Anda di halaman 1dari 6

1. Apa yang dimaksud negara hukum ?

Negara hukum adalah Negara yang penyelenggaraan kekuasaan pemerintahannya


didasarkan atas hukum. Dalam negara hukum, kekuasaan menjalankan pemerintahan
berdasarkan kedaulatan hukum dan bertujuan untuk menjalankan ketertiban hukum. Negara
hukum mempunyai prinsip bahwa kekuasaan negara harus dijalankan atas dasar hukum yang
adil dan baik. Ada dua unsur dalam negara hukum, yaitu hubungan antara yang memerintah
dan yang diperintah tidak berdasarkan kekuasaan melainkan berdasarkan suatu norma
objektif, yang juga mengikat pihak yang memerintah; dan norma objektif itu harus memenuhi
syarat bahwa tidak hanya secara formal, melainkan dapat dipertahankan berhadapan dengan
idea hukum.Hukum menjadi landasan tindakan setiap negara.
Ada empat alasan mengapa negara menyelenggarakan dan menjalankan tugasnya berdasarkan
hukum :
a) Demi kepastian hukum
b) Tuntutan perlakuan yang sama
c) Legitimasi demokrasi
d) Tuntutan akal budi
Negara hukum berarti alat-alat negara mempergunakan kekuasaannya hanya sejauh
berdasarkan hukum yang berlaku dan dengan cara yang ditentukan dalam hukum itu. Dalam
negara hukum, tujuan suatu perkara adalah agar dijatuhi putusan sesuai dengan kebenaran.
Tujuan suatu perkara adalah untuk memastikan kebenaran, maka semua pihak berhak atas
pembelaan atau bantuan hukum.

2. Bagaimana ciri-ciri Negara hukum ?


a) Kekuasaan dijalankan sesuai dengan hukum positif yang berlaku
b) Kegiatan negara berada dibawah kontrol kekuasaan kehakiman yang efektif
c) Berdasarkan sebuah undang-undang yang menjamin HAM
d) Menuntut pembagian kekuasaan

3. Bagaimana kasus pelanggaran HAM di Indonesia contohnya


Menurut pasal 1 ayat 6 No. 39 tahun 1999 yang dimaksud denganpelanggaran HAM adalah
setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat Negara, baik disengaja
maupun tidak yang secara hukum mengurangi dan membatasi hak asasi manusia seseorang
atau kelompok. Namun tidak semua pelanggaran yang berkenaan dengan hak merupakan
pelanggaran HAM. Yang termasuk dalam pelanggaran HAM diantaranya pelecehan dan
pembunuhan.

Beberapa kasus pelanggaran ham berat di Indonesia :

a) Pembantaian Rawagede
Peristiwa ini merupakan pelanggaran HAM berupa penembakan beserta pembunuhan
terhadap penduduk kampung Rawagede (sekarang Desa Balongsari, Rawamerta, Karawang,
Jawa Barat) oleh tentara Belanda pada tanggal 9 Desember 1947 diringi dengan dilakukannya
Agresi Militer Belanda I. Puluhan warga sipil terbunuh oleh tentara Belanda yang kebanyakan
dibunuh tanpa alasan yang jelas. Pada 14 September 2011, Pengadilan Den Haag menyatakan
bahwa pemerintah Belanda bersalah dan harus bertanggung jawab. Pemerintah Belanda harus
membayar ganti rugi kepada para keluarga korban pembantaian Rawagede.

b) Kasus Pembunuhan Munir


Munir Said Thalib adalah aktifis HAM yang pernah menangani kasus-kasus pelanggaran
HAM. Munir lahir di Malang, tanggal 8 Desember 1965. Munir meninggal pada tanggal 7
September 2004 di dalam pesawat Garuda Indonesia ketika ia sedang melakukan perjalanan
menuju Amsterdam, Belanda. Spekulasi mulai bermunculan, banyak berita yang
mengabarkan bahwa Munir meninggal di pesawat karena dibunuh, serangan jantung bahkan
diracuni. Namun, sebagian orang percaya bahwa Munir meninggal karena diracuni dengan
Arsenikum di makanan atau minumannya saat di dalam pesawat. Kasus ini sampai sekarang
masih belum ada titik jelas, bahkan kasus ini telah diajukan ke Amnesty Internasional dan
tengah diproses. Pada tahun 2005, Pollycarpus Budihari Priyanto selaku Pilot Garuda
Indonesia dijatuhi hukuman 14 tahun penjara karena terbukti bahwa ia merupakan tersangka
dari kasus pembunuhan Munir, karena dengan sengaja ia menaruh Arsenik di makanan Munir
dan meninggal di pesawat.

c) Penculikan Aktivis
Kasus penculikan dan penghilangan secara paksa para aktivis pro-demokrasi, sekitar 23
aktivis pro-demokrasi diculik. Kebanyakan aktivis yang diculik disiksa dan menghilang,
meskipun ada satu yang terbunuh. 9 aktivis dilepaskan dan 13 aktivis lainnya masih belum
diketahui keberadaannya sampai kini. Banyak orang berpendapat bahwa mereka diculik dan
disiksa oleh para anggota militer.

d) Penembakan Mahasiswa Trisakti


Kasus penembakan mahasiswa Trisakti merupakan salah satu kasus penembakan kepada para
mahasiswa Trisakti yang sedang berdemonstrasi oleh para anggota polisi dan militer. Bermula
ketika mahasiswa-mahasiswa Universitas Trisakti sedang melakukan demonstrasi setelah
Indonesia mengalami Krisis Finansial Asia pada tahun 1997 menuntut Presiden Soeharto
mundur dari jabatannya. Peristiwa ini dikenal dengan Tragedi Trisakti.
Dikabarkan puluhan mahasiswa mengalami luka-luka, dan sebagian meninggal dunia, yang
kebanyakan meninggal karena ditembak dengan menggunakan peluru tajam oleh anggota
polisi dan militer.

e) Peristiwa Tanjung Priok


Kasus ini murni pelanggaran HAM. Bermula ketika warga sekitar Tanjung Priok, Jakarta
Utara melakukan demonstrasi beserta kerusuhan yang mengakibatkan bentrok antara warga
dengan kepolisian dan anggota TNI yang mengakibatkan sebagian warga tewas dan luka-luka.
Peristiwa ini terjadi pada tanggal 12 September 1984. Sejumlah orang yang terlibat dalam
kerusuhan diadili dengan tuduhan melakukan tindakan subversif, begitu pula dengan aparat
militer, mereka diadili atas tuduhan melakukan pelanggaran hak asasi manusia. Peristiwa ini
dilatar belakangi masa Orde Baru.

f) Peristiwa 27 Juli
Peristiwa ini disebabkan oleh para pendukung Megawati Soekarno Putri yang menyerbu dan
mengambil alih kantor DPP PDI di Jakarta Pusat pada tanggal 27 Juli 1996. Massa mulai
melempari dengan batu dan bentrok, ditambah lagi kepolisian dan anggota TNI dan ABRI
datang berserta Pansernya. Kerusuhan meluas sampai ke jalan-jalan, massa mulai merusak
bangunan dan rambu-rambu lalu-lintas. Dikabarkan lima orang meninggal dunia, puluhan
orang (sipil maupun aparat) mengalami luka-luka dan sebagian ditahan. Menurut Komnas
Hak Asasi Manusia, dalam peristiwa ini telah terbukti terjadinya pelanggaran HAM.

4. Bagaimana hubungan hukum dengan demokrasi ?


Negara hukum dan demokrasi adalah dua konsepsi yang saling berkaitan yang satu sama
lainnya tidak dapat dipisahkan. Pada konsepsi demokrasi, di dalamnya terkandung prinsip-
prinsip kedaulatan rakyat sedangkan di dalam konsepsi negara hukum terkandung prinsip-
prinsip negara hokum, yang masing-masing prinsip dari kedua konsepsi tersebut dijalankan
secara beriringan sebagai dua sisi dari satu mata uang. Paham negara hukum yang demikian
dikenal dengan sebutan “negara hukum yang demokratis” (democratische rechtsstaat) atau
dalam bentuk konstitusional disebut constitutional democracy. Disebut sebagai “negara
hukum yang demokratis”, karena di dalamnya mengakomodasikan prinsip-prinsip Negara
hukum dan prinsip-prinsip demokrasi.Lebih lanjut Jimly Asshiddiqie, menegaskan bahwa
negara hukum yang bertopang pada sistem demokrasi pada pokoknya mengidealkan suatu
mekanisme bahwa negara hukum itu haruslah demokratis, dan negara demokrasi itu haruslah
didasarkan atas hukum. Menurutnya, dalam perspektif yang bersifat horizontal gagasan
demokrasi yang berdasarkan atas hukum mengandung 4 (empat) prinsip pokok, yaitu:

 Adanya jaminan persamaan dan kesetaraan dalam kehidupan bersama;


 Pengakuan dan penghormatan terhadap perbedaan atau pluralitas;
 Adanya aturan yang mengikat dan dijadikan sumber rujukan bersama; dan
 Adanya mekanisme penyelesaian sengketa berdasarkan mekanisme aturan yang ditaati
bersama dalam konteks kehidupan bernegara, di mana terkait pula dimensi-dimensi
kekuasaan yang bersifat vertical antar institusi negara dengan warga negara.

Dalam pandangan Jimly Asshiddiqie, keempat prinsip-prinsip pokok dari demokrasi tersebut
lazimnya dilembagakan dengan menambahkan prinsip-prinsip negara hukum (nomokrasi),
yaitu:
 Pengakuan dan penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia;
 Pembatasan kekuasaan melalui mekanisme kekuasaan dan pembagian kekuasaan
disertai mekanisme penyelesaian sengketa ketatanegaraan antar lembaga negara, baik
secara vertikal maupun horizontal;
 Adanya peradilan yang bersifat independen dan tidak memihak (independent and
impartial) dengan kewibawaan putusan yang tertinggi atas dasar keadilan dan
kebenaran;
 Dibentuknya lembaga peradilan yang khusus untuk menjamin keadilan warga negara
yang dirugikan akibat putusan atau kebijakan pemerintahan (pejabat administrasi
negara);
 Adanya mekanisme judicial review oleh lembaga legislatif maupun lembaga eksekutif;
 Dibuatnya konstitusi dan peraturan perundang-undangan yang mengatur jaminan-
jaminan pelaksana prinsip-prinsip tersebut; dan
 Pengakuan terhadap asas legalitas atau due process of law dalam keseluruhan sistem
penyelenggaraan negara.

Oleh karena itu, negara hukum itu harus ditopang dengan system demokrasi karena terdapat
korelasi yang jelas antara negara hukum yang bertumpu pada konstitusi, dengan kedaulatan
rakyat yang dijalankan melalui sistem demokrasi. Dalam sistem demokrasi partisipasi rakyat
merupakan esensi dari sistem ini. Akan tetapi, demokrasi tanpa pengaturan hukum akan
kehilangan bentuk dan arah, sementara hukum tanpa demokrasi akan kehilangan makna.
Menurut Frans Magnis Suseno, demokrasi yang bukan negara hukum bukan demokrasi dalam
arti yang sesungguhnya. Demokrasi merupakan cara yang paling aman untuk
mempertahankan kontrol atas negara hukum.Dengan demikian dalam negara hukum yang
demokratis, hukum dibangun dan ditegakkan menurut prinsip-prinsip demokrasi. Hukum
tidak boleh dibuat, ditetapkan, ditafsirkan, dan ditegakkan dengan “tangan besi” berdasarkan
kekuasaan semata (machtsstaat). Sebaliknya, demokrasi haruslah diatur berdasar atas hukum
(rechtsstaat) karena perwujudan gagasan demokrasi memerlukan instrumen hukum untuk
mencegah munculnya mobokrasi, yang mengancam pelaksanaan demokrasi itu sendiri.

5. Bagaimana perkembangan HAM di dunia ?


Sejarah hak asasi manusia berawal dari dunia Barat (Eropa). Seorang filsuf Inggris pada abad
ke-17, John Locke, merumuskan adanya hak alamiah (natural rights) yang melekat pada
setiap diri manusia, yaitu hak atas hidup, hak kebebasan, dan hak milik. Pada waktu itu, hak
masih terbatas pada bidang sipil (pribadi) dan politik. Sejarah perkembangan hak asasi
manusia ditandai adanya tiga peristiwa penting di dunia Barat, yaitu Magna Charta, Revolusi
Amerika, dan Revolusi Prancis.

a. Magna Charta (1215)


Piagam perjanjian antara Raja John dari Inggris dengan para bangsawan disebut Magna
Charta. Isinya adalah pemberian jaminan beberapa hak oleh raja kepada para bangsawan
beserta keturunannya, seperti hak untuk tidak dipenjarakan tanpa adanya pemeriksaan
pengadilan. Jaminan itu diberikan sebagai balasan atas bantuan biaya pemerintahan yang telah
diberikan oleh para bangsawan. Sejak saat itu, jaminan hak tersebut berkembang dan menjadi
bagian dari sistem konstitusional Inggris.

b. Revolusi Amerika (1776)


Perang kemerdekaan rakyat Amerika Serikat melawan penjajahan Inggris disebut Revolusi
Amerika.Declaration of Independence (Deklarasi Kemerdekaan) dan Amerika Serikat
menjadi negara merdeka tanggal 4 Juli 1776 merupakan hasil dari revolusi ini.

c. Revolusi Prancis (1789)


Revolusi Prancis adalah bentuk perlawanan rakyat Prancis kepada rajanya sendiri (Louis
XVI) yang telah bertindak sewenang-wenang dan absolut. Declaration des droits de I’homme
et du citoyen (Pernyataan Hak-Hak Manusia dan Warga Negara) dihasilkan oleh Revolusi
Prancis. Pernyataan ini memuat tiga hal: hak atas kebebasan (liberty), kesamaan (egality), dan
persaudaraan (fraternite).

d. African Charter on Human and People Rights (1981)


Pada tanggal 27 Juni 1981, negara-negara anggota Organisasi Persatuan Afrika (OAU)
mengadakan konferensi mengenai HAM. Dalam konferensi tersebut, semua negara Afrika
secara tegas berkomitment untuk memberantas segala bentuk kolonialisme dari Afrika, untuk
mengkoordinasikan dan mengintensifkan kerjasama dan upaya untuk mencapai kehidupan
yang lebih baik bagi masyarakat Afrika.

e. Cairo Declaration on Human Right in Islam (1990)


Deklarasi Kairo tentang Hak Asasi Manusia dalam Islam merupakan deklarasi dari negara-
negara anggota Organisasi Konferensi Islam di Kairo pada tahun 1990 yang memberikan
gambaran umum pada Islam tentang hak asasi manusia dan menegaskan Islam syariah sebagai
satu-satunya sumber. Deklarasi ini menyatakan tujuannya untuk menjadi pedoman umum bagi
negara anggota OKI di bidang hak asasi maunsia.

f. Bangkok Declaration (1993)


Deklarasi Bangkok diadopsi pada pertemuan negara-negara Asia pada tahun 1993. Dalam
konferensi ini, pemerintah negara-negara Asia telah mengegaskan kembali komitmennya
terhadap prinsip-prinsip Piagam PBB dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. Mereka
menyatakan pandangannya saling ketergantungan dan dapat dibagi hak asasi manusia dan
menekankan perlunya universalitas, objektivitas, dan nonselektivitas hak asasi manusia.

g. Deklarasi PBB (Deklarasi Wina) Tahun 1993


Deklarasi ini merupakan deklarasi universal yang ditandatangani oleh semua negara
anggota PBB di ibu kota Austria, yaitu Wina. Oleh karenanya dikenal dengan Deklarasi
Wina. Hasilnya adalah mendeklarasikan hak asasi generasi ketiga, yaitu hak
pembangunan. Deklarasi ini sesungguhnya adalah re-evaluasi tahap dua dari Deklarasi
HAM, yaitu bentuk evaluasi serta penyesuaian yang disetuju semua anggota PBB,
termasuk Indonesia.

6. Bagaimana HAM dikaitkan dengan farmasi ?


Sebagai hak asasi manusia, setiap orang berhak memperoleh hak kesehatan, yaitu hak
yang melekat pada seseorang sebagai manusia bukan karena pemberian seseorang atau
negara, dan tidak dapat di cabut oleh siapapun. Maka sesuai dengan norma HAM, negara
berkewajiban untuk menghormati hak hak asasi tersebut. Kesehatan berhubungan erat
dengan kefarmasian. Salah satu pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter adalah
penebusan obat oleh pasien. Pasien bisa mendapatkan obat yang telah diresepkan
kepadanya dari rumah sakit tempat pasien tersebut berobat. Dan itu adalah salah satu hak
yang didapatkan oleh seorang warga negara.

Anda mungkin juga menyukai