PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1.3.1 untuk mengetahui epidemiologi flu babi di indonesia.
1.3.2 Untuk mengetahui penatalaksanaan penyakit flu babi.
1.3.3 Untuk mengetahui Bagaimana kebijakan Pemerintah Tentang Pencegahan Dan
Pengendalian Penyakit Flu Babi
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Flu Babi atau Swine Flu/Influenza adalah penyakit saluran pernafasan pada babi,
yang disebabkan virus influenza jenis A. Virus flu ini menyebabkan kesakitan yang berat
pada babi tetapi angka kematiannya rendah. Virus ini (type A H1N1 virus) pertama kali
di isolasi dari babi pada tahun 1930.
Babi sebagai sumber flu babi memiliki keunikan. Hewan ini tidak hanya dapat
terinfeksi oleh virus flu babi, tapi juga virus flu yang berasal dari unggas dan virus flu
manusia. Saat virus flu dari spesies yang berbeda menginfeksi babi, virus-virus tersebut
dapat saling berkombinasi (tukar menukar elemen genetik) sehingga muncul virus baru.
Saat ini dikenal empat macam virus flu babi yaitu H1N1, H1N2, H3N2, dan H3N1.
Tetapi yang belakangan banyak ditemukan adalah jenis H1N1.
Flu babi adalah virus yang tergolong ganas. Ia mampu menggandakan diri dengan
cepat dan menginfeksi bagian dalam sel paru-paru yang akan mengakibatkan pneumonia
dan berujung pada kematian. Gejala yang terjadi adalah demam dengan suhu tubuh
hingga 38 derajat Celcius, sakit kepala, batuk, pilek, nyeri sendi, dan radang
tenggorokan, yang kadang disertai pula dengan diare dan muntah-muntah. Virus H1N1
sejatinya hanya mengenai babi, tetapi karena adanya mutasi maka virus ini berubah sifat
sehingga mampu menginfeksi manusia. Parahnya lagi, tidak seperti virus flu burung
(H5N1) yang tidak ditularkan dari manusia ke manusia, virus flu babi H1N1 dapat
menyebar dari satu orang ke yang lainnya.
Pada awalnya flu babi pertama kali ditemukan di Meksiko pada akhir April 2009,
kemudian mewabah ke Amerika Serikat, hingga menyebar ke 114 negara di 5 benua,
tidak terkecuali Indonesia.
Di Indonesia sendiri, pada tahun 2009 flu babi telah merambat ke 22 provinsi dengan
jumlah korban positif, hingga 11 Agustus 2009, mencapai 812 orang dan 3 diantaranya
meninggal dunia. Sementara di propinsi Lampung, seperti yang telah diberitakan Lampost
pada 4 Agustus, penyebaran virus flu babi ini telah semakin meluas, sedikitnya ditemukan
16 kasus di tiga kabupaten/kota, yaitu Metro, Lampung Tengah, dan Lampung Timur.
3
Laporan jumlah kasus terakhir pada bulan Oktober 2009 tercatat ada 440.000 kasus di
dunia. Pada awal 2010, virus tersebut menggejala di 214 negara. World Health
Organization (WHO) menyatakan, postpandemi sudah terlewati. Hingga 6 Agustus 2010,
ada 18.449 orang di dunia meninggal karena penyakit ini.
1. Pasien dengan flu babi akan dievaluasi apakah termasuk kelompok dengan gejala
klinis ringan, sedang atau berat.
2. Kelompok dengan gejala klinis ringan dipulangkan dengan diberi obat simptomatis
dan dianjurkan untuk waktu istirahat di rumah.
3. Kelompok gejala klinis sedang dirawat di ruang isolasi dan mendapat oseltamivir 2 x
75mg.
4. Untuk kelompok dengan gejala klinis berat dirawat di ICU.
5. Pemeriksaan laboratorium sesuai jadwal yang sudah ditentukan.
6. Di ruang rawat inap : dilakukan evaluasi keadaan umum, kesadaran, tanda vital,
pantau saturasi oksigen.
7. Terapi suportif.
Terapi suportif dasar (misal, terapi cairan, analgesik, penekan batuk) perlu diberikan.
Pengobatan antivirus secara empiris perlu diperhatikan untuk kasus flu babi, baik yang
sudah pasti, masih dalam kemungkinan, ataupun kecurigaan terhadap kasus ini.
Pengobatan pasien rawat inap dan pasien dengan resiko tinggi untuk komplikasi
influenza perlu sebagai prioritas.
Penggunaan antivirus dalam 48 jam sejak onset gejala sangat penting dalam
hubungannya dengan efektivitas melawan virus influenza. Pada penelitian mengenai flu
musiman, bukti akan manfaat pengobatan lebih baik jika pengobatan dimulai sebelum 48
jam sejak onset penyakit. Walau begitu, beberapa penelitian mengenai pengobatan flu
mengindikasikan banyak manfaat, termasuk mengurangi kematian atau durasi rawat
inap, bahkan pada pasien yang mendapat pengobatan lebih dari 48 jam setelah onset
penyakit. Lama pengobatan yang direkomendasikan adalah selama 5 hari.
Oseltamivir (Taminflu) dan Zanamivir (Relenza) bekerja dengan menghambat
neuraminidase, suatu glikoprotein pada permukaan virus influenza yang merusak
reseptor sel terinfeksi untuk hemagglutinin virus. Dengan menghambat neuraminidase
4
virus, pelepasan virus dari sel terinfeksi dan penyebaran virus akan berkurang.
Oseltamivir dan Zanamivir merupakan terapi yang efektif untuk influenzavirus A atau B
dan diminum dalam 48 jam sejak onset gejala.
2.3 Kebijakan Pemerintah Tentang Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Flu Babi
5
3. membuat surat edaran kewaspadaan dini
4. melakukan rapat koordinasi dengan para kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan
(KKP) di seluruh Indonesia untuk meningkatkan kewaspadaan
5. berkoordinasi dengan Badan Litbangkes untuk kemungkinan pemeriksaan
spesimen
6. berkoordinasi dengan Departemen Pertanian dan Departemen Luar Negeri untuk
merumuskan langkah-langkah tindakan penanggulangan.
Disamping itu, Departemen Kesehatan juga telah berkoordinasi dengan Dirjen
Peternakan Departemen Pertanian RI untuk mengantisipasi penyebaran flu babi melalui
Tim Koordinasi yang sudah ada. Tim Koordinasi yang sudah ada seperti Tim
Penanggulangan Rabies Depkes dan Departemen Pertanian yang tugasnya diperluas
menjadi Tim Terpadu Penanggulangan Zoonotik (penyakit yang dapat menular dari
hewan kepada manusia. Ditjen P2PL melalui surat edaran meminta kepada Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi, Kepala UPT di lingkungan Ditjen P2PL dan RS Vertikal melalui
surat nomor: PM.01.01/D/I.4/1221/2009 untuk melakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Mewaspadai kemungkinan masuknya virus tersebut ke wilayah Indonesia dengan
meningkatkan kesiapsiagaan di pintu-pintu masuk negara terutama pendatang dari
negara-negara yang sedang terjangkit.
2. Mewaspadai semua kasus dengan gejala mirip influenza (ILI) dan segera
menelusuri riwayat kontak dengan binatang (babi).
3. Meningkatkan kegiatan surveilans terhadap ILI dan pneumonia serta melaporkan
kasus dengan kecurigaan ke arah swine flu kepada Posko KLB Direktorat Jenderal
PP dan PL.
4. Memantau perkembangan kasus secara terus menerus melalui berbagai sarana yang
dimungkinkan.
5. Meningkatkan koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor serta
menyebarluaskan informasi ke jajaran kesehatan di seluruh Indonesia.
Berkaitan dengan kebijakan diatas, berdasarkan hasil penyidikan secara
epidemiologi, serta konfirmasi pemeriksaan laboratories oleh Balai Penyidikan dan
Pengujian Veteriner (BPPV) Regional II Bukittinggi dan Balai Besar Penelitian
Veteriner Bogor serta konfirmasi oleh laboratorium rujukan influenza internasional
(OIE) Australian Animal Health Laboratory (AAHL) terhadap sampel usapan hidung
(nasal swab) ternak babi (bibit, dara dan finisher) berasal dari usaha peternakan babi
6
PT. Indotirta Suaka yang berlokasi di Pulau Bulan Kota Batam - rovinsi Kepulauan
Riau ditemukan hasil positif mengandung virus Pandemic Influenza A/H1N1, Menteri
pertanian mengeluarkan Kepmen No. 3885/Kpts/PD.620/11/2009 tentang Pernyataan
berjangkitnya wabah penyakit hewan menular Pandemic influenza a / h1n1 pada babi
di Pulau Bulan – Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau.
Sidang Kabinet Terbatas yang dipimpin Presiden RI tanggal 27 April 2009 dan
didahului Rapat Koordinasi Tingkat Menteri yang dipimpin Menteri Koordinator
Kesejahteraan Rakyat, memutuskan hal-hal sebagai berikut:
1. Memerintahkan kepada Kementerian/Lembaga terkait untuk melakukan
langkahlangkah cepat dan tepat dalam menangkal wabah flu H1N1.
2. Melaksanakan tindakan-tindakan sebagai berikut:
1) Metakukan surveilan aktif untuk mendetaksi sedini mungkin anggota
masyarakat yang terkena panyakit mirip influenza (Influenza Like lliness/ILI),
terutama jika terjadi dalam satu kelompok bersama-sama, melalui:
a. Jaringan surveilan wilayah Departemen Kesehatan (Distric
Surveillance Officer/DSO) dan Surveilan Wilayah
Departemen Pertanian (Participatory Disease Surveillance
and Response/PDSR).
b. Intensifikasi jaringan Desa Siaga.
c. Jaringan Puskesmas, rumah sakit, dan tenaga kesehatan.
d. Jaringan mahasiswa, sukarelawan, dan tenaga kesehatan.
1. Memantau perkembangan dunia dan berkomunikasi intensif dengan pemerintah
Meksiko, Amerika Serikat, dan negara lain.
2. Mengintensifkan komunikasi dengan berbagai mitra Internasional antara lain ASEAN
dan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB).
3. Meningkatkan kesiapsiagaan di semua jaringan kesehatan dan Laboratorium yang
memiliki kapasitas untuk melakukan pengujian sebagai bagian dari surveilans aktif
terpadu.
4. Melakukan surveilans terpadu ke petemakan-peternakan babi dan Wilayah sekitarnya.
5. Meningkatkan intensitas karantina hawan, baik ekspor impor, maupun antar daerah.
6. Melakukan pelarangan sementara Impor daging babi dan produknya.
7. Memberikan penjelasan publik secara sistematis mengenai flu H1N1, dengan pesan:
tetap tenang, paham gejalanya, dan tanggap terhadap perubahan situasi.
8. Mengaktifikan dan memberdayakan pusat informasi (call center dan SMS Center).
7
9. Memperhitungkan dan mempersiapkan respon terhadap dampak Ekonomi yang
ditimbulkan oleh wabah flu H1N1.
Berdasarkan beberapa regulasi yang di keluarkan pemerintah, pencegahan wabah flu
babi kurang menekankan pada analisis lingkungan sebagai salah satu cara pemberantasan
sumber penyakit. Dalam UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, Pasal 22 ayat (1) menyatakan bahwa setiap usaha dan/atau kegiatan
yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki amdal. Dalam
kasus ini, wabah flu babi disebabkan karena penularan birus dari binatang babi kepada
manusia. Jelas sekali perusahaan peternakan babi wajib memiliki analisis dampak
lingkungan untuk menghindari terjadinya penyebaran virus pada manusia. Regulasi tentang
pengelolaan amdal pada peternakan babi belum dibuat regulasinya, sehingga penyebaran
penyakit ini masih di mungkinkan terjadi pada manusia.
Upaya pencegahan penularan dilakukan dengan cara menghindari bahan yang
terkontaminasi tinja atau kontak langsung dengan babi atau unggas yang terinfeksi flu babi.
Beberapa tindakan pencegahan sebagai berikut:
1. Setiap orang yang berhubungan dengan bahan yang berasal dari saluran pencernaan
babi harus meNggunakan pelindung (masker, kaos tangan, kaca mata renang, dll).
2. Bahan yang berasal dari saluran cerna babi seperti kotoran harus diletakkan dengan
baik (ditanam/dibakar) agar tidak menjadi sumber penularan bagi orang disekitarnya.
3. Alat-alat yang digunakan dalam peternakan harus dicuci dengan desinfektan.
4. Kandang dan tinja tidak boleh dikeluarkan dari lokasi peternakan.
5. Menyemprotkan cairan desinfektan pada kandang dan area peternakan.
6. Melakukan dan menjaga kebersihan lingkungan.
7. Melakukan dan menjaga kebersihan diri.
8. Menutup hidung dan mulut dengan tisu jika batuk atau bersin. Kemudian membuang
tisu tersebut ke kotak sampah.
9. Sering-seringlah mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, terutama setelah batuk
atau bersin. Pembersih tangan berbasis alkohol juga efektif digunakan.
10.Hindari kontak atau berdekatan dengan orang yang sakit flu. Sebab influenza
umumnya menyebar lewat orang ke orang melalui batuk atau bersin penderita.
8
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Flu babi (Swine Influenza) merupakan penyakit saluran pernafasan akut yang sangat
menular, disebabkan oleh virus influenza tipe A yang termasuk dalam orthomyxovirus.
Virus ini berasal dari Mexico dan telah menjadi pandemic di berbagai negara di dunia.
Virus ini merupakan perpaduan antara virus flu burung dan virus flu manusia. Penyakit
ini dapat menyebabkan kematian jika tidak ditangani dengan tepat.
Flu babi adalah virus yang tergolong ganas. Ia mampu menggandakan diri dengan
cepat dan menginfeksi bagian dalam sel paru-paru yang akan mengakibatkan pneumonia
dan berujung pada kematian. Gejala yang terjadi adalah demam dengan suhu tubuh
hingga 38 derajat Celcius, sakit kepala, batuk, pilek, nyeri sendi, dan radang
tenggorokan, yang kadang disertai pula dengan diare dan muntah-muntah. Virus H1N1
sejatinya hanya mengenai babi, tetapi karena adanya mutasi maka virus ini berubah sifat
sehingga mampu menginfeksi manusia. Parahnya lagi, tidak seperti virus flu burung
(H5N1) yang tidak ditularkan dari manusia ke manusia, virus flu babi H1N1 dapat
menyebar dari satu orang ke yang lainnya.
Pada awalnya flu babi pertama kali ditemukan di Meksiko pada akhir April 2009,
kemudian mewabah ke Amerika Serikat, hingga menyebar ke 114 negara di 5 benua,
tidak terkecuali Indonesia.
3.2 Saran
Untuk terhindar dari penyakit flu babi maka sebaiknya kita tidak kontak langsung dengan
babi yang terjangkit, dan apabila kita mendapatkan kasus ataupun babi yang mengalami
ciri-ciri terjangkit virus ini maka sebaiknya kita segera mensterilkan babi tersebut.
9
DAFTAR PUSTAKA
Makalah flu babi nurhada biover; blogspot. Co.od/2014/04 makalah berbahaya bagi munusia
diakses pada tanggal 7 september 2016 pukul 10.00 WIB
10