BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Remaja adalah tahapan seseorang dimana ia berada di antara fase
anak dan dewasa. Menurut WHO (2007) seseorang dikatakan remaja yaitu
berusia 12-24 tahun. Pada masa remaja, terjadi beberapa perubahan yang
dialami yang ditandai dengan yaitu perubahan fisik, perilaku, kognitif,
biologis dan emosi (Ferry & Makhfudli, 2009).
Pada masa puber remaja akan ada perubahan pada perilakunya.
Dengan adanya perubahan kognitif remaja akan mampu berpikir dan
mengamati suatu hal, suatu perilaku yang dapat mengakibatkan remaja
memperoleh pengertian mengenai suatu hal yang nantinya remaja dapat
memiliki tujuan, mengukur kemampuan diri, menganalisa pemecahan
masalah berdasarkan strategi yang sudah direncanakan (Soetjiningsih,
2004dalam Laili, 2012). Selain itu remaja akan mengalami perubahan
emosi seperti emosi yang tidak stabil, sehingga membuat orang lain sulit
untuk memahami diri remaja dan terkadang remaja sendiri pun tidak dapat
memahami dirinya sendiri. Remaja harus diajarkan bagaimana ia
menyalurkan emosi dengan baik dan dapat mempertanggungjawabkan
perbuatannya tanpa menyalahkan orang lain. Perubahan biologis
merupakan perubahan yang paling awal, misalnya pertumbuhan yang
cepat dan adanya perubahan pada hormon. Bagi remaja putri, adanya
perubahan hormon merupakan persiapan untuk mengalami menstruasi
untuk pertama kali (menarche). Perubahan fisik yang terjadi tidak lepas
dari perubahan hormon sehingga merubah penampilan remaja putri,
misalnya pada remaja putri dengan membesarnya payudara, rambut
kemaluan dan ketiak mulai tumbuh, seiring berjalannya waktu tinggi dan
berat badan akan bertambah dan pinggul menjadi lebih besar.
Pertumbuhan remaja dihasilkan oleh kelenjar pituitari dan menghasilkan
hormon pertumbuhan (Growth Hormon) yang merupakan respon terhadap
2
sebut dismenore (Purba, 2014). Nyeri haid ini juga sering dijumpai pada
usia 12- 25 tahun. Wanita pernah mengalami dismenore sebanyak 90%.
Masalah ini setidaknya mengganggu 50% wanita masa reproduksi dan 60-
85% pada usia remaja. Pada umumnya 50-60% wanita diantaranya
memerlukan obat-obatan analgesik untuk mengatasi masalah dismenore
(Annathayakheisha, 2009 dalam Hapsari, 2013).
Dismenore berasal dari bahasa yunani. Kata dys yang berarti sulit,
nyeri, abnormal; meno yang berarti bulan; dan orrhea yang berarti aliran.
Dismenore adalah kondisi medis yang terjadi sewaktu haid/menstruasi
yang dapat mengganggu aktivitas dan memerlukan pengobatan yang
ditandai dengan nyeri atau rasa sakit di daerah perut atau panggul (Judha,
2012). Gejala-gejala dismenore antara lain nyeri yang dirasakan bagian
perut bawah atau dipinggang, terus ke kaki, pangkal paha dan vulva, nyeri
datang secara tidak teratur, mual, mules-mules, ngilu atau nyeri seperti
ditusuk-tusuk. Nyeri ini kadang dapat mengakibatkan terganggunya
aktifitas sehari-hari dan gangguan psikologis yang merupakan salah satu
penyebab stres pada penderitanya. Sindrom ini dapat dimulai 2 hari
sebelum awitan haid dan hilang dalam 2-4 hari atau menjelang akhir haid.
Salah satu penyebab dismenore yaitu prostaglandin. Berdasarkan
penelitian terdahulu, prostaglandin memegang peranan penting pada
terjadinya dismenore primer. Prostaglandin yang berperan yaitu
prostaglandin F2α (PGF2α). Jika jumlah prostaglandin ini keluar secara
berlebihan pada saat menstruasi dapat mengakibatkan hiperaktifitas uterus
(Price, 2006). Bagi seorang wanita yang tidak pernah berolahraga,
perokok, mengonsumsi alkohol dan stres berisiko tinggi mengalami
dismenore. Berdasarkan penelitian Ramadani (2014), menyatakan bahwa
ada hubungan antara kebiasaan olahraga dengan kejadian dismenore pada
siswi di SMP Negeri 2 Demak 2014 denagn nilai p-value =0,00001 < α
(0,05). Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Yuniyanti, dkk (2014)
menunjukkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara stres dengan
kejadian dismenore pada siswi kelas X dan XI SMK Bhakti Karya Kota
Magelang.
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dari
penelitian ini adalah apakah ada perbedaan tingkat dismenore sebelum dan
sesudah senam dismenore pada siswi kelas X dan XI SMK 5 Singkawang?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengidentifiksi perbedaan tingkat dismenore sebelum dan sesudah
senam dismenore pada siswi kelas X dan XI SMK 5 Singkawang .
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi tingkat dismenore sebelum senam dismenore pada
kelompok eksperimen.
b. Mengidentifikasi tingkat dismenore sesudah senam dismenore pada
kelompok eksperimen.
c. Mengetahui perbedaan tingkat dismenore sebelum dan sesudah senam
dismenore pada kelompok eksperimen.
D. Manfaat
1. Manfaat bagi Institusi Pendidikan
6
F. Keaslian Data
p= 0,000 (p<0,05).
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
masa transisi antara masa anak dan dewasa, dimana terjadi suatu
percepatan fertilitas dan terjadi perubahan psikologis yang mencolok
(Sarwono, 2011).
Amenorea
c. Gangguan perdarahan di luar siklus haid
Menometroragia
d. Gangguan lain yang berhubungan degan haid
Dismenorea
Sindrom prahaid
2.3 Dismenore
2.3.1 Definisi Dismenore
Dismenore didefinisikan sebagai nyeri dan kram saat menstruasi
yang mengganggu aktivitas normal dan membutuhkan resep obat.
Nyeri ringan selama menstruasi adalah normal. Ketidaknyamanan
selama menstruasi berkisar dari ketidaknyamanan ringan sampai
nyeri berat yang menyebabkan beberapa pasien menjadi terbaring di
tempat tidur. Sekitar 50% wanita haid menderita dismenore dan 10%
dari ini tidak mampu untuk melakukan kegiatan sehari-hari selama 1
atau 3 hari setiap bulan (Callahan, 2013).
Dismenore adalah istilah yang digunakan untuk nyeri yang
berat, kram di perut bagian bawah, punggung bawah, dan hal yang
terjadi selama menstruasi. Hal tersebut dapat menjadi gejala penyakit
saluran reproduksi, tetapi juga bisa menjadi diagnosis itu sendiri
(Tollison, 2002).
Menurut Manuaba (2001) dismenore adalah sakit saat
menstruasi sampai dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
Berdasarkan pembagiannya, dismenore terdiri dari dismenore primer
dan dismenore sekunder. Sedangkan berdasarkan pembagian klinis,
dismenore terbagi 3 yaitu:
Ringan: Berlangsung beberapa saat dan dapat melanjutkan
kerja sehari-hari.
Sedang: Diperlukan obat penghilang rasa nyeri, tanpa perlu
meninggalkan kerjanya.
13
2.3.2.2 Etiologi
2.3.2.3 Patofisiologi
2.3.2.4 Karakteristik
2.3.2.5 Manifestasi Klinis
2.3.2.6 Penanganan
2.3.3 Dismenore Sekunder
2.3.3.1 Definisi
2.3.3.2 Etiologi
2.3.3.3 Patofisiologi
2.3.3.4 Manifestasi Klinis
2.3.3.5 Penanganan
2.4 Nyeri
2.4.1 Konsep Nyeri
Setiap individu pasti sudah pernah mengalami nyeri dan
mempunyai tingkat nyeri yang berbeda-beda atau tingkat tertentu.
Asosiasi Internasional untuk Penelitian Nyeri (International
Association for the Study of Pain, IASP) mendefinisikan nyeri
sebagai “suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang
tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang
aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian di
14
f. Gerakan Inti
1) Gerak Badan 1
Berdiri dengan tangan direntangkan ke samping, dan kaki
di renggangkan kira-kira 30 sampai 35 cm.
Bungkukkan di Pinggang dan berputar ke arah kiri,
mencoba menjamah kaki kiri dengan tangan kanan tanpa
membengkokkan lutut.
Lakukan hal yang sama dengan tangan kiri menjamah kaki
kanan.
Ulangi masing-masing posisi sebanyak empat kali.
2) Gerak Badan 2
Berdirilah dengan tangan di samping dan kaki sejajar.
Luruskan tangan dan angkat sampai melewati kepala. Pada
waktu yang sama sepakkan kaki kirimu dengan kuat ke
belakang.
Lakukan berganti-gantian dengan kaki kanan.
Ulangi 4 kali masing-masing kaki.
g. Gerakan Pendinginan
1) Lengan dan tangan, genggam tangan kerutkan lengan dengan
kuat tahan, lepaskan.
2) Tungkai dan kaki, luruskan kaki (dorsi fleksi) tahan beberapa
detik, lepaskan.
3) Seluruh tubuh, kontraksikan/kencangkan semua otot sambil
nafas dada pelan teratur lalu relaks (bayangkan hal
menyenangkan).
19
Gambar 1