Anda di halaman 1dari 20

TERAPI AKTIVITAS BERMAIN PUZZLE PADA ANAK PRASEKOLAH

USIA 3-6 TAHUN DI RUANG MELON RSUD CENGKARENG JAKARTA


BARAT

DISUSUN OLEH

1. ALFANIDA 10. SRI SUSANTI


2. DAMIANUS SETIAWAN 11. SULTAN DWI D
3. ENNY SHOFIANI 12. TANTIO NUGROHO
4. EVALUTFIAH 13. TIKA SILVIASARI
5. FITRI KURNIASIH 14. TRISNA YULIA N
6. FITRI SETYANINGSIH 15. VIRA ERIZKA
7. NIYA APRILINIYA 16. YARA ATIKA
8. NI LUH KOMANG AYU 17. YUSI NURAZMI
9. SITI AISYAH

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS MH.THAMRIN
JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan proposal kegiatan terapi bermain di Ruang Melon
RSUD Cengkareng. Kami menyadari bahwa penulisan proposal kegiatan ini tidak
akan terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dan sumbangan pemikiran dari
berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima
kasih kepada :

1. Ibu Ns. Neli Husniawati, S.Kep., M.Kep selaku pembimbing akademik yang
telah memberikan motivasi dan bimbingan sehingga proposal ini dapat
tersusun dengan baik.
2. Ibu Evi selaku Pembimbing Klinik stase Keperawatan anak yang telah
membimbing kami sehingga kami dapat menyelesaikan proposal TAB ini
dengan baik.

Kami juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan
proposal ini. Kami berharap, semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.

Jakarta, 14 Maret 2018

Penulis
Topik : Terapi Bermain Pada Anak Di Rumah Sakit
Sub Topik : Terapi Barmain Anak Usia Pra Sekolah (3-6 tahun)
Sasaran : Anak usia pra sekolah (3-6 tahun)
Tempat : Ruang TAB Melon
Waktu : 14 Maret 2018

A. Latar Belakang
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak secara
optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain
ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada saat
dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak
menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut
merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi
beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan
melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang
dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan
rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya
melakukan permainan. Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah
agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal,
mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap
stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak
seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada
saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).

Anak yang dikategorikan anak usia prasekolah adalah anak usia 3-5 tahun,
seorang ahli psikologi Hurlock mengatakan bahwa masa usia prasekolah adalah
masa emas (the golden age). Di usia ini anak mengalami perubahan baik fisik dan
mental dengan berkembangnya konsep diri, munculnya egosentris, rasa ingin tahu
yang tinggi, imajinasi yang tinggi, belajar menimbang rasa, dan mengatur
lingkungannya. Namun, anak juga dapat berperilaku buruk dengan berbohong,
mencuri, bermain curang, gagap, tidak mau pergi ke sekolah dan takut akan
monster atau hantu. Hal inilah yang membuat anak sulit berpisah dengan orangtua
sehingga saat anak dirawat di rumah sakit ia akan merasa cemas akan prosedur
rumah sakit yang tidak dipahaminya (Elfira, 2011).

Bercerita juga adalah salah satu terapi bermain yang merupakan aktivitas yang
sangat sesuai dengan perkembangan emosi anak-anak. Kebanyakan anak kecil
lebih menyukai cerita tentang suatu kisah yang dapat mengungkapkan emosi.
Mereka menyukai karakter ini karena kualitas pribadi atau humornya. Karena
mereka mampu mengidentifikasi diri dengan hewan, mereka memperoleh
kegembiraan yang besar dari mendengar hal-hal yang dilakukan karakter itu
(Hurlock, 2005).

Berdasarkan pengamatan kami di RSUD CENGKARENG di ruang melon


didapatkan jumlah anak usia pra sekolah (3-5 tahun) sebanyak 12 orang anak.
Kami tertarik untuk melakukan terapi aktivitas bermain emotiocons pada anak
prasekolah dan untuk mengurangi dampak hospitalisasi yang timbul di Ruang
Melon RSUD CENGKARENG.

B. Tujuan Umum
Setelah diajak bermain, diharapkan anak dapat melanjutkan tumbuh kembangnya,
mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain dan
Merangsang pertumbuhan dan perkembangan sensoris motorics karena penyakit
dan di rawat di rumah sakit.

C. Tujuan Khusus
Setelah diajak bermain selama 35 menit, anak diharapkan :
1. Mengurangi kejenuhan anak pada saat menjalani perawatan.

2. Meningkatkan adaptasi efektif pada anak terhadap stress karena penyakit dan
dirawat

3. Meningkatkan kemampuan daya tangkap atau konsentrasi anak.


4. Meningkatkan koping yang efektif untuk mempercepat penyembuhan.

5. Merangsang perkembangan intelektual

6. Merangsang perkembangan kreatifitas

7. Merangsang perkembangan moral


D. PERENCANAAN
1. Pengertian Terapi Bermain dan Bermain Puzzel
Terapi bermain adalah stimulasi yang sangat tepat bagi anak. Terapi bermain
sebagai suatu aktivitas yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh,
baik fisik, intelektual, sosial, moral dan emosional. Terapi bermain merupakan
kegiatan yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik, sosial, emosi,
intelektual, dan spiritual anak sekolah dasar. Dengan bermain anak dapat
mengenal lingkungan, berinteraksi, serta mengembangkan emosi dan imajinasi
dengan baik (Adriana, 2011).

Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau


mempraktikkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi
kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berpilaku dewasa (aziz alimul,
2009).

Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan
alat yang menghasilkan atau memberikan informasi, memberi kesenangan
maupun mengembangkan imajinasi anak. Menurut Patmonodewo (Misbach,
Muzamil, 2010) kata puzzle berasal dari bahasa Inggris yang berarti teka-teki atau
bongkar pasang, media puzzle merupakan media sederhana yang dimainkan
dengan bongkar pasang.

Berdasarkan pengertian tentang media puzzle, maka dapat disimpulkan bahwa


media puzzle merupakan alat permainan edukatif yang dapat
merangsang kemampuan matematika anak, yang dimainkan dengan cara
membongkar pasang kepingan puzzle berdasarkan pasangannya.

2. Tujuan Bermain puzzel


Tujuan bermain pada anak yaitu memberikan kesenangan maupun
mengembangkan imajinsi anak. Sebagai suatu aktifitas yang memberikan stimulus
dalam kemampuan keterampilan, kognitif, dan afektif sehingga anak akan selau
mengenal dunia, maupun mengembangkan kematangan fisik, emosional, dan
mental sehingga akan membuat anak tumbuh menjadi anak yang kreatif, cerdas
dan penuh inovatif.

3. Fungsi Bermain Puzzel


Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-motorik,
perkembangan intelektual, perkembangan social, perkembangan kreativitas,
perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi.
1. Perkembangan Sensoris – Motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan
komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting
untuk perkembangan fungsi otot. Misalnya, alat permainan yang digunakan
untuk bayi yang mengembangkan kemampuan sensoris-motorik dan alat
permainan untuk anak usia toddler dan prasekolah yang banyak membantu
perkembangan aktivitas motorik baik kasar maupun halus.
2. Perkembangan Intelektual
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap
segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna,
bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek. Pada saat bermain pula anak
akan melatih diri untuk memecahkan masalah. Pada saat anak bermain mobil-
mobilan, kemudian bannya terlepas dan anak dapat memperbaikinya maka ia
telah belajar memecahkan masalahnya melalui eksplorasi alat mainannya dan
untuk mencapai kemampuan ini, anak menggunakan daya pikir dan
imajinasinya semaksimal mungkin. Semakin sering anak melakukan
eksplorasi seperti ini akan semakin terlatih kemampuan intelektualnya
3. Perkembangan Social
Perkembangan social ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan
menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk
mengembangkan hubungan social dan belajar memecahkan masalah dari
hubungan tersebut. Pada saat melakukan aktivitas bermain, anak belajar
berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan bicara, dan belajar
tentang nilai social yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi terutama pada
anak usia sekolah dan remaja. Meskipun demikian, anak usia toddler dan
prasekolah adalah tahapan awal bagi anak untuk meluaskan aktivitas
sosialnya dilingkungan keluarga.
4. Perkembangan Kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan
mewujudkannya kedalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang dilakukannya.
Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan mencoba untuk
merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan membongkar dan memasang
satu alat permainan akan merangsang kreativitasnya untuk semakin
berkembang.
5. Perkembangan Kesadaran Diri
Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam mengatur
mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuannya dan
membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan
mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap
orang lain. Misalnya, jika anak mengambil mainan temannya sehingga
temannya menangis, anak akan belajar mengembangkan diri bahwa
perilakunya menyakiti teman. Dalam hal ini penting peran orang tua untuk
menanamkan nilai moral dan etika, terutama dalam kaitannya dengan
kemampuan untuk memahami dampak positif dan negatif dari perilakunya
terhadap orang lain
6. Perkembangan Moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama dari
orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan
mendapatkan kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga
dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan-
aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya. Melalui kegiatan bermain
anak juga akan belajar nilai moral dan etika, belajar membedakan mana yang
benar dan mana yang salah, serta belajar bertanggung-jawab atas segala
tindakan yang telah dilakukannya.

Misalnya, merebut mainan teman merupakan perbuatan yang tidak baik dan
membereskan alat permainan sesudah bermain adalah membelajarkan anak
untuk bertanggung-jawab terhadap tindakan serta barang yang dimilikinya.
Sesuai dengan kemampuan kognitifnya, bagi anak usia toddler dan
prasekolah, permainan adalah media yang efektif untuk mengembangkan nilai
moral dibandingkan dengan memberikan nasihat. Oleh karena itu, penting
peran orang tua untuk mengawasi anak saat anak melakukan aktivitas
bermain dan mengajarkan nilai moral, seperti baik/buruk atau benar/salah.

4. Katagori Bermain
Bermain harus seimbang, artinya harus ada keseimbangan antara bermain aktif
dan yang pasif yang biasanya disebut hiburan. Dalam bermain aktif kesenangan
diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri, sedangkan bermain pasif
kesenangan didapatkan dari orang lain.
a. Bermain aktif
 Bermain mengamati /menyelidiki (Exploratory play)
Perhatikan pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat
permainan tersebut. Anak memperhatikan alat permainan, mengocok-
ngocok apakah ada bunyi mencuim, meraba, menekan, dan kadang-kadang
berusaha membongkar.
 Bermain konstruksi (construction play)
Pada anak umur 3 tahun, misalnya dengan menyusun balok-balok menjadi
rumah-rumahan. Dll.
 Bermain drama (dramatik play)
Misalnya main sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan saudara-
saudaranya atau dengan teman-temanny
 Bermain bola, tali, dan sebagainya
b. Bermain pasif
Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan mendengar.
Bermain pasif ini adalah ideal, apabila anak sudah lelah bermain aktif dan
membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya.
Contohnya:
 Melihat gambar- gambar dibuku- buku/ majalah
 Mendengarkan cerita atau musik
 Menonton televis
 Tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia sekolah Adolesen.

5. Hal-hal yang Harus Diperhatikan


a. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
b. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
c. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat pada
keterampilan yang lebih majemuk.
d. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin
bermain. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.

6. Bentuk-bentuk Permainan Menurut Usia


a. Usia 0 – 12 bulan
Tujuannya adalah :
 Melatih reflek-reflek (untuk anak bermur 1 bulan), misalnya mengisap,
menggenggam.
 Melatih kerjasama mata dan tangan.
 Pelatih kerjasama mata dan telinga.
 Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan.
 Melatih mengenal sumber asal suara.
 Melatih kepekaan perabaan.
 Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang.
Alat permainan yang dianjurkan :
 Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang.
 Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka.
 Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang.
 Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara.
 Alat permainan berupa selimut dan boneka.

b. Usia 13 – 24 bulan
Tujuannya adalah :
 Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara.
 Memperkenalkan sumber suara.
 Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.
 Melatih imajinasinya.
 Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam bentuk
kegiatan yang menarik
Alat permainan yang dianjurkan:
 Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya.
 Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik.
 Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga(misal: cangkir yang
tidak mudah pecah, sendok botol plastik, ember, waskom, air), balok-balok
besar, kardus-kardus besar, buku bergambar, kertas untuk dicoret-coret,
krayon/pensil berwarna.

c. Usia 25 – 36 bulan
Tujuannya adalah ;
 Menyalurkan emosi atau perasaan anak.
 Mengembangkan keterampilan berbahasa.
 Melatih motorik halus dan kasar.
 Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal dan
membedakan warna).
 Melatih kerjasama mata dan tangan.
 Melatih daya imajinansi.
 Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.
Alat permainan yang dianjurkan :
 Alat-alat untuk menggambar.
 Lilin yang dapat dibentuk
 Pasel (puzzel) sederhana.
 Manik-manik ukuran besar.
 Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang berbeda.
 Bola.

d. Usia 32 – 72 bulan
Tujuannya adalah :
 Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.
 Mengembangkan kemampuan berbahasa.
 Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah, mengurangi.
 Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain pura-pura
(sandiwara).
 Membedakan benda dengan permukaan.
 Menumbuhkan sportivitas.
 Mengembangkan kepercayaan diri.
 Mengembangkan kreativitas.
 Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dll).
 Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan kasar.
 Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang diluar
rumahnya.
 Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misal :
pengertian mengenai terapung dan tenggelam.
 Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.
Alat permainan yang dianjurkan :
 Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak,
alat gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air, dll.
 Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar rumah.

7. Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain


a. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan
b. Status kesehatan, anak sakit à perkembangan psikomotor kognitif
terganggu
c. Jenis kelamin
d. Lingkungan à lokasi, negara, kultur
e. Alat permainan à senang dapat menggunakan
f. Intelegensia dan status sosial ekonomi

8. Tahap Perkembangan Bermain\


a. Tahap eksplorasi
Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
b. Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap permainan
c. Tahap bermain sungguhan
Anak sudah ikut dalam permainan
d. Tahap melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.

9. Prinsip Bermain Di Rumah Sakit


a. Tidak banyak energi, singkat dan sederhana
b. Tidak mengganggu jadwal kegiatan keperawatan dan medis
c. Tidak ada kontra indikasi dengan kondisi penyakit pasien
d. Permainan harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang pasien
e. Jenis permainan disesuaikan dengan kesenangan anak
f. Permainan melibatkan orang tua untuk melancarkan proses kegiatan
10. Hambatan Yang Mungkin Muncul
a. Usia antar pasien tidak dalam satu kelompok usia
b. Pasien tidak kooperatif atau tidak antusias terhadap permainan
c. Adanya jadwal kegiatan pemeriksaan terhadap pasien pada waktu yang
bersamaan.

11. Antisipasi hambatan


a. Mencari pasien dengan kelompok usia yang sama
b. Libatkan orang tua dalam proses terapi bermain
c. Jika anak tidak kooperatif, ajak anak bermain secara perlahan-lahan
d. Perawat lebih aktif dalam memfokuskan pasien terhadap permainan
e. Kolaborasi jadwal kegiatan pemeriksaan pasien dengan tenaga kesehatan
lainnya.

12. Cara Bermain Puzzel


a. Sediakan kertas puzzel bergambar
b. Bongkar kertas pazzel tersebut
c. Pasang kembali kertas pazzel sesuai pasangannya masing
d. Di anjurkan lebih baik pada bagian ujung kertas terlebih dahulu
e. Setelah itu bagian samping dengan sesuai pasangannya
f. Kerjakan sampai selesai sesuai dengan gambar seperti semula sebelm
kertas puzzel di bongkar

13. Rancangan bermain


Kegiatan terapi bermain yang kelompok buat untuk mengembangkan aktifitas dan
kreatifitas melalui pengalaman bermain dan beradaptasi efektif terhadap stres
karena penyakit dan dirawat. Kegiatan diawali dengan penjelasan tatacara
permainan dan tujuannya. Tatacara permainan dimulai dengan menunjukan puzzle
pada anak dan terapis menjelaskan cara bermain puzzle tersebut secara detail.
diharapkan anak dapat menyelesaikan penyusunan puzzle sesuai yang telah
dijelaskan oleh terapis, dan petugas kesehatan harus selalu memberikan
penghargaan positif pada setiap keberhasilan yang dicapai sesuai kemampuan
masing-masing anak.

14. Media dan Alat


1. Puzzle kertas

15. Sasaran
a. Kelompok usia : anak pra sekolah 3-6 Tahun
b. Keadaan umum baik
c. Tidak terdapat keterbatasan mobilitas
d. Kooperatif
e. Jumlah peserta: 12 Anak

16. Waktu Pelaksanaan


1. Hari / Tanggal : Rabu, 14 Maret 2018
2. Waktu : 35 menit
3. Tempat : Ruang TAB Melon

E. SETTING TEMPAT
Keterangan :
: Leader : Klien

: Co Leader : Observer

: Fasilitator

Petunjuk:
Klien duduk melingkar membuat kelompok- kelompok kecil bersama
perawat

F. PEMBAGIAN KELOMPOK DAN URAIAN TUGAS


Leader : Tika Silviasari
Co Leader : Sultan Dwi Darmawan
Observer :1. Tantio Nugroho
2. Damianus Setiawan B
3. Sri Susanti
Fasilitator : 1. Vira Erizka
4. Enny Shofiani
5. Alfanida
6. Fitri Kurniasih
7. Yusi Nur Azmi
8. Niya Apriliniya
9. Siti Aisyah
10. Ni Luh Komang Ayu
11. Trisna Yulia Ningsih
12. Yara Atika Suri
Dokumentasi :1. Fitri Setyaningsih
2. Eva Lutfiah Wandari
3.
Pembagian Tugas
1. Leader :
Peran Leader
a. Katalisator yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan jalan
menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien termotivasi
untuk mengekspresikan perasaannya
b. Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau
mendominasi
c. Koordinator yaitu mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian tujuan
dengan cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam
kegiatan
2. Co Leader :
Peran Co Leader
a. Mengidentifikasi isu penting dalam proses
b. Mengidentifikasi strategi yang digunakan Leader
c. Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok pada sesion atau kelompok
yang akan dating
d. Memprediksi respon anggota kelompok pada sesi berikutnya
3. Fasilitator :
Peran Fasilitator
a. Mempertahankan kehadiran peserta
b. Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta
c. Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar
maupun dari dalam kelompok
4. Observer :
Peran Observer
a. Mengamati keamanan jalannya kegiatan terapi bermain
b. Memperhatikan tingkah laku peserta selama kegiatan
c. Memperhatikan ketepatan waktu jalannya kegiatan terapi bermain
d. Menilai performa dari setiap anggota kelompok dalam melakukan terapi
bermain
G. PROSES RENCANA PELAKSANAAN
No Kegiatan Waktu Respon
1 Proses:
- Membuka proses terapi bermain dengan 5 menit Menjawab salam
mengucap salam, do’a, memperkenalkan Memperkenalkan
diri, Kontrak waktu diri
- Menjelaskan kepada anak dan keluarga Menyimak
2 tentang tujuan dan manfaat bermain 10 menit
- Menjelaskan cara bermain
- Memberi kesempatan untuk
bertanya/klarifikasi

3 - Mengajak anak bermain 15 menit Menyimak


 Mengenalkan bentuk puzzle yang Anak mau bermain
akan di susun kemudian dijelaskan dengan antusias
secara detail cara menyusun puzzle bersama teman-
tersebut. temannya

- Mengevaluasi respon anak dan keluarga


(perasaan) 5 menit Memperhatikan
- Menyimpulkan (reward/reinforcement Menjawab
positif)
- do’a
Penutup: Menjawab salam
 Menyimpulkan
 Mengucapkan salam
H. EVALUASI
1. Evaluasi struktur yang diharapkan
 Alat-alat yang digunakan lengkap
 Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana

2. Evaluasi proses yang diharapkan


 Terapi dapat berjalan dengan lancar
 Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
 Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
 Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai
tugasnya

3. Evaluasi hasil yang diharapkan


 Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan menghasilkan satu
gambar yang diwarnai, kemudian digantung
 Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
 Anak merasa senang
 Anak tidak takut lagi dengan perawat
 Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai
 Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan aktifitas
bermain
DAFTAR PUSTAKA

Adriana, Dian, 2011. Tumbuh Kembang dan Therapy Bermain pada anak. Jakarta:
Salemba Medika.

Hidayat, A. Aziz Alimul, 2009. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Medika Salemba.

Muzamil, Misbach, 2010, Pengertian Media Puzzle. https://www.academia.edu

Wong, L. Donna. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Vol. 1. Edisi 6. .


Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai