Anda di halaman 1dari 23

Elzan Zulqad Maulana

04121401029

Varicella

A.PENGERTIAN
Cacar air adalah adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dan sangat menular,
terutama terjadi pada anak-anak.. Secara klinis penyakit ini ditandai dengan adanya erupsi
vesikuler pada kulit atau selaput lendir. Walaupun manifestasinya ringan, tapi pada anak-
anak yang sistem kekebalan tubuhnya belum sempurna, penyakit ini dapat menjadi
berbahaya. suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varicella zoster yang
mengakibatkan munculnya ruam kulit berupa kumpulan bintik-bintik kecil baik berbentuk
datar maupun menonjol, melepuh serta berkeropeng dan rasa gatal. Cacar air dikenal juga
dengan nama lainnya yaitu varisela dan chickenpox.Orang yang pernah terkena infeksi virus
cacar air maka tubuh orang tersebut akan membentuk antibodi terhadap virus varicella zoster
sehingga di masa depan tidak akan lagi terserang penyakit virus cacar air dari penularan yang
dilakukan oleh orang lain. Namun cacar air yang tidak diberantas habis secara tuntas bisa
terus hidup di dalam tubuh penderitanya dan akan muncul menjadi penyakit herpes zoster
ketika kekebalan tubuh orang tersebut sedang tidak baik.. Setelah sembuh, virus ini tidak
pernah benar-benar menghilang dari tubuh. Virus ini akan menetap di bagian saraf tertentu
dan nantinya akan menyebabkan herpes zoster atau cacar ular. Penyakit herpes zoster hanya
terjadi sekali seumur hidup dengan predileksi usia di atas 60 tahun.

B. KLASIFIKASI

Menurut Siti Aisyah (2003). Klasifikasi Varisela dibagi menjadi 2 :

1. Varisela congenital

Varisela congenital adalah sindrom yang terdiri atas parut sikatrisial, atrofi ekstremitas, serta
kelainan mata dan susunan syaraf pusat. Sering terjadi ensefalitis sehingga menyebabkan
kerusakan neuropatiki. Risiko terjadinya varisela congenital sangat rendah (2,2%), walaupun
pada kehamilan trimester pertama ibu menderita varisela. Varisela pada kehamilan paruh
kedua jarang sekali menyebabkan kematian bayi pada saat lahir. Sulit untuk mendiagnosis
infeksi varisela intrauterin. Tidak diketahui apakah pengobatan dengan antivirus pada ibu
dapat mencegah kelainan fetus.

2. Varisela neonatal

Varisela neonatal terjadi bila terjadi varisela maternal antara 5 hari sebelum sampai 2 hari
sesudah kelahiran. Kurang lebih 20% bayi yang terpajan akan menderita varisela neonatal.
Sebelum penggunaan varicella-zoster immune globulin (VZIG), kematian varisela neonatal
sekitar 30%. Namun neonatus dengan lesi pada saat lahir atau dalam 5 hari pertama sejak
lahir jarang menderita varisela berat karena mendapat antibody dari ibunya. Neonatus dapat
pula tertular dari anggota keluarga lainnya selain ibunya. Neonatus yang lahir dalam masa
risiko tinggi harus diberikan profilaksis VZIG pada saat lahir atau saat awitan infeksi
maternal bila timbul dalam 2 hari setelah lahir. Varisela neonatal biasanya timbul dalam 5-10
hari walaupun telah diberikan VZIG. Bila terjadi varisela progresif (ensefalitis, pneumonia,
varisela, hepatitis, diatesis pendarahan) harus diobati dengan asiklovir intravena. Bayi yang
terpajan dengan varisela maternal dalam 2 bulan sejak lahir harus diawasi. Tidak ada indikasi
klinis untuk memberikan antivirus pada varisela neonatal atau asiklovir profilaksis bila
terpajan varisela maternal.

C.ETIOLOGI
Penyebab dari penyakit cacar air adalah infeksi suatu virus yang bernamavirus varicella
zoster yang disebarkan manusia melalui cairan percikan ludahmaupun dari cairan yang
berasal dari lepuhan kulit orang yang menderita penyakit cacar air. Seseorang yang terkena
kontaminasi virus cacar air varicella zoster ini dapat mensukseskan penyebaran penyakit
cacar air kepada orang lain di sekitarnya mulai dari munculnya lepuhan di kulitnya sampai
dengan lepuhan kulit yang terakhir mongering.Secara morfologis identik dengan virus Herpes
Simplex. Virus ini dapat berbiak dalam bahan jaringan embrional manusia. Virus yang
infektif mudah dipindahkan oleh sel-sel yang sakit. Virus ini tidak berbiak dalam binatang
laboratorium. Pada cairan dalam vesikel penderita, virus ini juga dapat ditemukan. Antibodi
yang dibentuk tubuh terhadap virus ini dapat diukur dengan tes ikatan komplemen, presipitasi
gel, netralisasi atau imunofluoresensi tidak langsung terhadap antigen selaput yang
disebabkan oleh virus.Varisela disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV). yang termasuk
dalam kelompok Herpes Virus tipe ;. Virus ini berkapsul dengan diameter kira-kira 150-200
nm. Inti virus disebutcapsid yang berebntuk ikosahedral, terdiri dari protein dan DNA
berantai ganda. Berbentuk suatu garis dengan berat molekul 100 juta dan disusun dari 162
isomer. Lapisan ini bersifat infeksius1,3 .VZV dapat ditemukan dalam cairan vesikel dan
dalam darah penderita. Virus ini dapat diinokulasikan dengan menggunakan biakan dari
fibroblas paru embrio manusia kemudian dilihat dibawah mikroskop elektron. Di dalam sel
yang terinfeksi akan tampak adanya sel raksasa berinti banyak (multinucleated giant cell) dan
adanya badan inklusi eosinofilik jernih (intranuclear eosinophilic inclusion
bodies) 1,4,5 . VZV menyebabkan penyakit varisela dan Herpes Zoster. Kedua penyakit ini
memiliki manifestasi klinis yang berbeda. Pada kontak pertama dengan manusia
menyebabkan penyakit varisela atau cacar air, karena itu varisela dikatakan sebagai infeksi
akut primer. Penderita dapat sembuh, atau penderita sembuh dengan virus yang menjadi laten
(tanpa manifestasi klinis) dalam ganglia sensoris dorsalis, jika kemudian terjadi reaktivasi
maka virus akan menyebabkan penyakit Herpes zoster1,3,4 .

D. EPIDEMIOLOGI

Di negara barat kejadian varisela terutama meningkat pada musim dingin dan awal musim
semi, sedangkan di Indonesia virus menyerang pada musim peralihan antara musim panas ke
musim hujan atau sebaliknya Namun varisela dapat menjadi penyakit musiman jika terjadi
penularan dari seorang penderita yang tinggal di populasi padat, ataupun menyebar di dalam
satu sekolah2,3 .

Varisela terutama menyerang anak-anak dibawah 10 tahun terbanyak usia 5-9 tahun. Varisela
merupakan penyakit yang sangat menular, 75 % anak terjangkit setelah terjadi penularan.
Varisela menular melalui sekret saluran pernapasan, percikan ludah, terjadi kontak dengan
lesi cairan vesikel, pustula, dan secara transplasental. Individu dengan zoster juga dapat
menyebarkan varisela. Masa inkubasi 11-21 hari. Pasien menjadi sangat infektif sekitar 24 –
48 jam sebelum lesi kulit timbul sampai lesi menjadi krusta biasanya sekitar 5 hari1,2,3,5 .

E. PATOGENESIS

Setelah VZV masuk melaui saluran pernapasan atas, atau setelah penderita berkontak dengan
lesi kulit, selama masa inkubasinya terjadi viremia primer. Infeksi mula-mula terjadi pada
selaput lendir saluran pernapasan atas kemudian menyebar dan terjadi viremia primer. Pada
Viremia primer ini virus menyebar melalui peredaran darah dan system limfa ke hepar, dan
berkumpul dalam monosit/makrofag, disana virus bereplikasi, pada kebanyakan kasus virus
dapat mengatasi pertahanan non-spesifik sehingga terjadi viremia sekunder. Pada viremia
sekunder virus berkumpul di dalam Limfosit T, kemudian virus menyebar ke kulit dan
mukosa dan bereplikasi di epidermis memberi gambaran sesuai dengan lesi varisela.
Permulaan bentuk lesi mungkin infeksi dari kaliper endotel pada lapisan papil dermis
menyebar ke sel epitel dermis, folikel kulit dan glandula sebasea, saat ini timbul demam dan
malaise1,2,3 .

F. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi Klinis varisela terdiri atas 2 stadium yaitu stadium prodormal, stadium erupsi.

1. StadiumProdormal
timbul 10-21 hari, setelah masa inkubasi selesai. Individu akan merasakan demam yang
tidak terlalu tinggi selama 1-3 hari, mengigil, nyeri kepala anoreksia, dan malaise2,3 .
Stadiumerupsi
1-2 hari kemudian timbuh ruam-ruam kulit “ dew drops on rose petals” tersebar pada wajah,
leher, kulit kepala dan secara cepat akan terdapat badan dan ekstremitas. Ruam lebih jelas
pada bagian badan yang tertutup, jarang pada telapak tangan dan telapak kaki. Penyebarannya
bersifat sentrifugal (dari pusat). Total lesi yang ditemukan dapat mencapai 50-500 buah.
Makula kemudian berubah menjadi papulla, vesikel, pustula, dan krusta. Erupsi ini disertai
rasa gatal. Perubahan ini hanya berlangsung dalam 8-12 jam, sehingga varisella secara khas
dalam perjalanan penyakitnya didapatkan bentuk papula, vesikel, dan krusta dalam waktu
yang bersamaan, ini disebut polimorf. Vesikel akan berada pada lapisan sel dibawah kulit dan
membentuk atap pada stratum korneum dan lusidum, sedangkan dasarnya adalah lapisan
yang lebih dalam Gambaran vesikel khas, bulat, berdinding tipis, tidak umbilicated, menonjol
dari permukaan kulit, dasar eritematous, terlihat seperti tetesan air mata/embun “tear drops”.
Cairan dalam vesikel kecil mula-mula jernih, kemudian vesikel berubah menjadi besar dan
keruh akibat sebukan sel radang polimorfonuklear lalu menjadi pustula. Kemudian terjadi
absorpsi dari cairan dan lesi mulai mengering dimulai dari bagian tengah dan akhirnya
terbentuk krusta. Krusta akan lepas dalam 1-3 minggu tergantung pada dalamnya kelainan
kulit. Bekasnya akan membentuk cekungan dangkal berwarna merah muda, dapat terasa
nyeri, kemudian berangsur-angsur hilang. Lesi-lesi pada membran mukosa (hidung, faring,
laring, trakea, saluran cerna, saluran kemih, vagina dan konjungtiva) tidak langsung
membentuk krusta, vesikel-vesikel akan pecah dan membentuk luka yang terbuka, kemudian
sembuh dengan cepat. Karena lesi kulit terbatas terjadi pada jaringan epidermis dan tidak
menembus membran basalis, maka penyembuhan kira-kira 7-10 hari terjadi tanpa
meninggalkan jaringan parut, walaupun lesi hyper-hipo pigmentasi mungkin menetap sampai
beberapa bulan. Penyulit berupa infeksi sekunder dapat terjadi ditandai dengan demam yang
berlanjut dengan suhu badan yang tinggi (39-40,5 oC) mungkin akan terbentuk jaringan
parut1,2,3 .

Varisela yang menyerang wanita hamil sangat jarang (0,7 tiap 1000 kelamilan). Sekitar
17 % anak yang dilahirkan dari wanita yang mendapat varisela pada 20 minggu pertama
kehamilannya akan menderita kelainan bawaan berupa bekas luka dikulit (cutaneous scarr),
mikrosefali, berat badan lahir rendah, hipoplasia tungkai, kelumpuhan, atrofi tungkai, kejang,
retardasi mental, korioretinitis, mikropthalmia, atrofi kortikal, katarak dan defisit neurologis
lainnya. Defisit neurologis yang mengenai system persarafan autonom dapat menimbulkan
kelainan kontrol sphingter, obstruksi intestinal, Horner sindrom. Jika wanita hamil
mendapatkan varisela dalam waktu 21 hari sebelum ia melahirkan, maka 25 % dari neonatus
yang dilahirkan akan memperliharkan gejala varisela kongenital pada waktu dilahirkan
sampai berumur 5 hari, biasanya varisela ringan sebab antibodi ibu yang sempat dihantarkan
transplasental dalam bentuk IGg spesifik masih ada dalam tubuh neonatus sehingga jarang
mengakibatkan kematian. Bila seorang wanita hamil mendapatkan varisela pada 4-5 hari
sebelum ia melahirkan, maka neonatusnya akan memperliharkan gejala verisela kongenital
pada umur 5-19 hari Disini perjalanan varisela sering berat dan menyebabkan kematian pada
25-30 % karena mereka mendapatkan virus dalam jumlah yang banyak tanpa sempat
mendapatkan antibodi yang dikirimkan transplasental. Wanita hamil dengan varisela
pneumonia dapat menderita hipoksia dan gagal nafas yang dapat berakibat fatal bagi ibu
maupun fetus.

Seorang anak yang ibunya mendapat varisella selama masa kehamilan, atau bayi yang
terkena varisela selama bulan awal kelahirannya mempunyai kemungkinan lebih besar untuk
menderita herpes zoster dibawah 2 tahun3,4.

v KOMPLIKASI VARISELA

· Herpes Zoster

Herpes Zoster adalah penyakit rekuren yang terjadi karena terjadinya reaktivasi VZV yang
tadinya laten di ganglion sensoris dorsalis kemudian bereplikasi dan menyebar melalui
persyarafan ke kulit3 .

Epidemiologi Herpes Zoster


Peningkatan insidensi terjadinya zoster berhubungan dengan umur. Reaktivasi ini dipercaya
akibat imunitas tubuh individu yang menurun terhadap VZV yang laten. Perbedaan ras juga
mempengaruhi, insidensi Zoster pada ras Afrika-Amerika hanya setengah dari yang
dilaporkan terjadi pada ras kulit putih. Anak-anak dengan degenerasi maligna (limfoma, akut
limfositik leukemia) dan AIDS memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan
zoster .

· Patogenesis Herpes Zoster

Jika virus tidak sepenuhnya dapat dihilangkan saat viremia selesai, selanjutnya virus menjadi
laten dan diam untuk beberapa waktu di ganglion sensoris dorsalis. Antigen spesifik Limfosit
T dipercaya sebagai penyebab utama virus sehingga menjadi laten. Immunosupresi atau
penurunan kekebalan alami sel T limfosit menyebabkan terjadinya mekanisme yang
memungkinkan reaktivasi virus dan rekurensi sehingga virus bermanifestasi sebagai penyakit
yang disebut zoster.

v MANIFESTASI KLINIS HERPES ZOSTER

Zoster tampak sebagai proses unilateral melibatkan satu sampai tiga dermatom yang
berdekatan. Beberapa lesi yang mungkin terdapat agak jauh dari dermaton yang terkena dapat
juga terlihat. Dermatom torakal adalah yang paling sering terkena, disusul oleh nervus cranial
dan daerah lombosakral. Lesi pertama kali muncul sebagai eritema, yang kemudian berubah
menjadi sekumpulan vesikel. Nyeri dan parestesi pada dermatom yang terkena mendahului
timbulnya vesikel. Erupsi terjadi sekitar 3-5 hari kemudian mengering dan menjadi krusta
dalam 2 minggu. Nyeri preerupsi torakal dapat disalah artikan sebagai angina pectoris.

· Komplikasi Herpes Zoster

Komplikasi yang dapat terjadi diantaranya adalah infeksi sekunder oleh bakteri biasanya
disebabkan oleh kokus gram positif, paralysis nervus motorik atau kranialis, ensefalitis
biasanya menyebabkan kejang dan gejala kelainan serebelar, keratitis, disseminata pada
pasien immunokompromis, dan post herpetik neuralgia. Post herpetik neuralgia ini
menyebabkan nyeri berat persisten pada dermatom yang terkena setelah lesi kulit
menghilang.

· Terapi
Pada anak sehat, varisela biasanya ringan dan dapat sembuh sendiri. Lotio calamine dapat
diberikan pada lesi kulit lokal, dan untuk menghilangkan gatal diberikan antihistamin.
Penggunaan kortikosteriod tidak dianjurkan. Penggunaan salisilat sebaiknya dihindari karena
berhubungan dengan komplikasi Sindroma Reye. Karena VZV dapat menyebabkan
kerusakan langsung pada pembuluh darah, maka pada varisela fulminan saat vesikel baru
timbul, sebaiknya dapat diberikan obat anti virus. Kuku sebaiknya dipotong dan dibersihkan
agar tidak terjadi infeksi sekunder saat anak menggaruk lesi karena merasa gatal. Jika terjadi
infeksi sekunder, antibiotik dapat diberikan. Pada pasien dengan penyulit neurologis seperti
ataksia serebelar, ensefalitis, meningoensefalitis, dan mielitis dapat diberikan obat anti virus.
Jika terjadi perdarahan, dapat diatasi sesuai dengan hasil pemeriksaan sistem pembekuan dan
pemeriksaan sumsum tulang2 .Pasien dengan immunodefisiensi seperti pada leukemia,
keganasan, bayi baru lahir, penyakit kolagen, sindrom nefrotik, dan penderita dengan
immunosupresan oleh obat-obat sitostatik atau kortikosteroid, radioterapi mendapatkan obat
antivirus secepat mungkin2 .

Obat anti VZV yang lazim diberikan adalah asiklovir, baik untuk mengobati varisela
maupun herpes zoster. Asiklovir yang diberikan 1-2 hari setelah timbulnya ruam terbukti
dapat berguna untuk menurunkan panas dan menghambat timbulnya lesi varisela. Pada pasien
dengan immunosupresi, asiklovir telah menunjukaan efisiensi dalam menurunkan kejadian
diseminata. Terapi dengan asiklovir harus dimulai pada 3 hari setelah onset zoster. VZ
terlihat kurang suseptibel dengan pengobatan asiklovir. Pada pasien dengan Herpes Zoster
dengan komplikasi post herpetic neuralgia, asiklovir hanya sedikit memiliki efek. Pemberian
asiklovir tdak dianjurkan untuk anak-anak berusia dibawah 12 tahun, Dosis asiklovir yang
umum diberikan adalah 500 mg/m2, i.v, setiap 8 jam selama 5 hari. Dosis parenteral ini
terutama diberikan pada anak immunokompromis yang terkena herpes zoster. Asiklovir oral
dengan dosis 80 mg.KbBB/hari dibagi dalam 4 dosis, terbaik digunakan 1-2 hari sebelum
timbulnya ruam kulit. Asiklovir oral umumnya digunakan untuk anak-anak dengan status
imun yang baik. Selain itu Valacylovir 500 mg setiap 8 jam dan Famciclovir 1 gr/hr dalam 3
dosis termasuk golongan antiviral yang lebih baik absorpsinya .

G. DIAGNOSIS

Diagnosa ditegakkan atas dasar gambaran klinik meskipun usaha diagnosa juga dapat
ditegakkan dengan melakukan biakan virus dari vesikel dalam jangka waktu 4 hari setelah
munculnya ruam - ruam kulit pada varicella didaerah punggung.
Pada tes serologi IgM varicella zoster muncul pada minggu ke 2 melalui pemeriksaan ELISA
atau CFT. IgG juga meningkat dalam waktu 2 minggu setelah pemeriksaan IgM. Pemeriksaan
untuk menentukan imunitas seorang wanita adalah dengan menggunakan FAMA –
Fluorescent Antibody Membrane Antigen. Varisella mulai dengan pemasukan virus ke
mukosa yang dipindahkan dalam sekresi saluran pernapasan atau dengan kontk langsung lesi
kulit varisella atau herpes zoster. Pemasukan disertai dengan masa inkubasi 10-21 hari, pada
saat tersebut penyebaran virus subklinis terjadi. Akibat lesei kulit tersebar bila infeksi masuk
fase viremi; sel mononuklear darah perifer membawa virus infeksius, menghasilkan
kelompok vesikel baru selama 3-7 hari. VVZ juga diangkut kembali ketempat mukosa
saluran pernafasan selama akhir masa inkubasi, memungkinkan penyebaran pada kontak
rentan sebelum muncul ruam. Penularan viris infeksius oleh droplet pernafasan membedakan
VVZdari virus herpes manusia yang lain. Penyebaran viseral virus menyertai kegagalan
respon hospes untuk menghentikan viremia, yang menyebabkan infeksi paru, hati, otak dan
organ lain. VVZ menjadi laten disel akar ganglia dorsal pada semua individu yang
mengalami infeksi primer. Reaktifasinya menyebabkan ruam vesikuler terlokalisasi yang
biasanya melibatkan dermatom dari satu syaraf sensorik; perubahan nekrotik ditimbulkan
pada ganglia terkait, kadang-kadang meluas kedalam kornu posterior. Histopatologi varisella
dan lesi herpes zoster adalah identik; VVZ infeksius ada pada lesi herpes zoster, sebagaimana
ia berada dalam lesi varisella, tetapi tidak dilepaskan kedalam sekresi pernapasan. Varisella
mendatangkan imunitas humoral dan sululer yang sangat protektif terhadap infeksi ulang
bergejala. Supresi imunitas seluler pada VVZ berkolerasi dengan menambah resiko reaktifasi
VVZ sebagai herpes zoster.

DAMPAK TERHADAP KEHAMILAN

5 – 10% wanita dewasa rentan terhadap infeksi virus varicella zoster.

Infeksi varicella akut terjadi pada 1 : 7500 kehamilan

Komplikasi maternal yang mungkin terjadi :

1. Persalinan preterm

2. Ensepalitis

3. Pneumonia
Penatalaksanaan terdiri dari terapi simptomatik namun harus dilakukan pemeriksaan sinar x
torak untuk menyingkirkan kemungkinan pneumonia mengingat bahwa komplikasi
pneumonia terjadi pada 16% kasus dan mortalitas sampai diatas 40%.

Bila terjadi pneumonia maka perawatan harus dilakukan di rumah sakit dan diterapi dengan
antiviral oleh karena perubahan dekompensasi akan sangat cepat terjadi.Sindroma varicella
kongenital dapat terjadi. Diagnosa sindroma didasarkan atastemuan IgM dalam darah
talipusatdan gambaran klinik pada neonatus antara lain :

 Hipoplasia tungkai

 Parut kulit

 Korioretinitis

 Katarak

 Atrofi kortikal

 mikrosepali

 PJT simetrik

Resiko terjadinya sindroma fetal adalah 2% bila ibu menderita penyakit pada
kehamilan antara 13 – 30 minggu ; dan 0.3% bila infeksi terjadi pada kehamilan kurang dari
13 minggu

Bila infeksi pada ibu terlihat dalam jangka waktu 3 minggu pasca persalinan maka resiko
infeksi janin pasca persalinan adalah 24%

Bila infeksi pada ibu terjadi dalam jangka waktu 5 – 21 hari sebelum persalinan dan janin
mengalami infeksi maka hal ini umumnya ringan dan “self limiting”

Bila infeksi terjadi dalam jangka waktu 4 hari sebelum persalinan atau 2 hari pasca
persalinan, maka neonatus akan berada pada resiko tinggi menderita infeksi hebat dengan
mortalitas 30%.

Imunoglobulin varicella zoster (VZIG) harus diberikan pada neonatus dalam jangka waktu 72
jam pasca persalinan dan di isolasi. Plasenta dan selaput ketuban adalah bahan yang sangat
infeksius.Pada ibu hamil yang terpapar dan tidak jelas apakah sudah pernah terinfeksi dengan
virus varicella zoster harus segera dilakukan pemeriksaan IgG. Bila hasil pemeriksaan tidak
dapat segera diperoleh atau IgG negatif, maka diberikan VZIG dalam jangka waktu 6 minggu
pasca paparan.

Imunisasi varciella tidak boleh dilakuykan pada kehamilan oleh karena vaksin terdiri dari
virus yang dilemahkan/

Pada masa kehamilan angka kejadian Herpes Zoster tidak lebih sering terjadi dan bila terjadi
maka tidak menimbulkan resiko terhadap janin.

Bila serangan Herpes Zoster sangat dekat dengan saat persalinan maka varicella dapat
ditularkan secara langsung pada janin sehingga hal ini harus dicegah.

H. PENULARAN VARICELLA

Infeksi varicella ( chicken pox , cacar air , waterpoken ) disebabkan oleh virus varicella
zoster yang merupakan virus herpes DNA ( famili herpesviridae) dan ditularkan melalui
kontak langsung atau via pernafasan. Penyakit ini harus dibedakan dengan penyakit Cacar
(Variola) yang memiliki angka kematian cukup tinggi.Penyakit cacar air merupakan penyakit
menular yang bisa ditularkan seseorang kepada orang lain secara langsung.

I. PENCEGAHAN VARICELLA

Pencegahan terhadap varisela dapat dilakukan dengan pemberian immunisasi aktif maupun
pasif, dengan demikian maka penderita yang beresiko mendapatkan komplikasi saat
menderita penyakit varisela, atau menderita varisela yang cenderung berat dapat diberi
immunisasi untuk meningkatkan immunitasnya

Imunisasi tersedia bagi anak-anak yang berusia lebih dari 12 bulan. Imunisasi ini dianjurkan
bagi orang di atas usia 12 tahun yang tidak mempunyai kekebalan. Pencegahan terutama
dianjurkan pada anak-anak dengan imunodefisiensi atau imunosupresi, menggunakan
Imunoglobulin G dengan titer antibodi spesifik yang tinggi pada plasma yang dikumpulkan
dari penderita konvalesen (penyembuhan) penyakit Herpes Zoster (GIVZ). GIVZ tidak
mempunyai nilai terapi jika diberikan setelah penyakit Varicella mulai timbul. Vaksiniasi
biasanya apabila terkena, manifestasi klinis yang muncul biasanya sangat ringan. Vaksinasi
varicella ini biasanya diberikan kepada anak-anak yang belum pernah menderita varicella.
Vaksinasi varicella ini biasanya diberikan kepada anak-anak yang belum pernah menderita
varicella. Mereka harus mendapat dua dosis vaksin yaitu pada usia 12-15 tahun untuk dosis
pertama, dan usia 4-6 tahun untuk dosis kedua. Anak-anak yang berusia diatas 13 tahun,
belum pernah menderita varicella atau mendapat vaksin varicella, harus mendapat dosis
minimal dalam jarak waktu 4-8 minggu. Vaksinasi cacar air tidak dapat diberikan kepada
orang yang pernah mengalami reaksi alergi yang mengancam nyawa terhadap gelatin/agar-
agar, antibiotik neomycin, atau penolakan terhadap vaksin varicella sebelumnya. Orang yang
sedang sakit ringan atau parah saat jadwal penyuntikan, harus menunggu sampai sembuh
sebelum mendapatkan vaksinasi varicella. Wanita hamil atau menyusui tidak diindikasikan
karena dapat menyebabkan terjadinya varicella kongenital pada bayi. Sementara itu, orang
yang baru menjalani transfusi darah harus berkonsultasi dengan dokter kapan mereka boleh
mendapatkan vaksinasi varicella.

Penyakit ini erat kaitannya dengan kekebalan tubuh. Pencegahan penyakit cacar air dilakukan
dengan memberikan vaksin varisela pada anak-anak bayi yang berumur antara 12 sampai 18
bulan. Pada orang dewasa yang belum pernah mengalami cacar serta mempunyai gangguan
pada sistem kekebalan tubuh bisa minta diberikan immunoglobulin zoster atau
immunoglobulin varicella zoster dari dokter karena dikhawatirkan akan terjadi hal buruk
ketika terserang penyakit cacar air akibat komplikasi yang bisa mengakibatkan kematian.

Apabila di sekitar kita ada orang yang menderita penyakit cacar air sebaiknya segera menjauh
jika kita bukan keluarganya agar tidak tertular. Jangan dekat-dekat maupun memegang
benda-benda yang telah dipegang penderita ketika sakit cacar air. Jika kita keluarganya ada
baiknya penderita segera dirawat di rumah sakit agar virus tidak menyebar di dalam rumah
maupun di tempat lainnya si penderita melakukan aktivitas. Jika tidak memungkinkan maka
bisa dirawat berobat jalan di rumah sesuai petunjuk dari dokter. Jangan lupa untuk
membersihkan segala benda-benda yang mungkin terkontaminiasi virus cacar air.

Di negara barat vaksinasi varisela diberikan pada usia 1-1,5 tahun, atau pada umur berapapun
jika mereka belum pernah menderita varisela. Orang-orang yang tidak mendapatkan vaksin
sampai usia 13 tahun akan mendapatkan vaksinasi sebayak 2 dosis, dengan selang waktu 4-8
minggu.

Orang-orang yang tidak direkomendasikan untuk mendapatkan vaksinasi varisela adalah:


 Jika mereka memiliki riwayat alergi terhadap gelatin, neomisin, riwayat terjadinya reaksi
terhadap vaksinasi varisela.

 Orang-orang yang sedang sakit sedang sampai berat harus menunda vaksinasi varisela
sampai mereka sembuh

 Wanita hamil harus menunggu untuk vaksinasi varisela sampai mereka melahirkan. Wanita
yang baru saja melaksanakan vaksinasi sebaiknya menunggu sampai 1 bulan sebelum
terjadinya kehamilan.

 Beberapa orang harus memeriksakan diri ke dokter mengenai rencana vaksinasi varisela
yang ingin dilakukan, orang-orang ini diantaranya adalah;

 Orang yang terkena virus HIV/IDS, atau penyakit lain yang mempengaruhi status
imunitasnya.

 Orang-orang yang sedang mendapatkan terapi obat-obatan yang mempengatuhi status


imunitasnya, seperti steroid selama 2 minggu

 orang yang menderita kanker

 orang-orang yang sedang diterapi dengan sinar-x atau obat sitostatik

 Orang-orang yang baru saja menerima transfusi darah, atau produk-produk darah lain.

Vaksinasi varisela memiliki efek samping diantaranya adalah :

1. Ringan

 Nyeri, bengkak saat vaksinasi dilakukan (1:5)

 Demam (1:10)

 Ruam ringan yang menetap sampai 1 bulan setelah vaksinasi (1:20). Pasien ini dapat
menularkan varisela pada orang-orang yang dekat dengannya, namun hal ini jarang terjadi.

2. Sedang

 Nyeri, dan bengkak pada tempat dimana vaksin disuntikkan (karena anak bergerak atau
terkejut) yang disebabkan oleh panas (1:1000)
3. Berat

 Pneumonia (sangat jarang).

 Reaksi serebral .

Umumnya reaksi allergi terjadi dalam beberapa menit sampai beberapa jam setelah
penyuntikan. Rekasi allergi ini seperti tanda-tanda sulit sesak napas, serak, mengi, takikardi,
pusing kepala, pucat atau radang tenggorokan, panas tinggi, dan perubahan perilaku.

2. Asiklovir sebagai postexposure prophylaxis sangat efektif jika diberikan 8-9 hari setelah
kontak selama 7 hari. vaksinasi varisela sebaiknya diberikan sebagai imunisasi wajib pada
anak-anak dan orang dewasa yang beresiko tinggi untuk terkena varisela.

3. VZIG (Varicella-Zoster Immune Globulin), sebaiknya dipertimbangkan untuk diberikan


pada pasien yang beresiko tinggi untuk terkena, dan pada pasien yang jika terkena akan
menderita penyakit yang lebih berat. Termasuk didalamnya anak-anak dengan
immunokompromis, wanita hamil yang belum pernah terkena varisela, bayi-bayi baru lahir
dari ibu yang terkena varisela kurang dari 5 hari sebelum kelahirannya sampai 2 hari setelah
kelahirannya, bayi prematur berusia lebih dari 28 minggu dari ibu tanpa riwayat varisela, atau
bayi kurang dari 28 minggu dengan riwayat ibu selama kehamilan memiliki kontak erat
dengan penderita varisela atau zoster. Yang termasuk kontak erat dengan penderita varisela
misalnya jika ibu tersebut tinggal serumah, sekamar di rumah sakit. Immunoglobulin dosis
tinggi dianjurkan pada 3-4 hari setelah kontak. Saat infeksi telah terjadi, penggunaan
immunoglobulin ini tidak terbukti dapat mencegah memburuknya penyakit atau disseminata.
Immunoglobulin tidak bermanfaat digunakan sebagai terapi ataupun pencegahan rekurensi.
Dosis VZIG 0-10 kg=125 IU, 10-20 kg=250 IU, 20-30 kg=375 IU, 30-40 kg=500 IU, > 40
k5=625 IU. Secara individual, VZIG ini tidak terbukti dapat benar-benar mencegah
terjadinya penyakit, namun VZIG ini dapat memperpanjang masa inkubasi 28 hari menjadi
35 hari.

J. MASA INKUBASI

Waktu terekspos sampai kena penyakit dalam tempo 2 sampai 3 pekan. hal ini bisa
ditandai dengan badan yang terasa panas.

K. GEJALA VARICELLA
Pada permulaannya, penderita akan merasa sedikit demam, pilek, cepat merasa lelah,
lesu, dan lemah. Gejala-gejala ini khas untuk infeksi virus. Pada kasus yang lebih berat, bisa
didapatkan nyeri sendi, sakit kepala dan pusing. Beberapa hari kemudian timbullah
kemerahan pada kulit yang berukuran kecil yang pertama kali ditemukan di sekitar dada dan
perut atau punggung lalu diikuti timbul di anggota gerak dan wajah.

Kemerahan pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi cairan dengan dinding
tipis. Ruam kulit ini mungkin terasa agak nyeri atau gatal sehingga dapat tergaruk tak
sengaja. Jika lenting ini dibiarkan maka akan segera mengering membentuk keropeng
(krusta) yang nantinya akan terlepas dan meninggalkan bercak di kulit yang lebih gelap
(hiperpigmentasi). Bercak ini lama-kelamaan akan pudar sehingga beberapa waktu kemudian
tidak akan meninggalkan bekas lagi.

Lain halnya jika lenting cacar air tersebut dipecahkan. Krusta akan segera terbentuk
lebih dalam sehingga akan mengering lebih lama. kondisi ini memudahkan infeksi bakteri
terjadi pada bekas luka garukan tadi. setelah mengering bekas cacar air tadi akan
menghilangkan bekas yang dalam. Terlebih lagi jika penderita adalah dewasa atau dewasa
muda, bekas cacar air akan lebih sulit menghilang.

Gejala Varicella menurut Sarwono Prawirohardjo 2006 antara lain :

1. Demam seperti Influenza

2. Timbul erupsi, kemerahan pada kulit yang diikuti pembentuka vesikel pada punggung,
muka, dan ekstremitas.

3. Gatal dan nyeri pada daerah lesi.

4. Virus Varicella dapat menginveksi janin secara Trans Plasenter.

Gejala Varicella antara lain :

1. Pada permulaannya, penderita akan merasa sedikit demam, pilek, cepat merasa lelah,
lesu, dan lemah. Gejala-gejala ini khas untuk infeksi virus. Pada kasus yang lebih berat, bisa
didapatkan nyeri sendi, sakit kepala dan pusing.

2. Beberapa hari kemudian timbullah kemerahan pada kulit yang berukuran kecil yang
pertama kali ditemukan di sekitar dada dan perut atau punggung lalu diikuti timbul di anggota
gerak dan wajah.
3. Kemerahan pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi cairan dengan dinding
tipis. Ruam kulit ini mungkin terasa agak nyeri atau gatal sehingga dapat tergaruk tak
sengaja. Jika lenting ini dibiarkan maka akan segera mengering

membentuk keropeng (krusta) yang nantinya akan terlepas dan meninggalkan bercak di
kulit yang lebih gelap (hiperpigmentasi). Lain halnya jika lenting cacar air tersebut
dipecahkan. Krusta akan segera terbentuk lebih dalam sehingga akan mengering lebih lama.
kondisi ini memudahkan infeksi bakteri terjadi pada bekas luka garukan tadi. setelah
mengering bekas cacar air tadi akan menghilangkan bekas yang dalam. Terlebih lagi jika
penderita adalah dewasa atau dewasa muda, bekas cacar air akan lebih sulit menghilang.

L. WAKTU KARANTINA

5 hari setelah ruam mulai muncul dan sampai semua lepuh telah berkeropeng. Selama
masa karantinasebaiknya penderita tetap mandi seperti biasa, karena kuman yang berada pada
kulit akan dapat menginfeksi kulit yang sedang terkena cacar air. Untuk menghindari
timbulnya bekas luka yang sulit hilang sebaiknya menghindari pecahnya lenting cacar air.
Ketika mengeringkan tubuh sesudah mandi sebaiknya tidak menggosoknya dengan handuk
terlalu keras. Untuk menghindari gatal, sebaiknya diberikan bedak talk yang mengandung
menthol sehingga mengurangi gesekan yang terjadi pada kulit sehingga kulit tidak banyak
teriritasi. Untuk yang memiliki kulit sensitif dapat juga menggunakan bedak talk salycil yang
tidak mengandung mentol. Pastikan anda juga selalu mengonsumsi makanan bergizi untuk
mempercepat proses penyembuhan penyakit itu sendiri. Konsumsi buah- buahan yang
mengandung vitamin C seperti jambu biji dan tomat merah yang dapat dibuat juice.

M. PENGOBATAN

Varicella ini sebenarnya dapat sembuh dengan sendirinya. Akan tetapi tidak menutup
kemungkinan adanya serangan berulang saat individu tersebut mengalami panurunan daya
tahan tubuh. Penyakit varicella dapat diberi penggobatan "Asiklovir" berupa tablet 800 mg
per hari setiap 4 jam sekali (dosis orang dewasa, yaitu 12 tahun ke atas) selama 7-10 hari dan
salep yang mengandung asiklovir 5% yang dioleskan tipis di permukaan yang terinfeksi 6
kali sehari selama 6 hari. Larutan "PK" sebanyak 1% yang dilarutkan dalam air mandi
biasanya juga digunakan.
Setelah masa penyembuhan varicella, dapat dilanjutkan dengan perawatan bekas luka
yang ditimbulkan dengan banyak mengonsumsi air mineral untuk menetralisir ginjal setelah
mengonsumsi obat. Konsumsi vitamin C plasebo ataupun yang langsung dari buah-buahan
segar seperti juice jambu biji, juice tomat dan anggur.Vitamin E untuk kelembaban kulit bisa
didapat dari plasebo, minuman dari lidah buaya, ataupun rumput laut.
Penggunaan lotion yang mengandung pelembab ekstra saat luka sudah benar- benar sembuh
diperlukan untuk menghindari iritasi lebih lanjut.

v Pengobatan di rumah pada cacar air ditujukan untuk meringankan gejala, yang dapat
dilakukan dengan:

Istirahat secukupnya

Mandi dengan air hangat atau air dingin setiap 3-4 jam pada hari-hari pertama untuk
mengurangi rasa gatal

Pemberian calamine lotion untuk mengurangi rasa gatal

Dapat diberikan bedak basah atau bedak kering yang mengandung salisil 2% atau mentol 1-
2%

Bagi anak kecil, dianjurkan untuk memakai sarung tangan untuk mencegah menggaruk ruam-
ruam

Makan makanan yang lembut dan berikan minum air dingin jika terdapat ruam di dalam
mulut.

Hindari makanan dan minuman yang terlalu asam, seperti jus jeruk, dan hindari juga garam

Kulit dicuci sebersih mungkin dengan sabun

Menjaga kebersihan tangan

Kuku dipotong pendek

Baju harus kering dan bersih

Pengobatan Varicella Menurut Sarwono Prawirohadjo 2006 yaitu :

Penanganan Khusus :
1. Rawat jalan bila tanpa komplikasi, Rawat inap jika disertai Komplikasi

2. Terapi Simtomatik berupa antipiretik (Paracetamol 3 X 500), Gatal dan Nyeri

Kulit (Talk Salisil) dan Antitusif (Noskapin)

3. Antiviral : Asiklovir 200mg tiap 4 jam

4. Terapi untuk komplikasi

a. Pneumonia :

 Ampisilin 3 X 1gr ( Dosis awal IV dilanjutkan Per Oral )

 Gentamisin 2 X 80mg

ATAU

 Amoksisiklin dan Asam Klavulanat 3 X 500mg ( Dosis Awal IV dilanjutkan Per Oral )

b. Abortus :

Lakukan evakuasi dengan AVM/D & K

c. Partus Prematurus :

Lakukan tatalaksana janin premature.

d. Melakukan antisipasi terjadinya Varicella konginetal

5. Jika bayi lahir sebelum menerima antibody Varicella dari ibu, Bayi tersebut mungkin
akan mengalami Varicella diseminata, segera berikan Imunoglobulin Varicella Zoster.

6. Bayi yang cukup bulan yang terinfeksi Varisella antara umur 5 – 10 Hari akan
menunjukkan gejala penyakit yang lebih berat, disbanding Varisella yang timbul Saat atau
Segera setelah lahir sehingga memerlukan perawatan Intensif.

Varicella ini sebenarnya dapat sembuh dengan sendirinya. Akan tetapi tidak menutup
kemungkinan adanya serangan berulang saat individu tersebut mengalami panurunan daya
tahan tubuh. Penyakit varicella dapat diberi penggobatan “Asiklovir” berupa tablet 800 mg
per hari setiap 4 jam sekali (dosis orang dewasa,
yaitu 12 tahun ke atas) selama 7-10 hari dan salep yang mengandung asiklovir 5% yang
dioleskan tipis di permukaan yang terinfeksi 6 kali sehari selama 6 hari. Larutan “PK”
sebanyak 1% yang dilarutkan dalam air mandi biasanya juga digunakan.

Setelah masa penyembuhan varicella, dapat dilanjutkan dengan perawatan bekas luka yang
ditimbulkan dengan banyak mengkonsumsi air mineral untuk menetralisir ginjal setelah
mengkonsumsi obat. Konsumsi vitamin C plasebo ataupun yang langsung dari buah-buahan
segar seperti juice jambu biji, juice tomat dan anggur. Vitamin E untuk kelembaban kulit bisa
didapat dari plasebo, minuman dari lidah buaya, ataupun rumput laut. Penggunaanlotion yang
mengandung pelembab ekstra saat luka sudah benar- benar sembuh diperlukan untuk
menghindari iritasi lebih lanjut.

Attack Rate pada individu yang rentan sekitar 90%.

Periode inkubasi 10 – 21 hari

Infeksi yang terjadi pada orang dewasa biasanya sangat berat dan dapat menimbulkan
komplikasi berbahaya seperti ensepalitis dan pneumonia.

Oleh karena termasuk virus herpes maka virus varicella juga memperlihatkan potensi latensi
dalam ganglion syaraf. Reaktiviasi virus memberikan gejala herpes zoster.

Untuk mencegah tejadinya infeksi bakteri serta komplikasi akibat serangan cacar air bisa
dilakukan beberapa usaha berikut ini, antara lain :
- Menjaga kebersihan tangan dengan rajin mencuci tangan dengan sabun
- Memotong kuku yang panjang dan mengikir kuku yang tajam
- Sering mandi atau mencuci kulit dengan sabun anti kuman
- Memakai pakaian yang telah dicuci bersih dan kering serta nyaman dipakai
- Sering mengganti pakaian jika sudah dirasa kotor atau tidak nyaman

Beberapa komplikasi dapat terjadi pada infeksi varisela, infeksi yang dapat terjadi
diantaranya adalah:

1. Infeksi sekunder dengan bakteri

Infeksi bakteri sekunder biasanya terjadi akibat stafilokokus. Stafilokokus dapat muncul
sebagai impetigo, selulitis, fasiitis, erisipelas furunkel, abses, vscarlet fever, atau sepsis2,7.
2. Varisela Pneumonia

Varisela Pneumonia terutama terjadi pada penderita immunokompromis, dan kehamilan.


Ditandai dengan panas tinggi, Batuk, sesak napas, takipneu, Ronki basah, sianosis, dan
hemoptoe terjadi beberapa hari setelah timbulnya ruam. Pada pemeriksaan radiologi
didapatkan gambaran noduler yang radio-opak pada kedua paru

3. Reye sindrom

letargi, mual, muntah menetap, anak tampak bingung dan perubahan sensoris menandakan
terjadinya Reye sindrom atau ensefalitis. Reye sindrom terutama terjadi pada pasien yang
menggunakan salisilat, sehingga pada varisela penggunaan varisela harus dihindari. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan SGOT, SGPT serta amonia

4. Ensefalitis

Komplikasi ini tersering karena adanya gangguan imunitas. Dijumpai 1 pada 1000 kasus
varisela dan memberikan gejala ataksia serebelar, biasanya timbul pada hari 3-8 setelah
timbulnya ruam. Maguire (1985) melaporkan 1 kasus pada anak berusia 3 tahun dengan
komplikasi ensefalitis menunjukkan gejala susah tidur, nafsu makan menurun, hiperaktif,
iritabel dan sakit kepala. 19 hari setelah ruam timbul, gerakan korea atetoid lengan dan
tungkai. Penderita meninggal setelah 35 hari perawatan

5. Hemorrargis varisela

terutama disebabkan oleh autoimun trombositopenia, tetapi hemorrargis varisela dapat


menyebabkan idiopatik koagulasi intravaskuler diseminata (purpura fulminan) .

6. Hepatitis

7. Komplikasi lain

Komplikasi yang dapat ditemukan namun jarang terjadi diantaranya adalah neuritis optic,
myelitis tranversa, orkitis dan arthritis.

N. PENANGANAN
Karena cacar air pada umumnya ringan dan sembuh dengan sendirinya, penanganan cacar air
terutama ditujukan untuk meringankan gejala. Yang dapat dilakukan adalah:
• Tirah baring secukupnya

• Parasetamol untuk menurunkan demam

• Calamine dan mandi dengan air suam-suam kuku untuk meringankan rasa gatal

• Sarung tangan untuk mencegah anak menggaruk ruam mungkin dibutuhkan pada anak-anak
yang sangat kecil.

• Makanan yang lebih lembut dan menyejukkan jika ada ruam di dalam mulut.

Sedangkan beberapa penanganan yang tidak dianjurkan adalah:

• Antihistamin yang bersifat sedatif (membuat tidur) seperti chlorpheniramine. Obat golongan
ini tidak signifikan untuk menangani rasa gatal pada cacar air.

• Antivirus tidak direkomendasikan penggunaannya pada cacar air tanpa komplikasi. Bahkan
jika mulai diberikan pada hari di mana ruam pertama kali muncul, antivirus hanya
mengurangi satu hari dari lamanya sakit. Penelitian yang dilakukan juga menunjukkan bahwa
acyclovir (salah satu antivirus) tidak bermakna dalam menurunkan risiko komplikasi pada
cacar air. Selain itu penggunaan antivirus secara teori juga dapat berubahnya respon
kekebalan tubuh sehingga virus dapat teraktivasi kembali lebih cepat dalam bentuk herpes
zoster (cacar ular).6 Antivirus dapat dipertimbangkan untuk digunakan pada cacar air dengan
komplikasi yang berat, cacar air pada bayi di bawah usia 28 hari, atau pada orang dedngan
sistem kekebalan tubuh yang rendah. Pemberian antivirus ini harus dilakukan dalam jangka
waktu 48 jam setelah ruam pertama kali muncul.

• Antibiotik. Antibiotik hanya dibutuhkan jika ada infeksi kulit oleh bakteri.

Varicella Zoster Immunoglobulin (VZIG).

VZIG adalah zat kekebalan terhadap virus penyebab cacar air. VZIG diberikan hanya pada
kelompok-kelompok tertentu yaitu:

• Orang dengan sistem kekebalan yang rendah


• Wanita hamil yang terpapar kasus cacar air dan belum pernah mengalami cacar air
sebelumnya
• Bayi di bawah usia 28 hari yang lahir kurang dari usia kehamilan 28 minggu atau berat
lahirnya kurang dari 1000 g

• Bayi di bawah usia 28 hari yang ibunya terpapar kasus cacar air atau mengalami cacar air
antara 7 hari sebelum persalinan hingga 7 hari setelah persalinan. Yang penting diingat
adalah bahwa VZIG hanya efektif mencegah terjadinya cacar air jika diberikan dalam jangka
waktu 96 jam setelah paparan terhadap kasus cacar air.

O. PENGOBATAN CACAR AIR SECARA TRADISIONAL

Penyakit cacar air merupakan penyakit yang dipercaya harus menyerang tiap individu sekali
sepanjang hidupnya. Walaupun begitu, penyakit cacar air ini juga harus ditangani dengan
cara yang tepat, sebab tidak jarang penderita cacar air bisa kehilangan nyawa jika tidak cepat
diatasi sehingga menyebar di organ-organ vital kita.

Walaupun cacar air pada umumnya hanya terlihat secara jelas gejalanya pada kulit,
namun sebenarnya asal cacar itu adalah dari dalam tubuh kita. Sehingga jika cacar air itu
tidak secara maksimal keluar pada permukaan kulit, ia akan tetap tinggal dalam tubuh dan
menjalari organ yang vital. Oleh karena itu sahabat klik CARA haruslah menangani dengan
cepat jika terkena cacar air dengan cara di bawah ini. Berikut 8 cara alami mengobati cacar
air dengan cepat

1. 25gram temulawak

15gram kencur, 15gram asam jawa, dan 600cc air. Cuci dan potong kecil-kecil bahan-bahan
tadi kemudian rebus sampai air berkurang setengahnya. Setelah itu air rebusan tadi bisa anda
minum 2-3 kali sehari.

2. Menggunakan Mengkudu

Buah mengkudu yang sudah matang (berwarna kuning) dibuat jus dan diminum seperti
ramuan pertama secara rutin.

3. Daun Pegagan
Ambil daun pegagan secukupnya dan cuci bersih, kemudian dibuat jus dan dicampur dengan
madu sesuai selera agar rasa lebih enak. Daun pegagan ini akan membantu proses peremajaan
kulit dari dalam.

4. Menggunakan Jagung Muda

Jagung muda dicuci bersih dan diparut, kemudian oleskan pada kulit tubuh yang terkena
cacar. Ramuan ini dapat dipakai saat cacar masih menjangkit tubuh dan dilanjutkan pada
masa penyembuhan dan proses menghilangkan bekas cacar.

5. Menggunakan Kacang Hijau

Kacang hijau direndam dalam air hingga mengembang/ membengkak, kemudian tumbuk
halus dan oleskan pada bagian kulit yang terdapat bekas cacar.

6. Buah mengkudu

Yang sudah matang biasanya berwarna kekuningan. Lalu anda buat jus dan minum secara
rutin setiap hari.

7. Air kacang polong

Air kacang polong merupakan obat alami yang sangat efektif untuk mengurangi iritasi kulit.
Air yang digunakan untuk memasak kacang polong harus dioleskan pada bagian tubuh yang
terkena penyakit.

8. Para natrium bikarbonat

Baking soda adalah obat yang sangat populer untuk mengontrol gatal-gatal yang disebabkan
oleh cacar air. Taruh 'sedikit baking soda dalam segelas air, lalu mandikan anak dengan
sponsyang dicelupkan ke dalam solusi ini sebelumnya. Mengeringkan kulit dan akan
mencegah anak menggaruk ruam.

P.PROGNOSIS
- Dengan perawatan teliti dan memperhatikan higiene akan memberikan prognosis yang baik
dan jaringan parut yang timbul akan menjadi sedikit.
- Angka kematian pada anak normal di Amerika 5,4 – 7,5 dari 10.000 kasus varicella.
- Pada neonatus dan anak yang menderita leukimia, immunodefisiensi, sering menimbulkan
komplikasi dan angka kematian yang meningkat.

- Angka kematian pada penderita yang mendapatkan pengobatan immunosupresif tanpa


mendapatkan vaksinasi dan pengobatan antivirus antar 7 – 27% dan sebagian besar penyebab
kematian adalah akibat komplikasi pneumonitis dan ensefalitis.

Anda mungkin juga menyukai