Anda di halaman 1dari 5

SELF REGULATORY ORGANIZATION

Di industri pasar modal Indonesia, regulator tertinggi ada di Otoritas Jasa Keuangan
(OJK). Namun ada tiga lembaga yang disebut Self Regulatory Organizations (SRO) yang
punya kewenangan menerapkan aturan dari regulator.
Self Regulatory Organization atau Organisasi Regulator Mandiri adalah institusi atau
lembaga yang diberi kewenangan oleh undang-undang untuk mengatur para anggotanya.
Aturan yang dibuat bisa sebagai pelengkap dari aturan Pemerintah yang sudah ada atau bisa
sebagai pengisi kekosongan aturan yang ada. Pasar Modal Indonesia memiliki 3 (tiga)
organisasi regulator mandiri yang harus mempertanggungjawabkan tugas-tugasnya kepada
badan pengawas pasar modal. Sejak 1 Januari 2013 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) resmi
menggantikan tugas pengawasan pasar modal indonesia yang sebelumnya dipegang oleh
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM LK). SRO memiliki
peraturan dan ketentuan yang mengikat bagi pelaku pasar modal sebagai fungsi pengawasan
untuk mencegah praktik perdagangan yang dilarang.Berikut 3 (tiga) Organisasi Regulator
Mandiri di Pasar Modal Indonesia.
1. PT. Bursa Efek Indonesia (BEI)
Secara historis Pasar Modal sudah dikenal sebelum Indonesia lahir tepatnya tahun
1912 di Batavia (Jakarta). Pada saat itu Pasar Modal digunakan untuk mendukung
kepentingan Pemerintah Kolonial sehingga pertumbuhannya tidak sesuai yang
diharapkan. Pasar Modal Indonesia mulai berkembang pesat sejak diterbitkannya
Undang-Undang No.8 tahun 1995 tentang Pasar Modal. PT. BEI adalah perusahan yang
menyediakan sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli dengan tujuan
memperdagangkan efek antara mereka. PT. BEI merupakan hasil dari penggabungan
PT. Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang merupakan pasar saham dengan PT. Bursa Efek
Surabaya yang merupakan pasar Obligasi dan Derivatif pada tanggal 1 Desember 2007.
Bursa Efek Indonesia (BEI) didirikan dengan tujuan menyelenggarakan perdagangan
efek yang teratur, wajar dan efisien. Bursa Efek Indonesia bertugas untuk
menyelenggarakan perdagangan efek yang teratur wajar dan efisien, menyediakan
sarana pendukung serta mengawasi kegiatan anggota bursa efek, menyusun rancangan
anggaran tahunan dan pengunaan laba Bursa Efek dan melaporkannya ke OJK. Fungsi
bursa lainnya adalah menjaga kelangsungan pasar (market liquidity) dan menciptakan
harga efek yang wajar. Saat ini PT. BEI menerapkan sistem perdagangan saham dengan
istilah Jakarta Automated Trading System Next G (JATS-NextG) versi 2.0.
BEI adalah pihak penyedia berbagai infrastruktur pasar modal mulai dari sistem
pencatatan, sistem dan aturan perdagangan, dan memiliki kewenangan dalam
pengawasannya. Pencatatan dan perdagangan dimaksud adalah semua efek di pasar
modal mulai dari saham, obligasi korporasi, obligasi negara, Kontrak Investasi Kolektif
(KIK) Efek Beragun Aset (EBA), dan lainnya. Pemegang saham BEI adalah perusahaan
sekuritas yang termasuk sebagai Anggota Bursa (AB). Saat ini jumlah AB yang tercatat
di BEI sebanyak 111 perusahaan.
2. PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia
PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia adalah Lembaga Penyelesaian dan
Penyimpanan (LPP) di pasar modal Indonesia didirikan di Jakarta tanggal 23 Desember
1997. Lembaga ini berdiri pada 23 Desember 1997 dan memperoleh izin operasional
pada 11 November 98. KSEI memiliki tugas untuk membantu dan mendukung BEI
menciptakan pasar modal yang teratur, wajar, dan efisien. Terutama dari sisi transaksi.
KSEI memberikan layanan jasa penyimpanan dan penyelesaian transaksi Efek.
Penyimpanan Efek dalam bentuk elektronik, penyelesaian transaksi Efek, administrasi
Rekening Efek, distribusi hasil Corporate Action, dan jasa-jasa terkait lainnya. Dalam
menjalankan fungsi LLP PT. KSEI menyediakan jasa Kustodian sentral dan
Penyelesaian efek seperti penyimpanan efek dalam bentuk elektronik, distribusi hasil
corporate action, administrasi rekening efek, penyelesaian transaksi efek dan jasa
terkait lainnya. Pengguna jasa PT. KSEI terdiri dari Perusahaan Efek dan Bank
Kustodian. Pemegang Saham KSEI terdiri atas berbagai pihak:
a. Bank Kustodian (sebanyak 8 bank) : 35 persen
b. Perusahaan Sekuritas (26 perusahaan) : 31,5 persen
c. Biro Administrasi Efek (3 perusahaan) : 3 persen
d. SRO (BEI dan KPEI) : 30,5 persen
3. PT. Kliring Penjaminan Efek Indonesia
PT. Kliring Penjaminan Efek Indonesia didirikan oleh PT. Bursa Efek Jakarta (BEJ)
dan PT. Bursa Efek Surabaya (BES) pada 24 September 1996. Perusahaan ini memiliki
fungsi utama sebagai penjamin bahwa transaksi di Bursa Efek tidak akan gagal bayar
maupun gagal serah. Proses kliring yang dilakukan oleh PT. KPEI bertujuan untuk
memastikan hak dan kewajiban dari Anggota Kliring (AK) sebagai akibat dari transaksi
bursa. Selain itu PT. KPEI juga memberikan jasa pinjam meminjam efek dan dapat
menawarkan jasa lain di lingkungan pasar modal.
Dari keterangan resminya, peran utama KPEI sebagai SRO adalah sebagai Central
Counterparty (CCP). Yaitu bertindak sebagai penjual untuk setiap pembeli dan sebagai
pembeli untuk setiap penjual, dalam setiap penyelesaian transaksi atas instrumen
investasi yang diperdagangkan di BEI. Hadirnya KPEI juga mendorong efisiensi dan
kepastian dalam penyelesaian transaksi bursa. Proses kliring yang dilakukan KPEI
bertujuan untuk menentukan bahwa setiap Anggota Kliring (AK) mengetahui hak dan
kewajiban yang harus diselesaikan pada tanggal penyelesaian. Sedangkan fungsi
penjaminan dalam penyelesaian transaksi bursa adalah pemberian kepastian
dipenuhinya hak dan kewajiban bagi AK yang timbul dari transaksi bursa. Pemegang
saham KPEI adalah BEI. Saham KPEI mayoritas dimilik oleh BEI dan sisanya hanya
dapat dimiliki oleh Perusahaan Efek, Biro Administrasi Efek dan Bank Kustodian.

4. SIPF (Indonesia Securities Investment Protection Fund)

Penyelenggara Dana Perlindungan Pemodal adalah Perseroan yang telah mendapatkan


izin usaha dari OJK untuk menyelenggarakan dan mengelola Dana Perlindungan Pemodal.
Dalam hal ini diamanatkan kepada Indonesia SIPF. Dana Perlindungan Pemodal adalah
kumpulan dana yang dibentuk untuk melindungi Pemodal dari hilangnya Aset Pemodal.
Pemodal adalah nasabah dari Perantara Pedagang Efek (PPE) yang mengadministrasikan
rekening Efek nasabah dan Bank Kustodian. Aset Pemodal adalah Efek dan harta lain yang
berkaitan dengan Efek, dan/atau dana milik Pemodal yang dititipkan pada Kustodian.

a. Aset Pemodal berupa Efek dan harta lain yang berkaitan dengan Efek yang mendapat
perlindungan Dana Perlindungan Pemodal adalah Efek dalam Penitipan Kolektif pada
Kustodian yang dicatat dalam Rekening Efek pada Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian.
b. Aset Pemodal berupa dana yang mendapat perlindungan Dana Perlindungan Pemodal
adalah dana yang dititipkan pada Kustodian yang dibukakan Rekening Dana Nasabah
pada bank atas nama masing-masing Pemodal.

Maksud dan tujuan dari dibentuknya Penyelenggara Dana Perlindungan Pemodal


adalah sebagai berikut:

a. Menatausahakan dan mengelola dana pelindungan pemodal di pasar modal Indonesia.


b. Melakukan investasi atas dana perlindungan pemodal di pasar modal Indonesia.
c. Melakukan pemeriksaan, verifikasi, membuat analisa untuk melakukan pembayaran
dan tindakan lainnya sehubungan dengan klaim yang dilakukan oleh pemodal.
d. Menerima tambahan dana dan atau memungut biaya sehubungan dengan kegiatan
perlindungan pemodal di pasar modal Indonesia.
e. Melakukan tindakan untuk pengembalian (recovery) dana yang telah dikeluarkan dari
Dana Perlindungan Aset Pemodal untuk pembayaran klaim berdasarkan subrogasi atas
hak pemodal terhadap pihak yang telah menimbulkan kerugian, termasuk namun tidak
terbatas ikut serta dalam proses hukum baik di dalam maupun di luar pengadilan.
f. Serta melakukan segala kegiatan pendukung lainnya yang berkaitan dengan maksud
dan tujuan di atas.

Anda mungkin juga menyukai