Air
hujan yang turun (English: stormwater) dipilah menjadi 2 yaitu air yang dianggap kotor dan
air yang dianggap bersih. Air yang dianggap bersih itu contohnya air hujan yang mengalir
dari atap rumah, sedangkan air kotor itu air yang jatuh dari permukaan jalan apalagi jalan
yang penuh kendaraan bermotor. Air yang tergolong bersih tadi dialirkan ke suatu tanah
rerumputan yang bernama “wadi”. Di sana air disaring rerumputan sehingga dapat
langsung terserap ke dalam tanah. Pemerintah Utrecht sadar bahwa tidak semua air harus
langsung dialirkan ke kanal dan sungai kemudian ke laut. Volume air buangan mengalir
(run-off) harus dikurangi agar tidak terlalu membebani sistem bendungan di tepi laut.
icara soal Belanda, tentunya tidak terlepas dari elemen kehidupan Air. Ya, salah satu
elemen utama yang harus dihadapai agar menjadi sahabat kehidupan masyarakat
Belanda. Mengapa tidak, sistem manajemen air harus dilakukan secara konsisten,
terkontol, disiplin dan ramah lingkungan agar tercipta kehidupan yang tetap
berkelanjutan. Bahkan, tidak tanggung-tanggung untuk mengatasi masalah air negeri
van oranje ini mengadakana megaproyek dalam kurun waktu sangat lama. Seperti
pembangunan Afsluitdijk konsep yang dibuat yakni pembangunan tanggul untuk
menghubungkan provinsi Noord-Holland dengan provinsi Friesland. Proyek ini
dilakukan secara ecological sustainability, pembangunan Afsluitdijk berguna dalam
Proses purifikasi dari limbah air dijamin terbebas dari cemaran logam berat dan zat
yang membahayakan sehingga dapat digunakan untuk kebutuhan air mineral sehari-
hari. Disamping itu juga, Afsluitdijk menjaga seluruh daratan Belanda agar tidak
terendam oleh air laut.
Kondisi geografis Indonesia yang terdiri atas 2/3 air menjadikan laut sebagai salah satu
sektor penting untuk mengembangkan perdagangan. Pengembangan di bidang
kelautan dimulai pada 1911 dengan terbentuknya Bugerlijk Openbare Werken yang
diubah menjadi Departemen Verkeer en Waterstaat pada 1931. Sepanjang waktu
sampai kemerdekaan tercapai merupakan fase pasang surut pertumbuhan organisasi
kelautan dalam struktur pemerintahan kolonial maupun Republik Indonesia merdeka.
Unit-unit warisan kolonial Belanda inilah yang menjadi cikal bakal pembentukan
Kementerian yang mengelola aspek kelautan di masa sekarang.
Pertama, teknologi inovasi membrane menjadi teknologi yang dibanggakan lebih dari
1 dasawarsa. Membran ini digunakan pada pemprosesan air dari bawah tanah, air
permukaan ataupun air limbah. Proses Pemisahan membran menggunakan prinsip
membran semi permeabel, mekanismenya yakni membran berperan sebagai penyaring
spesifik yang akan mengalirkan air sementara itu membran bahan-bahan padat
tersuspensi dan substansi lainnya akan terjebak pada membran. Banyak metode yang
dapat diterapkan di sistem membran ini. Contoh pengaturan sistem ini dapat
menggunakan tekanan yang tinggi, pengaturan gradien konsentrasi anatara kedua sisi
dan potensial listrik.
Kedua, pengolahan limbah cair menggunakan bakteri anaerob. Prinsip pada proses ini
ialah menggunakan bakteri anaerob untuk mengkonversi polutan atau COD (Chemical
Oxygen Demand) menjadi biogas yakni oksigen bebas yang ada di
lingkungan. Treatment anaerobic menggunakan energy yang efisien dengan sebagian
kecil area untuk reaktor, dan penggunaan bahan kimia yang sedikit. Teknologi ini
menghasilkan beberapa produk seperti Biobed® Advanced, Memthane®, Biobulk
CSTR, Pomethane®, Sulfothane™, Biogas Manager Control SMART, Biogas
Scrubbers, dan Upthane™.