Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH BUDAYA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

(K3) TERHADAP KINERJA PROYEK KONSTRUKSI


Wieke Yuni Christina, Ludfi Djakfar, Armanu Thoyib Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Teknik Universitas Brawijaya Malang Jl. MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia
Baliarum Property, Kuta – Bali, Indonesia E-mail : wieke_ajwqchan@yahoo.com

ABSTRAK

Proyek adalah sekumpulan kegiatan yang dimaksudkan untuk mencapai hasil akhir tertentu yang cukup
penting bagi kepentingan pihak manajemen. Proyek tersebut salah satunya meliputi proyek konstruksi. Proses
pembangunan proyek konstruksi pada umumnya merupakan kegiatan yang banyak mengandung unsur
bahaya. Salah satu fokus perusahaan kontraktor adalah menciptakan kondisi Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) yang baik di proyek. Sedangkan budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja memegang peranan
yang sangat penting dalam membentuk perilaku pekerja terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. Penelitian
ini dilakukan untuk mengidentifikasi dan menganalisa faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi budaya
keselamatan dan kesehatan kerja terutama pada proyek konstruksi, serta menganalisa pengaruh faktor-faktor
budaya keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kinerja proyek konstruksi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa secara simultan dan parsial variabel bebas yang terdiri dari Komitmen Top Management terhadap K3
(X1), Peraturan dan Prosedur K3 (X 2), Komunikasi Pekerja (X 3), Kompetensi Pekerja (X4), Lingkungan
Kerja (X5), dan Keterlibatan Pekerja dalam K3 (X6) berpengaruh signifikan terhadap variabel Kinerja Proyek
Konstruksi (Y). Karena koefisien regresi pengaruh Komitmen Top Management terhadap K3 (X1) terhadap
Kinerja Proyek Konstruksi (Y) bertanda positif mengindikasikan bahwa pengaruh keduanya searah.

Kata kunci: kecelakaan kerja, budaya keselamatan dan kesehatan kerja, kinerja proyek konstruksi.

PENDAHULUAN karena pengusaha dan top manajemen


Kegiatan jasa konstruksi telah tidak mau mengakui bahwa mereka perlu
terbukti memberikan kontribusi penting membentuk kembali budaya perusahaan
dalam perkembangan dan pertumbuhan dan/atau mengambil cara baru dalam
ekonomi disemua negara di dunia, mengatur orang pada suatu tahap awal
termasuk Indonesia, baik yang yang menjadi titik kritis dalam sejarah
diselenggarakan oleh pemerintah maupun perusahaan. Intervensi untuk mendorong
swasta (Kadin, 2002). perkembangan perusahaan dan sebelum
Dalam menghadapi persaingan terjadinya pengaruh negatif dari
pasar bebas, perlu dilakukan langkah- pekembangan kebudayaan organisasi
langkah antisipatif yang harus yang cepat dan kepemimpinan yang
dipersiapkan oleh perusahaan-perusahaan dianggap dominan (Leach and Kenny,
jasa konstruksi, baik swasta maupun 2000).
BUMN yang ada di Indonesia dengan Dalam Manajemen Proyek
melakukan berbagai macam perbaikan Konstruksi, salah satu sasaran utama
guna meningkatkan kualitas kinerja yang dicapai, adalah menciptakan iklim
manajemen, sehingga dapat kerja yang mendukung baik dari segi
menghasilkan suatu sistem bisnis sarana, kondisi kerja, keselamatan kerja,
perusahaan jasa konstruksi yang ideal dan komunikasi timbal balik yang
(Sudarto,2003). terbuka antara atasan dan bawahan
Salah satu penyebab perusahaan (Paulus, 1985).
jasa konstruksi tidak berkembang adalah Suatu kondisi kerja (work
condition) dan keselamatan kerja (safety
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No. 1 – 2012 ISSN 1978 – 5658 83
work) yang baik merupakan syarat untuk yang mempengaruhi kinerja perusahaan
mencapai suatu iklim kerja yang berkaitan dengan resiko yang dimiliki.
mendukung bagi para pekerjanya Berdasarkan permasalahan di atas, maka
terutama di dalam proyek konstruksi. Hal rumusan masalah dalam penelitian
ini perlu mendapat perhatian dikarenakan ini, adalah sebagai berikut:
lokasi pekerjaan proyek merupakan salah 1. Faktor-faktor apakah yang
satu lingkungan kerja yang mengandung mempengaruhi budaya keselamatan
resiko cukup besar (Ervianto, 2005), dan kesehatan kerja khususnya pada
sehingga dapat dikatakan bahwa industri proyek konstruksi?
konstruksi terbilang paling rentan 2. Apakah faktor-faktor budaya
terhadap kecelakaan kerja. keselamatan dan kesehatan kerja
Di Indonesia telah ditetapkan berpengaruh terhadap kinerja proyek
beberapa peraturan keselamatan dan konstruksi?
kesehatan kerja; antara lain sebagai Adapun tujuan penelitian yang ingin
berikut: Undang-Undang No. 1 Tahun dicapai, yaitu sebagai berikut:
1970 tentang Keselamatan Kerja; 1. Mengidentifikasi dan menganalisa
Peraturan Menteri No. PER- faktor-faktor yang mempengaruhi
05/MEN/1996 tentang Sistem budaya keselamatan dan kesehatan
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja khususnya pada proyek
Kerja. Peraturan-peraturan tersebut konstruksi.
ditetapkan bertujuan untuk mencegah dan 2. Menganalisa pengaruh faktor-faktor
mengantisipasi terjadinya kecelakaan budaya keselamatan dan kesehatan
kerja. kerja terhadap kinerja proyek
Program keselamatan dan konstruksi.
kesehatan kerja sebaiknya dimulai dari
tahap yang paling dasar, yaitu Penelitian Pengaruh Budaya
pembentukan budaya keselamatan dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
kesehatan kerja (Reason, 1997). Dan terhadap Kinerja Proyek Konstruksi ini
program keselamatan dan kesehatan kerja dibatasi pada aspek-aspek manajerial dan
dapat berfungsi dan efektif, apabila non-manajerial, yaitu:
program tersebut dapat terkomunikasikan 1. Objek kajian penelitian adalah
kepada seluruh lapisan individu yang perusahaan jasa konstruksi yang
terlibat pada proyek konstruksi. sedang melaksanakan proyek
Ada fenomena yang menarik yang konstruksi khususnya sarana dan
dimiliki oleh industri konstruksi, yaitu prasarana.
pertama bahwa jasa industri konstruksi 2. Data-data yang digunakan merupakan
merupakan sebuah industri yang memiliki data primer yang berupa data hasil
resiko cukup besar, akan tetapi dapat survei melalui penyebaran kuesioner
diminimalisir dengan adanya program dan wawancara terhadap para pekerja
keselamatan dan kesehatan kerja melalui pada proyek konstruksi yang menjadi
pembentukan budaya kerja yaitu salah objek kajian.
satunya budaya keselamatan dan 3. Objek kajian dalam penelitian adalah
kesehatan kerja. Kedua, industri PT. Tunas Jaya Sanur - Bali, dalam
konstruksi merupakan sebuah industri pekerjaanproyekkonstruksi
yang tidak sekedar berorientasi pada perencanaan – pembangunan
produk jadi sebagaimana pada industri pekerjaan sarana dan prasarana
lain, akan tetapi berorientasi pada proses. fasilitas umum/komersial.
Oleh karenanya dalam proses tersebut
perlu diperhatikan faktor-faktor internal

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No. 1 – 2012 ISSN 1978 – 5658 84


Industri konstruksi adalah industri keselamatan kerja (safety work program)
yang mencakup semua pihak yang terkait perlu dibuat oleh manajemen perusahaan,
dengan proses konstruksi termasuk serta memiliki komitmen untuk
tenaga profesi, pelaksana konstruksi dan menjalankan program tersebut demi
juga para pemasok yang bersama-sama terciptanya keamanan di lokasi proyek
memenuhi kebutuhan pelaku dalam (Hinze, 1997).
industri (Hillebrandt,1985). Berdasarkan beberapa penelitian
Kata jasa konstruksi bermakna terdahulu, dapat disimpulkan bahwa
sangat luas, pada umumnya bidang- budaya keselamatan dan kesehatan kerja
bidang jasa konstruksi (Triwidodo, 2003) dapat terbentuk dari beberapa faktor
meliputi: dominan, yaitu sebagai berikut:
1. Bidang perencanaan (design), 1. Komitmen top management
2. Bidang pelaksanaan (construction), 2. Peraturan dan prosedur K3
3. Bidang pengawasan (supervision/ 3. Komunikasi
construction management), 4. Kompetensi pekerja
4. Bidang pengelolaan lahan (property 5. Keterlibatan pekerja
management), 6. Lingkungan kerja
5. Bidang pengembangan lahan
(developer). Untuk meningkatkan kinerja produk
dalam proyek konstruksi, maka umumnya
Faktor lingkungan kerja dapat harus diikuti dengan meningkatkan mutu.
meliputi hal-hal yang berhubungan Hal ini selanjutnya berakibat pada
dengan proyek konstruksi secara naiknya biaya, sehingga melebihi
langsung seperti tekanan yang berlebihan anggaran yang ditentukan. Sebaliknya,
terhadap jadwal pekerjaan, peralatan dan bila ingin menekan biaya, maka biasanya
perlengkapan keselamatan kerja yang harus berkompromi dengan mutu atau
tidak memadai, kurangnya pelatihan jadwal (Soeharto, 1999).
keselamatan kerja yang diberikan pada Tujuan pokok penilaian kinerja
pekerja, kurangnya pengawasan terhadap adalah membantu dalam menetapkan
keselamatan kerja para pekerja. standar dan target, sarana untuk
Faktor lingkungan kerja dapat kemajuan, memotivasi, meng-
mendorong munculnya kesalahan dan komunikasikan strategi, organisasi dan
pelanggaran pada pihak pekerja, mempengaruhi perubahan perilaku
kesalahan dan pelanggaran tersebut dapat (Tatikonda, 1998).
berupa tindakan tidak aman dari pekerja,
contohnya pelanggaran terhadap METODE
peraturan dan prosedur keselamatan Populasi dan Sampel
kerja, dan salah satu hasil dari tindakan Pada penelitian ini, populasi adalah
tidak aman adalah timbulnya kecelakaan para pekerja dan staff yang bekerja di
kerja pada pihak pekerja (Reason, 1997). perusahaan jasa konstruksi yang sedang
Keselamatan kerja merupakan bagian melaksanakan 41 proyek konstruksi
yang penting dalam pelaksanaan proyek khususnya sarana dan prasarana oleh
konstruksi, dimana keselamatan kerja General Contractor PT. Tunas Jaya
perlu mendapat perhatian yang sama Sanur, Bali. Agar ukuran sampel yang
dengan kualitas, jadwal dan biaya. diambil dapat representatif, maka
Keterlibatan secara aktif dari manajemen dihitung dengan menggunakan rumus
perusahaan sangat penting artinya bagi Slovin, sehingga jika dirata-rata tiap
terciptanya perbuatan dan kondisi proyek adalah:
lingkungan yang aman. Program

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No. 1 – 2012 ISSN 1978 – 5658 85


Banyak staf = 82/41 terhadap Kinerja Proyek Konstruksi
= 2 staf per proyek (Y)
Banyak pekerja = 122/4 d. Hipotesa 4 : Diduga ada pengaruh
= 3 pekerja per proyek yang signifikan antara variabel
Kompetensi pekerja (X4) terhadap
Kerangka Penelitian Kinerja Proyek Konstruksi (Y)
KOMITMEN
e. Hipotesa 5 : Diduga ada pengaruh
TOP yang signifikan antara variabel
MANAGEMENT
TERHADAP K3 Lingkungan kerja (X5) terhadap
(X1)
Kinerja Proyek Konstruksi (Y)
f. Hipotesa 6 : Diduga ada pengaruh
PERATURAN
DAN yang signifikan antara variabel
PROSEDUR
K3 Keterlibatan pekerja (X6) terhadap
(X2) Kinerja Proyek Konstruksi (Y)

KOMUNIKASI
Skala pengukuran yang digunakan
PEKERJA adalah Skala Likert (Likert Scale).
(X3)
KINERJA Jawaban dalam setiap item instrumen
PROYEK
KONSTRUKSI mempunyai gradasi dari sangat positif
KOMPETENSI
(Y) sampai dengan sangat negatif. Untuk
PEKERJA keperluan analisis kuantitatif, maka
(X4)
jawaban tersebut dapat diberi skor.
Secara umum teknik analisis data
dibagi menjadi 5 (lima) tahap, yaitu tahap
LINGKUNGAN
KERJA pengkoden (coding), uji validitas, uji
(X5)
reliabilitas, uji asumsi klasik dan analisis
regresi linier berganda.
KETERLIBATAN
Coding
PEKERJA
(X6)

Gambar 1. Hipotesis Model Pengaruh


Uji Validitas
Faktor-Faktor Budaya K3 Valid Y
pada Kinerja Proyek
Konstruksi
Uji & Uji Asumsi
a. Hipotesa 1 : Diduga ada Reliabilitas Reliabel? Klasik
pengaruh yang signifikan antara Analisis
variabel Komitmen top management
terhadap K3 (X1) terhadap variabel
Kinerja Proyek Konstruksi (Y) Regresi
b. Hipotesa 2 : Diduga ada
pengaruh yang signifikan antara Gambar 2. Tahap Analisis Data
variabel Peraturan dan prosedur K3 Instrumen Penelitian
(X2) terhadap variabel Kinerja Instrumen yang digunakan dalam
Proyek Konstruksi (Y) penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1,
c. Hipotesa 3 : Diduga ada dimana variabel bebas terdiri dari 6
pengaruh yang signifikan antara variabel X dan variabel terikat Y adalah
variabel Komunikasi pekerja (X3) Kinerja Proyek Konstruksi.

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No. 1 – 2012 ISSN 1978 – 5658 86


Tabel 1. Instrumen Penelitian
VARIABEL FAKTOR INDIKATOR
X
Keselamatan Komitmen Top 11 Perusahaan memberikan prioritas utama terhadap masalah K3
dan Kesehatan Management X Perusahaan akan memberhentikan pekerjaan yang membahayakan
12
Kerja (K3) terhadap K3 (X1) X
13 Ada usaha peningkatan kinerja K3 pada periode tertentu
X Ada pengawasan terhadap K3 para pekerja
14
X Perusahaan memberikan perlengkapan K3
15
X Perusahaan memberikan pelatihan K3
16
X
Peraturan dan 21 Peraturan dan prosedur K3 sangat diperlukan
Prosedur K3 X Prosedur K3 mudah diterapkan dengan konsisten
22
(X2) X
23
Ada sanksi terhadap pelanggaran prosedur K3
X Peraturan dan prosedur K3 diperbaiki secara berkala
24
X Peraturan dan prosedur K3 mudah dimengerti
25
X
Komunikasi 31 Pekerja mendapat informasi mengenai masalah K3
Pekerja X Pekerja puas dengan penyampaian informasi pekerjaan
32
(X3) X
33
Pekerja mendapat informasi mengenai kecelakaan kerja yang terjadi
X Adanya komunikasi yang baik antara pekerja dan pihak manajerial
34
X Adanya komunikasi yang baik antara sesama pekerja
35
X
Kompetensi 41 Pekerja mengerti tanggungjawab terhadap K3
Pekerja X Pekerja mengerti sepenuhnya resiko dari pekerjaannya
42
(X4) X
43
Pekerja mampu melakukan pekerjaannya dengan cara yang aman
X Pekerja tidak melakukan pekerjaan diluar tanggungjawabnya
44
X Pekerja mampu memenuhi seluruh peraturan dan prosedur K3
45
X
Lingkungan Kerja 51 Pekerja mengutamakan K3
X Pekerja tidak bosan dengan pekerjaannya yang berulang-ulang
(X5) 52
X Pekerja termotivasi karena program K3
53
X
54 Pekerja puas dengan keamanan lingkungan kerja (alat pengaman,
kebersihan, pencahayaan)
X Pekerja tidak saling menyalahkan bila terjadi kecelakaan
55
X
Keterlibatan 61 Pekerja dilibatkan dalam perencanaan program K3
X
Pekerja dalam K3 62 Pekerja melaporkan jika terjadi kecelakaan atau situasi yang bahaya
(X6) X Pekerja diminta mengingatkan pekerja lain tentang bahaya dan K3
63
X Pekerja dilibatkan dalam penyampaian informasi
64

Kinerja Kinerja Proyek Y1 Pekerja mampu bekerja sesuai dengan target


Konstruksi Y2 Proyek dikerjakan sesuai dengan kurun waktu yang ditentukan
(Y) Y3 Hasil pekerjaan memenuhi spesifikasi dan kriteria yang ditentukan

Y4 Hasil pekerjaan memenuhi standar quality control


Y5 Tidak adanya kecelakaan kerja di lingkungan kerja
Y6 Tidak adanya kesalahan dalam melakukan pekerjaan
Y7 Pekerja memperhatikan keselamatan dalam menjalankan pekerjaan
Y8 Pekerja hadir (masuk) sesuai dengan jadwal kerja

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No. 1 – 2012 ISSN 1978 – 5658 87


HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Realibilitas
Uji Validitas dan Realibilitas Tabel 3. Hasil Uji Reliabilitas
Uji Validitas Variabel Alpha Keterangan
Alat analisis untuk menguji validitas X1 0.643 Reliabel
dalam penelitian ini digunakan korelasi X2 0.653 Reliabel
product moment antara variabel dengan X3 0.747 Reliabel
itemnya. Hasil pengujian dijelaskan X4 0.679 Reliabel
Tabel 2 berikut ini: X5 0.687 Reliabel
Tabel 2. Hasil Uji Validitas X6 0.638 Reliabel
Y 0.631 Reliabel
Variabel Item Sig Keterangan
Sumber: Hasil Analisa, 2011
X1 X1.1 0.000 Valid
X1.2 0.000 Valid Dari Tabel 3 menunjukkan ketujuh
X1.3 0.000 Valid variabel diteliti nilai alpha seluruhnya
X1.4 0.000 Valid adalah reliabel karena memiliki alpha di
X1.5 0.000 Valid atas 0,6 sehingga seluruh variabel yang
X1.6 0.000 Valid
diteliti adalah reliabel dan dapat
X2 X2.1 0.000 Valid
X2.2 0.000 Valid digunakan dalam tahap analisis
X2.3 0.000 Valid selanjutnya.
X2.4 0.000 Valid
X2.5 0.000 Valid Deskripsi Variabel Penelitian Distribusi
X3 X3.1 0.000 Valid hasil pengolahan data
X3.2 0.000 Valid terhadap variabel-variabel penelitian
X3.3 0.000 Valid
X3.4 0.000 Valid
secara deskriptif disajikan berikut:
X3.5 0.000 Valid Tabel 4. Variabel Komitmen Top
X4 X4.1 0.000 Valid Management thd K3 (X1)
X4.2 0.000 Valid Item Modus Mean %
X4.3 0.000 Valid x11 2 3,9837 18,89 %
X4.4 0.000 Valid x12 3 3,6992 17,53 %
X4.5 0.000 Valid x13 4 2,2439 10,64 %
X5 X5.1 0.000 Valid x14 2 4,1057 19,46 %
X5.2 0.000 Valid x15 1 4,4797 21,23 %
X5.3 0.000 Valid x16 3 2,5854 12,25 %
X5.4 0.000 Valid
Sumber: Hasil Analisa, 2011
X5.5 0.000 Valid
X6 X6.1 0.000 Valid Tabel 5. Variabel Peraturan dan Prosedur
X6.2 0.000 Valid K3 (X2)
X6.3 0.003 Valid Item Modus Mean %
X6.4 0.000 Valid X21 3 3,9675 21,53 %
Y Y1 0.000 Valid X22 3 3,6911 20,03 %
Y2 0.017 Valid X23 3 3,7154 20,16 %
Y3 0.003 Valid X24 3 2,8130 15,25 %
Y4 0.000 Valid X25 2 4,2439 23,03 %
Y5 0.000 Valid Sumber: Hasil Analisa, 2011
Y6 0.000 Valid
Y7 0.000 Valid Tabel 6. Variabel Komunikasi Pekerja
Y8 0.007 Valid (X3)
Y9 0.000 Valid Item Modus Mean %
Sumber: Hasil Analisa, 2011 X31 2 3,1707 18,46 %
X32 4 3,9837 23,20 %
Dari tabel di atas menunjukkan X33 4 3,4065 19,84 %
bahwa semua nilai probabilitas (sig) di X34 3 2,8943 16,86 %
bawah 5% sehingga semua item X35 3 3,7154 21,64 %
pertanyaan adalah valid. Sumber: Hasil Analisa, 2011

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No. 1 – 2012 ISSN 1978 – 5658 88


Tabel 7. Variabel Kompetensi Pekerja
(X4)
Item Modus Mean %
X41 3 4,0407 21,37 %
X42 2 4,0976 21,67 %
X43 4 3,6585 19,35 %
X44 3 3,6260 19,17 %
X45 4 3,4878 18,44 %
Sumber: Hasil Analisa, 2011
Tabel 8. Variabel Lingkungan Kerja (X5)
Item Modus Mean % Gambar 3.
Pengujian Asumsi
X51 3 3,8130 20,06 % Autokorelasi
X52 2 4,2358 22,29 % Uji Asumsi Heteroskedastisitas
X53 2 4,0813 21,47 %
X54 3 3,0813 16,21 % Tabel 11. Hasil Uji Asumsi
X55 4 3,7967 19,97 % Heteroskedastisitas
Sumber: Hasil Analisa, 2011 Variabel p Keterangan
bebas
Tabel 9. Variabel Keterlibatan Pekerja
X1 0,097 Non Heteroskedastisitas
dalam K3 (X6) Non Heteroskedastisitas
X2 0,871
Item Modus Mean %
X3 0,980 Non Heteroskedastisitas
X61 4 2,6992 18,79 %
X62 4 4,2826 29,80 % X4 0,726 Non Heteroskedastisitas
X63 2 4,2602 29,65 % X5 0,312 Non Heteroskedastisitas
X64 2 3,1264 21,76 % X6 0,144 Non Heteroskedastisitas
Sumber: Hasil Analisa, 2011 Sumber: Hasil Analisa, 2011
Tabel 10. Variabel Kinerja Proyek Dari tabel 11 menunjukkan bahwa
Konstruksi (Y) variabel yang diuji tidak mengandung
Item Modus Mean %
X1 2 4,1098 11,19 %
heteroskedastisitas.
X2 2 4,1098 11,19 % Uji Asumsi Normalitas
X3 2 3,8537 10,49 % Hasil pengujian menunjukkan nilai
X4 2 4,0732 11,08 %
X5 2 4,0122 10,93 %
signifikansi Kolmogorov Smirnov sebesar
X6 2 4,1341 11,25 % 0,448 (lebih besar dari 5%) yang berarti
X7 2 4,2805 11,65 % data terdistribusi secara normal.
X8 2 4,3049 11,73 %
Uji Asumsi Multikolinieritas
X9 2 3,8537 10,49 %
Sumber: Hasil Analisa, 2011
Tabel 12. Hasil Uji Asumsi
Multikolinieritas
Pengujian Asumsi Klasik Analisis Variabel VIF Keterangan
bebas
Regresi X1 1,329 Non multikolinieritas
Uji Asumsi Autokorelasi X2 1,172 Non multikolinieritas
Uji autokorelasi dilakukan dengan X3 1,331 Non multikolinieritas
menggunakan Durbin Watson. Dari grafik X4 1,082 Non multikolinieritas
diperoleh nilai d sebesar 1.839, nilai dL X5 1,262 Non multikolinieritas
sebesar 1,480 dan nilai dU sebesar 1,801. X6 1,152 Non multikolinieritas
Sehingga diperoleh bahwa nilai d terletak Sumber: Hasil Analisa, 2011
di antara dU dan 4-dU (2,256 terletak di
antara 1,535 sampai 2,465) maka asumsi Dari Tabel 12 menunjukkan bahwa
tidak terjadinya autokorelasi terpenuhi. nilai VIF seluruhnya di bawah 5 sehingga
seluruh variabel bebas adalah tidak
mengandung multikolinieritas (non
multikolinieritas). Artinya kedua variabel

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No. 1 – 2012 ISSN 1978 – 5658 89


bebas yang diteliti tidak saling Uji T
berhubungan sehingga tepat digunakan 1. Uji t terhadap variabel Komitmen Top
sebagai variabel bebas dalam model. Management terhadap K3 (X1) thitung
lebih besar ttabel (2.750>1.99) atau
Uji Asumsi Linieritas signifikansi t lebih kecil dari 5%
Linearity Assumption (0.009<0.05).
2. Uji t terhadap variabel Peraturan dan
A

Value
2.00000

A
A
Prosedur K3 (X2) didapatkan thitung
A A

Predicted
1.00000 A
A
lebih besar ttabel (3.569>1.99) atau
signifikansi t lebih kecil dari 5%
A

A A
A
0.00000 A A A
A

(0.001<0.05).
A A

A A AA A A
A

3. Uji t terhadap variabel Komunikasi


A
Standardized

AA

A A

Pekerja (X3) didapatkan thitung lebih


A
AA
A
-1.00000
A A
AA

A A
besar ttabel (2.565>1.99) atau
-2.00000
-1.00000 0.00000
A

1.00000 2.00000 3.00000


signifikansi t lebih kecil dari 5%
Standardized Residual
(0.015<0.05.
4. Uji t terhadap variabel Kompetensi
Gambar 4. Pengujian Asumsi Linieritas
Pekerja (X4) thitung lebih besar ttabel
Berdasarkan gambar di atas, dapat (4.974>1.99) atau signifikansi t lebih
disimpulkan bahwa sebaran tidak kecil dari 5% (0.000<0.05.
menunjukkan pola tertentu, maka 5. Uji t terhadap variabel Lingkungan
dikatakan asumsi linieritas memenuhi Kerja (X5) didapatkan thitung lebih
syarat. besar ttabel (4.197>1.99) atau
signifikansi t lebih kecil dari 5%
Uji F (0.000<0.05.
Dari hasil perhitungan didapatkan nilai 6. Uji t terhadap variabel Keterlibatan
Fhitung sebesar 13,844 (signifikansi F Pekerja dalam K3 (X6) didapatkan
= 0,000). Jadi Fhitung>Ftabel (13,844>2,22) thitung lebih besar ttabel (3.507>1.99)
atau Sig F < 5% (0,000<0,05). atau signifikansi t lebih kecil dari 5%
Hasil pengujian tersebut (0.001<0.05.
mengindikasikan bahwa secara bersama-
sama (simultan) variabel bebas (X1, X2, Komitmen Top Management terhadap
X3, X4, X5, X6) berpengaruh signifikan K3 Berpengaruh terhadap Kinerja
terhadap variabel terikat (Y). Proyek Konstruksi
Adapun model persamaan regresi Temuan penelitian menunjukkan
linier berganda yang diperoleh adalah bahwa faktor Komitmen Top
sebagai berikut: Management terhadap K3 memiliki
Y = 10.346 + 0,333X1 + 0,439X2 + 0,282X3 pengaruh siginifikan yang paling kecil
+ 0,546X4 + 0,499X5 + 0,508X6 + e terhadap Kinerja Proyek Konstruksi.
dengan: Besar kontribusinya adalah sebesar 0,293.
Y = Kinerja Proyek Konstruksi Karena koefisien regresi pengaruh
X1 = Komitmen Top Management terhadap K3 Komitmen Top Management terhadap K3
X2 = Peraturan dan Prosedur K3
X3 = Komunikasi Pekerja (X1) terhadap Kinerja Proyek Konstruksi
X4 = Kompetensi Pekerja (Y) (B = 0.333) mengindikasikan bahwa
X5 = Lingkungan Kerja pengaruh keduanya searah. Semakin
X6 = Keterlibatan Pekerja dalam K3 tinggi Komitmen Top Management
e = residual
terhadap K3 (X1), akan mengakibatkan
semakin tinggi pula Kinerja Proyek
Konstruksi (Y). Sebaliknya semakin

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No. 1 – 2012 ISSN 1978 – 5658 90


rendah Komitmen Top Management koefisien regresi pengaruh Peraturan dan
terhadap K3 (X1) akan mengakibatkan Prosedur K3 (X2) terhadap Kinerja
semakin rendah pula Kinerja Proyek Proyek Konstruksi (Y) (B = 0.439)
Konstruksi (Y). mengindikasikan bahwa pengaruh
Berdasarkan penelitian terhadap para keduanya searah. Semakin tinggi
pekerja bahwa aspek yang paling Peraturan dan Prosedur K3 (X2), akan
berpengaruh adalah perusahaan mengakibatkan semakin tinggi pula
memberikan perlengkapan K3, dimana Kinerja Proyek Konstruksi (Y).
para pekerja akan merasa aman dan Sebaliknya semakin rendah Peraturan dan
nyaman melakukan pekerjaan konstruksi Prosedur K3 (X2) akan mengakibatkan
ketika dirinya dilindungi dengan adanya semakin rendah pula Kinerja Proyek
perlengkapan K3. Aspek lain yang diukur Konstruksi (Y).
adalah pengawasan terhadap K3 para Berdasarkan hasil pengumpulan data
pekerja, dimana antara pihak manajemen didapat, bahwa aspek yang paling
dan para pekerja terjadi hubungan yang berpengaruh adalah peraturan dan
saling memperhatikan pentingnya K3 prosedur K3 yang mudah dimengerti,
pada proyek konstruksi. dimana dengan mensosialisasikan semua
Sedangkan aspek perusahaan peraturan yang dibuat oleh manajemen
memberikan prioritas utama terhadap mengenai masalah K3 dengan bahasa
masalah K3 dan perusahaan akan yang mudah dimengerti oleh para pekerja
memberhentikan pekerjaan yang sehingga mempermudah pekerja untuk
membahayakan, dimana hasil melaksanakan peraturan dan prosedur
pengumpulan data didapatkan bahwa tersebut.
pihak manajemen memiliki Sedangkan aspek lain yang diukur
tanggungjawab terhadap keselamatan dan adalah peraturan dan prosedur K3 sangat
kesehatan pekerjanya. diperlukan, dimana para pekerja akan
Sedangkan aspek lain yang diukur melakukan pekerjaannya dengan
adalah perusahaan memberikan latihan maksimal karena merasa terlindungi
K3, dimana dengan pengetahuan yang dengan adanya peraturan dan prosedur
dimiliki pekerja diharapkan pekerja tersebut.
memiliki kesadaran akan bahaya yang Aspek lain yang diukur adalah adanya
mengancam sehingga meminimalisir sanksi terhadap pelanggaran prosedur K3,
terjadinya kecelakaan kerja. dimana dengan sanksi yang diberikan
Hal ini diperkuat dengan pernyataan maka akan membuat pekerja memahami
Grimaldi & Simons (1975), bahwa tindakan-tindakan yang dianggap
sebuah kebijakan K3 harus dimulai dari membahayakan diri sendiri maupun
top management, diwujudkan dengan sesama pekerja. Aspek prosedur K3
perhatian terhadap K3 dan perhatian mudah diterapkan dengan konsisten,
terhadap tindakan-tindakan bahaya yang dimana denganperaturan yang mudah
mengancam K3. dimengerti maka para pekerja diharapkan
akan melakukan prosedur tersebut dengan
Peraturan dan Prosedur K3 baik secara berulang-ulang, sehingga
Berpengaruh terhadap Kinerja Proyek tercipta suatu kondisi yang aman.
Konstruksi
Temuan penelitian menunjukkan Hendaknya peraturan dan prosedur
bahwa faktor peraturan dan prosedur K3 K3 tidaklah terlalu rumit sehingga mudah
memiliki pengaruh cukup signifikan untuk dipahami, mudah diterapkan
terhadap kinerja konstruksi. Besar dengan benar, diberlakukan sanksi jika
kontribusinya adalah 0,357. Karena ada pelanggaran dan perlu adanya

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No. 1 – 2012 ISSN 1978 – 5658 91


perbaikan secara berkala sesuai dengan kontribusinya adalah 0,478. Karena
kondisi proyek konstruksi (Mohamed, koefisien regresi pengaruh Kompetensi
2002). Pekerja (X4) terhadap Kinerja Proyek
Konstruksi (Y) (B = 0.546)
Faktor Komunikasi Pekerja mengindikasikan bahwa pengaruh
Berpengaruh terhadap Kinerja Proyek keduanya searah. Semakin tinggi
Konstruksi Kompetensi Pekerja (X4), akan
Temuan penelitian menunjukkan mengakibatkan semakin tinggi pula
bahwa komunikasi pekerja memiliki Kinerja Proyek Konstruksi (Y).
pengaruh cukup signifikan terhadap Sebaliknya semakin rendah Kompetensi
kinerja proyek konstruksi. Kontribusinya Pekerja (X4) akan mengakibatkan
adalah sebesar 0,274. Karena koefisien semakin rendah pula Kinerja Proyek
regresi pengaruh Komunikasi Pekerja Konstruksi (Y).
(X3) terhadap Kinerja Proyek Konstruksi Berdasarkan hasil pengumpulan data,
(Y) (B = 0.282) mengindikasikan bahwa bahwa aspek yang paling berpengaruh
pengaruh keduanya searah. Semakin adalah pekerja mengerti sepenuhnya
tinggi Komunikasi Pekerja (X3), akan resiko dari pekerjaannya, dimana dengan
mengakibatkan semakin tinggi pula mengerti akan tanggungjawab dan resiko
Kinerja Proyek Konstruksi (Y). dari pekerjaannya, para pekerja dapat
Sebaliknya semakin rendah Komunikasi melakukan pekerjaannya dengan
Pekerja (X3) akan mengakibatkan sungguh-sungguh dan tidak ragu-ragu
semakin rendah pula Kinerja Proyek dalam bekerja. Sehingga diharapkan
Konstruksi (Y) . meminimalisir resiko terjadinya
Berdasarkan hasil penelitian, bahwa kecelakaan kerja dan dapat membantu
aspek yang paling berpengaruh adalah meningkatkan kompetensi pekerja yang
pekerjamerasapuasdengan lain terhadap K3 (Davies,2001).
penyampaian informasi pekerjaan,
dimana para pekerja tidak akan merasa Lingkungan Pekerja Berpengaruh
ragu-ragu melakukan pekerjaannya jika terhadap Kinerja Proyek Konstruksi
sudah disampaikan mengenai lingkup Temuan penelitian menunjukkan
pekerjaannya secara jelas dan dipahami bahwa lingkungan pekerja memiliki
oleh pekerja. Dengan demikian akan pengaruh cukup siignifikan terhadap
mengurangi terjadinya kesalahan- kinerja proyek konstruksi. Besar
kesalahan yang dapat mengurangi kinerja kontribusinya adalah 0,436. Karena
dari proyek konstruksi. koefisien regresi pengaruh Lingkungan
Hal ini berkaitan dengan pernyataan Kerja (X5) terhadap Kinerja Proyek
bahwa komunikasi yang baik diperlukan Konstruksi (Y) (B = 0.499)
antara pihak manajemen dari pihak mengindikasikan bahwa pengaruh
pekerja. Serta komunikasi yang baik keduanya searah. Semakin tinggi
antara sesama pekerja, serta proses Lingkungan Kerja (X5), akan
penyampaian informasi terbaru pada mengakibatkan semakin tinggi pula
pekerja (Cheyne, 1998). Kinerja Proyek Konstruksi (Y).
Sebaliknya semakin rendah Lingkungan
Kompetensi Pekerja Berpengaruh Kerja (X5) akan mengakibatkan semakin
terhadap Kinerja Proyek Konstruksi rendah pula Kinerja Proyek Konstruksi
Temuan penelitian menunjukkan (Y).
bahwa kompetensi pekerja memiliki Berdasarkan hasil pengumpulan data,
pengaruh paling signifikan terhadap aspek yang paling berpengaruh adalah
kinerja proyek konstruksi. Besar pekerja tidak bosan melakukan

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No. 1 – 2012 ISSN 1978 – 5658 92


pekerjaannya yang berulang-ulang, budaya organisasi, dalam hal ini budaya
dimana dengan melakukan pekerjaannya keselamatan dan kesehatan kerja
berulang-ulang diharapkan para pekerja memiliki pengaruh signifikan terhadap
menjadi ahli dibidangnya sehingga akan kinerja proyek konstruksi. Hal ini sesuai
meningkatkan kinerja suatu proyek dengan pernyataan bahwa budaya
karena meminimalisir terjadi kesalahan keselamatan dan kesehatan kerja pada
kerja. proyek konstruksi dikatakan baik apabila
Aspek lain yang diukur adalah keselamatan dan kesehatan kerja menjadi
pekerja termotivasi dengan adanya K3 prioritas utama semua anggota proyek
dan pekerja mengutamakan K3, dimana tersebut, mulai dari tingkatan pimpinan,
lingkungan kerja yang mendorong K3 tingkatan pekerja, maupun pihak pemberi
bila seluruh pekerjanya mengutamakan pekerjaan (Anton, 1989). Pihak pimpinan
program K3 dan diharapkan lingkungan harus bertanggungjawab terhadap
kerja semakin kondusif dan motivasi keselamatan kerja para pekerjanya dan
pekerja meningkat. harus menetapkan suatu kebijakan
keselamatan kerja serta menunjukkan
Keterlibatan Pekerja Berpengaruh perhatian terhadap keselamatan kerja.
terhadap Kinerja Proyek Konstruksi Berdasarkan hasil analisis, proyek
Temuan penelitian menunjukkan konstruksi yang memiliki budaya
bahwa keterlibatan pekerja memiliki keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
pengaruh cukup signifikan terhadap dikarakteristikkan dengan komunikasi
kinerja proyek konstruksi. Kontribusinya yang didasarkan atas saling percaya
adalah sebesar 0,348. Karena koefisien (mutual trust) melalui kesamaan
regresi pengaruh Keterlibatan Pekerja perspektif mengenai pentingnya
dalam K3 (X6) terhadap Kinerja Proyek keselamatan dan kesehatan kerja melalui
Konstruksi (Y) (B = 0.508) keyakinan terhadap kemampuan dari
mengindikasikan bahwa pengaruh tindakan pencegahan, sehingga
keduanya searah. Semakin tinggi diharapkan dapat mempengaruhi perilaku
Keterlibatan Pekerja dalam K3 (X6), akan individu untuk meminimalisasi tindakan
mengakibatkan semakin tinggi pula tidak aman dan penciptaan kondisi tdak
Kinerja Proyek Konstruksi (Y). aman.
Sebaliknya semakin rendah Keterlibatan Hal ini sesuai dengan pernyataan
Pekerja dalam K3 (X6) akan menurut International Labour
mengakibatkan semakin rendah pula Organization, pengalaman
Kinerja Proyek Konstruksi (Y). memperlihatkan budaya keselamatan
Berdasarkan hasil penelitian, aspek yang kuat menguntungkan pekerja,
yang paling berpengaruh adalah pekerja pengusaha, maupun pemerintah.
melaporkan jika terjadi kecelakaan kerja Sedangkan teknik pencegahan selama ini
atau situasi yang bahaya, dimana dengan telah terbukti efektif mencegah
adanya pencatatan diharapkan adanya kecelakaan kerja dan meningkatkan
perhatian khusus dan prosedur baru pada kinerja usaha.
suatu pekerjaan untuk menghindari tidak
terjadi kecelakaan yang sama. Dengan Implikasi Penelitian
demikian kinerja pekerja akan meningkat, Implikasi teoritis
sehingga kinerja proyek juga akan Implikasi teoritis ini berkaitan dengan
meningkat. teori sistem manajemen, budaya
Berdasarkan hasil analisis dengan organisasi, secara keseluruhan yang
menggunakan metode analisis regresi meliputi struktur organisasi, perencanaan,
linier berganda, didapatkan bahwa tanggungjawab, pelaksanaan dan

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No. 1 – 2012 ISSN 1978 – 5658 93


prosedur, proses dan sumber daya yang menganalisa seberapa besar pengaruh
dibutuhkan dalam pengembangan, faktor tersebut terhadap kinerja
penerapan, pencapaian, pengkajian dan perusahaan, dalam hal ini budaya
pemeliharaan dalam kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja. Dari
keselamatan dan kesehatan kerja dalam hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
rangka pengendalian resiko yang budaya keselamatan dan kesehatan kerja
berkaitan dengan kegiatan guna pada proyek konstruksi perlu
terciptanya tempat kerja yang aman, dikembangkan.
efisien dan produktif, sehingga Kesimpulan yang dapat diambil dari
diharapkan dapat memberikan pengaruh model pengaruh budaya keselamatan dan
terhadap kinerja proyek konstruksi. kesehatan kerja adalah budaya
keselamatan kerja harus dimulai dari top
Implikasi manajerial management terhadap masalah
Implikasi manajerial memberikan keselamatan kerja, selanjutnya
konstribusi praktis bagi manajemen, yaiu pelaksanaan konstruksi prosedur
sebagai berikut: keselamatan kerja memegang peranan
a. Sebuah kebijakan K3, harus dimulai penting dalam meningkatkan kinerja
dari inisiatif Top Management. Sikap proyek konstruksi. Karena semakin tinggi
dari top management terhadap budaya keselamatan dan kesehatan kerja
keselamatan dan kesehatan yang diterapkan oleh top management,
pekerjanya harus ditunjukkan dalam maka akan semakin tinggi pula kinerja
bentuk sebuah pernyataan kebijakan suatu proyek konstruksi. Kesimpulan
yang tertulis. diambil sesuai dengan penelitian dan
b. Penerapan kebijakan K3 dilakukan pustaka yang menyatakan bahwa budaya
dengan menyusun sebuah program keselamatan dan kesehatan kerja harus
K3 yang bertujuan untuk dimulai dari top management.
mengendalikan lingkungan kerja,
peralatan dan proses pekerjaan yang Saran
dilakukan, serta mengendalikan Saran yang dapat diberikan untuk
pekerja untuk mencegah kecelakaan penelitian selanjutnya, adalah sebagai
yang kerap terjadi di tempat kerja, berikut:
dapatberupapelatihandan 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
pendidikan K3, pemeriksaan untuk mengetahui faktor-faktor yang
kesehatan, pencatatan dan pelaporan dapat mempengaruhi budaya
setiap insiden yang terjadi, safety keselamatan dan kesehatan kerja dan
meeting, serta dilakukannya publikasi faktor-faktoryangdapat
mengenai K3. mempengaruhi kinerja proyek
c. Pengukuran kinerja terhadap konstruksi.
pelaksanaan program-program K3 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
yang dilakukan manajemen, bertujuan untuk menerapkan suatu standar
untuk mengetahui efektifitas daripada penilaian budaya keselamatan dan
program-program tersebut kesehatan kerja pada proyek
konstruksi, dengan acuan jumlah
KESIMPULAN DAN SARAN kecelakaan yang terjadi atau
Kesimpulan pelanggaran yang dilakukan oleh
Kinerja perusahaan jasa konstruksi pekerja pada proyek konstruksi.
dapat ditingkatkan dengan 3. Pada penelitian selanjutnya, dapat
mengidentifikasi faktor-faktor yang dikembangkan suatu penelitian yang
mempengaruhi peningkatan kinerja serta lebih spesifik, yang meneliti batasan-

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No. 1 – 2012 ISSN 1978 – 5658 94


batasan minimum dan maksimum Hillebrandt, P. N. 1985. Economic Theory and
suatu kinerja proyek konstruksi yang The Construction Industry, Second Edition.
Macmillan Press, London
dipengaruhi oleh manajemen
Kadin. 2002. Industri Jasa Konstruksi di
keselamatan dan kesehatan kerja. Indonesia. Kompartemen Jasa Konstruksi,
4. Perlu dilakukan penelitian lebih Konsultasi, Real Estate dan Teknologi Tinggi,
lanjut, untuk mengetahui berapa besar Kadin Indonesia, Jakarta
keuntungan yang diperoleh Leach, T. and B. Kenny. 2000. The Role of
perusahaan dengan meningkatnya Professional Development in Simulating
kinerja perusahaan dengan Change in Small Growing Businesses. CPD
menggunakan metode penelitian studi Journal. Vol. 3.
kasus serta metode analisis optimasi Mohamed, S. 2002. Safety Climate in
Construction Site Environment. Journal of
agar diperoleh suatu keuntungan Construction Engineering and Management,
maksimum. pp.375-384.

DAFTAR PUSTAKA Paulus, N. 1985. Manajemen Proyek.


Anton, T. J. 1989. Occupational Safety and Health Peraturan Menteri No. PER-05/MEN/1996
Management. Singapore: McGraw-Hill, Inc. tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Cheyne, A., C.Sue, A. Oliver, J.M Tomas. 1998. Reason, J. T. 1997. Managing the Risk of
Modeling Safety Climate in The Prediction of Organizational Accidents. Ashgate Publishing
Levels of Safety Activity. Work & Stress. Ltd. Aldershot, Hants.
Vol. 12, no. 3, pp. 255 – 271. Soeharto, I. 1999. Manajemen Proyek: Dari
Davies, F., R. Spencer, K. Dooley. 2001. Konseptual Sampai Operasional. Penerbit
Summary Guide to Safety Climate Tool. Erlangga, Jakarta
HSE. Sudarto. 2003. Sistem Bisnis Perusahaan Yang
Ervianto, W. I. 2005. Manajemen Proyek Ideal Yang Mendorong Industri Konstruksi di
Konstruksi. Andi, Yogyakarta Indonesia. Pra Proposal Penelitian Program
Grimaldi, J. V., and Simons, R. H. 1975. Safety Doktor Pascasarjana Teknik Sipil Universitas
Indonesia.
Management – Third Edition. Illinois:
Richard D. Irwin, Inc. Tatikonda, L., Rao J. Tatikonda. 1998. We Need
Hinze, J. W. 1997. Construction Safety. Prentice- Dynamic Performance Measures.
Hall, Inc, New Jersey Triwidodo, B., et al. 1997. ISO 9000 untuk
Kontraktor. P. P. Perumahan. PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No. 1 – 2012 ISSN 1978 – 5658 95

Anda mungkin juga menyukai