Anda di halaman 1dari 19

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Remaja adalah tahapan seseorang dimana ia berada di antara fase
anak dan dewasa. Menurut WHO (2007) seseorang dikatakan remaja yaitu
berusia 12-24 tahun. Pada masa remaja, terjadi beberapa perubahan yang
dialami yang ditandai dengan yaitu perubahan fisik, perilaku, kognitif,
biologis dan emosi (Ferry & Makhfudli, 2009).
Pada masa puber remaja akan ada perubahan pada perilakunya.
Dengan adanya perubahan kognitif remaja akan mampu berpikir dan
mengamati suatu hal, suatu perilaku yang dapat mengakibatkan remaja
memperoleh pengertian mengenai suatu hal yang nantinya remaja dapat
memiliki tujuan, mengukur kemampuan diri, menganalisa pemecahan
masalah berdasarkan strategi yang sudah direncanakan (Soetjiningsih,
2004dalam Laili, 2012). Selain itu remaja akan mengalami perubahan
emosi seperti emosi yang tidak stabil, sehingga membuat orang lain sulit
untuk memahami diri remaja dan terkadang remaja sendiri pun tidak dapat
memahami dirinya sendiri. Remaja harus diajarkan bagaimana ia
menyalurkan emosi dengan baik dan dapat mempertanggungjawabkan
perbuatannya tanpa menyalahkan orang lain. Perubahan biologis
merupakan perubahan yang paling awal, misalnya pertumbuhan yang
cepat dan adanya perubahan pada hormon. Bagi remaja putri, adanya
perubahan hormon merupakan persiapan untuk mengalami menstruasi
untuk pertama kali (menarche). Perubahan fisik yang terjadi tidak lepas
dari perubahan hormon sehingga merubah penampilan remaja putri,
misalnya pada remaja putri dengan membesarnya payudara, rambut
kemaluan dan ketiak mulai tumbuh, seiring berjalannya waktu tinggi dan
berat badan akan bertambah dan pinggul menjadi lebih besar.
Pertumbuhan remaja dihasilkan oleh kelenjar pituitari dan menghasilkan
hormon pertumbuhan (Growth Hormon) yang merupakan respon terhadap
2

sekresi growth hormone-releasing hormon (GH-RH). Hormon ini


diproduksi selama masa kanak-kanak walaupun masih dikatakan rendah
dan meningkat pada masa remaja (Santrock, 2003).
Saat growth hormone-releasing hormon (GH-RH) meningkat,
hormon FSH (Folikel Stimulating Hormon) dan LH (Luteinizing hormon)
juga ikut meningkat. FSH berfungsi sebagai memacu pertumbuhan sel
gonad sedangkan LH berfungsi merangsang fungsi sel gonad untuk
mengeluarkan hormon testosteron dan hormon estradiol (Soetijiningsih,
2004 dalam Laili, 2012). Saat FSH terstimulasi maka ovum akan mulai
matang dan memproduksi estrogen. Hormon estrogen berfungsi sebagai
persiapan untuk terjadinya menstruasi awal (menarche) dan berguna pada
siklus mestruasi dengan membentuk ketebalan endometrium serta sebagai
persiapan kelahiran (Rika dkk, 2015).
Menarche adalah keluarnya darah dari uterus pada remaja putri
untuk kali pertama. Menarche biasanya dialami saat usia diatas 12 tahun
namun masih dianggap rentang normal jika berada dalam usia 9-15 tahun.
Menstruasi akan terjadi secara teratur setiap bulan dan disertai pelepasan
endometrium. ini dapat terjadi karena adanya penurunan kadar
progesteron. Rata-rata seseorang wanita mengalami menstruasi sekitar 3-6
hari dan dalam 1 siklus normalnya 21-35 hari. Dengan adanya menstruasi
menandakan kedewasaan seorang wanita dimana akan terjadi perubahan-
perubahan siklik dari alat kandungannya sebagai persiapan untuk
kehamilan (Rika dkk, 2015).Saat menstruasi gejala yang mungkin timbul
yaitu payudara terasa berat, membesar dan nyeri tekan, nyeri punggung,
merasa rongga pelvis semakin penuh, nyeri kepala, ada masalah pada kulit
misalnya jerawat, irritabilitas atau sensitifitas meningkat, metabolisme
meningkat, dan diikuti dengan rasa kelelahan, suhu basal tubuh meningkat
0.2-0.4ºC, servik berawan, lengket, tidak dapat di tembus sperma, ostium
menutup secara bertahap dan sering terjadi kram uterus yang
menimbulkan nyeri haid (Bobak, 2004 dalam Laili, 2012).
Keluhan utama yang sering dirasakan oleh sebagian wanita yang
mengalami menstruasi akan timbul nyeri saat menstruasi yang biasa di
3

sebut dismenore (Purba, 2014). Nyeri haid ini juga sering dijumpai pada
usia 12- 25 tahun. Wanita pernah mengalami dismenore sebanyak 90%.
Masalah ini setidaknya mengganggu 50% wanita masa reproduksi dan 60-
85% pada usia remaja. Pada umumnya 50-60% wanita diantaranya
memerlukan obat-obatan analgesik untuk mengatasi masalah dismenore
(Annathayakheisha, 2009 dalam Hapsari, 2013).
Dismenore berasal dari bahasa yunani. Kata dys yang berarti sulit,
nyeri, abnormal; meno yang berarti bulan; dan orrhea yang berarti aliran.
Dismenore adalah kondisi medis yang terjadi sewaktu haid/menstruasi
yang dapat mengganggu aktivitas dan memerlukan pengobatan yang
ditandai dengan nyeri atau rasa sakit di daerah perut atau panggul (Judha,
2012). Gejala-gejala dismenore antara lain nyeri yang dirasakan bagian
perut bawah atau dipinggang, terus ke kaki, pangkal paha dan vulva, nyeri
datang secara tidak teratur, mual, mules-mules, ngilu atau nyeri seperti
ditusuk-tusuk. Nyeri ini kadang dapat mengakibatkan terganggunya
aktifitas sehari-hari dan gangguan psikologis yang merupakan salah satu
penyebab stres pada penderitanya. Sindrom ini dapat dimulai 2 hari
sebelum awitan haid dan hilang dalam 2-4 hari atau menjelang akhir haid.
Salah satu penyebab dismenore yaitu prostaglandin. Berdasarkan
penelitian terdahulu, prostaglandin memegang peranan penting pada
terjadinya dismenore primer. Prostaglandin yang berperan yaitu
prostaglandin F2α (PGF2α). Jika jumlah prostaglandin ini keluar secara
berlebihan pada saat menstruasi dapat mengakibatkan hiperaktifitas uterus
(Price, 2006). Bagi seorang wanita yang tidak pernah berolahraga,
perokok, mengonsumsi alkohol dan stres berisiko tinggi mengalami
dismenore. Berdasarkan penelitian Ramadani (2014), menyatakan bahwa
ada hubungan antara kebiasaan olahraga dengan kejadian dismenore pada
siswi di SMP Negeri 2 Demak 2014 denagn nilai p-value =0,00001 < α
(0,05). Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Yuniyanti, dkk (2014)
menunjukkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara stres dengan
kejadian dismenore pada siswi kelas X dan XI SMK Bhakti Karya Kota
Magelang.
4

Di dunia, angka kejadian dismenore sangat tinggi. Rata-rata lebih


dari 50% perempuan di setiap negara mengalami dismenore. Di Amerika
angka presentasenya sekitar 60% dan di Swedia sekitar 72%. Sementara di
Indonesia diperkirakan sebanyak 55% perempuan usia produktif
mengalami dismenore (Marmi, 2013 dalam Ramadani, 2014).
Intensitas nyeri haid yang dirasakan setiap orang berbeda-berbeda
sehinga perlu adanya penanganan ataupun pencegahan pada masalah
dismenore. Bermacam-macam cara bagi remaja putri untuk
menghilangkan nyeri haid yang dirasakan. kebanyakan wanita akan
menggunakan farmakologi untuk mengurangi nyeri. Contoh farmakologi
yaitu seperti obat anti peradangan non steroid (NSAID) yang mampu
menyekat sintetis prostaglandin, selain itu ada yang mengonsumsi obat-
obat lainnya tanpa resep dokter. Penggunaan obat yang terlalu sering
dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya dan membuat
ketergantungan jika dikonsumsi dalam waktu lama. Agar terhindar dari hal
tersebut, akan jauh lebih baik jika remaja putri menangani nyeri haid
secara nonfarmakologi. Terapi nonfarmakologis adalah terapi yang dapat
mengurangi dismenore tanpa obat-obatan misalnya dengan cara kompres
hangat, masase, istrirahat, distraksi, relaksasi dan olahraga ringan ataupun
senam (Price, 2005 dalam Laili, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fajaryati (2012)
tentang “Hubungan kebiasaan olahraga dengan dismenore primer remaja
putri di SMP N 2 Mirit Kebumen” bahwa olahraga/senam berpengaruh
dalam mengurangi dismenore. Hal ini dikarenakan pada saat melakukan
senam tubuh akan menghasilkan endorphin. Endorphin dihasilkan di otak
dan susunan syaraf tulang belakang. Fungsi dari hormon endorphin yaitu
sebagai obat penenangalami yang dihasilkan oleh otak sehingga
menimbulkan rasa nyaman (Haruyama, 2011 dalam Sormin, 2014).
Adapun cara penanganan dismenore primer secara nonfarmakologis
dengan melakukan senam khusus yang bernama senam dismenore.
Senam dismenore berfokus membantu peregangan seputar otot
perut, panggul dan pinggang.Senam ini selain mudah dilakukan juga tidak
5

memerlukan biaya, dapat dilakukan secara mandiri, dan tidak


menimbulkan efek samping. Senam dismenore ini membuat lebih rileks
sehingga dapat mengurangi keluhan nyeri pada remaja yang mengalami
menstruasi. Namun, sangat disayangkan masih banyak siswi di SMK 5
yang tidak tahu apa itu senam dismenore dan bagaimana melakukan senam
tersebut.
Berdasarkan masalah di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang senam dismenore untuk mengurangi dan mengatasi
dismenore pada remaja putri sehingga tidak menganggu aktivitas dan
konsentrasi belajar. Selain itu, senam ini dilakukan untuk mengetahui
perbedaan tingkat nyeri haid sebelum dan sesudah senam dismenore.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dari
penelitian ini adalah apakah ada perbedaan tingkat dismenore sebelum dan
sesudah senam dismenore pada siswi kelas X dan XI SMK 5 Singkawang?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengidentifiksi perbedaan tingkat dismenore sebelum dan sesudah
senam dismenore pada siswi kelas X dan XI SMK 5 Singkawang .
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi tingkat dismenore sebelum senam dismenore pada
kelompok eksperimen.
b. Mengidentifikasi tingkat dismenore sesudah senam dismenore pada
kelompok eksperimen.
c. Mengetahui perbedaan tingkat dismenore sebelum dan sesudah senam
dismenore pada kelompok eksperimen.

D. Manfaat
1. Manfaat bagi Institusi Pendidikan
6

a. Sebagai alternatif baru dalam mencegah atau mengurangi nyeri saat


menstruasi.
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan dalam mencegah dan
mengurangi nyeri saat menstruasi.
c. Sebagai tambahan referensi dan pengembangan penelitian tentang
perbedaan tingkat dismenore sebelum dan sesudah senam dismenore
pada remaja putri.

2. Manfaat bagi Dinas Kesehatan Kota Singkawang


Penelitian yang telah dilakukan mampu memberikan pengetahuan
tentang efektifitas senam dismenore sehingga dapat diterapkan atau
digunakan sebagai terapi alternatif dalam menangani dismenore.

3. Manfaat bagi SMK 5 Singkawang


Senam dismenore dapat dijadikan informasi cara pencegahan
dismenore sehingga dapat menurunkan insiden dismenore dan tidak
mengganggu aktivitas di sekolah.

4. Manfaat bagi Remaja Putri


Hasil penelitian tentang senam dismenore ini diharapkan dapat
digunakan bagi remaja putri yang belum mengalami dismenore serta
mencegah terjadinya tingkat dismenore yang lebih berat.

5. Manfaat bagi Peneliti


a. Menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat saat kuliah.
b. Memperoleh pengetahuan dan wawasan mengenai efektivitas senam
dismenore dalam penanganan dismenore.
c. Menambah pengalaman yang lebih banyak mengenai informasi
terjadinya dismenore.

E. Ruang Lingkup Penelitian


7

Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan tingkat dismenore


sebelum dan sesudah senam dismenore pada remaja putri. Untuk
mengidentifikasi tingkat nyeri digunakan alat ukur berupa skala analog
visual (VAS). Peneliti akan mengukur skala nyeri remaja putri yang
mengalami dismenore pada bulan sebelum dilakukan senam, kemudian di
ukur kembali tingkat nyeri setelah melakukan senam selama 2x dalam
seminggu sebelum siklus menstruasi bulan berikutnya. Penelitian ini
menggunakan quasi eksperimen dalam satu kelompok (one group pre test –
post test design).

F. Keaslian Data

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian


Nama Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Peneliti
Sormin, “Efektivitas Senam Desain penelitian Senam dismenore
Nancy Dismenore Dalam adalah Quasy berpengaruh dalam
Monica. Mengurangi exsperiment pre menurunkan dismenore,
(2014) Dismenore Pada dan post test with dibuktikan dengan
Remaja Putri Di control group. adanya perbedaan skala
Smp Negeri 2 Sampel di ambil nyeri pada kelompok
Siantan Kabupaten dengan teknik intervensi sebelum dan
Pontianak” purposive setelah dilakukan
sanpling. senam dismenore,
sedangkan kelompok
kontrol yang hanya
beristrahat tidak
ditemukan penurunan
skala nyeri. Hasil uji T
berpasangan pada
kelompok intervensi
yang menunjukkan nilai
8

p= 0,000 (p<0,05).

Hapsari, “Pengaruh Olahraga Desain penelitian Hasil penelitian


R. S., Senam Disminore adalah adalah menunjukkan nilai P
Astuti, terhadap Penurunan quasy value = 0,000 bearti P
Fitri Tingkat Nyeri exsperiment value <0,05 sehingga
Budi., & Disminore pada dalam satu dapat disimpulkan
Istiqori. Mahasiswi kelompok ( one terdapat pengaruh yang
(2013) Universitas Sahid group pre test- bermakna antara senam
Surakarta” post test design) dismenore terhadap
dan teknik penurunan tingkat nyeri
pengambilan dismenore.
sampel
menggunakan
purposive
sampling.
Puji.A, “Efektivitas Senam Penelitian ini Hasil penelitian
Istiqomah. Dismenore dalam menggunakan menunjukkan, senam
(2009). Mengurangi quasy dismenore berpengaruh
Dismenore pada exsperiment (one pada penurunan nyeri
Remaja Putri Di group pre test- haid dan mendapatkan
SMU N 5 post test design) hasil penurunan secara
Semarang.” dan pengambilan signifikan.
sampel dilakukan
secara purposive
sampling.
9

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Remaja


2.1.1 Definisi Remaja
Remaja adalah tahapan seseorang dimana ia berada di antara
fase anak dan dewasa. Menurut WHO (2007) seseorang dikatakan
remaja yaitu berusia 12-24 tahun. Pada masa remaja, terjadi
beberapa perubahan yang dialami yang ditandai dengan yaitu
perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis dan emosi (Ferry &
Makhfudli, 2009).
Mengenai kronologi berapa usia seorang anak dapat dikatakan
remaja, masih terdapat berbagai pendapat. Buku-buku pediatri pada
umumnya mendefinisikan remaja apabila telah mencapai umur 10-18
tahun untuk anak perempuan dan 12-20 tahun untuk anak laki-laki,
WHO mendefinisikan remaja bila anak telah mencapai umur 10-19
tahun. Menurut Undang-undang No. 4179 mengenai kesejahteraan
anak, remaja adalah individu yang belum mencapai umur 21 tahun
dan belum menikah. Menurut UU Perburuan anak dianggap remaja
apabila telah mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan
mempunyai tempat tinggal sendiri. Menurut UU Perkawinan No.1,
1974 anak dianggap sudah remaja apabila sudah cukup matang untuk
menikah yaitu 16 tahun untuk anak perempuan dan 19 tahun untuk
anak lakilaki. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menganggap
remaja bila sudah berusia 18 tahun yang sesuai dengan saat lulus dari
Sekolah Menengah (Soetjaningsih, 2002).
Jika dipandang dari aspek psikologis dan sosialnya, masa remaja
adalah suatu fenomena fisik yang berhubungan dengan pubertas.
Pubertas adalah suatu bagian yang penting dari masa remaja dimana
yang lebih ditekankan adalah proses biologis yang pada akhirnya
mengarah kepada kemampuan bereproduksi. Masa pubertas adalah
10

masa transisi antara masa anak dan dewasa, dimana terjadi suatu
percepatan fertilitas dan terjadi perubahan psikologis yang mencolok
(Sarwono, 2011).

2.1.2 Klasifikasi Remaja


2.1.3 Karakteristik Remaja
2.2 Menstruasi
2.2.1 Definisi Menstruasi
2.2.2 Siklus Menstruasi
2.2.3 Tanda dan Gejala Menstruasi
2.2.4 Gangguan pada Menstruasi
Menurut Prawirohardjo (2011) gangguan haid atau disebut juga
degan perdarahan uterus abnormal merupakan keluhan yang sering
menyebabkan seorang perempuan datang berobat ke dokter atau
tempat pertolongan pertama. Keluhan gangguan haid bervariasi dari
ringan sampai berat dan tidak jarng menyebabkan rasa frustasi baik
bagi penderita maupun dokter yang merawatnya. Berikut merupakan
gangguan haid pada masa reproduksi, yaitu:
a. Gangguan lama dan jumlah darah haid
 Hipermenorea (menoragia)
Hipermenorea (menoragia) merupakan perdarahan haid dengan
jumlah darah lebih banyak dan/atau durasi lebih lama dari
norml dengn siklus yang normal teratur. Secara klinis, total
jumlah darah haid lebih dari 80 ml per siklus dan durasi haid
lebih lama dari 7 hari. Sulit menentukan jumlah darah haid
secara tepat. Oleh karena itu, bisa disebutkan bahwa bila ganti
pembalut 2-5 x/hari menunjukkan jumlah darah haid normal.
Pada menoragia, dalam mengganti pembalut lebih dari 6
x/hari.
Penyebab menoragia terletak pada kondisi dalam uterus.
Hemostatis di endometrium pada siklus haid berhubungan erat
dengan platelet dan fibrin. Formasi trobin akan membentuk
11

plugs dan selanjutnya diikuti vasokontriksi sehingga terjadi


hemostatis. Pada penyakit darah tertentu misalnya penyakit
von Willebrands dan trombositopenia terjadi defisiensi
komponen tersebut sehingga menyebabkan terjadi menoragia.
Gangguan anatomi juga akan menyebabkan terjadi menoragia,
termasuk di antaranya adalah mioma uteri, polip dan
hiperplasia endometrium. mioma yang terletak pada dinding
uterus akan menggaggu kontraktilitas otot rahim, permukaan
endometrium menjadi lebih luas dan akan menyebabkan
pembesaran pembuluh darah serta berisiko mengalami
nekrosis. Proses patologis ini akan menghambat hemostatis
normal.
 Hipomenorea
Hipomenorea adalah perdarahan haid dengan jumlah darah
lebih sedikit dan/atau durasi lebih pendek dari normal.
Terdapat beberapa penyebab hipomenorea yaitu gangguan
organik misalnya pada uterus pascaoperasi miomektomi dan
gangguan endoktrin. Hipermenorea menunjukkan bahwa tebal
endometrium tipis dan perlu evaluasi lebih lanjut.

b. Gangguan siklus haid


 Polimenorea
Polimenorea adalah siklus haid kurang dari 21 hari atau siklus
yang lebih pendek dari normal. Seringkali sulit membedakan
polimenorea dengana metroragia yang merupakan perdarahan
antara dua siklus haid. Berbagai macam penyebab polimenorea
yaitu gangguan endokrin yang menyebabkan gangguan
ovulasi, fase luteal memendek, dan kongesti ovarium karena
peradangan.
 Oligomenorea
Oligomenorea merupakan haid dengan siklus yang lebih
panjang dari normal yaitu lebih dari 35 hari.
12

 Amenorea
c. Gangguan perdarahan di luar siklus haid
 Menometroragia
d. Gangguan lain yang berhubungan degan haid
 Dismenorea
 Sindrom prahaid

2.3 Dismenore
2.3.1 Definisi Dismenore
Dismenore didefinisikan sebagai nyeri dan kram saat menstruasi
yang mengganggu aktivitas normal dan membutuhkan resep obat.
Nyeri ringan selama menstruasi adalah normal. Ketidaknyamanan
selama menstruasi berkisar dari ketidaknyamanan ringan sampai
nyeri berat yang menyebabkan beberapa pasien menjadi terbaring di
tempat tidur. Sekitar 50% wanita haid menderita dismenore dan 10%
dari ini tidak mampu untuk melakukan kegiatan sehari-hari selama 1
atau 3 hari setiap bulan (Callahan, 2013).
Dismenore adalah istilah yang digunakan untuk nyeri yang
berat, kram di perut bagian bawah, punggung bawah, dan hal yang
terjadi selama menstruasi. Hal tersebut dapat menjadi gejala penyakit
saluran reproduksi, tetapi juga bisa menjadi diagnosis itu sendiri
(Tollison, 2002).
Menurut Manuaba (2001) dismenore adalah sakit saat
menstruasi sampai dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
Berdasarkan pembagiannya, dismenore terdiri dari dismenore primer
dan dismenore sekunder. Sedangkan berdasarkan pembagian klinis,
dismenore terbagi 3 yaitu:
 Ringan: Berlangsung beberapa saat dan dapat melanjutkan
kerja sehari-hari.
 Sedang: Diperlukan obat penghilang rasa nyeri, tanpa perlu
meninggalkan kerjanya.
13

 Berat: Perlu istirahat beberapa hari dan dapat disertai, sakit


kepala, kemeng pinggang, diare, dan rasa tertekan.

2.3.2 Dismenore Primer


2.3.2.1 Definisi
Dismenore primer biasanya terjadi sebelum usia 20. karena
dismenore primer hampir selalu dikaitkan dengan siklus ovulasi,
biasanya didiagnosis pada remaja akhir bukan di menarche ketika
siklus sering anovulasi. Meskipun tidak ada penyebab organik
yang jelas, dismenore primer diduga hasil dari peningkatan
tingkat produksi prostaglandin (Callahan, 2013).

2.3.2.2 Etiologi
2.3.2.3 Patofisiologi
2.3.2.4 Karakteristik
2.3.2.5 Manifestasi Klinis
2.3.2.6 Penanganan
2.3.3 Dismenore Sekunder
2.3.3.1 Definisi
2.3.3.2 Etiologi
2.3.3.3 Patofisiologi
2.3.3.4 Manifestasi Klinis
2.3.3.5 Penanganan
2.4 Nyeri
2.4.1 Konsep Nyeri
Setiap individu pasti sudah pernah mengalami nyeri dan
mempunyai tingkat nyeri yang berbeda-beda atau tingkat tertentu.
Asosiasi Internasional untuk Penelitian Nyeri (International
Association for the Study of Pain, IASP) mendefinisikan nyeri
sebagai “suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang
tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang
aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian di
14

mana terjadi kerusakan” (Potter, 2005). Nyeri adalah suatu


pengalaman sensorik dan emosional yang mengganggu kenyamanan
yang diakibatkan dari kerusakan jaringan yang bersifat subjektif.
Keluhan sensorik yang sering dinyatakan yaitu pegal, linu, keju,
kemeng, cangkeul dan seterusnya dianggap sebagai modalitas nyeri
(Muttaqin, 2008).
Menurut Asmadi (2008) berdasarkan “teori intensitas” nyeri
adalah hasil rangsangan yang berlebihan pada reseptor. Setiap
rangsangan sensori punya potensi untuk menimbulkan nyeri jika
intensitasnya cukup kuat.
Nyeri merupakan mekanisme fisiologis yang bertujuan untuk
melindungi diri. Apabila seseorang merasakan nyeri, maka
prilakunya akan berubah (Muttaqin, 2008).
Terdapat 3 fase pengalaman nyeri: antipasi, sensasi, dan akibat
(aftermath). Fase antisipasi terjadi sebelum mempersepsikan nyeri.
Seorang individu mengetahui nyeri akan terjadi. Pertama, fase
antipasi mungkin bukan merupakan fase yang paling penting, karena
fase tersebut dapat mempengaruhi dua fase yang lain. Dalam situasi
cedera traumatik atau dalam prosedur nyeri yang tidak terlihat,
individu tidak akan dapat mengantisipasi nyeri. Antisipasi terhadap
nyeri memungkinkan individu untuk belajar tentang nyeri dan upaya
untuk menghilangkannya. Kedua, fase sensasi terjadi karena
merasakan nyeri. Individu bereaksi terhadap nyeri dengan cara yang
berbeda-beda. Toleransi individu terhadap nyeri merupakan titik
yaitu terdapat suatu ketidakinginan untuk menerima nyeri dengan
tingkat keparahan yang lebih tinggi dan durasi yang lebih lama.
Toleransi bergantu pada sikap motivasi, dan nilai yang diyakini
seseorang. Gerakan tubuh yang khas dan ekspresi wajah yang
mengindikasikan nyeri meliputi menggeretakkan gigi, memegang
bagian tubuh yang terasa nyeri, postur tubuh membengkok, dan
ekspresi wajah yang menyeringai. Seorang klien mungkin menangis
atau mengaduh, gelisah, atau sering memanggil perawat. Ketiga,
15

fase akibat (aftermath) nyeri terjadi ketika nyeri berkurang atau


berhenti. Bahkan walaupun sumber nyeri dikontrol, seorang klien
mungkin masih memerlukan perhatian perawat. Setelah mengalami
nyeri, klien mungkin memperlihatkan gejala-gejala fisik, seperti
menggigil, mual, muntah, marah, atau depresi. Jika klien mengalami
serangkaian episode nyeri yang berulang, maka respons akibat
(aftermath) dapat menjadi masalah kesehatan yang berat (Potter,
2005).
Menurut Muttaqin (2008), nyeri terbagi dua yaitu nyeri akut dan
nyeri kronis.
 Nyeri akut
Nyeri akut berlangsung tiba-tiba dan umumnya berhubungan
dengan adanya suatu trauma atau cedera spesifik. Nyeri akut
mengindikasikan adanya suatu kerusakan atau cedera yang baru
saja terjadi. Sensasi dari suatu nyeri akut biasanya menurun
sejalan dengan adanya proses penyembuhan. Nyeri akut
memiliki tujuan untuk memperingatkan adanya suatu cedera
atau masalah. Nyeri akut umumnya berlangsung kurang dari 6
bulan (Muttaqin, 2008).
 Nyeri kronis
Nyeri kronis adalah suatu keadaan ketidaknyamanan yang
dialami individu yang berlangsung selama 6 bulan atau lebih.
Nyeri kronis merupakan suatu keadaan yang berlangsung secara
konstan atau intermiten dan menetap sepanjang suatu periode
waktu (Muttaqin, 2008). Nyeri kronik merupakan nyeri yang
timbul tanpa adanya stimulus dan kerusakan jaringan yang jelas,
suatu rasa yang tidak begitu mengganggu dan dapat dianggap
sebagai penyakit sistem peringatan nyeri (Walton, 2008).

2.4.2 Alat Ukur Nyeri


2.5 Senam
2.5.1 Sejarah Senam
16

Senam merupakan terjemahan dari kata Gymnastiec (bahasa


Belanda) dan Gymnastic (bahasa Inggris) yang berasal dari bahasa
Yunani (Greek), yaitu Gymnos yang artinya telanjang atau setengah
telanjang. Pada Zaman Yunani kuno Gymnastic dilakukan dengan
tidak memakai pakaian atau dengan badan telanjang. Hal ini
dimaksudkan agar dapat melakukan gerakan-gerakan yang bebas dan
sempurna. Senam dapat didefinisikan sebagai latihan jasmani yang
diciptakan dengan sengaja, disusun secara sistematis dan dilakukan
secara sadar dengan tujuan untuk membentuk dan mengembangkan
pribadi sadar dengan tujuan untuk membentuk dan mengembangkan
pribadi secara harmonis (Mukholid, 2007).
Senam merupakan olahraga yang memiliki peranan penting
dalam memadukan keserasian antara gerakan yang dilakukan dengan
diiringi irama musik (Rismiati, 2007).
Olahraga senam merupakan olahraga dasar yang mengacu pada
gerak yang dikerjakan dengan kombinasi terpadu dan menjelma dari
setiap bagian anggota tubuh dari kemampuan komponen motorik,
kekuatan, kecepatan keseimbangan, kelenturan, dan ketepatan
(Mukholid, 2007).
Olahraga mulai masuk di indonesia sejak abad ke 18, senam
masuk dalam pelajaran di sekolah. Organisasi senam dunia adalah
FIG (Federation Internationale de Gymnastics) yang bersekretariat
di Montier, Swiss. Pada masa penjajahan Belanda bersamaan dengan
berkembangnya olahraga senam saat itu, senam masuk dalam
pelajaran di sekolah pada tahun 1912 dengan menggunakan sistem
senam Jerman. Pada tahun 1922, digunakan sistem senam Swiss
bertepatan dengan berdirinya Militairi Gymnastiek en Sporschool
(MGSS) di Bandung dan Probolinggo. Tidak lama kemudian,
Gaulhofer dan M. Streicher memperkenalkan sistem senam Austria.
Pada masa penjajahan Jepang, bangsa Indonesia mengenal senam
“Taiso” yang dipelajari di sekolah-sekolah dengan disiplin dan
latihan keras. Senam tersebut menggunakan sistem Swedia. Pada
17

masa kemerdekaan, senam yang digunakan pada pelajaran di sekolah


adalah sistem senam Austria. Pada tahun 1964 hingga sekarang,
sistem senam yang digunakan adalah sistem senam STO Bnadung
yang dikembangkan oleh Irsan M.A. dan Imam Hidayat. Persatuan
Senam Indonesia (Persani) didirikan pada 14 Juli 1963. Persani kali
pertama diketuai oleh Dr. Abubakar Saleh 1977-1981 (Rismiati,
2007).
Tujuan senam adalah untuk meningkatkan daya tahan, kekuatan,
kelentukan, dan koordinasi tubuh. Selain itu, senam juga bertujuan
untuk meraih prestasi, membentuk tubuh yang ideal dan memelihara
kesehatan (Rismiati, 2007).

2.5.2 Macam-macam Senam


2.6 Senam Dismenore
2.6.1 Definisi Senam Dismenore
2.6.2 Tujuan Senam Dismenore
2.6.3 Langkah-Langkah Senam Dismenore
Langkah-langkah untuk melakukan senam dismenore terdiri
beberapa tahapan yaitu gerakan pemanasan, gerakan inti dan gerakan
pendinginan (Puji, 2009):
e. Gerakan Pemanasan
1) Tarik nafas dalam melalui hidung, sampai perut
menggelembung dan tangan kiri terangkat. Tahan sampai
beberapa detik dan hembusan nafas lewat mulut.
2) Kedua tangan di perut samping, tunduk dan tegakkan kepala
(2x8 hitungan)
3) Kedua tangan di perut samping, patahkan leher ke kiri dan ke
kanan (2x8 hitungan)
4) Kedua tangan di perut samping, tengokkan kepala ke kiri dan
ke kanan (2x8 hitungan)
5) Putar bahu bersamaan keduanya (2x8 hitungan)
18

f. Gerakan Inti
1) Gerak Badan 1
 Berdiri dengan tangan direntangkan ke samping, dan kaki
di renggangkan kira-kira 30 sampai 35 cm.
 Bungkukkan di Pinggang dan berputar ke arah kiri,
mencoba menjamah kaki kiri dengan tangan kanan tanpa
membengkokkan lutut.
 Lakukan hal yang sama dengan tangan kiri menjamah kaki
kanan.
 Ulangi masing-masing posisi sebanyak empat kali.
2) Gerak Badan 2
 Berdirilah dengan tangan di samping dan kaki sejajar.
 Luruskan tangan dan angkat sampai melewati kepala. Pada
waktu yang sama sepakkan kaki kirimu dengan kuat ke
belakang.
 Lakukan berganti-gantian dengan kaki kanan.
 Ulangi 4 kali masing-masing kaki.

g. Gerakan Pendinginan
1) Lengan dan tangan, genggam tangan kerutkan lengan dengan
kuat tahan, lepaskan.
2) Tungkai dan kaki, luruskan kaki (dorsi fleksi) tahan beberapa
detik, lepaskan.
3) Seluruh tubuh, kontraksikan/kencangkan semua otot sambil
nafas dada pelan teratur lalu relaks (bayangkan hal
menyenangkan).
19

Gambar 1

2.6.4 Manfaat Senam Dismenore


2.7 Pengaruh Senam Dismenore terhadap Tingkat Nyeri

Anda mungkin juga menyukai