Anda di halaman 1dari 39

NAVIGASI DARAT

“..lebih baik membuat api dan menjaga anak-anak dipondok


daripada tersesat diperjalanan...”

P
PENDAHULUAN
engetahuan bernavigasi sebenarnya merupakan pengetahuan yang
sejak jaman dulu dilakukan oleh nenek moyang kita, suatu contoh
bagaimana nenek moyang kita melakukan suatu perjalanan dengan
menggunakan perahu layar mengarungi lautan luas namun pada akhirnya
mereka dapat kembali ke kampung halamannya. Suatu hal yang menarik dari
masalah di atas bagaimana nenek moyang kita bernavigasi dilaut ?
Sebagai ilustrasi, penduduk dipedalaman melakukan perburuan untuk
kebutuhan makan sehari-hari, mereka pergi jauh ke tengah hutan belantara
menuruni lembah dan menaiki bukit, kadang-kadang mereka sampai
menginap di tengah hutan atau terpaksa harus melakukan perjalanan malam,
namun tetap mereka dapat kembali ke kampung halamannya, bagaimana
mereka bernavigasi?
Dari kedua ilustrasi di atas, navigasi merupakan pengetahuan yang
pada prakteknya hampir dilakukan oleh semua orang. Jadi sebetulnya apa
yang dimaksud navigasi ? Apabila dilihat dari kejadian di atas navigasi dapat
diartikan sebagai suatu proses untuk menentukan kedudukan sendiri maupun
orang lain serta menentukan lintasan dari mulai berangkat sampai tujuan
dengan tepat dan benar serta menggunakan sarana yang sesuai dengan
kebutuhan.
Istilah navigasi biasa kita kenal dalam kegiatan pelayaran atau
penerbangan yang berarti mengemudikan atau ilmu mengemudikan serta
menentukan arah lintasan kapal. Sedangkan kata darat sebagai petunjuk
bahwa materi pelajaran ini lebih dititikberatkan pada penggunaan praktis di
darat. Jadi pengertian Navigasi Darat adalah suatu teknik untuk menentukan
kedudukan kita maupun suatu objek, serta arah lintasan kita di peta, sehingga
dapat memberikan gambaran terhadap daerah yang sedang dan akan kita tempuh
secara tepat.

1
Sedangkan orang yang melakukannya disebut navigator, Kunci untuk
memahami navigasi adalah mampu merekam dan membaca gambaran fisik
bumi pada peta serta dapat menggunakan pedoman arah yaitu Kompas.
Dengan kemajuan teknologi saat ini sudah tersedia banyak fasilitas navigasi
yang modern dengan tingkat akurasi yang cukup tinggi sehingga alangkah
ironisnya apabila masih ada yang tersesat dalam melakukan suatu perjalanan
atau penjelajahan.

UTARA SEBENARNYA
Bentuk bumi kita tidaklah seperti bola melainkan lebih menyerupai
ellipsoida yang dapat dianggap sebagai bentuk ruang yang terjadi memutar
suatu ellips dengan sumbu pendek sebagai sumbu putar.
= Sumbu panjang ellipsoid 6.378.160.000 meter
= Sumbu pendek ellipsoid 6.356.774.516 meter
Bumi kita berputar (rotasi) pada porosnya sehingga kita merasakan
adanya siang dan malam, poros tersebut merupakan sumbu putar bumi. Jadi
kutub bumi merupakan titik khayal sebagai titik tembus dari sumbu putar
bumi di dua tempat yang kita kenal dengan Kutub Utara dan Kutub Selatan.
Kutub-kutub bumi ini dinamakan Geographic Pole (Kutub Geografi
atau kutub sebenarnya). Dengan demikian yang dimaksud dengan True
North adalah Geodetic North yang mengacu kepada Kutub Utara bumi.
Pada ellipsoid ditetapkan garis-garis khayal yang kita kenal dengan
garis Lintang dan Garis Bujur.
Kutub Utara Geografik
4Lingkaran untuk Kutub Utara Sebenarnya
menyatakan Lintang GEODETIC NORTH
TRUE NORTH
(Latitude) disebut
Lingkaran Paralel.
GARIS KHAYAL
4Lingkaran untuk SUMBU PUTAR BUMI
menyatakan Bujur
(Longitude) disebut Kutub Selatan Geografik
Kutub Selatan Sebenarnya
Lingkaran Meridian. GEODETIC SOUTH
TRUE SOUTH

Gbr. 1 Kutub Bumi

2
Gbr. 2 Garis bujur (longitude) Garis Lintang (latitude)

Apabila Lintang dan Bujur diproyeksikan pada bidang datar akan tetap
merupakan garis yang melengkung, garis-garis lintang dan bujur yang
digambarkan pada bidang proyeksi disebut Graticule.

UTARA MAGNETIK
Dalam kegiatan Navigasi kita mengenal istilah True North sebagaimana
telah diuraikan diatas, selain True North (Utara Sebenarnya) Juga dikenal
istilah Magnetic North (Utara Magnetik), yaitu Utara yang mengacu kepada
Kutub Magnet Bumi.
4 Kutub Utara Magnet Bumi berada sekitar 1400 Mil atau sekitar 2250 KM
sebelah selatan dari kutub utara sebenarnya, tepatnya di pulau Bathurst di
Utara Kanada.
4 Kutub Magnet kedudukannya MERIDIAN GEOGRAPHIC POLE
tidak berada pada satu titik NORTH
GEOGRAPHIC
- SOUTH
LINE
dengan kutub bumi, dengan
MAGNETIC POLE
demikian dapat dikatakan
bahwa Utara Magnet dengan
Utara Sebenarnya tidak
berimpit.
4 Dengan adanya Kompas
maka kita dapat menentukan
arah garis yang menunjukan
letak Kutub Utara Magnet, hal
ini dijadikan acuan untuk
mengukur besarnya sudut Gbr. 3 Kutub Utara magnetik Bumi
mendatar.

3
IKHTILAP PETA
Jika pada satu bidang datar terdapat dua sistem koordinat (Grid North
dan Map Grid), maka akan ada penyimpangan antara sumbu ordinat peta
(sumbu Y) dengan garis meridian, atau dengan pengertian bahwa kedudukan
Utara Peta tidak berimpit dengan kedudukan Utara Sebenarnya (True North),
penyimpangan tersebut dikenal dengan istilah Ikhtilap Peta atau Konvergensi
Meridian.
4Sudut penyimpangan dapat ke arah Timur (East) atau ke arah Barat
(West) dari Utara Peta tergantung pada kedudukan si navigator.
4Sebagai patokan adalah arah Utara sebenarnya.
SUMBU Y GARIS MERIDIAN
UTARA PETA UTARA SEBENARNYA

UP UP
US
US

Gbr. 4 Ikhtilap Peta

IKHTILAP MAGNETIK
4Dari gambar diatas (gbr.5) kita dapat melihat bahwa kutub Utara
magnet dan Kutub Utara sebenarnya tidak berada pada satu titik,
sehingga terjadi penyimpangan dengan besar sudut tertentu.
4Penyimpangan ini disebut Ikhtilap Magnetik (Deklinasi).
4Sudut penyimpangan dapat ke arah Timur (East) atau ke arah Barat
(West) dari Utara Sebenarnya.

4
NORTH POLE

MAGNETIC
NORTH
POLE GREENLAND

ALASKA

CANADA

UNITED STATED

TRUE
MAGNETIC NORTH
NORTH

MAGNETIC
TRUE MEXICO NORTH
NORTH Compass Needle
Longitude 120O W
Santa Barbara

Gbr. 5 Kutub Utara Sebenarnya dan Kutub Utara Magnetik Bumi

VARIASI MAGNETIK
4Pada setiap saat kedudukan Kutub Utara Magnet berubah-ubah atau
kutub Magnet selalu berada pada titik yang berbeda.
4Hal ini disebabkan masa (volume) bumi dipengaruhi oleh adanya
Rotasi dan Revolusi.
4Perubahan ini disebut Variasi Magnetik.

5
4Variasi Magnetik akan menjadikan besarnya sudut Ikhtilap Magnetik
berubah, sesuai dengan geraknya ada yang bertambah (Increase)
atau berkurang (Decrease) dari sudut Ikhtilap Magnetik pada waktu
peta tersebut dibuat.
GRID NORTH

GRID NORTH
RTH
NO
NORTH POLE

E
TRU
GRID NORTH
TRUE NORTH
X
TRU
E NO GRID NORTH
RTH

MAGNETIC VARIATION
H
MAGNETIC NORTH POLE

RT
NO
IC H
ET RT
N NO
AG IC GRID NORTH
M NET
G
MA
RTH X
TIC NO
MAGNE

Gbr. 6 Variasi Magnetik

Ilmu navigasi merupakan aplikasi dari dari penggunaan peta dan


kompas yang dapat menunjang dalam pelaksanaan kegiatan perjalanan di
alam bebas. Peralatan sederhana yang digunakan dalam kegiatan navigasi
yaitu :
1. Kompas
2. Peta Topografi skala 1 : 25.000 atau 1 : 50.000
3. Busur Derajat/Douglas Protactor
4. Altimeter
5. Alat tulis

6
K O M P A S

“... dan kompas adalah kunci dari jendela itu yang bisa digunakan
untuk membuka jalan menuju tempat tersebut…”

K
ompas adalah alat yang digunakan sebagai pembantu untuk
penunjuk arah Kutub Utara Magnet bumi dan alat pengukur sudut
mendatar. Kompas akan bekerja berdasarkan medan magnet, jika
dua batang magnet saling dipertemukan ujung-ujungnya maka magnet
ujung yang mempunyai kutub senama akan saling menolak demikian pula
sebaliknya. Ketentuan dasar tersebut dijadikan dasar pemanfaatan kompas.
Umumnya Kompas terdiri dari tiga bagian utama
1. Jarum magnet (Needle)
2. Skala lingkaran (Dial Graduation/360 Protactor)
3. Bagian penyangga (Base Plate)
Sistim satuan yang yang dipakai dalam kompas adalah sistem satuan
lingkaran. Ada beberapa macam jenis dari satuan lingkaran yaitu :
/ Sistem Sexagesimal
1 lingkaran = 360O (derajat)
1 derajat = 60' (menit busur)
1 menit = 60” (detik busur)
/ Sistem Sentisimal
1 lingkaran = 400 gon
1 gon = 10 centigon
1 centigon = 10 miligon
/ Sistem Waktu
1 lingkaran = 24h (jam)
1 jam = 60' (menit waktu)
1 menit = 60” (detik waktu)
/ Sistem Altileri
1 lingkaran = 6400 mil

7
Bermacam-macam Kompas yang dapat digunakan untuk
menentukan arah Kutub Utara Magnet. Untuk keperluan praktis dan
disesuaikan dengan kegiatan navigasi darat maka Kompas yang sering
dipergunakan adalah :

Kompas PRISMA

Lidah Penutup

Garis rambut/pisir
pembidik obyek

Skrup pengunci

Kaca pelindung
5
4

6
3

7
2

8
1

9
10
N

35 11 Celah pisir pembidik


34
33 E 12
11

13
Garis penunjuk orentasi 32
14
31 15 Lensa Prisma/
16
Pembaca skala kompas
S

30
W

29
Piringan skala kompas
28
27

19
26
25

20
24

21
22
23

Prisma

Cincin pegangan

Gbr. 7 Bagian-bagian Kompas (PRISMA)

8
Kompas Plate

Gbr. 8 Bagian-bagian Kompas Plate

PENGGUNAAN KOMPAS
Agar didapat sudut lintasan yang tepat, maka kita perlu
memperhatikan urutan dasar dalam mempergunakan Kompas.
1. Pastikan jarum/piringan skala bacaan magnit kompas bergerak bebas
2. Jauhkan dari atraksi lokal (pengaruh dari benda logam atau benda
mengandung listrik) yang dapat mempengaruhi kerja Kompas.
3. Atur Kompas agar posisinya dalam keadaan mendatar.
4. Bacalah bacaan skala kompas dengan benar.

9
Mencari Titik Sasaran 4 3 2 1

1
4Ingat sudut Kompas yang akan

2
dicari arahnya

3
340
N 20
0 40
32

4
00

60
260W280 3

5
80
4Letakan Kompas dihadapan

E
100
6
0

12
24

0
anda
14

7
0
22 0
160
200
S

8
4Baca besar yang dihadapan anda,
jika belum sama dengan besar
sudut yang anda kehendaki maka
putarlah Badan anda (dengan
poros yang tetap) ke Kiri atau ke
Kanan (sudah pasti bersamaan
dengan Kompasnya, jadi bukan
Kompasnya yang diputar-putar)
sehingga didapat besar sudut
yang dikehendaki.
4Amatilah apa yang terdapat
dihadapan anda, yang satu
garis dengan sudut sasaran.
4Itulah sasaran perjalanan
Anda. Gbr. 9 Mencari titik sasaran

Membidik Titik Sasaran


4Hadapkan badan anda ke arah
sasaran
4Letakan Kompas dihadapan
anda
4Aturlah sedemikian rupa
sehingga sasaran dengan garis
rambut terletak pada satu garis
lurus. Baca besarnya sudut
Kompas.
Gbr. 10 Membidik titik sasaran

10
PETA

...”peta ibarat jendela kaca dimana kita bisa melihat


pemandangan ke suatu tempat dibaliknya”....

U
ntuk mendefinisikan Peta secara umum, banyak kesukaran yang
dijumpai karena adanya perbedaan antara Peta satu dengan yang
lainnya, tetapi dapat dijabarkan bahwa :
4Peta berisi informasi.
4Informasi tersebut disajikan dalam bentuk grafis.
4Mempunyai perbandingan tertentu (Skala).
4Semua Peta bertujuan memberi informasi kepada sipemakai.
Dalam penyajian suatu Peta, isi Peta mempunyai karakteristik dan
fungsi tertentu, yang secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut:
4Peta merupakan gambaran dalam bentuk 2 (dua) dimensi.
4Gambaran yang disajikan adalah dalam bentuk hasil reduksi dari
keadaan yang sebenarnya.
4Informasi/data yang disajikan merupakan suatu bentuk penegasan dari
unsur-unsur yang ada.
Dari uraian diatas bisa disimpulkan bahwa Peta adalah sejumlah
informasi/ data dari suatu daerah tertentu (sebagian dari permukaan fisik
bumi) yang disajikan dalam bentuk grafis 2 dimensi (bidang datar) dengan
perbandingan tertentu (skala).

KLASIFIKASI PETA
Tidak ada klasifikasi Peta yang bersifat universal. Secara garis besar,
Peta dapat dibedakan berdasarkan skala, pada bentuk penyajiannya isi atau
informasi utama pada Peta dan kegunaan dari Peta tersebut.
Berdasarkan Skala Peta
4Peta Teknis : dengan skala dibawah 1:10.000.
4Peta Topografi : atau Peta detail dengan skala lebih kecil,
diantaranya 1:10.000 sampai dengan 1:100.000.

11
4Peta Geografi : atau Peta Ikhtisar dengan skala lebih kecil dari
1:100.000.

Berdasarkan Bentuk Penyajian Peta


4Peta Garis (Line Map) : peta yang menyajikan bayangan dari
permukaan bumi dalam bentuk grafis atau garis.
4Peta Foto (Photo Map) : Bayangan dari permukaan bumi disajikan
dalam bentuk bayangan Fotografis, hasil dari suatu pemotretan
Udara.
4Peta Digital (Digital Map) : Suatu Peta yang data-datanya (Nomor
titik, Koordinat Horisontal dan Vertikal) tersimpan dalam media
Komputer.

Berdasarkan Isi Peta


4Peta Topografi (Topographic Map) : Peta yang menyajikan informasi
dari semua unsur yang terdapat dipermukaan Bumi, baik unsur alam
maupun unsur buatan manusia.
4Peta Tematik (Thematik Map) : peta yang menyajikan unsur-unsur
tertentu dari permukaan Bumi sesuai dengan tema Peta yang
bersangkutan, dan umumnya mempunyai hubungan tertentu
dengan informasi topografi.
4Chart : suatu Peta untuk kegunaan yang bersifat khusus, dalam hal
ini data-data yang disajikan berhubungan dengan keperluan Khusus.

Berdasarkan Kegunaan Peta


4Peta Referensi atau Peta Serbaguna, Peta yang dijadikan dasar dari
perencanaan pengembangan nasional dan regional, dan umumnya
diproduksi pada satu seri Peta. Jenis dari Peta referensi diantaranya
adalah:
4Peta Planimetris, Peta yang hanya menyajikan posisi horisontal dari
unsur-unsur dipermukaan bumi tanpa menyajikan data ketinggian.
4Peta Kadaster, Peta yang menyajikan batas dari kepemilikan tanah.
4Peta Topografi, Peta yang menggambarkan tidak saja detail
planimetris dari unsur-unsur dipermukaan bumi, tetapi juga
menggambarkan bentuk Peta Topografi.

12
PETA TOPOGRAFI
Peta yang dipergunakan dalam Navigasi Darat adalah Peta Topografi
yang dipandang paling lengkap dalam penyajian informasinya. Perkataan
Topografi berasal dari bahasa Yunani dan terdiri dari dua kata yaitu TOPO =
Lapangan, GRAFOS = Penjelasan tertulis, jadi Topografi berarti penjelasan
tertulis tentang lapangan. Peta Topografi sering juga disebut sebagai Peta yang
bersifat umum, karena dalam penyajiannya tidak ada satu unsurpun yang
lebih dipentingkan atau dengan perkataan lain, semua unsur pada Peta
Topografi diperlakukan sama.
Dengan kata lain definisi dari Peta Topografi adalah peta yang
menyajikan data dan informasi keadaan lapangan secara menyeluruh (sifatnya
umum), baik itu unsur alam (sungai, gunung, danau, laut, dll) maupun unsur
buatan (jalan, jembatan, perkampungan, bendungan, dll) dengan garis bayangan
ketinggian (garis kontur ketinggian) dalam perbandingan tertentu (skala).
Dalam lembaran Peta Topografi ada beberapa informasi di tepi Peta
sebagai penunjang dalam pembacaan Peta yang harus diketahui oleh seorang
Navigator.

INFORMASI TEPI PETA TOPOGRAFI


1. Judul Peta
Menerangkan identitas atau nama dari suatu daerah yang tergambar
dalam lembar Peta tersebut. Biasanya judul Peta diambil dari nama daerah
yang terletak ditengah Peta atau daerah yang paling besar atau menonjol
pada lembar Peta tersebut.
Contoh : Sagalaherang, Mandalawangi, Ciwidey, G. Ceremai, dll.
2. Nomor Lembar/Nomor Registrasi Peta
Menerangkan nomor registrasi dari tiap lembar Peta, biasanya
ditempatkan disudut kanan atas dari Peta.
Penomoran Peta Belanda HIND 1090
4Angka latin untuk penomoran kolom tiap satu bagian derajat 20 x 20
(skala 1 : 100.000).
4Angka romawi untuk penomoran baris tiap 20 x 20 (skala 1:100.000).
4Angka latin besar untuk pembagian lembar/sheet Peta tiap 20 x 20
(skala 1 : 100.000).

13
4Angka latin ditambah abjad latin besar tiap 10 x 10 (skala 1:50.000).
4Angka latin ditambah abjad latin kecil tiap 5 x 5 (skala 1 : 25.000).
Contoh penomoran pada Peta edisi Belanda HIND 1090 :
36/XXXIX (19) untuk Peta 20 skala 1 : 100.000
36/XXXIX (19-A) untuk Peta 10 skala 1 : 50.000
36/XXXIX (19-a) untuk Peta 5 skala 1 : 25.000
20`
10`
5`

a b c d

5`
A

10`
B
e f g h

19

20`
j k l m

C D
n o p q

Gbr. 11 Penomoran Peta Edisi Belanda HIND 1090

14
30`
Penomoran Peta AMS
15`
(U.S.Army Map Service) 7,5`

4Empat angka latin pertama


mewakili daerah 30 x 20

7,5`
IV I IV I
dipetakan dengan skala
4412

15`
1:100.000, 4422
III II III II
4Empat angka latin pertama
ditambah angka romawi

30`
mewakili daerah seluas 15 x IV I IV I
10 dipetakan dengan skala
4413 4423
1:50.000
III II III II

Contoh : 4422 skala 1 : 100.000


4422-IV skala 1 : 50.000 Gbr. 12 Penomoran Peta edisi AMS
(U.S.Army Map Service)

Penomoran Peta BAKOSURTANAL


Untuk penomoran lembar Peta Bakosurtanal (Badan Koordinasi
Survey dan Pemetaan Nasional) atau juga disebut juga Peta Rupa Bumi,
mempunyai penomoran tersendiri.
Cara penomoran Peta Bakosurtanal dinyatakan dengan angka latin :
4Empat angka pertama mewakili daerah seluas 1 x 130 dipetakan
dengan skala 1 : 250.000.
4Empat angka pertama ditambah satu angka daerah seluas 30 x 30
yaitu menunjukan skala 1 : 100.000.
4Empat angka pertama ditambah dua angka daerah seluas 15 x 15
yaitu menunjukan skala 1 : 50.000.
4Empat angka pertama ditambah tiga angka daerah seluas 7,5 x 7,5
yaitu menunjukan skala 1 : 25.000.
Contoh : Peta Bekasi nomor Peta 1209-631
1209 : skala 1 : 250.000
1209-6 : skala 1 : 100.000
1209-63 : skala 1 : 50.000
1209-631: skala 1 : 25.000

15
Gbr. 13 Penomoran Peta Bakosurtanal

3. Keterangan pembuat Peta


Menerangkan silsilah, waktu, jenis proyeksi serta datum yang
digunakan. Tujuan dari Peta itu dibuat serta keterangan serta alamat
Instansi yang memproduksi Peta tersebut.
Contoh : keterangan pembuat Peta Rupabumi Digital Indonesia
Proyeksi : ............ Transverse Mecator
Sistem Grid : ............ Grid Geografi & Grid Universal Transvese Mecator
Datum Horizontal : ............... Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN-95)
Datum Vertical : ………….. Muka laut di Tanjung Priok, Jakarta
Satuan Tinggi : ………….. Meter
Selang Kontur : ………….. 12,5 meter
Dicetak dan diterbitkan oleh :
BADAN KOORDINASI SURVEY & PEMETAAN NASIONAL
(BAKORSURTANAL)
JL. RAYA JAKARTA-BOGOR KM.46 BAKOST IA CIBINONG 16911 - BOGOR

16
4. Legenda Peta
Menerangkan simbol-simbol yang tergambar pada Peta baik unsur
alam maupun buatan (gunung, sawah, jalan, kampung, titik trianggulasi,
titik ketinggian, dll) sehingga memudahkan pengguna peta untuk
mempergunakannya, Bentuk serta ukuran dari simbol-simbol ini tidak
dipengaruhi oleh skala (generalisasi), contoh simbol dalam legenda :

17
Kantor Pemerintah
Gubernur, Walikota
Bupati, Camat
Desa, Lurah
Rumah Sakit/Puskesmas
Pasar
Polisi, Sekolah
Pelayanan Pos, Pelayanan Telepon
Menara, Sumur Bahan Bakar
Sumber Gas Alam, Sumber Air Panas
Tambang
Tempat/Bangunan Bersejarah
Tempat yang Menarik

18
Gbr. 14 Legenda Peta

PETUNJUK LETAK PETA


o
06 30’00’’

1209-333 1209-334 1209-343

CIPEUNDEUY KALIJATI SUBANG


5. Bagan Pembagian lembar Peta
06o37’30’’
Menerangkan bagian-bagian
1209-331 1209-332 1209-341
Peta yang bertampalan dengan Peta
WANAYASA JALANCAGAK CISALAK
tersebut, sehingga mempermudah
dalam penggabungan Peta untuk o
06 45’00’’
interprestasi daerah yang lebih luas. 1209-313 1209-314 1209-323

CIMAHI LEMBANG SUKAMULYA

Contoh : Gbr. 15 o
06 52’30’’
o o o o
107 30’00’’ 107 37’30’’ 107 45’00’’ 107 52’30’’

Gbr. 15 Bagan Pembagian Lembar Peta

19
6. Skala Peta
Menerangkan perbandingan antara jarak di Peta dengan jarak
sebenarnya dilapangan. Ada beberapa jenis skala Peta yang tercantum yaitu
Skala Numeris, Skala Grafis, dan Skala Pernyataan.
4Skala Numeris, yaitu skala Peta yang disajikan dalam bentuk nomor/angka
seperti 1:50.000, artinya setiap perbandingan 1 cm di peta sebanding
dengan 50.000 cm = 500 m = 0,5 km dilapangan.
4Skala Grafis, yaitu skala Peta yang disajikan dalam bentuk grafis garis. Skala
grafis ini berfungsi untuk mengantisipasi dari pemuaian atau pengerutan
pada bahan kertas Peta yang digunakan, yang disebabkan oleh pengaruh
panas dari alat pencetak atau pengaruh dari suhu udara, sehingga dapat
diketahui pergeseran akibat perubahan tersebut.

Gbr. 16 Skala grafis

4Skala Pernyataan, yaitu skala Peta yang dalam penyajiannya menggunakan


suatu pernyataan.
Contoh : 1 inch to 1 miles
Cara ini banyak digunakan dalam bentuk chart, serta Peta-peta yang
dibuat oleh Negara-negara persemakmuran Inggris.

7. Sistim Koordinat
Yaitu sistim untuk memudahkan dalam menentukan posisi suatu
titik/tempat dipeta, sistim koordinat Peta ini disajikan dalam bentuk grid (garis
pembantu sistim koordinat). Ada dua sistim koordinat yang disajikan didalam
Peta Topografi wilayah Indonesia yaitu:
4Sistim Koordinat Graticule (geografis), yaitu sistim koordinat yang
menggunakan proyeksi polynder grid yang digunakan adalah grid
dengan satuan lingkaran, lintang (ϕ), dan bujur (λ).

20
Contoh: koordinat Kuningan (06O58’56” LS ; 108O28’34” BT)

108 27’ 27’ 29’ 30’ BT


O

06 57’
O

grid

58’

60”

59’

60”

07O 00’
LS

Gbr. 17 Sistem Koordinat Graticule (geografis)

4Sistim Koordinat UTM, yaitu sistim koordinat yang menggunakan grid


UTM (Universal Transverse Mecator) dalam salib sumbu cartesian(absis
dan ordinat). Satuan yang dipakai dalam sistim ini adalah meter.
Contoh : koordinat Kuningan 221134, 9227466
Absis Ordinat
Sistim koordinat UTM inilah yang biasanya lebih mudah dipakai dalam
kegiatan Navigasi Darat, karena menggunakan grid dalam satuan jarak yaitu
meter.
Pada pelaksanaannya untuk mempermudah dalam proses mencari dan
menghitung digunakan sistim lokal yaitu sistim yang berdiri sendiri tidak
bersifat umum, sistim ini biasanya digunakan pada Peta latihan.

21
grid
Beberapa cara sistim koordinat
lokal yaitu:
8 Cara 6 angka (Puluh ribuan, 30

Ribuan, dan Ratusan).


1000 m
Contoh : Koordinat Kuningan
211 ; 275 29

Pembulatan
1000 m

28

8 Cara 8 angka (Puluh ribuan, A (x ; y)


Ribuan, Ratusan, dan
Puluhan). 92 27 000 mS
2 20 000 mE 21 22 23
Contoh : koordinat Kuningan
2113 ; 2747
Gbr. 18 Sistem Koordinat UTM
Pembulatan

8. Macam-macam arah utara


UP Kita mengenal beberapa arah utara yaitu :

US Utara Sebenarnya (US) = Utara Geografis


UM = Utara Bumi
= TRUE-NORTH
Utara Magnetis (UM) = Utara Kompas
= Magnetic North
Utara Peta (UP) = Utara Grid
= Grid North (GN)

Gbr. 19 Macam-macam arah Utara

22
Titik Garis Ketinggian (kontur)
Ketinggian Judul Peta Nomor Peta

G. MANGLAYANG 38/XXXVIII - D
79

78

77

76

75

74

83 84 85 86 87 88 89

1 ¾ ½ ¼ 0 1 2 3 4 5
REPRO : DIREKTORAT GEOLOGI 1976
Scale of kilometer DARI : US. ARMY WASHINGTON DC, 1943
1 ¾ ½ ¼ 0 1 2
PROYEKSI : LAMBERT CONICAL ORTHOMORPHIC
Scale of miles

UP
U
US
UM

Keterangan
Pembagian Data Legenda Peta Pembuatan
Lembar Peta Harga Sudut Sistim
(lembar Derajat) Penyimpangan Skala Peta Koordinat

Gbr. 20 Informasi Tepi Peta

23
ALTIMETER

A
ltimeter adalah alat untuk pengukur ketinggian relatif suatu tempat/titik
terhadap bidang referensi terentu (misal muka air laut). Alat ini dalam
kerjanya sama dengan sistem barometrik yaitu menggunakan sistem
tekanan udara dengan mengkonvesikan sistem mekanisasi milibar ke dalam
penunjuk skala metrik. Jenis dari alat ini bermacam-macam baik dari tingkat
ketelitian dan skala terkecil dari bacaannya. Dalam kegiatan navigasi altimeter
dibutuhkan sebagai alat penunjang dalam penentuan posisi. Ketelitian
altimeter untuk keperluan navigasi darat tidak memerlukan ketelitian yang
tinggi, karena kaitan dengan peta yang digunakan. Interval kontur dari peta
yang kita gunakan berkisar 10 25 meter, jadi untuk keperluan praktis di
lapangan altimeter yang mempunyai skala bacaan terkecil 10 - 20 meter
cukup memadai untuk dipergunakan dalam kegiatan navigasi darat tapi kalau
ada yang lebih presisi tentunya akan lebih baik. Karena peta yang kita
gunakan mengacu pada datum muka air laut rata-rata maka setiap
penggunaan altimeter tersebut harus dikalibrasi (dicek dan disamakan
dengan suatu referensi tertentu misalnya di titik triangulasi, di stasiun kereta
api atau ditempat-tempat lain yang mempunyai nilai ketinggian definitif dari
muka air laut rata-rata) terlebih dahulu sebelum digunakan dalam kegiatan.

Gbr. 21 Altimeter

24
INTERPRETASI PETA

“...dimana kita bisa melihat pemandangan ke suatu


tempat dibaliknya.....”

D
engan melihat peta Topografi, seorang Navigator harus mampu
menginterprestasi peta, yaitu mampu merekam dan membayangkan
relief permukaan bumi yang tergambar di peta ke keadaan medan yang
sebenarnya di lapangan. Dalam menginterprestasikan peta ada beberapa hal
yang harus di pahami antara lain Simbol-simbol peta, kontur ketinggian,
karakteristik kontur.

IN PLAN
GARIS RELIEF DAN CONTOUR
10 20 30 40 50 60
Gambaran tinggi rendahnya
permukaan bumi dan garis ketinggian
yaitu:
METERS
1. Garis pembatas bidang yang 60

IN SECTION
merupakan tempat 50

kedudukan titik-titik dengan 40

ketinggian yang sama 30

terhadap bidang acuan 20

tertentu. 10

2. Garis ketinggian
menggambarkan bentuk tiga
dimensi yang mempunyai
unsur panjang, lebar, dan
LEVEL 4
tinggi. KO N T U R 4

3. Garis-garis kontur pada Peta LEVEL


3 K O NT
UR 3

menyajikan gambaran tinggi LEVEL Level 2


Level 2

2 KO N T U R 2
rendahnya (relief)
LEVE Le
permukaan bumi. vel 1
1

L1 NTU
R1 Kontur
KO

4. Garis Ketinggian yang lebih DASA


R

rendah selalu mengelilingi


garis ketinggian yang lebih
rendah, kecuali untuk Kawah.
Gbr. 22 Garis Ketinggian

25
5. Dari gambaran diatas kita dapat menarik kesimpulan jika garis ketinggian
yang lebih tinggi mengelilingi garis ketinggian yang lebih rendah dapat
dipastikan bahwa daerah tersebut terdapat cekungan (mungkin kawah).
6. Garis Ketinggian tidak akan saling berpotongan dan tidak akan bercabang.
7. Pada darah yang landai Garis Ketinggian akan berjauhan, pada daerah
yang terjal Garis Ketinggian akan berdekatan (merapat)
8. Garis Ketinggian yang menjorok keluar seperti bentuk huruf U, merupakan
punggung Bukit/Gunung.
9. Garis Ketinggian yang menjorok kedalam seperti Bentuk huruf V,
merupakan lembah.
10.Garis ketinggian pembantu menyatakan ketinggian antara (tengah-
tengah) dua garis ketinggian yang berurutan, digambar dengan garis
putus-putus.
11.Dalam peta berwarna garis ketinggian berwarna coklat, sedangkan untuk
garis ketinggian pembantu berwarna coklat atau kuning tuan.
12.Dalam peta terdapat garis ketinggian yang ditebalkan yang disebut
dengan istilah kontur indeks (per 5, 10, 20, 30 kontur dsb).
13.Perbedaan tinggi (Interval Kontur) antara dua garis ketinggian yang
berurutan adalah setengah dari ribuan bilangan skala (1/2000 x 50.000 =
25 meter) kecuali ada ketentuan lain.

Gbr. 23 Garis Relief

26
ORIENTASI PETA
Adalah suatu upaya untuk menggunakan peta dengan benar dan
untuk mengenali daerah disekitarnya serta menyesuaikan antara Utara Peta
dengan Utara Kompas. Langkah-langkah orientasi peta :
1. Bukalah peta dan letakkan di tempat yang datar
2. Letakan kompas di atas peta, kemudian sejajarkan arah utara yang
ditunjukan jarum kompas dengan arah utara peta

Gbr. 24 Setting Peta dengan Kompas

3. Kenali daerah sekitar terutama


daerah/tempat yang menonjol
(puncak gunung, bukit,
pertemuan sungai, dll) dan
cocokan dengan peta.

Gbr. 25 Menyesuaikan kedudukan


di peta dengan kondisi di lapangan

27
PENENTUAN POSISI PADA PETA
Mengetahui kedudukan pada peta maupun di lapangan merupakan
aplikasi dari penggunaan peta dan kompas, sebelum kita menentukan
posisi pada peta ada beberapa hal yang harus dipahami antara kain :

1. Sudut Kompas
Sudut Kompas biasa disebut Azimuth adalah sudut jurusan yang
dimulai dari salah satu ujung harum magnit (utara magnetis) dan diakhiri
pada ujung objektif garis bidik terhadap utara magnetis dan yang besarnya
sama dengan angka bacaan pada skala Kompas. Dengan kata lain sudut
kompas sama dengan angka yang ditunjukkan oleh skala bacaan kompas ke
suatu objek yang kita bidik.
U
UTARA UTARA 20
40 60
80

E
4 3 2 1
N

10
1

0
340
2

120
B

TL
3

320

N
L

340 20
0 40
32
4
1

140
0
1

60

4
30
2

260 W 280

300
80

3
2

E
3

100

2
3

160
4

12
24
4

1
0

N N
0
5

20 20
14
7

340 340
0 0
28

22
0 40 160 0 40
32 200 32
S
6

W
0

0
8
60

60
30

30

S
7

0
260 W 280

260 W 280
80

80

26 200
E

E
8

3
100

100

240 220
4
0

0
12

12
24

24
0

0
5

14 0 14
220 0 22 0
160 160
200 200
S S
6
7
8

S 200 220
0 24
16 0
1 2 3 4 5 6 7 8

340
N 20 260 W 280 300
0
0 40 24
32
1

4
220

32

26
0
0
0

60
30

14
200

340

0W
260 W 280

B T
3
2

80

N
E
100

280
120
2
3

160

20
0

12
24

40
14

140
4

0
1

22 0 60
200
160 12 80
S
100
E

300
100

8 7 6 5 4 3 2 1
E

32
80

0
8

34
7

340
N 20 340
N 20
60 0
6

32
0 40
32
0 40
40
N
5

20
60

60
30

30
4

260 W 280

260 W 280
80

80
E

E
3

8
100

100
2

7
0

0
12

12
24

24
8
0

N
1

14
340 20 14
6

0 0 0 0
22 22
160 0 40 160
200 32 200
S S
7

5
0

60
30
1

4
4
260 W 280
6

80

3
2

3
100

2
3

2
240

12
4

1
0

14
1

0
4

22 0
160
200
S
D

TG
3
B

2
1

1 2 3 4

ARAH 55O
SELATAN SELATAN PERJALANAN
S UTARA
MAGNETIK

Gbr. 26 Arah Kompas

Sedangkan back azimuth (BAZ) adalah kebalikannya yaitu arah dari objek
terhadap pembidik. Back Azimuth dapat dihitung dengan menggunakan
rumus :
BAZ = Sudut Kompas (Az) + 180O (Bila Az < 180O)
BAZ = Sudut Kompas (Az) - 180O (Bila Az > 180O)

28
Contoh : AZ = α A B = 45O
BAZ = α A B + 180O UTARA PETA
= 45O + 180O
= 225O = β B - A

UTARA PETA

= Back Azimuth (BA)

= Sudut Peta (Azimuth)


AKHIR PERJALANAN

AWAL PERJALANAN

Gbr. 27 Sudut Kompas

Y UTARA PETA
2. Sudut Peta
Sudut Peta yaitu sudut B (570, 540)
yang dibentuk dari garis utara
peta dengan garis yang
Sumbu Ordinat Peta

menghubungkan titik pembidik


dengan titik objek yang dibidik,
AB
dalam penentuan sudut peta
selalu dimulai dari garis Utara
peta dan diputar searah jarum
A (150, 200)
jam dengan berakhir pada garis
objek.

Untuk menentukan sudut peta X


kita dapat menggunakan Busur Sumbu Absis Peta
derajat atau Douglas
Protactor. Gbr. 28 Sudut Peta

29
Fungsi Douglas sebenarnya sama dengan busur derajat merupakan alat yang
digunakan untuk menentukan sudut peta. Perbedaannya dengan busur
derajat, douglas dilengkapi dengan skala pembagian karvak pada sistem
koordinat, sehingga memudahkan untuk penentuan koordinat maupun
pengoplotan koordinat suatu titilk dipeta, selanjutnya douglas selalu dipakai
dalam penentuan koordinat serta penentuan sudut peta/arah lintasan di peta.

Mistar Pembagian Skala Indeks Skala Mistar Pembagian Skala


Koordinat UTM 1 : 50.000 Lingkaran dalam Koordinat UTM 1 : 25.000
dalam Satu Karvak Satuan Derajat dalam Satu Karvak

Mistar Pembagian Skala Mistar Pembagian Skala


Koordinat Graticule 1 : 50.000 Salib Sumbu Koordinat Graticule 1 : 25.000
dalam Satu Karvak dalam Satu Karvak

Gbr. 29 Douglas Protactor

30
Cara menghitung sudut peta dengan menggunakan douglas :
1. tempatkan pusat douglas dititik A, putar douglas sehingga garis 0 busur
berhimpit dengan garis utara peta.
2. Amati garis garis benang douglas yang berhimpit dengan dengan AB, dan
lihat bacaan skala douglas, digaris berapakah garis AB itu berhimpit.
3. Bacaan itulah yang menunjukan besarnya sudut peta terhadap utara peta.

3. Penentuan Koordinat Pada Peta


Penentuan koordinat dengan Grid Sistem Graticule
Kotak-kotak yang tergambar oleh grid dinamakan karvak, dalam
menentukan koordinat pada skala 1 : 50.000, tiap karvak dibagi menjadi 60
bagian (60 detik). Dengan menggunakan Douglas :
4Untuk mencari derajat dan menit pada peta sudah dapat langsung dilihat
pada peta. Dan garis grid lintas di atas titik A itulah menit dari koordinat
lintang titik A, dan garis grid bujur disebelah kiri titik A itulah menit dari dari
koordinat bujur titik A.
108O 28’ 29’ 30’ BT
O
06 58’

60
O
108 29’ 32” BT 50
60”
40

30

20
29’
60 50 40 30 20 10

O
A
06 59’ 15” LS

60”

07O 00’
LS

Gbr. 30 Menentukan Koordinat pada sitem Graticule

31
4Untuk mencari detik letakan douglas di atas peta dan tempatkan sudut
mistar graticule dititik A (lihat gambar 30)
4Lihat garis lintang di atas titik A, berimpi dengan angka berapa, angka yang
ditunjukan oleh douglas tersebut itulah detik dari koordinat lintang titik A
4Lihat garis bujur dikiri titik A, berhimpit dengan angka berapa garis
tersebut, angka yang tunjukan oleh douglas tersebut itulah detik dari
koordinat bujur titik A
4Jadi koordinat titik A adalah : A (06059'15” LS ; 108029'32'' BT)

Penentuan koordinat dengan Grid Sistem UTM


Dalam sistim UTM satu karvak = 1000 meter pada peta skala 1 :
50.000, satu karvak = 2 cm = 20 mm. satu karvak dibagi dalam 10 bagian
karvak yang masing-masing bagian 2 mm. Untuk peta skala 1 : 25.000 satu
karvak = 4 cm = 40 mm sehingga satu bagian dari karvak 4 mm. Cara
menentukan Koordinat UTM dengan Douglas :
4Angka puluhan ribuan didapat dari grid kiri dan grid bawah dari titik A
tersebut seperti cara dengan mistar
4Untuk mencari ratusan dan puluhan, letakan douglas di atas peta dan
tempatkan sudut mistar koordinat UTM tepat di titik A sejajar dengan
salib sumbu grid. Lihat gambar
4Amati garis grid absis di kiri 1000m

titik A berimpit dengan 31

angka berapa garis tersebut


Y = 2980 1000m
4Angka yang ditunjukan oleh
douglas yang berimpit 30
dengan grid ordinat dikiri titik A
1

A tersebut itulah puluhan dari 10 9 8 7 6 5 4 3 2


3
4

koordinat absis titik A 5


6
7

4Amati garis grid ordinat di 29 8


9
10

bawah titik A. berimpit dengan


angka berapa garis tersebut X = 2150

4Angka yang ditunjukan oleh 92 28 000 mS


douglas yang berimpit 2 20 000 mE 21 22 23

dengan grid ordinat di


bawah titk A tersebut itulah Gbr. 31 Menentukan Koordinat
puluhan dari koordinat titik A pada Sistem UTM

32
4Jadi koordinat untuk titik A adalah :
A (221500 ; 9229800) : Universal Transverse Mecator
A (2150 ; 2980) : Lokal cara delapan angka
A (215 ; 298) : Lokal cara enam angka

4. Perpotongan ke Belakang (Resection)


Resection adalah cara untuk menentukan posisi/kedudukan kita di
peta, dengan menggunakan metode perpotongan dua garis azimuth atau lebih.
Syarat dalam melaksanakan resection harus ada minimal dua atau lebih
objek/tempat yang dikenali di lapangan dan tergambar di peta. Misalnya
puncak gunung, bukit, pertemua sungai, dll. Langkah-langkah resection :
4 Lakukan orientasi peta
4 Amati keadaan sekeliling kita
cari dua objek atau lebih U
yang kelihatan menonjol dan
jelas di lapangan serta SPCA
SPAC
tergambar pada peta,
U C(XC,YC)
misalkan titik B (XB, YB)
B (X
dan titik C (XC, YC). B, Y
B)
4 Dari tempat kita berdiri SP BC
SP CB
(yang akan kita tentukan
posisinya di peta) sebut saja
titik A, kita bidik titik B dan
titik C maka akan kita dapat A(XA,YA)
Sudut Peta AB (SPAB) dan a
Sudut Peta AC (SPAC). b
4 Hitung Back Azimuth
sehingga didapat SPBA dan Gbr. 32 Resection
SPCA
4 Dari titik B gambar sudut Peta BA sehingga didapat garis a, dari titik C
Sudut Peta CA didapat garis b.
4 Titik Potong garis a dan b merupakan posisi kita di peta atau titik A (XA,
YA)

33
5. Perpotongan ke Muka (Intersection)
Intersection adalah suatu cara untuk mencari atau menentukan posisi
objek lain yang akan kita tuju pada peta. Syarat dari intersection ini yaitu harus
ada minimal dua objek/tempat atau lebih yang kita kenal di lapangan serta
tergambar di peta dan dari kedua tempat tersebut dapat melihat
objek/tempat yang akan kita tuju.
Langkah-langkah Intersection :
4 Lakukan orentasi
4 Cari dua tempat yang dapat kita ketahui kedudukannya baik di peta
maupun sebenarnya di lapangan, jika belum diketahui maka lakukan
resection.
Misal titk A (XA, YA) dan titik B (XB, XB)
4 Dari titik A kita hitung sudut
kompas ke arah objek yang
dituju (titik C), dengan
demikian kita akan b a
mendapatkan besar Sudut
Peta AC (SPAC) C(XC,YC)

4 Kemudian kita berpindah ke U


titik B, lalu hitung sudut U
kompas ke arah objek yang SPAC SP BC
dituju, dengan demikian
akan diperoleh besar Sudut B(XB, YB)
Peta BC (SPBC). A(XA,YA)
4 Kedua data tersebut kita
gambarkan di peta, di titik A
Gbr. 33 Intersection
kita buat SPAC sehingga
didapat garis a dan di titik B
kita buat SPBC didapat garis
b.
4 Titik potong garis a dan b adalah lokasi objek yang dituju atau titik C
(XC, YC)

34
MENGUKUR JARAK
Langkah-langkah mengukur Jarak Datar di lapangan :
4 Ketahui Skala Peta
4 Ketahui Jarak di Peta (JP)

Secara Sistematis Jarak Datar dapat diketahui sbb :

Jarak Datar (JD) = Skala Peta (SP) x Jarak Peta (JP)

Contoh : Diketahui Skala Peta 1 : 25.000


Jarak Peta= 4 cm
Hitung : Jarak Datar di Lapangan ?
JP
Jawab : SP =
JD
JD = SP x JD
= 4 cm x 25.000 = 100.000 cm
Jadi Jarak Datar = 1 Km

Langkah-langkah menghitung Jarak Sebenarnya di Peta :


4Ketahui Skala Peta (SP)
4Ketahui Jarak Peta (JP)
4Ketahui Beda Tinggi (Interval Kontur)
4Ketahui Jarak Datar (JD)

35
D
PERENCANAAN PERJALANAN
alam melaksanakan suatu kegiatan perjalanan sangat penting disusun
rencana perjalanan terlebih dahulu, sehingga persiapan perlengkapan
dan perbekalan dapat dipersiapkan sesuai dengan kebutuhan yang
diperlukan dari rencana yang yang telah disusun. Dengan disusunnya suatu
perencanaan perjalanan diharapkan dapat memberikan gambaran dan
informasi petugas SAR bilamana terjadi sesuatu musibah. Sehingga dalam
pemberian bantuan dan pertolongan dapat dilaksanakan dengan cepat.
Lembar formulir isian seperti di bawah ini sangatlah penting meskipun
kelihatan sederhana, dari isian formulir tersebut dapat menjadikan tolak ukur
apakah orang/kelompok yang akan melaksanakan kegiatan perjalanan
tersebut mengetahui/paham Navigasi atau tidak.

DAFTAR RENCANA PERJALANAN


KEGIATAN NAMA KELOMPOK/INSTANSI: NAMA ANGGOTA REGU
HARI ALAMAT LENGKAP: 1. 4.

TANGGAL 2. 5.

LAMA KEGIATAN NO. TELEPHONE: 3. 6.

N TEMPAT ELE WKT WKT WKT TOTAL WKT DETAIL


ARAH JARAK ISTI HUBUNG RUTE
O. KOORDINAT VASI START JALAN RAHAT WKT AN PERJALANAN
1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Gbr. 34 Contoh Formulir Isian

36
Keterangan cara pengisian formulir Rencana Perjalanan
1. Kegiatan : Nama dan Tujuan kegiatan
Misalnya Pendakian Gunung Gede
2. Hari dan Tanggal : Pelaksanaan kegiatan
3. Lama Perjalanan : Lama waktu yang direncanakan
4. Nama Kelompok : Pramuka, PA atau Sekolah
5. Nama Anggota : Semua anggota yang turut serta
6. Alamat Kelompok : Alamat jelas dan lengkap yang bisa dihubungi
bilamana terjadi musibah
7. No. Telephone : Nomor telephone yang bersangkutan/nomor
lainnya yang bisa dihubungi
8. Urutan : Urutan serta tahapan selama waktu perjalanan
yang direncanakan
9. Tempat : Nama tempat Start Pemberangkatan
10. Koordinat : Koordinat titik Start Pemberangkatan
11. Arah : Arah dari setiap tahapan/titik satu ke titik yang lain
12. Jarak : Jarak dari setaip tahapan
13. Elevasi : Ketinggian tanah dari setiap titik/point
14.Waktu Start : Titik awal perjalanan
15. Waktu Jalan : Perkiraan waktu tempuh bisa dengan patokan 1
jam = 5 km untuk jalan normal, 1 jam = 3 km
untuk jalan naik, 1 jam = 1,5 km untuk jalan
terjal
16.Waktu Istirahat : Perkiraan waktu istirahat dalam setiap tahapan
perjalanan
17.Total waktu : Waktu yang dibutuhkan dari seluruh kegiatan
perjalanan
18.Waktu Tiba : Perkiraan waktu kedatangan/tiba ditujuan terakhir
perjalanan
19.Detail Perjalanan : Diisi semua data yang didapat setelah membaca
rute perjalanan dari Peta, (situasi daerah, tingkat
kesulitan, perjalanan dan kemungkinan lainnya)

37
disarankan diisi oleh orang yang sudah
berpengalaman pada daerah tersebut dalam
masing-masing tahapan/rute seluruh perjalanan
20.Waktu Hubungan : Waktu yang disepakati untuk berhubungan/
komunikasi dengan petugas dalam melaporkan
kondisi dan kemungkinan adanya informasi yang
perlu didapat baik dari kelompok pelaksana
kegiatan maupun dari petugas pengawasan

ANALISA PERJALANAN
Langkah-langkah untuk melakukan analisa perjalanan adalah sebagai
berikut :
4Tentukan titik awal pemberangkatan dan titik akhir tujuan
4Perhatikan/periksa dengan teliti keadaan lingkungan yang akan
ditempuh, misalnya sungai, tebing, lembah, punggungan dlsb
4Dalam suatu perjalanan kita perlu memperhatikan bentuk-bentuk
medan yang sudah dilalui, berapa sungai dilalui, bukit, lembah
dilewati dan selalu buatlah tanda jejak yang dapat digunakan sebagai
patokan jika kita perlu kembali lewat jalan yang sama.
4Semakin kita sering melakukan orientasi medan semakin cermat pula
perjalanan kita
4Usahakan untuk berjalan di punggung, selain mudah dilewati juga
mudah untuk orientasi peta.
4Patut diingat jarak lintasan yang ditempuh di lapangan pasti lebih
panjang dari jarak peta kali skala, hal ini disebabkan relief permukaan
bumi.
4Satu hal yang PENTING :
“RENCANAKAN PERJALANAN ANDA
SEBAIK-BAIKNYA”

38
5

4
6
3

2
7
1
8
Gbr. 35 Analisa Perjalanan dan Pergerakan

39

Anda mungkin juga menyukai