjamin lainnya.
 Review atas Laporan Keuagan Historis
Review atas laporan keuangan historis adalah jenis lain dari jasa atestasi yang diberikan
kantor-kantor akuntan publik.
 Jasa Atestasi Lainnya
Kantor-kantor akuntan publik dapat memberikan berbagai macam jasa atestasi.
Kebanyakan dari jasa atestasi tersebut merupakan perluasan dari audit atas laporan
keuangan, karena pemakai laporan keuanagan membutuhkan jaminan independen tentang
informasi lainnya (selain informasi dalam laporan keuangan).

Jasa Penjamin Lainnya


Kebanyakan jasa penjamin lain yang diberikan kantor-kantorakuntan publik tidak
merupakan jasa atestasi. Jasa-jasa tersebut mirip dengan jasa atestasi yaitu akuntan publik harus
independen dan harus memberikan jaminan atas informasi yang akan dipakai para pengambil
keputusan.

Jasa Bukan Penjamin


Kantor akuntan publik juga memberikan berbagai jenis jasa lain yang ada pada umumnya
tidak merupakan jasa penjaminan. Tiga contoh jenis jasa bukan penjaminan yang sering
diberikan kantor – kantor akuntan publik adalah jasa akuntansi dan pembukuan, jasa perpajakan,
dan jasa konsultasi manajemen.

SEJARAH FUNGSI PENGAUDITAN


Pengauditan telah mulai dilakukan sejak abad ke limabelas. Tahun kelahirab pengauditan
laporan keuangan secara pasti tidak diketahui, tetapi dari berbagai sumber dapat diketahui bahwa
pada sekitar awal abad ke limabelas jasa auditor telah mulai digunakan di Inggris. Meskipun
pengauditan telah lahir sejak beberapa abad yang lalu, namun perkembangan yang pesat baru
terjadi pada abad ini.

Pengauditan Independen Sebelum Tahun 1900


Kelahiran fungsi pengauditan di Amerika Utara berasal dari Inggris. Akuntansi sebagai
profesi diperkenalkan di bagian benua ini oleh Inggris pada paruh kedua abad ke sembilan belas.
Para akuntan di Amerika Utara mengadopsi bentuk laporan dan prosedur audit sebagaimana yang
berlaku di Inggris.
Perusahaan-perusahaan publik di Inggris pada waktu itu harus tunduk pada undang-
undang yang disebut Companies Act. Menurut undang-undang tersebut semua perusahaan publik
harus diaudit. Ketika fungsi audit mulai diekspor ke Amerika Serikat, bentuk laporan model
Inggris turut diadopsi pula meskipun peraturan yang berlaku di Amerika Serikat tidak sama
dengan yang berlaku di Inggris. Sebagaimana disebutka di atas, di Inggris semua perusahaan
publik harus diaudit, sedangkan di Amerika Serikat pada waktu itu tidak wajib diaudit.
Keharusan untuk diaudit datang dari badan yang mengatur pasar modal yang disebut Securities
and Exchange Commission (SEC), serta dari pengakuan umum mengenai manfaat pendapat
auditor atas laporan keuangan.
Tidak adanya peraturan undang-undang yang mengharuskan audit atas laporan yang
diberikan kepada para pemegang saham, menyebabkan audit pada abad ke semblin belas menjadi
beraneka-ragam, kadang-kadang hanya meliputi neraca saja, tapi ada pula yang berupa audit atas
semua rekening yang ada pada perusahaan dan dilakukan secara menyeluruh dan mendalam.
Auditor biasanya mendapat penugasan dari manajemen atau dari dewan komisaris perusahaan,
dan laporan hasil audit biasanya dialamtkan kepada pihak intern perusahaan, bukan kepada para
pemegang saham. Pemberian laporan kepada pemegang saham pada waktu itu tidak biasa
dilakukan. Para manajer perusahaan hanya mengingikan untuk mendapat jaminan dari auditor
bahwa kecurangan dan kekeliruan dalam pencatatan tidak terjadi.

Perkembangan di Abad Keduapuluh


Memasuki abad XX, revolusi industri kira-kira telah berusia 50 tahun dan selama masa
itu jumlah perusahaan industri telah berkembang dengan pesat. Jumlah pemegang saham juga
semakin bertambah dan mereka sudah mulai menerima laporan auditor. Kebanyakan pemegang
saham baru ini tidak memahami makna pekerjaan seorang auditor, dan kesalahpahaman melanda
banyak pihak termasuk para pimpinan perusahaan dan bankir. Pada umumnya mereka
beranggapan bahwa pendapat auditor adalah jaminan keakuratan laporan keuangan.

Profesi akuntansi di Amerika berkembang pesat setelah berakhirnya Perang Dunia I.


Sementara itu kesalahpahaman tentang fungsi pendapat auditor masih terus berlangsung,
sehingga pada tahun 1917 Federal Reserve Board menerbitkan Federal Reserve Buletin yang
memuat cetak ulang suatu dokumen yang disusun oleh American Institute of Accountant (yang
selanjutnya berubah menjadi American Institute of Certified Public Accountants atau AICPA
pada tahun 1957) yang berisi himbauan tentang perlunya akuntansi yanng seragam, tetapi tulisan
tersebut sesungguhnya lebih banyak menguraikan tentang bagaimana mengaudit neraca.
Pernyataan teknis ini merupakan pernyataan pertama yang dikeluarkan oleh profesi akuntansi di
Amerika Serikat dari sekian banyak pernyataan yang dikeluarkan selama abad ke-20.

Pada awalnya, para akuntan publik menyusun laporan tanpa mengikuti pedoman resmi.
Akan tetapi pada 50 tahun terakhir, profesi dengan cepat mengembangkan redaksi laporan yang
umum digunakan melalui AICPA. Redaksi atau susunan kalimat dalam laporan hasil audit tidak
lagi merupakan pekerjaan mengarang kalimat dalam laporan, melainkan merupakan proses
pengambilan keputusan. Alternatif bentuk tipe laporan yang dapat dipilih auditor tidak banyak,
dan sekali auditor memilih jenis pendapat yang diberikan dalam situasi tertentu, auditor tinggal
memilih jenis laporan yang dirncang untuk menyatakn pendapat tersebut.

Perkembangan Pengauditan di Indonesia


Profesi akuntansi di Indonesia masih tergolong muda. Pada masa penjajahan Belanda,
jumlah perusahaan di Indonesia belum begitu banyak, sehingga akuntansi dengan sendirinya
hampir tidak dikenal. Perusahaan-perusahaan milik Belanda yang beroperasi di Indonesia pada
waktu itu, mengikuti model pembukuan seperti yang berlaku di negaranya. Situasi seperti itu
berlangsung hingga Indonesia merdeka. Akuntansi baru mulai dikenal di Indonesia setelah tahun
1950-an, yaitu ketika semakin banyak perusahaan didirikan dan akuntansi sistem Amerika mulai
dikenal, terutama melalui pendidikan di perguruan tinggi.

Tonggak penting perkembangan akuntansi di Indonesia terjadi pada tahun 1973, yaitu
ketika Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menetapkan Prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia
(PAI) dan Norma Pemeriksaan Akuntan (NPA). Prinsip akuntansi dan norma pemeriksaan
tersebut hampir sepenuhnya mengadopsi prinsip akuntansi dan standar audit yang berlaku di
Amerika Serikat. Penetapan prinsip akuntansi dan norma pemeriksaan di Indonesia terutama
dipicu oleh lahirnya pasar modal yang mensyaratkan perusahaan yang akan menjual sahamnya di
pasar modal untuk memliki laporan keuangan yang telah diaudit. Selain itu perkembangan yang
terjadi dalam dunia perbankan sejak tahun 1988 semakin menuntut dilakukannya audit atas
laporan keuangan bagi perusahaan-perusahaan yang akan mengajukan permohonan kredit ke
bank. Pada tahun 1995 lahir Undang-undang Perseroan Terbatas yang mewajibkan suatu
perseroan terbatas menyusun laporan keuangan dan jika perseroan merupakan perusahaan
publik, maka laporan keuangannya wajib diaudit oleh akuntan publik. Pada tahun yang sama
lahir pula Undang-undang Pasar Modal yang semakin meningkatkan peran akuntansi dan
pengauditan, khususnya bagi perusahaan-perusahaan yang sahamnya dijual di pasar modal
(perusahaan publik).

Sejalan dengan perkembangan profesi akuntansi dan dunia usaha di Indonesia, IAI telah
berkali-kali melakukan penyempurnaan dan pemutahiran prinsip akuntansi dan norma
pemeriksaan akuntan agar dapat mangakomodasiperkembangan yang sangat pesat dalam dunia
usaha, dengan tetap mangacu pada perkembangan yang terjadi di Amerika Serikat dan profesi
akuntansi internasional. Pada tahun 1994 IAI melakukan penyusunan ulang prinsip akuntansi dan
standar audit yang disebut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP). Sejalan dengan itu Dewan Standar Akuntansi yang dibentuk IAI
secara terus menerus menerbitkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang
hingga saat ini telah mencapai 56 buah.
Seperti terjadi di Amerika Serikat seratus tahun lalu, fungsi pengauditan di Indonesia
memasuki abad ke-21 ini masih belum dipahami masyarakat. Banyak kesalahpahaman yang
terjadi atas laporan auditor, karena fungsi audit tidak dipahami dengan benar. Situasi demikian
nampak sekali ketika berbagai kasus terkenal seperti kasus Bank Summa, skandal Bank Bali
yang diaudit oleh Pricewaterhouse Coopers, dan sejumlah kasus lainnya, dikomentari berbagai
pihak. Kebanyakan komentar tersebut mencerinkan kesalahpahaman masyarakat, tidak saja
mengenai makna pendapat auditor atas laporan keuangan yang diperiksanya, tetap juga mengenai
perbedaan antara berbagai jenis audit yang bisa dilakukan oleh seorang auditor.

Definisi Pengauditan
Pengauditan adalah suatu proses sistematis untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti
yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi
secara obyektif untuk menentukan tingkat kesesuaian antara aseri tersebut dengan criteria yang
telah ditetapkan dam mengkomunikasikan hasilna kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

HUBUNGAN ANTARA PENGAUDITAN DAN AKUNTANSI


Dari definisi pengauditan, terlihat jelas bahwa dalam berbagai macam audit yang biasa
dilakukan para auditor, tidak selalu terdapat hubungan antara pengauditan dengan akuntansi.
Sebenarnya segala macam informasi yang bisa dikuantifikasi dan bisa diverifikasi akan bisa
diaudit, sepanjang terdapat kesepakatan antara auditor dengan pihak yang diaudit mengenai
criteria yang akan digunakan sebagai dasar untuk menyatakan tingkat kesesuaian. Sebagai
contoh, auditor bisa diminta untuk mengaudit keefektifan sebuah perusahaan penerbangan.
Kriteria yang biasanya disepakati untuk mengukur tingkat efektifitas perusahaan semacam itu
bisa berupa kecepatan, akselerasi, kecepatan jelajah pada ketinggian tertentu, dan sebagainya.
Kriteria – kriteria tersebut bukan merupakan data akuntansi.

Namun dalam sebagian besar audit dan lebih – lebih dalam audit laporan keuangan,
terdapat hubungan yang erat dan banyak melibatkan data akuntansi. Sebagaiman diketahui
akuntansi diidefinisikan sebagai proses mengidentifikasi, mengukur, dan mengkomunikasikan
informasi keuangan kepada pihak – pihak yang berkepentingan. Pelaporan laporan keuangan
yang merupakan tahap pengkomunikasian dalam akuntansi adalah penyampaian informasi
akuntansi dalam bentuk laporan keuangan, meskipun konsep pelaporan keuangan tidak terbatas
hanya pada laporan keuangan.

Subyek suatu audit biasanya berupa data akuntansi yang ada dalam buku – buku, catatan,
dan laporan keuangan dari entitas yang diaudit. Kebanyakan bukti yang dikumpulkan dan
dievaluasi auditor terdiri dari data yang dihasilkan oleh sistem akuntansi. Asersi – asersi tentang
tindakan – tindakan dan kejadian – kejadian ekonomi yang menjadi perhatian utama auditor
seringkali merupakan asersi tentang transaksi – transaksi akuntansi dan kejadian akuntansi
lainnya, serta saldo – saldo rekening yang merupakan hasil dari transaksi dan kejadian tersebut.

Selain itu, kriteria yang ditetapkan untuk asersi akuntansi pada umumnya adalah
kesesuaian dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Oleh karena itu seorang akuntan pada
suatu perusahaan tidak harus mengerti tentang pengauditan, tetapi seorang auditor harus
memahami tentang akuntansi. Akuntansi menghasilkan laporan keuangan dan informasi penting
lainnya, sedangkan pengauditan biasanya tidak menghasilkan data akuntansi, melainkan
meningkatkan nilai informasi yang digasilkan proses akuntansi dengan cara dilakukan penilaian
secara kritis atas tersebut kepada pihak – pihak yang berkepentingan.

Data Laporan Keuangan Harus Bisa Diverifikasi


Pengauditan didasarkan pada asumsi bahwa data laporan keuangan bisa diverifikasi. Data
dikatakan bisa diverifikasi apabila dua orang berkualifikasi tertentu atau lebih, melakukan
pemeriksaan secara independen satu dengan lainnya, diperoleh kesimpulan yang sama dari data
yang diperiksanya. Masalah bisa tidaknya data diverifikasi terutama berkaitan dengan
ketersediaan bukti yang memiliki keabsahan sesuai dengan audit yang dilakukan.
Dalam beberapa disiplin, data dikatakan bisa diperiksa apabila pemeriksa bisa membuktikan
tanpa keraguan bahwa data benar atau salah. Hal seperti itu tidak berlaku dalam akuntansi dan
pengauditan. Auditor hanya membutuhkan dasar yang memadai untuk menyatakan suatu
pendapat tentang kewajaran laporan keuangan. Dalam melakukan pemeriksaan, auditor
mengumpulkan bukti untuk menentukan validitas dan ketepatan perlakuan akuntansi atas
transaksi – transaksi dan saldo – saldo. Dalam konteks ini, validitas berarti otentik, benar, baik,
atau berdasar dan ketepatan berarti sesuai dengan aturan akuntansi yang telah ditetapkan dan
kebiasaan.

Laporan keuangan berisi banyak asersi spesifik tentang unsur – unsur individual. Sebagai
contohm dalam kaitannya dengan persediaan, manajemen menyatakan bahwa persediaan benar –
benar ada, merupakan dari entitas yang membuat laporan, dinilai dengan tepat sesuai metoda
harga terendah di antara harga perolehan dan harga pasar. Dalam pengauditan laporan, auditor
harus yakin bahwa asersi – asersi individual bisa diverifikasi (atau bisa diperiksa) dan
dimungkinkan untuk mencapi suatu kesimpulan tentang kewajaran laporan sebagai keseluruhan
dengan memeriksa rekening- rekening yang membentuk laporan. Digunakan dan pentingnya
laporan keuangan auditan merupakan bukti bahwa asumsi bisa diverifikasi merupakan dasar
yang tepat.

Jenis-Jenis Audit
Audit pada umumnya dikelompokkkan menjadi tiga golongan, yaitu : audit laporan
keuangan, audit kesesuaian, dan audit operasional. Pengertian ketiga jenis audit tersebut dibahas
dibaah ini :

1. Audit Laporan Keuangan


Audit laporan keuangan dilakukan untuk menentukan apakah laporan keungan sebagai
keseluruhan – yaitu informasi kuantitatif yang akan diperiksa – dinyatakan sesuai dengan
kriteria tertentu yang telah ditetapkan. Pada umumnya criteria yang digunakan adalah
prinsip akuntansi berlaku umum, mesipun audit lazim juga dilakukan atas laporan
keuangan yang disusun berdasarkan dasar tunai (cash basis) atau dasar akuntansi lain
yang cocok untuk organisasi yang diaudit. Laporan keuangan yang diperiksa biasanya
meliputi neraca (laporan posisi keuangan), laporan laba rugi, dan laporan arus kas,
termasuk cacatan kaki (foot-notes).

2. Audit Kesesuaian
Tujuan audit kesesuaian adalah untuk menentukan apakah pihak yang diaudit telah
mengikuti prosedur atau aturan tertentu yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang.
Hasil audit kesesuaian bisanya dilaporka kepada seseorang atau pihak tertentu yang lebih
tinggi yang ada dalam organissi yang diaudit dan tidak diberikan kepada pihak-pihak
diluar perusahaan.

3. Audit Operasional
Audit operasional adalah pengkajian (review) atas setiap bagian dari prosedur dan
metoda yang diterapakan suatu organisasi dengan tujuan untuk mengevaluasi efisiensi
dan aktifitas. Hasil akhir dari suatu audit operasional biasanya berupa rekomendasi
kepada manajemen untuk perbaikan operasi.

Jenis-Jenis Auditor
Auditor dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu : auditor pemeritah, auditor intern, dan
auditor independen atau akuntan publik. Berikut akan dijelaskan masing-masing jenis auditor
tersebut.
 Auditor Pemerintah
Auditor pemerintah adalah auditor yang bertugas melakukan audit atas keuangan Negara
pada instansi-instansi pemerintah.
 Auditor Intern
Auditor intern adalah auditor yang bekerja pada suatu perusahaan dan oleh karenanya
berstatus sebagai pegawai pada perusahaan tersebut. Tugas audit yang dilakukannya
terutama ditunjukan untuk membantu manajemen perusahaan tempat dimana ia bekerja.
 Auditor Independen atau Akuntan Publik
Tanggung jawab utama auditor indpenden atau lebih umum disebut akuntan publik
adalah melakukan fungsi pengauditan atas laporan keuangan yang diterbitkan
perusahaan. Pengauditan ini dilakukan pada perusahaan-perusahaan terbuka yaitu
perusahaan yang menjual sahamnya kepada masyarakat melalui pasar modal, perusahaan-
perusahaan besar, dan juga pada perusahaan-perusahaan kecil, serta organisasi yang
bertujuan mencari laba.

Kantor Akuntan Publik


Menurut SK. Menkeu No.43/KMK.017/1997 tertanggal 27 Januari 1997 sebagaimana
diubah dengan SK. Menkeu No.470/KMK.017.1999 tertanggal 4 Oktober 1999, Kantor Akuntan
Publik (KAP) adalah lembaga yang memiliki izin dari Menteri Keuangan sebagai wadah bagi
Akuntan Publik dalam menjalankan pekerjaannya.

Jumlah kantor akuntan publik di Indonesia dari tahun ke tahun semakin bertambah
sejalan dengan perkembangan perekonomian dan bisnis. Dewasa ini di seluruh Indonesia
terdapat 448 kantor akuntan publik yang dapat digolongkan menjadi kantor akuntan besar,
sedang, dan kecil. Kantor akuntan publik yang tergolong besar hanya sedikit jumlahnya dan
umumnya bekerja sama dengan kantor-kantor akuntan besar yang berskala internasional.
Sebagian besar terdiri dari kantor-kantor akuntan publik kecil dengan wilayah operasi yang
terbatas.

Struktur Kantor Akuntan Publik


Bentuk usaha KAP yang dikenal menurut hukum di Indonesia ada dua macam, yaitu:
1. KAP dalam bentuk Usaha Sendiri. KAP bentuk ini menggunakan nama akuntan
publik yang bersangkutan.
2. KAP dalam bentuk Usaha Kerjasama. KAP bentuk ini menggunakan nama sebanyak-
banyaknya tiga nama akuntan publik yang menjadi rekan/partner dalam KAP yang
bersangkutan.

Penanggungjawab KAP Usaha Sendiri adalah akuntan publik yang bersangkutan,


sedangkan penanggungjawab KAP Usaha Kerjasama aalah dua orang atau lebih akuntan publik
yang masing-masing merupakan rekan/partner dan salah seorang bertindak sebagai rekan
pimpinan (pasal 3 ayat 2 dan 3 SK. Menkeu No. 43/1997).

Persyaratan Akuntan Publik Di Indonesia


Menurut pasal 6 SK. Menkeu No.43/1997, izin untuk membuka Kantor Akuntan Publik
(KAP) akan diberikan apabila pemohon memenuhi persyaratan berikut:
 Berdomisili di wilayah Indonesia
 Memiliki register akuntan
 Menjadi anggota IAI
 Lulus ujian Sertifikasi Akuntan Publik yang diselenggarakan IAI;
 Memiliki pengalaman kerja minimal 3 (tiga) tahun sebagai akuntan dan pengalaman audit
umum sekurang-kurangnya 3.000 jam dengan reputasi baik;
 Telah menduduki jabatan manajer atau ketua tim dalam audit umum seurang-kurangnya 1
(satu) tahun.
 Wajib mempunyai KAP atau bekerja pada Koperasi Jasa Audit.
Register Akuntan
Regester akuntan adalah regester yang diselenggarakan oleh Departemen Keuangan R.I
untuk mencatat nama orang-orang yang berhak menggunakan gelar Akuntan, sebagaimana diatur
pada pasal 3 ayat 4 Undang-undang No.34 tahun 1954 tentang Pemakaian Gelar Akuntan.
Mereka yang namanya terdaftar dalam register tersebut diberi nomor register akuntan:
a. Ijazah yang diberikan oleh suatu Universitas Negeri atau badan perguruan tinggi lain
yang dibenuk menurut undang-undang atau diakui Pemerintah, sebagai tanda bahwa
pendidikan untuk akuntan pada badan erguruan tinggi tersebut telah selesai dengan baik.
b. Ijazah yang diterima sesudah lulus dalam suatu ujian lain yang menurut pendapat Panitia-
Ahli termaksud dalam Pasal 3, guna menjalankan pekerjaan akuntan dapat disamakan
dengan ijazah tersebut pada huruf a pasal ini.
Sebagai realisasi dari ketentuan di atas, nomor register akuntan hanya dapat diberikan oleh
Departemen Keuangan R.I kepada :
a. Lulusan Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Negeri yang telah mendapat
persetujuan dari Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
b. Lulusan Ujian Negara Akuntansi (UNA) yang diselenggarakan oleh Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Ujian ini disediakan bagi lulusan dari Jurusan Akuntansi
pada Perguruan Tinggi Swasta (Fakultas Ekonomi dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi)
dan lulusan Fakultas Ekonomi Negeri yang belum mendapat persetujuan dari Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi untuk dibebaskan dari UNA.

Ujian Sertifikasi Akuntan Publik


Sejak tahun 1997, Departemen Keuangan Republik Indonesia telah menetapkan
ketentuan baru tentang persyaratan pembukaan kantor akuntan public. Dalam peraturan tersebut
ditetapkan bahwa ijin berpraktek sebagai akuntan publik hanya akan diberikan kepada mereka
yang bersertifikat akuntan public (BAP). Untu memperoleh sertifikat tersebut, para calon
akuntan publik wajib mengikuti ujian nasional yang diselenggarakan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia yang disebut Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP). Ujian ini diselenggarakan dua
kali dalam setahun yaitu setiap bulan Mei dan November. Ujian dilaksanakan selama dua hari
penuh mulai jam 08.00 hingga jam 17.00 yang meliputi lima mata ujian, yaitu :
1) Teori dan Praktik Akuntansi Keuangan (4 jam)
2) Auditing & Jasa Profesional Akuntan Publik (4 jam)
3) Akuntansi Manajemen & Manajemen Keuangan (1,5 jam)
4) Sistem Informasi Akuntansi (2,5 jam)
5) Perpajakan dan Hukum Komersial (3,5 jam)
Mata Ujian 1) dan 2) diujikan pada hari pertama, sedangkan mata ujian 3) sampai dengan 5)
diujikan pada hari ke kedua.

Pengalaman kerja
Di Indonesia setiap calon akuntan public harus telah memiliki pengalaman bekerja di
kantor akuntan publik sekurang – kurangnya tiga tahun dan pengalaman di bidang pengauditan
sekurang – kurangnya 3.000 jam dengan reputasi baik. Setelah seseorang mendapat ijin praktik,
ia masih memiliki kewajiban untuk terus memelihara dan meningkatkan kemampuan dan
pengetahuannya melalui pendidikan formal maupun tidak formal yang disebut pendidikan
professional berkelanjuntan. Tujuan ketentuan ini adalah agar akuntan public selalu mengikuti
perkembangan mutahir di bidang akuntansi, pengauditan, dan bidang – bidang terkait lainnya.

Di Amerika Serikat berlaku ketentuan persyaratan pengalaman kerja yang berbeda pada
berbagai Negara bagian. Sejumlah Negara bagian tidak mensyaratkan pengalaman kerja,
sedangkan sejumlah Negara bagian lain mensyaratkan pengalaman kerja di bidang pengauditan
(tidak perlu di kantor akuntan public, misalnya sebagai tenaga pembukuan di perusahaan) selama
satu hingga dua tahun.

Organisasi Profesi Akuntan Publik


Organisasi profesi akuntansi di berbagai Negara di dunia sangat beranekaragam, baik
struktur organisasi, keanggotaannya terutama terdiri dari para akuntan yang bekerja pada
berbagai bidang kegiatan. Untuk menampung kegiatan para anggota yang berbeda tersebut, IAI
membentuk empat kompartemen sesuai dengan bidang kegiatan para anggotanya, yaitu:
Kompartemen Akuntan Public, Kompartemen Akuntan Manajemen, Kompartemen Akuntan
Pendidik, dan Kompartemen Akuntan Sektor Publik.

Sebagai salah satu kompertemen dari IAI, Kompartemen Akuntan Publik memiliki tujuan
utama membina para anggotanya agar dapat melaksanakan fungsi dan perannya sebagai akuntan
public yang professional dan selalu memutahirkan pengetahuannya terutama di bidang akuntansi
dan pengauditan. Selain itu Kompartemen Akuntan Publik juga membentuk Badan Peradilan
Profesi Akuntan Publik (BPPAP) yaitu suatu badan peradilan yang bertugas mengadili kasus –
kasus pengaduan yang melibatkan para anggotanya.

Standar Profesional Akuntan Publik


Ada empat macam standar professional yang diterbitkan oleh IAI sebagai aturan mutu
pekerjaan akuntan publik, yaitu:
1. Standar Auditing
Standar auditing merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis. Standar
auditing terdiri atas 10 standar dan dirinci dalam bentuk Persyaratan Standar Auditing
(PSA). PSA berisi ketentuan – ketentuan dan pedoman – pedoman utama yang harus
diikuti oleh akuntan public dalam melaksanakan penugasan audit. Kepatuhan terhadap
PSA yang dikeluarkan IAI bersifat wajib (Mandatory) bagi anggota Ikatan Akuntan
Indonesia yang berpraktik sebagai akuntan publik. Termasuk di dalam PSA adalah
Interprestasi Pernyataan Standar Auditing (IPSA), yang merupakan interprestasi resmi
yang dikeluarkan oleh IAI dalam PSA.
2. Standar Atestasi
Standar atestasi memberikan rerangka untuk fungsi atestasi bagi jasa akuntan public yang
mencakup tingkat keyakinan tertinggi yang diberikan dalam jasa audit atas laporan
keuangan historis maupun tingkat keyakinan yang lebih rendah dalam jasa nonaudit.
Standar atestasi terdiri atas 11 standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar
Arestasi (PSAT). Termasuk di dalam Pernyataan Standar Atestasi adalah Interprestasi
Pernyataan Standar Atestasi (IPSAT), yang merupakan interprestasi resmi yang
dikeluarkan IAI terhadap ketentuan – ketentuan yang diterbitkan oleh IAI dalam PSAT.
Tafsiran resmi ini bersifat mengikat bagi anggota Ikatan Akuntansi Indonesia yang
berpraktik sebagai akuntan public, sehingga pelaksanaannya bersifat wajib (Mandatory).
3. Standar Jasa Akuntansi dan Review
Standar jasa akuntansi dan review memberikan rerangka untuk fungsi nonatestasi bagi
jasa akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan review. Standar jasa akuntansi dan
review dirinci dalam bentuk Pernyataan Jasa Akuntansi dan Review (PSAR). Termasuk
di dalam Pernyataan Jasa Akuntansi dan Review adalah Interprestasi Pernyataan Standar
Akuntansi dan Review (IPSAR), yang merupakan interprestasi resmi yang dikeluarkan
IAI terhadap ketentuan – ketentuan yang diterbitkan oleh IAI dalam PSAR. Tafsiran
resmi ini bersifat mengikat bagi anggota Ikatan Akuntansi Indonesia yang berpraktik
sebagai akuntan public, sehingga pelaksanaannya bersifat wajib (Mandatory).
4. Pedoman Audit Industri Khusus
Karena beberapa industry memiliki operasi yang unik yang berdampak terhadap berbagai
transaksi yang dicatat dalam akuntansi, maka auditor memerlukan pedoman untuk
melakukan audit terhadap industri tertentu. Hal ini dimaksudkan agar auditor memiliki
kemampuan untuk menafsirkan dengan baik informasi keuangan yang disajikan oleh
perusahaan dalam lingkungan industry tertentu, sehingga auditor dapat
mempertimbangkan dengan baik keunikan bisnis tertentu yang berdampak terhadap
asersi manajemen yang terkandung dalam laporan keuangan yang diaudit.

Hubungan antara Standar Atestasi dengan Standar Auditing


Audit atas laporan keuangan yang disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku
umum merupakan satu di antara jasa atestasi (attest service) yang dapat disediakan oleh kantor
akuntan public kepada masyarakat. Dalam tahun – tahun terakhir ini permintaan jasa atestasi
oleh klien, lembaga pemerintah, dan pihak lain telah meluas tidak hanya terbatas pada audit atas
laporan keuangan historis, namun mencakup juga jasa profesi akuntan public yang memberikan
tingkat keyakinan (level of assurance) di bawah tingkat keyakinan yang diberikan oleh auditor
dalam audit atas laporan keuangan historis. Dengan demikian standar auditing merupakan
bagian dari standar atestasi yang khusus mengatur mutu jasa akuntan public yang berkaitan
dengan pemeriksaan atas laporan keuangan historis.

Standar Pengendalian Mutu


Sebagai upaya untuk menjaga mutu pekerjaan kantor akuntan public (KAP), organisasi
profesi mewajibkan setiap KAP untuk memiliki suatu sistem pengendalian mutu. Sebagai
pedoman, organisasi profesi menetapkan 9 elemen pengendalian mutu yang harus
dipertimbangkan oleh KAP dalam menetapkan kebijakan dan prosedur untuk mendapatkan
keyakinan yang memadai tentang kesesuaian dengan standar professional dalam menjalankan
pengauditan dan jasa akuntansi serta review.
Elemen pertama yaitu independensi, hanya bersangkutan dengan pelaksanaan pemberian
jasa atestasi. Alasan mengenai hal ini akan dijelaskan pada Bab 2 dan Bab 3. Tujuan berikutnya
sangat jelas merupakan upaya untuk menjaga mutu jasa professional. Elemen kesembilan
memerlukan pengkajian ulang secara periodic agar sistem pengendalian mutu berfungsi
sebagaimana diharapkan.

Hubungan Standar Auditing dengan Standar Pengendalian Mutu


PSA No.01 Hubungan Standar Auditing dengan Standar Pengendalian mutu (SA 161.03 )
menyebutkan bahwa standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia berkaitan
dengan pelaksanaan penugasan audit secara individual; standar pengendalian mutu berkaitan
dengan pelaksanaan praktik audit kantor akuntan public secara keseluruhan. Oleh karena itu,
standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia dan standar pengendalian mutu
berhubungan satu sama lain, dan kebijakan dan prosedur pengendalian mutu yang diterapkan
oleh kantor akuntan public berpengaruh terhadap pelaksanaan penugasan audit secara individual
dan pelaksanaan praktik audit kantor akuntan public secara keseluruhan.

Elemen - Elemen Pengendalian Mutu


Elemen Tujuan Kebijakan dan Prosedur
Independensi Semua professional harus Mengkomunikasikan semua
independen terhadap klien aturan independensi kepada
manakala melaksanakan jasa seluruh staf professional.
atestasi
Memonitor kesesuaian dengan
aturan independensi.
Penetapan personil pada suaru Personil harus memperoleh Menunjuk orang yang tepat
penugasan pelatihan teknis dan keahlian yang akan diberi penugasan.
yang dibutuhkan sesuai
dengan penugasan. Menetapkan bahwa dalam
setiap penugasan harus ada
partner tertentu yang
bertanggungjawab atas
penugasan yang bersangkutan
Konsultasi Personil harus memperoleh Menunjuk orang sebagai ahli.
bantuan (jika diperlukan) dari
orang yang memiliki keahlian, Menetapkan bidang – bidang
pertimbangan, dan dan situasi tertentu yang
kewenangan yang memadai. membutuhkan konsultasi
Supervisi Pekerjaan pada setiap Menetapkan prosedur untuk
tingkatan harus disupervisi mereview kertas kerja dan
untuk menjaga agar pekerjaan laporan.
benar – benar telah memenuhi
standar mutu KAP. Melaksanakan supervise
pekerjaan terus menerus.
Pengangkatan pegawai Pegawai baru harus memiliki Membuat program
kualifikasi tertentu untuk pengangkatan pegawai baru
dapat melakukan tugasnya pada tingkat pemula
secara kompeten. (entrylevel).

Menetapkan kualifikasi untuk


menilai calon pegawai
potensial pada setiap tingkat
profesional

Pengembangan profesional Personil harus memiliki Membuat program untuk


pengetahuan yang diperlukan mengembangkan keahlian
agar dapat memenuhi pada bidang – bidang khusus.
tanggungjawab yang
dibebankan kepadanya Menyediakan informasi bagi
para personil tentang hal – hal
baru di bidang profesi.
Pengembangan karyawan Personil harus memiliki Menetapkan kualifikasi yang
kualifikasi yang diperlukan untuk setiap tingkat
memungkinkan ia memenuhi tanggungjawab dalam KAP.
tanggungjawab yang akan
diberikan kepadanya di waktu Melakukan evaluasi personalia
mendatang. secara periodic.
Penerimaan dan keberlanjutan KAP harus mengusahakan Menetapkan kriteria untuk
klien agar tidak berhubungan kerja mengevaluasi klien baru.
dengan klien yang integritas
manajemennya diragukan. Menetapkan prosedur review
untuk untuk klien lama yang
akan memberi penugasan
lanjutan.
Inspeksi KAP harus menentukan bahwa Merumuskan lingkup dan isi
prosedur – prosedur yang program inspeksi.
berhubungan dengan elemen –
elemen lain telah diterapkan Memberikan laporan hasil
secara efektif inspeksi kepada tingkat
manajemen yang sesuai dalam
KAP.

PERAN AUDIT DALAM SUATU NEGARA

Untuk menjamin dilakukannya pertanggungjawaban public oleh lembaga-lembaga


pemerintah maka diperlukan perluasan sistem pemeriksaan, tidak sekedar conventional audit,
namun perlu juga dilakukan valuefor money audit (VFM audit). Dalam pemeriksaan yang
konvensional, lingkup pemeriksaan hanya sebatas audit terhadap keuangan dan kepatuhan,
sedagkan dalam pendekatan baru ini selain audit keuangan dan kepatuhan juga perlu dilakukan
audit kinerja (performance audit). Performance audit meliputi audit ekonomi, efisiensi, dan
efektifitas. Audit ekonomi dan efisiensi disebut management audit atau operational audit,
sedangkan audit efektifitas disebut program audit. Istilah lain untuk performance audit tersebut
adalah VFM.

Audit kinerja memfokuskan pemeriksaan pada tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian


ekonomi yang menggambarkan kinerja entitas atau fungsi yang diaudit. Definisi audit kinerja
adalah suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif, agar
dapat melakukan penilaian secara independen atas ekonomi dan efisiensi operasi, efektifitas
dalam pencapaian hasil yang diinginkan, dan kepatuhan terhadap kebijakan, peraturan dan
hukum yang berlaku, menentukan kesesuaian antara kinerja yang telah dicapai dengan kriteria
yang telah ditetapkan sebelumnya, serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak
pengguna laporan tersebut. Kinerja suatu organisasi dinilai baik jika organisasi yang
bersangkutan mampu melaksanakan tugas-tugas dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan pada standar yang tinggi dengan biaya yang rendah.

Audit Ekonomi dan Efisiensi

Ekonomi mempunyai arti biaya terendah, sedangkan efisiensi mengacu pada rasio terbaik
antara output dengan biaya (input). Karena output dan biaya diukur dalam unit yang berbeda
maka efisiensi dapat terwujud ketika dengan sumber daya yang ada dapat dicapai output yang
maksimal atau output tertentu dapat dicapai dengan sumberdaya yang sekecil-kecilnya. Audit
ekonomi dan efisiensi bertujuan untuk menentukan: (1) apakah suatu entitas telah memperoleh,
melindungi, dan menggunakan sumber dayanya (seperti karyawan, gedung, ruang, dan peralatan
kantor) secara ekonomis dan efisiensi; (2) penyebab terjadinya praktik-praktik yang tidak
ekonomis atau tidak efisien, termasuk ketidakmampuan organisasi dalam mengelola sistem
informasi, prosedur administrasi, dan struktur organisasi.

Untuk dapat mengetahui apakah organisasi telah menghasilkan output yang optimal
dengan sumber daya yang dimilikinya, auditor dapat membandingkan output yang telah dicapai
pada periode yang bersangkutan dengan; 1) Standar yang telah ditetapkan sebelumnya, 2)
Kinerja tahun-tahun sebelumnya, 3) Unit lain pada organisasi yang sama atau pada organisasi
yang berbeda. Berkaitan dengan standar yang telah ditentukan, harus diakui bahwa aktivitas
sektor publik tidak dapat sepenuhnya dipertanggungjawabkan dengan sistem biaya standar.

Audit Efektifitas

Efektifitas berkaitan dengan pencapaian tujuan. Menurut Audit Commission (1986),


efektivitas berarti menyediakan jasa-jasa yang benar sehingga memungkinkan pihak yang
berwenang untuk mengiplementasikan kebijakan dan tujuannya. Audit efektifitas (audit program)
bertujuan untuk menentukan: (1) tingkat pencapaian hasil atau manfaat yang diinginkan (2)
kesesuaian hasil dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya (3) apakah entitas yang diaudit telah
mempertimbangkan alternatif lain yang memberikan hasil yang sama dengan biaya yang paling
rendah.

Kelemahan dalam melakukan audit pemerintah di Indonesia adalah pertama kelemahan bersifat
melekat (inherent) karena tidak adanya indikator/kriteria kinerja yang memadai sebagai dasar
untuk mengukur kinerja pemerintah, dan belum adanya standar akuntansi keuangan pemerintah
yang baku. Kedua, terkait dengan masalah struktur lembaga audit pemerintah pusat dan daerah-
daerah di Indonesia karena banyaknya lembaga pemeriksa fungsional yang overlapping satu
dengan lainnya sehingga menyebabkan pelaksanaan pengauditan tidak efisien dan efektif. Oleh
sebab itu, perlu reposisi lembaga pemeriksa dengan adanya auditor internal dan eksternal untuk
membedakan peran masing-masing. Reposisi akan efektif jika masing-masing menjalankan tugas
dan fungsinya dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai