Anda di halaman 1dari 24

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teory Legitimasi

Teori legitimasi menyatakan bahwa organisasi secara kontinyu mencari

cara untuk menjamin operasi mereka berada dalam batas dan norma yang berlaku

di masyarakat. Dalam perspektif teori legitimasi, suatu perusahaan akan secara

suka rela melaporkan aktivitasnya jika manajemen menganggap bahwa hal ini

adalah yang diharapkan oleh semua pihak (Deegan, 2000). Legitimasi merupakan

konsep penting bagi organisasi, karena berkontribusi pada keberhasilan

organisasi. Dalam teori legitimasi, organisasi harus secara berkelanjutan telah

beroperasi dalam perilaku yang konsisten dengan norma sosial. Hal ini seringkali

dicapai melalui pengungkapan (disclosure) dalam laporan perusahaan (Wilmshurt

and Frost, 2010).

B. Pengertian Bank

Bank merupakan lembaga keuangan yang fungsi utamanya ialah

menghimpun dana dari masyarakat, menyalurkan dana kepada masyarakat, dan

juga memberikan pelayanan dalam bentuk jasa-jasa perbankan (Ismail, 2010).

Bank memiliki tiga fungsi utama, yaitu melakukan aktivitas dalam menghimpun

dana kepada pihak ketiga, aktivitas penyaluran dana kepada pihak ketiga yang

membutuhkan dana, dan aktivitas bank dalam memberikan pelayanan jasa kepada

masyarakat.

Menurut Undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang perbankan, “Bank

adalah usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

10
11

menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Dan atau bentuk-bentuk

lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Menurut Taswan

(2010), bank ialah suatu lembaga atau perusahaan yang aktivitasnya menghimpun

dana berupa giro, deposito tabungan dan simpanan lainnya dari pihak ketiga

(surplus spending unit) yang kemudian disalurkan kembali kepada pihak yang

membutuhkan dana (deficit spending unit) melalui penjualan jasa keuangan yang

diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan menurut

Kasmir (2012), bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatan utamanya

menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke

masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya.

C. Fungsi Bank

Fungsi utama bank menurut, Budisantoso dan Nuritomo (2014) adalah

menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada

masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary. Secara

spesifik bank dapat berfungsi sebagai:

1. Agent of Trust

Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan. Masyarakat akan

mau menitipkan dananya di bank karena adanya kepercayaan. Pihak bank juga

menyalurkan dananya kepada debitur karena adanya unsur kepercayaan.

2. Agent of Development

Kegiatan bank yang berupa menghimpun dan menyalurkan dana

memungkinkan masyarakat melakukan investasi, kegiatan distribusi, serta


12

kegiatan konsumsi barang dan jasa. Kelancaran kegiatan investasi-distribusi-

konsumsi adalah kegiatan pembangunan perekonomian suatu masyakat.

3. Agent of service

Bank memberikan penawaran jasa perbankan lain, sepert jasa pengiriman

uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank, dan penyelesaian

tagihan.

D. Kesehatan Bank

1. Tinjauan tentang Kesehatan Bank

Berdasarkan UU No. 10 Tahun 1998 perubahan dari Pasal 29 UU No. 7

Tahun 1992 tentang Perbankan dimana ditegaskan bahwa bank wajib memelihara

tingkat kesehatannya sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset,

kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas dan solvabilitas, serta aspek lain yang

berkaitan dengan usaha bank dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan

prinsip kehati-hatian.

Al-Baqarah: 282

َ ‫يَآأَيُّ َها الَّ ِذينَ َءا َمنُوا إِ َذا تَدَايَنت ُ ْم بِ َدي ٍْن إِلَى أ َ َج ٍل ُّم‬
ٌ ِ‫س ًّمى فَا ْكتُبُوهُ َو ْليَ ْكتُب بَّ ْينَ ُك ْم كَات‬
َ‫ب بِا ْلعَ ْد ِل َوال‬
ْ ‫ق هللاَ َربَّهُ َوالَ يَ ْب َخ‬
‫س‬ ِ َّ ‫ق َو ْليَت‬ َ ‫علَّ َمهُ هللاُ فَ ْليَ ْكت ُ ْب َو ْليُ ْم ِل ِل الَّذِي‬
ُّ ‫علَ ْي ِه ا ْل َح‬ َ ُ ‫ب أَن يَ ْكت‬
َ ‫ب َك َما‬ ٌ ِ‫ب كَات‬ َ ْ ‫يَأ‬
ُ‫ست َ ِطي ُع أَن يُ ِم َّل ُه َو فَ ْليُ ْم ِل ْل َو ِليُّه‬
ْ َ‫ض ِعيفًا أ َ ْوالَ ي‬
َ ‫س ِفي ًها أ َ ْو‬
َ ‫ق‬ َ ‫ش ْيئ ًا فَ ِإن كَانَ الَّذِي‬
ُّ ‫علَ ْي ِه ا ْل َح‬ َ ُ‫ِم ْنه‬
ِ َ ‫ام َرأَت‬
‫ان ِم َّمن‬ ْ ‫ستَش ِْهدُوا ش َِهي َدي ِْن ِمن ِ ِّر َجا ِل ُك ْم فَ ِإ ْن لَ ْم يَكُونَا َر ُجلَي ِْن فَ َر ُج ُلُُ َو‬
ْ ‫بِا ْلعَ ْد ِل َوا‬
‫ش َهدَآ ُء إِ َذا َما ُدعُوا‬ َ ْ ‫َاء أ َ ْن ت َ ِض َّل إِحْ دَا ُه َما فَت ُ َذ ِك َِّر إِحْ دَا ُه َما اْأل ُ ْخ َرى َوال َ يَأ‬
ُّ ‫ب ال‬ ُّ ‫ت َ ْرض َْونَ ِمنَ ال‬
ِ ‫ش َهد‬
َّ ‫هللا َوأ َ ْق َو ُم ِلل‬
‫ش َها َد ِة َوأ َ ْدنَى‬ َ ‫يرا إِلَى أ َ َج ِل ِه َذ ِل ُك ْم أ َ ْق‬
ُ ‫س‬
ِ ‫ط ِعن َد‬ ً ِ‫يرا أ َ ْو َكب‬ َ ُ‫سئ َ ُموا أ َ ْن ت َ ْكتُبُوه‬
ً ‫ص ِغ‬ ْ َ ‫َوالَ ت‬
‫ح أَال َّ ت َ ْكتُبُو َها‬
ٌ ‫علَ ْي ُك ْم ُجنَا‬ َ ‫ِيرونَ َها بَ ْينَ ُك ْم فَلَي‬
َ ‫ْس‬ ُ ‫اض َرةً تُد‬ َ ‫أَال َّ ت َ ْرتَابُوا إِال َّ أ َ ْن تَكُونَ تِ َج‬
ِ ‫ارةً َح‬
َ‫قُُ بِ ُك ْم َواتَّقُوا هللا‬ ُ ُ‫بُُ َوالَ ش َِهيدُُُ َوإِن ت َ ْفعَلُوا فَ ِإنَّهُ ف‬
ُ ‫سو‬ ُ ِ‫َآر كَات‬ َّ ‫َوأَش ِْهدُوا إِ َذا تَبَايَ ْعت ُ ْم َوال َ يُض‬
ُُ‫ع ِلي ُم‬ َ ‫َويُعَ ِلِّ ُم ُك ُم هللاُ َوهللاُ بِ ُك ِ ِّل‬
َ ‫ش ْي ٍء‬
13

Terjemahan:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu`amalah tidak secara tunai
untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah
seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah
penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka
hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berutang itu mengimlakan (apa
yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan
janganlah ia mengurangi sedikit pun daripada utangnya. Jika yang berutang itu
orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu
mengimlakan, maka hendaklah walinya mengimlakan dengan jujur. Dan
persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki di antaramu). Jika
tak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan
dari saksi-saksi yang kamu ridai, supaya jika seorang lupa maka seorang lagi
mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila
mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis utang itu, baik kecil maupun
besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi
Allah dan lebih dapat menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak
(menimbulkan) keraguanmu, (Tulislah muamalahmu itu), kecuali jika muamalah
itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tak ada dosa bagi
kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual
beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit-menyulitkan. Jika kamu lakukan
(yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu.
Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu.” Al Baqarah : 282

Dalam Ayat tersebut dapat dimaknai bahwa pencatatan dalam hal ini

adalah laporan keuangan yang posisinya sangat penting bagi semua pihak

dikarenakan dengan pencatatan seseorang mampu melihat aset, laba, modal dan

utang perusahaan juga mencerminkan kinerja sebuah perusahaan, serta secara

tersirat dalam surah Al-Baqarah: 282 juga secara tegas untuk malakukan aktivitas

bisnis dalam bentuk pencatatan dengan menggunakan prinsip kehati-hatian.

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor : 6/23/DPNP tanggal 31

Mei 2004, penilaian tingkat kesehatan bank merupakan penilaian kualitatif atas

berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui

penilaian aspek permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan

sensivitas terhadap risiko pasar.


14

Semakin meningkatnya kompleksitas usaha dan profil resiko, bank perlu

mengidentifikasikan permasalahan yang mungkin dapat timbul dari operasional

bank. Bagi perbankan, hasil akhir penilaian kondisi bank tersebut dapat digunakan

sebagai salah satu sarana dalam menetapkan strategi usaha di waktu yang akan

datang sedangkan bagi Bank Indonesia antara lain dapat digunakan sebagai sarana

penetapan dan implementasi strategi pengwasan bank oleh Bank Indonesia.

Kredit penilaian kesehatan bank dibagi atas empat kategori, namun sistem

pemberian nilai dalam menetapkan tingkat kesehatan bank di dasarkan pada

“reward system” dengan nilai kredit antara 0 sampai 100, yakni sebagai berikut:

Tabel 2.0.1. Peringkat Komposit Kesehatan Bank

Nilai Kredit Predikat


81 – 100 Sehat
66 – <81 Cukup Sehat
51 – <66 Kurang Sehat
0 – <51 Tidak Sehat
Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia (2004)

2. Arti Penting Kesehatan Bank

Kesehatan bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, baik

pemilik, pengelola (manajemen) bank, masyarakat pengguna jasa bank, dan Bank

Indonesia selaku otoritas pengawas bank. Menurut Taswan (2010) tingkat

kesehatan bank merupakan hasil penelitian kuantitatif atas berbagai aspek yang

berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui faktor permodalan,

kualitas aset, manajemen, likuiditas, dan sensivitas terhadap resiko pasar, dan

dijadikan penilaian kuantitatif atau kualitatif setelah mempertimbangkan unsur

judgement.
15

Menilai suatu kesehatan bank dapat dilihat dari beberapa sisi. Penilaian

ini bertujuan untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi sehat, cukup

sehat, kurang sehat, dan tidak sehat. Sehingga Bank Indonesia sebagai pengawas

dan Pembina bank-bank dapat memberikan arahan dihentikan operasinya.

Meningkatnya kompleksitas usaha dan profil risiko, bank perlu

mengidentifikasi permasalahan yang mungkin timbul dari operasional bank.

Penilaian kesehatan bak dilakukan setiap tahun untuk mengetahui apakah ada

peningkatan atau penurunan.

Menyadari arti pentingnya kesehatan suatu bank bagi pembentukan

kepercayaan dalam dunia perbankan serta untuk melaksanakan prinsip kehati-

hatian (prudential banking), dalam dunia perbankan, maka Indonesia merasa perlu

menetapkan aturan tentang kesehatan bank. Dengan adanya aturan bank tentang

kesehatan bank ini, perbankan selalu dalam kondisi sehat, sehingga tidak akan

merugikan masyarakat yang berhubungan dengan perbankan.

3. Metode CAMELS

a. Capital (Permodalan)

Penilaian modal merupakan penilaian terhadap kecukupan modal bank

untuk mengantisipasi resiko masa kini dan resiko yang akan datang. Kecukupan

modal yang dimiliki suatu bank berdasarkan pada sistem kebijakan dan perbankan

tidak hanya dihitung berdasarkan dari nominalnya saja, tetapi juga dilihat dari

rasio kecukupan modal. Salah satu rasio keuangan yang digunakan untuk

menghitung kecukupan modal.


16

Rasio yang digunakan dalam perhitungan ini adalah Capital Adequacy

Ratio (CAR), yaitu merupakan perbandingan jumlah modal dengan Aktiva

Tertimbang Menurut Ratio (ATMR).

Modal Bank
CAR =
ATMR

b. Asset Quality (Kualitas Aset)

Penilaian kualitas aset merupakan penilaian terhadap kondisi aset yang

dimiliki bank serta kecukupan manajemen resiko kredit. Tingkat kualitas aktiva

produktif suatu bank mempunyai pengaruh terhadap modal bank. Tingkat modal

yang bagus dapat menjadi buruk apabila bank tidak mampu memelihara tingkat

kualitas aktiva produktif yang dimiliki. Salah satu rasio keuangan yang digunakan

adalah Non Performing Asset yaitu kredit bermasalah terhadap total aktiva

produktif.

Rasio NPA (Non Performing Asset). Rasio NPA adalah rasio untuk

menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktif

bermasalah terhadap total aktiva produktif. Semakin tinggi rasio ini maka akan

semakin buruk kualitas aktiva produktif yang menyebabkan PPAP yang tersedia

semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin

besar. Aktiva produktif bermasalah adalah aktiva produktif dengan kualitas

kurang lancar, diragukan, dan macet. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓 𝐵𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ


NPA =
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓
17

c. Management (Manajemen)

Penilaian manajemen merupakan penilaian terhadap kemampuan

manajemen pengurus bank menjalankan usahanya, kecukupan resiko, serta adanya

kepatuhan bank terhadap ketentuan yang belaku. Hal ini didukung dengan adanya

komitmen untuk melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya pada Bank

Indonesia. Manajemen yang baik dalam suatu bank diharapkan dapat memelihara

kesehatan bank.

Rasio manajemen diukur berdasarkan pertanyaan-pertanyaan dan

pertanyaan yang diajukan mengenai Manajemen Umum dan Manajemen Risiko.

Manajemen Umum berisis pertanyaan mengenai strategi atau sasaran, struktur,

sistem, sumber daya manusia, kepimimpinan, dan budaya kerja. Manajemen risiko

berisi pertanyaan mengenai risiko likuiditas, risiko pasar, risiko kredit, risiko

operasioanal, dan risiko hukum. Pertanyaan yang diajukan mempunyai

perbandingan 40% pertanyaan untuk Manajemen Umum dan 60% pertanyaan

untuk Manajemen Risiko.

Namun dalam penelitian ini, analisis rasio manajemen tidak dilakukan

karena adanya keterbatasan yang ada. Pembatasan ini dilakukan mengingat bahwa

untuk dapat melakukan penilaian tingkat kesehatan suatu bank, tidak cukup hanya

berdasarkan pada analisis terhadap laporan keuangan yang dipublikasikan saja,

tetapi juga data data pendukung lainnya yang bersifat internal. Data yang

berhubungan dengan aspek manajemen tidak dapat diperoleh hanya dengan

mengandalkan dari data publikasi bank, tetapi haris melalui survey kuisioner dan
18

wawasan. Di Indonesia, hanya Bank Indonesia dan bank yang bersangkutan saja

yang dapat mengetahuinya.

d. Earning (Rentabilitas)

Penilaian rentabilitas merupakan penilaian unutk mengukur kemampuan

dalam meningkatkan keuntungan. Keuntungan ini dilakukan dalam suatu periode.

Penilaian ini juga untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang

dicapai bank yang bersangkutan. Rasio keuangan yang mewakili aspek

rentabilitas adalah Return on Asset (ROA), Net Interest Margin (NIM), dan Beban

operasional terhadap pendapatan operasi (BOPO). Adapun rasio yang digunakan

sebagai berikut:

1) Return on Asset (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan

manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan.

Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘


ROA =
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡

2) Return on Equity (ROE) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur

kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan

pembayaran dividen. Kenaikan dalam rasio ini berarti kenaikan laba

bersih dari bank yang bersangkutan.

Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘


ROE =
𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
19

3) Net Interest Margin (NIM) adalah yang menggambarkan tingkat

keuntungan (laba) yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan

yang diterima dari kegiatan operasionalnya.

Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ


NIM =
𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑎𝑠𝑒𝑡 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓

4) Rasio Biaya Operasional yang digunakan untuk mengukur tingkat

efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya.

Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang

dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank

dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Rasio ini dapat dirumuskan

sebagai berikut:

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙


BOPO =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙

e. Liquidity (Likuidasi)

Penilaian likuidasi merupakan penilaian terhadap kemampuan bank

dalam menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya, dapat membayar kembali

semua depositonya serta mampu untuk memenuhi permintaan kredit yang

diajukan. Rasio ini menggunakan Loan to Deposit Ratio (LDR) yaitu kredit

simpanan pihak ketiga.

LDR (Loan to Deposit Ratio) atau rasio kredit terhadap deposit atau

simpanan digunakan untuk menilai kemampuan bank dalam membayar kembali

penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang

diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio LDR menunjukkan


20

semakin rendah kemampuan likuiditas bank tersebut. Rasio ini dapat dirumuskan

sebagai berikut:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛


LDR =
𝐷𝑎𝑛𝑎 𝑝𝑖ℎ𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎

f. Sensitivity to market (Sensitivitas terhadap resiko pasar)

Penilaian sensitivitas terhadap resiko pasar merupakan penilaian terhadap

kemampuan modal bank untuk mengantisipasi akibat-akibat yang ditumbulkan

oleh perubahan resiko pasar dan kecukupan manajemen resiko pasar.

Perkembangan industri perbankan terutama produk dan jasa yang semakin

kompleks dan beragam dapat meningkatkan eksposur risiko dan profil risiko

bank. Metodologi penilaian tingkat kesehatan bank perlu disempurnakan dengan

menggunakan pendekatan berdasarkan risiko dan menyelesaikan faktor-faktor

penilaian tingkat kesehatan bank. Penyesuaian tersebut perlu dilakukan agar

penilaian tingkat kesehatan bank dapat lebih digunakan sebagai alat untuk

mengevaluasi kinerja bank termasuk dalam penerapan manajemen risiko dengan

fokus pada risiko yang signifikan, dan kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku

serta penerapan prinsip-prinsip kehati-hatian.

Berdasarkan PBI No. 13/1/PBI/2011 Tentang penilaian tingkat kesehatan

bank umum Bank Indonesia telah menetapkan sistem penilaian tingkat kesehatan

bank berbasis risiko menggantikan penilaian CAMELS yang dulunya diatur

dalam PBI No. 6/10/PBI/2004.

Penilaian tingkat kesehatan bank dengan menggunakan pendekatan

berdasarkan risiko (Risk-based Bank Rating) merupakan penilaian yang

komprehensif dan terstruktur terhadap hasil integrasi profil risiko dan kinerja yang
21

meliputi penerapan tata kelola yang baik, rentabilitas, dan permodalan.

Pendekatan tersebut memungkinkan Bank Indonesia sebagai pengawas melakukan

tindakan pengawasan yang sesuai dan tetap waktu karena penilaian dilakukan

secara komprehensif terhadap semua faktor penilaian dan difokuskan pada risiko

yang signifikan serta dapat segera dikomunikasikan kepada bank dalam rangka

menetapkan tindak lanjut pengawasan.

4. Metode RGEC

a. Risk profile (Profil risiko)

Penilaian terhadap faktor profil risiko merupakan penilaian terhadap

risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen risiko dalam operasional bank

yang dilakukan terhadap 8 (delapan) risiko, yaitu: risiko kredit, risiko pasar, risiko

likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, dan risiko stratejik, risiko kepatuhan

dan risiko reputasi. Berdasarkan hasil pengawasan, jenis risiko yang menonjol

dalam industry perbankan nasional adalah risiko kredit operasional. Hal ini

merupakan konsekuensi dari usaha perbankan yang mayoritas masih

mengandalkan penyaluran kredit. Dari sisi risiko kredit, hal-hal yang masih perlu

ditingkatkan pada beberapa bank antara lain adalah penyempurnaan kebijakan dan

International bank. Sementara itu, untuk risiko operasional perlu ditingkatkan

kualitas SDM serta infrastruktur teknologi.


22

Adapun risk profile dalam penelitian ini terdiri dari 5 rasio yaitu sebagai

berikut:

1) Credit Risk

Credit Risk adalah risiko yang timbul akibat ketidakmampuan debitur

untuk membayar kembali, atau kemungkinan kerugian yang timbul akibat

kegagalan debitur untuk memenuhi kewajibannya terhadap bank. Bank Indonesia

mengklasifikasikan kredit non produktif ke dalam 3 kategori yaitu kredit kurang

lancar, diragukan, dan macet. Risiko kredit ditujukan dengan besaran Non

Performing Loan (NPL) merupakan presentase jumlah kredit bermasalah (dengan

kriteria kurang lancar, diragukan, dan macet) terhadap tota; kredit yang disalurkan

bank. Semakin rendah rasio ini maka kemungkinan bank mengalami kerugian

sangat rendah yang secara otomatis laba akan semakin meningkat (negatif).

Rumus untuk menghitung NPL adalah sebagai berikut:

𝐵𝑎𝑑 𝐷𝑒𝑏𝑡
𝑁𝑜𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑓𝑜𝑟𝑚𝑖𝑛𝑔 𝐿𝑜𝑎𝑛 = × 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑜𝑎𝑛

2) Liquidity Risk

Liquidity Risk adalah risiko yang dihadapi oleh bank karena tidak dapat

memenuhi kewajibannya. Yang telah jatuh tempo dengan harta likuid yang

dimilikinya. Rasio yang digunakan untuk menetukan Liquidity Risk adalah Loan

to Deposit Ratio (LDR). Rasio keuangan ini menerangkan bahwa LDR digunakan

untuk menilai likuiditas suatu bank dengan cara membandingkan antara jumlah

kredit yang diberikan oleh bank dan dana pihak ketiga, termaksud pinjaman yang

diterima, tidak termasuk pinjaman subordinari. Kredit yang diberikan tidak

termasuk kredit kepada bank lain. Dan pihak ketiga adalah giro, tabungan,
23

simpanan berkala, dan sertifikat deposito. Dengan demikian maka perhitungan

rasio LDR sebagai berikut:

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡
𝐿𝐷𝑅 = × 100
𝐷𝑎𝑛𝑎 𝑃𝑖ℎ𝑎𝑘 𝐾𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎

3) Interest Rate Risk

Interest rate risk adalah risiko yang dialami akibat dari perubahan suku

bunga yang terjadi dipasaran uang mampu memberi pengaruh negative bagi

pendapatan perusahaan. Interest Rate Risk (IRR) ini merupakan salah satu

kategori dari risiko pasar. Rasio ini memperlihatkan risiko yang mengukur

besaran bunga yang diterima oleh bank dibandingkan dengan bunga yang dibayar.

Semakin tinggi rasio ini maka kemungkinan bank mengalami kerugian,

sebaliknya semakin rendah rasio ini maka secara otomatid laba akan meningkat

(positive). Adapun Interest Rate Risk (IRR) adalah sebagai berikut:

𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝑆𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑦 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡


𝐼𝑅𝑅 = × 100
𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝑆𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑦 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠

Interest Sensitivity Asset, yaitu Interest income atau hasil bunga berupa

giro pada bank lain, penempatan pada bank lain, surat-surat berharga, kredit yang

diberikan, penyertaan, dan sertifikat bank Indonesia. Sedangkan Interest

Sensitivity Liabilities yaitu Interest expenses atau biaya bunga berupa giro,

tabungan, sertifikat deposito, deposito berjangka, pinjaman yang diterima,

simpanan dari bank lain.

4) Solvency Risk

Solvency Risk merupakan risiko yang muncul karena ketidakmampuan

bank dalam mencari sumber dana untuk membiayai kegiatannya, dimana kerugian
24

ini dapat dipenuhi dengan ketersediaan modal bank. Rasio keuangan yang

memproksikan untuk solvency risk yaitu Deposit Ratio. Deposit ratio adalah

untuk mengukur kemungkinan permodalan bank tidak mampu membayar kembali

dana yang disimpan para deposannya. Semakin tinggi rasio ini maka

kemungkinan bagi bank rugi semakin kecil secara otomatis laba semakin

meningkat (profit). Rumus untuk menghitung nilai Deposit Rasio adalah sebagai

berikut:

𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙
𝐷𝑒𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = × 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡

5) Efficiency Risk

Efficiency Risk ini menghitung efisiensi penggunaan dana bank yang

dialokasikan untuk fixed asset dan investasi lainya. Hal tersebut dapat dihitung

dengan menggunakan komponen yang terdapat dalam laporan laba/rugi yaitu

income, cost, dan expanses. Dalam penelitian ini, rasio-rasio keuangan yang

digunakan untuk mengukur efficiency risk adalah Fixed to Asset to Capital Ratio

(FACR).

Fixed Asset to Capital Ratio (FACR) adalah mengukur efektivitas

operasional bank dalam menghasilkan incomes dari dana yang dialokasikan untuk

investasi. FACR adalah perbandingan antara aktiva tetap dan inventaris dengan

modal yang dimiliki oleh bank. Semakin tinggi rasio FACR, mengidentifikasi

bank kurang efektif dalam operasionalnya, maka kemungkinan bank mengalami

kerugian sangat tinggi secara otomatis laba semakin menurun (negatif). Rumus

untuk menghitung nilai FACR adalah sebagai berikut:


25

𝐹𝑖𝑥𝑒𝑑 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡
𝐹𝐴𝐶𝑅 = × 100%
𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙

b. Good Corporate Governance (GCG)

Penilaian terhadap faktor good corporate governance merupakan

penilaian terhadap manajemen bank atas pelaksanaan prinsip-prinsip good

corporate governance dalam setiap kegiatan usahanya pada seluruh tingkatan atau

jenjang organisasi termasuk pada penyunan visi, misi, rencana strategis,

pelaksanaan kebijakan dan langkah-langkah pengawasan internal. Tujuan utama

pelaksanaan good corporate governance (GCG) adalah untuk memberikan nilai

perusahaan yang maksimal bagi para stakeholder maka prinsip-prinsip good

corporate governance (GCG) tersebut harus juga diwujudkan dalam hubungan

bank dengan para stakeholder.

c. Earning (Rentabilitas)

Rentabilitas merupakan aspek untuk mengukur kemampuan bank dalam

meningkatkan keuntungan (Kasmir, 2012). Aspek ini juga untuk mengukur

tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank yang bersangkutan.

Bank yang sehat adalah bank yang diukur secara rentabilitas yang terus

meningkat di atas standar yang ditetapkan. Sebaliknya, bank yang mengalami

kerugian secara kontinyu dalam kegiatan operasinya maka kerugian tersebut akan

memakan modalnya. Bank yang dalam kondisi demikian tentu saja tidak dapat

dikatakan sehat.

Penetapan peringkat penilaian faktor rentabilitas secara konsilidasi

dilakukan berdasarkan analisis secara komprehensif dan terstruktur terhadap

parameter/indikator rentabilitas tertentu yang dihasilkan dari laporan keuangan


26

Bank secara konsilidasi dan informasi keuangan lainnya yang mempengaruhi

permodalan Bank. Rasio keuangan penilaian rentabilitas ini meliputi:

1) Return on Asset (ROA)

ROA adalah rasio yang digunakan mengukur kemampuan bank

menghasilkan keuntungan secara relatif dibandingkan dengan total asetnya. Rasio

ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan

tingkat aset tertentu. Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan

(laba) yang dicapai bank (positif). Besarnya nilai ROA dapat dihitung berdasarkan

dengan rumus berikut:

𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘


ROA = × 100%
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡

2) Return on Equity (ROE)

ROE adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antara

laba setelah pajak dengan modal (modal inti) bank. Rasio ini digunakan untuk

mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan laba bersih melalui penggunaan

modal sendiri. Semakin tinggi nilai ROE, semakin tinggi laba bank tersebut

(positif). Rumus untuk menghitung besarnya ROE adalah sebagai berikut:

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘


ROE = × 100%
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑖𝑛𝑡𝑖

3) Net Income Margin (NIM)

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan kinerja manajemen

bank dalam menyalurkan kredit, mengingat pendapatan operasional bank sangat

bergantung dari selisih antara suku bunga dari kredit yang disalurkan dengan suku

bunga simpanan yang diterima (pendapatan bunga bersih). NIM merupakan


27

perbandingan antara pendapatan bunga bersih terhadap rata-rata aktiva produktif.

Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan kemungkinan laba bank akan meningkat

(positif). Rumus untuk menghitung besarnya nilai NIM adalah sebagai berikut:

𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎 − 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎


NIM = × 100%
𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓

4) Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

BOPO adalah rasio efisiensi yang digunakan untuk mengukur

kemampuan manajemen baik dalam mengendalikan biaya operasional terhadap

pendapatan operasional. Rasio ini merupakan perbandingan antara Biaya

Operasional dengan Pendapatan Operasional. Biaya operasional merupakan biaya

yang dikeluarkan oleh bank dalam rangk menjalankan aktivitas usaha utamanya

seperti biaya bunga, biaya pemasaran, biaya tenaga kerja, dan biaya opersi

lainnya. Sedangkan pendapatan operasi merupakan pendapatan dana dalam bentuk

kredit dan pendapatan operasi lainnya.

Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisiensi biaya operasional yang

dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan laba bank akan

semakin meningkat (negatif). Besarnya nilai BOPO dapat dihitung dengan rumus:

𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
BOPO = × 100%
𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙

d. Capital (Permodalan)

Penilaian pertama adalah aspek permodalan (capital) suatu bank. Dalam

aspek ini yang dinilai adalah permodalan yang dimiliki oleh bank yang didasarkan

kepada kewajiban penyedia modal minimum bank. Penilaian tersebut didasarkan

kepada CAR (Capital Adequacy Ratio) yang telah ditetapkan Bank Indonesia.
28

Perbandingan rasio CAR adalah rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut

Risiko (ATMR).

Penetapan peringkat penilaian faktor permodalan bank secara konsilidasi

dilakukan berdasarkan analisis secara komprehensif dan terstruktur terhadap

parameter/ indikator permodalan tertentu yang dihasilkan dari laporan keuangan

Bank secara konsilidasi dan informasi keuangan lainnya. Rasio untuk menilai

permodalan ini adalah Capital Adaquacy Ratio (CAR). CAR adalah rasio yang

memperlihatkan seberapa jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung unsure

risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) yang ikut

dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber

diluar bank. Dengan kata lain CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur

kecukupan modal yang dimiliki bank guna menutupi kemungkinan kegagalan

dalam pemberian kredit. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙
𝐶𝐴𝑅 = × 100%
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑡 𝑅𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜

Semakin tinggi CAR berarti semakin tinggi modal sendiri untuk

mendanai aktiva produk. Semakin rendah biaya dana yang dikeluarkan oleh bank.

Semakin rendah biaya dana maka semakin meningkatkan laba bank (positif).

E. Penelitian Terdahulu

Penelitian Terdahulu yang menjadi dasar dalam penelitian ini adalah

penelitan Kusumawati (2014), Kevin (2013), dan Khisti, Fransisca, dan Nila

(2014) yang meneliti tentang kesehatan perbankan.


29

Table 2.1.9 Penelitian Terdahulu

Metode
No. Nama Penelitian Judul Penelitian Hasil
Penelitian
1 Kusumawati (2014) Analisis  Kuantitatif Metode CAMELS
Komparatif Deskriptif menunjukkan bahwa
Kinerja Keuangan  Teknik kinerja Bank Mandiri rata-
Perbankan Analisis rata dinilai sangat baik.
Berdasarkan Deskriptif Hal demikian ditunjukkan
Metode CAMELS pada penilaian dengan
dan RGEC pada metode
PT. Bank Mandiri RGEC yang nilai rasio NPL,
(Persero) TBK Likuiditas, ROA dan CAR
mengalami peningkatan
selama tahun 2010-2012.
Tidak ada perbedaan
signifikan antara hasil
analisis kinerja
keuangan Bank Mandiri
yang dilakukan dengan
menggunakan metode
CAMELS
dan RGEC.
2 Kevin (2013) Analisis Laporan  Kuantitatif Bank Mandiri, Bank Negara
Keuangan komparatif: Indonesia, Bank
Dengan Membanding Rakyat Indonesia, dinilai
Menggunakan kan tingkat Sehat, dimana Bank
Metode CAMEL kesehatan mampu dan memiliki
untuk Menilai bank milik ketahanan dalam
Tingkat pemerintah menghadapi gejolak
Kesehatan daerah (Bank perekonomian dan
Perbankan Mandiri, pengaruh negatif yang
Bank BNI, berasal dari lingkungan
Bank BTN, eskternal bank. Bank
dan BRI) Tabungan Negara,
mendapat predikat Cukup
Sehat, dimana meskipun
bank telah beroperasi
dengan baik dan mampu
menghadapi
gejolak perekonomian,
tetapi terdapat kelemahan
yang harus menjadi titik
fokus manajemen dalam
membenahi
tingkat kesehatan Bank
30

BTN.
3 Khisti, Fransisca, Analisis Tingkat  Kuantatif penilaian kesehatan Bank
dan Nila (2014) Kesehatan Bank Deskriptif BCA untuk rasio NPL
dengan  Teknik dengan rata-rata 1,31%
Menggunakan Analisis masih dalam kategori bank
Pendekatan Deskriptif sehat menurut Peraturan
RGEC (Risk Bank Indonesia, yaitu 2%.
Profile, Good Penilaian faktor GCG,
Corporate memiliki manajemen yang
Governance, dan baik yang terstruktur dengan
Capital) (Studi rapi dan tugas serta masing-
pada PT Bank masing tanggung jawab
Central Asia, telah dilaksanakan dengan
TBK periode baik. Untuk faktor Earning
2010-2012) BCA yang meliputi rasio
ROA mengalami penurunan
dikarenakan bertambahnya
aset namun tidak diikut
dengan pertambahan dari
pendapatan, sedangkan
untuk rasio NIM setiap
tahun mangalami kenaikan
dikarenakan meningkatnya
pendapatan bunga yang
diikuti dengan
bertambahnya aktiva
produktif yang
menghasilkan bunga.
Sedangkan untuk rasio CAR
menunjukkan BCA
memiliki modal yang cukup
besar dan kuat dalam
mengatasi kemungkinan
terjadinya kemungkinan
kerugian yang dialami
dengan menggunakan modal
bank.
31

F. Kerangka Konseptual

PT. Bank Sulselbar

Laporan Keuangan

Metode CAMELS: Metode RGEC:

CAR, NPA, ROA, ROE, NPL, LDR, IRR, DR,


NIM, dan BOPO FACR, ROA, ROE,
NIM, BOPO, dan CAR

Analisis Data Keuangan

Kesehatan Bank: Sangat


sehat/Sehat/Cukup
Sehat/Kurang Sehat/ Tidak
Sehat
32

Kesehatan suatu bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait,

baik pemilik dan pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank dan Bank

Indonesia selaku Pembina pengawas bank. Penilaian kesehatan bank adalah suatu

kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan suatu bank untuk

melakukan kegiatan operasi perbankan secara normal dan melebihi kewajibannya.

Dengan penilaian kesehatan bank, maka dapat menentukan apakah bank tersebut

dalam kondisi sangat sehat, sehat, cukup sehat, kurang sehat, atau tidak sehat.

Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data sekunder yaitu

dengan cara mengunduh laporan keuangan Bank Sulselbar periode 2014-2015.

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitan ini adalah menggunakan metode

CAMELS dan RGEC, adapun tolak ukur untuk menentukan tingkat kesehatan

suatu bank setelah dilakukan penilaian terhadap masing-masing variabel, yaitu

dengan menentukan hasil penelitian yang digolongkan menjadi peringkat

kesehatan bank.

Setiap faktor penilaian tingkat kesehatan bank ditetapkan peringkatnya

berdasarkan kerangka analisis yang komprehensif dan terstruktur dengan

memperhatikan materialitas dan signifikansi masing-masing faktor. Faktor-faktor

yang diukur dengan metode CAMELS adalah Capital, Asset, Earning, dan

Liquidity. Sedangkan pada RGEC yaitu Risk Profile, Earning dan Capital.
33

G. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konseptual di atas, maka penulis merumuskan

hipotesis sebagai berikut:

H0: metode CAMELS dapat mengidentifikasi tingkat kesehatan bank sulselbar

secara signifikan

H1: Metode RGEC dapat mengidentifikasi tingkat kesehatan bamk sulselbar

secara seignifikan

H2: metode CAMELS belum mampu mengidentifikasi tingkat kesehatan bank

sulselbar secara signifikan

H3: metode RGEC belum mampu mengidentifikasi tingkat kesehatan bank secara

signikian

H4: metode CAMELS lebih mampu mengidentifikasi tingkat kesehatan bank

dibandingkan dengan RGEC

H5: metode RGEC lebih mampu mengidentifikasi tingkat kesehatan bank

dibandingkan dengan CAMELS

Anda mungkin juga menyukai