Anda di halaman 1dari 4

Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)

1. Definisi
Kehamilan Ektopik adalah kehamilan yang terjadi bila sampai dengan telur
dibuahi berimplamentasi dan tumbuh di luar endometnum kavum uteri (Ilmu
Kebidanan, 2002: 323).
2. Epidemiologi
Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 20-
40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Lebih dan 60% kehamilan ektopik terjadi
pada wanita 20-30 tahun dengan sosio ekonomi rendah dan tinggal di daerah dengan
prevalensi gonore dan prevalensi tuberkulosa yang tinggi. Pemakaian antibiotik pada
penyakit radang panggul dapat meningkatkan kejadian kehamilan ektopik terganggu.
Diantara kehamilan ektopik terganggu, yang banyak terjadi ialah pada daerah tuba
(90%) (Prawilthaloi Sarwono 2002).
Pemakalan antibiotik pada penyakit radang panggul dapat meningkatkan
kejadian kehamilan ektopik terganggu. Antibiotik dapat mempertahankan terbukanya
tuba yang mengalami infeksi tetapi perlengketan menyebabkan pergerakan silia dan
peristaltik tuba terganggu sehingga menghambat perjalanan ovum yang dibuahi dan
ampula ke rahim dan berimplantasi ke tuba.
Kontrasepsi IUD juga dapat rnempengaruhi frekuensi kehamilan ektopik
terhadap persalinan di rumah sakit. Banyak wanita dalarn masa reproduksi tanpa
faktor predisposisi untuk kehamilan ektopik membatasi ketahiran dengan kontrasepsi,
sehingga jumlah persalinan turun, dan frekuensi kehamilan ektopik terhadap kelahiran
secara relatif meningkat. Selain itu TUD dapat mencegah seca efektif kehamilan
intrautenin, tetapi tidak mempengaruhi kejadian kehamilan ektopik.
3. Etiologi
Etiologi kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi sebagian
besar penyebabnya tidak diketahui. Tiap kehamilan dirnulai dengan pembuahan telur
di bagian ampulla tuba, dan dalam perjalanan ke uterus telur mengalami hambatan
sehingga pada saat nidasi rnasih di tuba, atau nidasinya di tuba dipermudah.
4. Klasifikasi
Klasifikasi kehamilan ektopik berdasarkan lokasinya antara lain pada: Tuba
Fallopil, Pars-interstisialis, Isthmus, Amputa, inhind ibulum, Fimbrac, Uterus, Kanalis
servilcalis, Divertikulum, Kornu, Tanduk rudimenter, Ovarlum, Intraligamenter,
Abdominal, Primer, Sekunder, Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus
(Prawirohadjo, 1999).
a. Kehamilan tuba, Fertilisasi yakni penyatuan ovum dengan
spermatozoon terjadi di ampulla tuba. Dan slni ovum yang teh dibuahi
digerakan ke kavum uteri dan di tempat yang terakhir ini mengadakan
implantasi di endometrium. Keadaan pada tuba yang menghambat atau
menghalangi gerakan ini, dapat menjadi sebab bahwa implantasi
terjadi pada endosalping. Selanjutnya ada kemungkinan pula bahwa
kelainan pada ovum yang dibuahi membuat predisposisi untuk
implantasi di luar kavum uteri, akan tetapi hal ini tidak banyak terjadi.
(Prawlrohardio, Sarwono 2005).
b. Kehamilan Heterotipik, Kehamilan ektopik di sebuah lokasi dapat
koeksis dengan kehamilan intrauterin. Kehamilan heterotipik ini sangat
langka. Hingga satu dekade yang lalu insidens kehamilan heterotipik
adalah 1 dalam 30.000 kehamilan, namun dikatakan bahwa insidennya
sekarang telah meningkat menjadi 1 dalam 7000, 1 dalam 900
kehamilan, berkat perkembangan teknik-teknik reproduksi.
c. Kehamilan ovarial, Kehamilan ovarial sangat jarang terjadi. Diagnosis
kehamilan tersebut ditegakkan atas dasar 4 kriterium dari spigelberg,
yakni: (a) Tuba pada sisi kehamilan harus normal, (b) Kantong janin
harts berlokasi pada ovarium, (c) Ovarlum dihubungkan dengan uterus
oleh ligamentum ovaril proprium, (d) Histopatologis ditemukan
jaringan ovarium didalam dinding kantung janin.
d. Kehamilan servikal, Kehamilan servikal pun sangat jarang terjadi. Bila
ovum berimplantasi dalam kanalis servikalis, maka akan terjadi
perdarahan tanpa nyeri pada kehamilan muda. Jika kehamilan
berlangsung terus, serviks membesar dengan ostium uteri eksternurn
terbuka sebagian. Kehamilan servikal jarang melampaul 12 minggu
dan biasanya diakhiri secara operatif oleh karena perdarahan.
e. Kehamilan abdominal, Menurut kepustakaan, keharnilan abdominal
jarang terjadi kira-kira 1 diantara 1.500 kehamilan. Kehamilan
abdominal ada dua macam yaitu: (a) Kehamilan abdominal primer,
terjadi bila telur dari awal mengadakan Implantasi dalam rongga perut.
(b) Kehamilan abdominal sekunder, berasal dari kehamilan tuba dan
setelah rupture baru menjadi kehamilan abdominal. (UNPAD, 2005).
5. Patogenesis
Proses implantasi ovum di tuba pada dasamya sama dengan yang terjadi di
kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumnar atau interkolumnar. Pada nidasi
secara kolumnar telur bernidasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping.
Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya
telur mati secara dini dan direabsorbsi. Pada nidasi Interkolumnar, telur bernidasi
antara dua jonjot endosalping.
Setelah tempat nidasi tertutup maka ovum dipisahkan dan lumen oleh lapisan
jaringan yang menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis. Karena
pembentukan desidua di tuba kadang-kadang sulit dilihat VIII khorealis menembus
endosalping dan rnasuk kedalarn otot-otot tuba dengan merusak jaringan dan
pembuluh darah. Perkembangan janin selanjutnya tergantung dan beberapa faktor,
yaitu; tempat implantasi, tebalnya dinding tuba dari banyaknya perdarahan yang
terjadi oleh invasi trofoblas.
6. Gambaran Klinik
Kehamitan ektopik biasanya baru memberikan gejala-gejala yang jelas dan
khas kalau sudah terganggu dan kehamilan ektopik yang masih utuh, gejala-gejalanya
sama dengan kehamilan intrauterin.
7. Gejala-gejala
Pada wanita yang mengalami KET gejala yang terlihat menyerupai
Appendiksitis dengan gejala antara lain: nyeri perut bagian bawah, amenore,
perdarahan pervaginam, syok karena hipovolemi, pembesaran uterus, tumor dalam
rongga panggul, perubahan darah.
Gejala-gejala kehamilan ektopik beraneka ragam, sehingga pembuatan
diagnosis kadang-kadang menimbulkan kesulitan, yang penting dalam pembuatan
diagnosis kehamilan ektopik ialah supaya pada pemeriksaan penderita selalu waspada
terhadap kemungkinan kehamilan ini.
Agar gejala yang muncul pasti karena KET harus didukung oleh hasil
pemeriksaan untuk membantu diagnosis: tes Kehamilan, Laparoskopi, Ultrasonografi
(USG), Ruldosentesis, Diagnosis diferensiai (Diagnosa banding) yang harus
diwaspadai adalah: infeksi pelvis, Abortus iminens atau insipient, Torsi Kistaovarium,
Appendisitis, Ruptur korpus luteum.
8. Penanganan
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi. Dalam
tindakan demikian, beberapa hal yang harus diperhatikan dan dipertirnbangkan
kondisi penderita pada saat itu, keinginan penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi
kehamilan ektopik, kondisi anatomik rongga pelvis, kemampuan teknik bedah mikro
dokter operator, dan kemampuan teknologi fertilisasi invirto setempat. Hasil
pertimbangan ini menetukan apakah perlu dilakukan salpingektomi pada kehamilan
tuba, atau dapat dilakukan salpingostomi atau reanastomi tuba. Apabila kondisi
penderita memburuk, misalnya dalam keadaan yang lebih baik dilakukan
salpingektomi.
9. Prognosis
Kematian ibu yang disebabkan oleh kehamilan ektopik terganggu turun
sejalan dengan ditegakkannya diagnosis dini dan persediaan darah yang cukup.
Kehamilan ektopik terganggu pada umumnya bersifat bilateral. Sebagian wanita
menjadi steril (tidak dapat mempunyai keturunan) setelah mengalarni keadaan
tersebut diatas, narnun dapat juga mengalami kehamilan ektopik terganggu lagi pada
tuba yang lain. Angka kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan antara 0% sampai
14,6%. Untuk wanita dengan anak yang sudah cukup, sebaiknya pada operasi
dilakukan salpingektomia bilateralis. Dengan sendirinya hal ini perlu disetujui oleh
suami isteri sebelumnya.

Sumber

Yeyeh,A.R,Lia.Y.2010.Asuhan Kebidanan 4 Patologi Kebidanan.Jakarta:Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai

  • Abortus
    Abortus
    Dokumen36 halaman
    Abortus
    Silviana Wahyu Nita Sari
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 5
    Kelompok 5
    Dokumen17 halaman
    Kelompok 5
    Silviana Wahyu Nita Sari
    Belum ada peringkat
  • Materi Aul & Maya
    Materi Aul & Maya
    Dokumen15 halaman
    Materi Aul & Maya
    Silviana Wahyu Nita Sari
    Belum ada peringkat
  • Soal
    Soal
    Dokumen1 halaman
    Soal
    Silviana Wahyu Nita Sari
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii PNC
    Bab Ii PNC
    Dokumen28 halaman
    Bab Ii PNC
    Silviana Wahyu Nita Sari
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii PNC
    Bab Ii PNC
    Dokumen28 halaman
    Bab Ii PNC
    Silviana Wahyu Nita Sari
    Belum ada peringkat
  • Narkotika DLM Kehamilan
    Narkotika DLM Kehamilan
    Dokumen36 halaman
    Narkotika DLM Kehamilan
    Silviana Wahyu Nita Sari
    Belum ada peringkat
  • Jurnal 2
    Jurnal 2
    Dokumen9 halaman
    Jurnal 2
    Silviana Wahyu Nita Sari
    Belum ada peringkat
  • Makalah TTG
    Makalah TTG
    Dokumen21 halaman
    Makalah TTG
    Silviana Wahyu Nita Sari
    Belum ada peringkat
  • Narkotika DLM Kehamilan
    Narkotika DLM Kehamilan
    Dokumen36 halaman
    Narkotika DLM Kehamilan
    Silviana Wahyu Nita Sari
    Belum ada peringkat
  • Makalah Fix New
    Makalah Fix New
    Dokumen32 halaman
    Makalah Fix New
    Silviana Wahyu Nita Sari
    Belum ada peringkat
  • Aromaterapi
    Aromaterapi
    Dokumen12 halaman
    Aromaterapi
    Silviana Wahyu Nita Sari
    Belum ada peringkat
  • Pentingnya Interpersonal Skill Dalam Komunikasi
    Pentingnya Interpersonal Skill Dalam Komunikasi
    Dokumen13 halaman
    Pentingnya Interpersonal Skill Dalam Komunikasi
    Putri Ayu Asmaningtyas Lintangsari
    Belum ada peringkat
  • BAB II Awal
    BAB II Awal
    Dokumen1 halaman
    BAB II Awal
    Silviana Wahyu Nita Sari
    Belum ada peringkat
  • Managemenlaktasi
    Managemenlaktasi
    Dokumen39 halaman
    Managemenlaktasi
    Sefny Vay
    Belum ada peringkat
  • BAB II Awal
    BAB II Awal
    Dokumen1 halaman
    BAB II Awal
    Silviana Wahyu Nita Sari
    Belum ada peringkat