Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permukiman kumuh dinyatakan oleh Sadyohutomo (2008), yaitu
tempat tinggal penduduk miskin di pusat kota dan permukiman padat tidak
teratur di pinggiran kota yang penghuninya umumnya berasal dari para
migran luar daerah. Sebagian dari permukiman ini merupakan permukiman
yang ilegal pada tanah yang bukan miliknya, tanpa seijin pemegang hak
tanah sehingga disebut sebagai permukiman liar (wild occupation atau
squatter settlement). Tanah-tanah yang diduduki secara liar ini adalah tanah-
tanah pemerintah atau negara, misalnya sempadan sungai, sempadan pantai,
dan tanah instansi yang tidak terawat.
Penyebab munculnya permukiman kumuh adalah sebagai berikut
(Sadyohutomo, 2008) Pertumbuhan kota yang tinggi, yang tidak diimbangi
oleh tingkat pendapatan yang cukup dan keterlambatan pemerintah kota
dalam merencanakan dan membangun prasarana (terutama jalan) pada
daerah perkembangan permukiman baru. Seiring dengan kebutuhan
perumahan yang meningkat maka masyarakat secara swadaya memecah
bidang tanah dan membangun permukiman tanpa didasari perencanaan
tapak (site plan) yang memadai. Akibatnya bentuk dan tata letak kaveling
tanah menjadi tidak teratur dan tidak dilengkapi prasarana dasar
permukiman.
Menurut Avelar et al. (2008) karakteristik permukiman kumuh
mempunyai kondisi perumahan dengan kepadatan tinggi dan ukuran unit
perumahan relatif kecil, atap rumah di daerah kumuh biasanya terbuat dari
bahan yang sama dengan dinding. Karakteristik pemukiman kumuh yang
paling menonjol adalah kualitas bangunan rumahnya yang tidak permanen,
dengan kerapatan bangunan yang tinggi dan tidak teratur, prasarana jalan
yang sangat terbatas kalaupun ada berupa gang-gang sempit yang berliku-
liku, tidak adanya saluran drainase dan tempat penampungan sampah,

1
sehingga terlihat kotor. Tidak jarang pula pemukiman kumuh terdapat di
daerah yang secara berkala mengalami banjir (Rebekka, 2009).
Menurut Dinas Tata Kota DKI Jakarta, kawasan kumuh
dikelompokkan berdasarkan beberapa kriteria yaitu kepadatan penduduk
eksisting, tata letak bangunan, keadaan konstruksi, ventilasi, kepadatan
bangunan, keadaan jalan, drainase, pemakaian air bersih, pembuangan
limbah manusia, dan pembuangan sampah.
Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang baik diperlukan suatu
program peningkatan kesehatan lingkungan salah satunya kesehatan
lingkungan pemukiman dan perkotaan sesuai peraturan pemerintah yang
telah ditetapkan. Kesehatan lingkungan pemukiman dan perkotaan
merupakan tanggung jawab bersama. Pemukiman dan perkotaan merupakan
salah satu kebutuhan dasar dan merupakan faktor penting dalam
peningkatan harkat dan martabat manusia serta mutu kehidupan yang
sejahtera menuju masyarakat yang adil dan makmur. Pemukiman dan
perkotaan juga merupakan bagian dari pembangunan nasional yang perlu
terus ditingkatkan dan dikembangkan secara terpadu, terarah, terencana, dan
berkesinambungan.
Pemukiman dan perkotaan adalah dua hal yang tidak dapat kita
pisahkan karena berkaitan dengan ekonomi, industrialisasi dan
pembangunan. Permukiman dapat diartikan sebagai perumahan atau
kumpulan rumah dengan segala unsur serta kegiatan yang ada di dalam
permukiman, sedangkan kota adalah daerah perumahan dan bangunan-
bangunan yang merupakan suatu kesatuan tempat kediaman dan juga
merupakan pusat kegiatan pemerintahan, ekonomi, kebudayaan, dan
sebagainya . Pada dasarnya kota merupakan tempat konsentrasi sejumlah
besar orang, tempat masyarakat tinggal dan bekerja, adanya spesialisasi
pekerjaan atau industri, perdagangan luar negeri dan menjadi pusat
pelayanan bagi daerah-daerah di sekitarnya . Tata kota adalah suatu
pengaturan pemanfaatan ruang kota di mana terlihat fungsi kota sebagai
pusat pelayanan jasa bagi kebutuhan penduduknya maupun kota itu sendiri.

2
Sehingga benarlah bahwa pemukiman dan perkotaan tidak bisa dipisahkan.
Adapun Permukiman perkotaan dapat terhindar dari kondisi kumuh dan
tidak layak huni jika pembangunan perumahan sesuai dengan standar yang
berlaku, salah satunya dengan menerapkan persyaratan rumah sehat.
Dalam pengertian yang luas, rumah tinggal bukan hanya sebuah
bangunan (struktural), melainkan juga tempat kediaman yang memenuhi
syarat – syarat kehidupan yang layak, dipandang dari berbagai segi
kehidupan dalam poses pembinaan keluarga. Selain sebagai tempat layak
huni, juga harus memenuhi standar rumah sehat, yaitu aman, sehat dan
nyaman untuk kepentingan individu atau keluarga itu sendiri.
Banyak kasus ditemukan di lapangan, terutama di kota – kota besar,
pembangunan rumah atau perumahan selalu dibangun di area atau kawasan
yang tidak layak bangun misalnya di daerah kumuh yang berada dekat
tempat pembuangan akhir (TPA) dan sumber air (sungai) atau di tempat –
tempat yang rawan bencana. Sebagai contoh, sekitar 306 kejadian atau
sekitar 95% kejadian yang disebabkan bencana hidrometeorologi seperti
banjir, tanah longsor dan puting beliung di Indonesia pada tahun
2013 dikarenakan pembangunan perumahan yang salah sehingga
permasalahan tersebut belum bisa diselesaikan karena tidak ada tindakan
tegas terhadap developer – developer nakal yang tidak mematuhi peraturan
yang berlaku (BMG Nasional).
B. Tujuan
Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah
1. Untuk mengetahui gambaran umum tentang kesling pemukiman.
2. Untuk mengetahui gambaran umum tentang kesling perkantoran.
C. Manfaat
Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah
1. Dapat mengatahui gambaan umum tentang kesehatan lingkungan
pemukiman.
2. Dapat mengatahui gambaan umum tentang kesehatan lingkungan
perkantoran

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Lingkungan Pemukiman dan Hubunganya dengan Kesehatan
1. Pengertian Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi atau keadaan
lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap
terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Ruang lingkup
kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup perumahan,
pembuangan kotoran, penyediaan air bersih, pembuangan sampah,
pembuangan air kotoran atau limbah dan sebagianya. Adapun yang
dimaksud dengan usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha
memperbaiki atau mengoptimumkan lingkungan hidup manusia agar
merupakan media yang baik untuk terwujudnya kesehatan yang optimum
bagi manusia yang hidup didalamnya(Azwar, 2011).
Al Slamet Riyadi mengemukakan bahwa defenisi lingkungan
adalah tempat pemukiman segala sesuatunya dimana mikroorganisme itu
hidup berserta segala keadaan dan kondisinya yang secara langsung
maupun tidak langsung dapat diduga ikut mempengaruhi tingkat
kehidupan maupun kesehatan dari organisme itu.
Menurut World Health Organization (WHO) ada 17 ruang lingkup
kesehatan lingkungan, yaitu :
1. Penyediaan Air Minum
2. Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran
3. Pembuangan Sampah Padat
4. Pengendalian Vektor
5. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
6. Higiene makanan, termasuk higiene susu
7. Pengendalian pencemaran udara
8. Pengendalian radiasi
9. Kesehatan kerja
10. Pengendalian kebisingan

4
11. Perumahan dan pemukiman
12. Aspek kesling dan transportasi udara
13. Perencanaan daerah dan perkotaan
14. Pencegahan kecelakaan
15. Rekreasi umum dan pariwisata
16. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan
epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk
17. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.
-Di Indonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan diterangkan
dalam Pasal 22 ayat (3) UU No 23 tahun 1992 ruang lingkup kesling ada
8, yaitu :
1. Penyehatan Air dan Udara
2. Pengamanan Limbah padat/sampah
3. Pengamanan Limbah cair
4. Pengamanan limbah gas
5. Pengamanan radiasi
6. Pengamanan kebisingan
7. Pengamanan vektor penyakit
8. Penyehatan dan pengamanan lainnya, sepeti keadaan pasca bencana
2. Lingkungan Pemukiman
Pemukiman merupakan bagian dari lingkungan hidup yang
digunakan sebagai tempat tinggal dari sekelompok manusia yang saling
berinter - aksi serta berhubungan setiap hari dalam rangka untuk
mewujudkan masyarakat yang tenteram, aman dan damai. Permukiman
adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung baik yang
berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai
hunian dan tempat kegiatan yang mendukung peri kehidupan dan
penghidupan (Depkes RI, 1999). Pemukiman adalah suatu struktur fisik
dimana orang menggunakannya untuk tempat berlindung, termasuk juga
semua fasilitas dan pelayanan yang diperlukan, perlengkapan yang

5
berguna untuk kesehatan jasmani dan rokhani serta keadaan sosialnya,
baik untuk keluarga maupun individu.
Pemukiman atau perumahan sangat berhubungan dengan kondisi
ekonomi sosial, pendidikan, tradisi atau kebiasaan, suku, geografi dan
kondisi lokal. Selain itu lingkungan perumahan atau pemukiman
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat menentukan kualitas
lingkungan perumahan tersebut antara lain fasilitas pelayanan,
perlengkapan, peralatan yang dapat menunjang terselenggaranya
kesehatan fisik, kesehatan mental, kesehatan sosial bagi individu dan
keluarganya (Sarudji, 2010).
Menurut WHO Penyehatan lingkungan tempat pemukiman adalah
segala upaya untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan tempat
pemukiman beserta lingkungannya dan pengaruhnya terhadap manusia.
Hubungan Pemukiman dan Kesehatan adalah Kondisi- kondisi ekonomi,
sosial, pendidikan, tradisi/kebiasaan, suku, geografi dan kondisi lokal
sangat terkait dengan pemukiman/perumahan. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi atau yang dapat menentukan kualitas lingkungan
perumahan / pemukiman antara lain : fasilitas pelayanan, perlengkapan,
peralatan yang dapat menunjang terselenggaranya keadaan fisik,
kesehatan mental, kesejahteraan sosial bagi individu dan keluarganya
(Kusnoputranto, 2009).
Menurut Winslow dan APH pemukiman merupakan suatu tempat
untuk tinggal secara permanen, berfungsi sebagai tempat untuk
bermukim, beristirahat, berekreasi dan tempat berlindung dari pengaruh
lingkungan yang memenuhi persyaratan psikologis, physiologis, bebas
dari penularan penyakit dan kecelakaan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
pemukiman merupakan bagian dari lingkungan hidup yang digunakan
sebagai tempat tinggal dari sekelompok manusia.

6
3. Jenis-jenis Pemukiman
Berdasarkan sifatnya pemukiman dapat dibedakan beberapa jenis
antara lain:
3.1 Pemukiman Perkampungan Tradisional
Perkampungan seperti ini biasanya penduduk atau masyarakatnya
masih memegang teguh tradisi lama. Kepercayaan, kabudayaan dan
kebiasaan nenek moyangnya secara turun temurun dianutnya secara
kuat. Tidak mau menerima perubahan perubahan dari luar
walaupun dalam keadaan zaman telah berkembang dengan pesat.
Kebiasaan-kebiasaan hidup secara tradisional yang sulit untuk
diubah inilah yang akan membawa dampak terhadap kesehatn
seperti kebiasaan minum air tanpa dimasak terlebih dahulu, buang
sampah dan air limbah di sembarang tempat sehingga terdapat
genangan kotor yang mengakibatkan mudah berjangkitnya penyakit
menular.
3.2 Perkampungan Darurat
Jenis perkampungan ini biasanya bersifat sementara (darurat) dan
timbulnya perkampungan ini karena adanya bencana alam. Untuk
menyelamatkan penduduk dari bahaya banjir maka dibuatkan
perkampungan darurat pada daerahh/lokasi yang bebas dari banjir.
Mereka yang rumahnya terkena banjir untuk sementara
ditampatkan dipernkampungan ini untuk mendapatkan pertolongan
baantuan dan makanan pakaian dan obat obatan. Begitu pula ada
bencana lainnya seperti adanya gunung berapiyang meletus dan
lain lain. Daerah pemukiman ini bersifat darurat tidak terencana
dan biasanya kurang fasilitas sanitasi lingkungan sehingga
kemungkina penjalaran penyakit akan mudah terjadi.
3.3 Perkampungan Kumuh (Slum Area)
Jenis pemukiman ini biasanya timbul akibat adanya urbanisasi
yaitu perpindahan penduduk dari kampung (pedesaan) ke kota.
Umumnya ingin mencari kehidupan yang lebih baik, mereka

7
bekerja di toko-toko, di restoran-restoran, sebagai pelayan dan lain
lain. sulitnya mencari kerja di kota akibat sangat banyak pencari
kerja, sedang tempat bekerja terbatas, maka banyak diantara
mereke manjadi orang gelandangan, Di kota ummnya sulit
mendapatkan tempat tinggal yang layak hal ini karena tidak
terjangkau oelh penghasilan (upah kerja) yang mereka dapatkan
setiap hari, akhirnya meraka membuat gubuk-gubuk sementara
(gubuk liar)
3.4 Pemukiman Transmigrasi
Jenis pemukiman semacam ini di rencanakan oleh pemerintah yaitu
suatu daerah pemukiman yang digunakan untuk tempat
penampungan penduduk yang dipindahkan (ditransmigrasikan) dari
suatu daerah yang padat penduduknya ke daerah yang jarng/kurang
penduduknya tapi luas daerahnya (untuk tanah garapan bertani
bercocok tanam dan lain lain) disamping itu jenis pemukiman
merupakan tempat pemukiman bagi orang -orang (penduduk) yang
di transmigrasikan akibat di tempat aslinya seiring dilanda banjir
atau seirng mendapat gangguan dari kegiatan gunung berapi.
Ditempat ini meraka telah disediakan rumah, dan tanah garapan
untuk bertani (bercocok tanam) oleh pemerintah dan diharapkan
mereka nasibnya atau penghidupannya akan lebih baik jika
dibandingkan dengan kehidupan di daerah aslinya
3.5 Perkampungan Untuk Kelompok-Kelompok Khusus
Perkampungan seperti ini dibasanya dibangun oleh pemerintah dan
diperuntukkan bagi orang -orang atau kelompok-kelompok orang
yang sedang menjalankan tugas tertentu yang telah dirancanakan .
Penghuninya atau orang orang yang menempatinya biasanya
bertempat tinggal untuk sementara, selama yang bersangkutan
masih bisa menjalan kan tugas. setelah cukup selesai maka mereka
akan kembali ke tempat/daerah asal masing masing. contohnya
adalah perkampungan atlit (peserta olah raga pekan olahraga

8
nasional ) Perkampungan orang -orang yang naik haji,
perkampungan pekerja (pekerja proyek besar, proyek
pembangunan bendungan, perkampungan perkemahan pramuka
dan lain lain
3.6 Perkampungan Baru (real estate)
Pemukiman semacam ini drencanakan pemerintah dan bekerja
sama dengan pihak swasta. Pembangunan tempat pemukiman ini
biasanya dilokasi yang sesuai untuk suatu pemukiman (kawasan
pemukiman). ditempat ini biasanya keadaan kesehatan lingkunan
cukup baik, ada listrik, tersedianya sumber air bersih, baik berupa
sumur pompa tangan (sumur bor) atau pun air PAM/PDAM,
sisetem pembuangan kotoran dan iari kotornya direncanakan secara
baik, begitu pula cara pembuangan samphnya di koordinir dan
diatur secara baik. Selain itu ditempat ini biasanya dilengakapi
dengan gedung-gedung sekolah (SD, SMP, dll) yang dibangun
dekat dengan tempat tempat pelayanan masyarakat seperti
poskesdes/puskesmas, pos keamanan kantor pos, pasar dan lain
lain.
4. Sasaran Upaya Kesehatan Lingkungan di Tempat Pemukiman
Sasaran Upaya Kesehatan Lingkungan di Tempat Pemukiman
antara lain adalah sebagai berikut :
1. Entitas atau masyarakat pada pemukiman.
Masyarakat penghuni dan yang beraktifitas di lingkungan
pemukiman diharapkan memiliki kesadaran dalam mengelola
lingkungan pemukimannya sendiri. Mengembangkan budaya
masyarakat untuk melaksanakan kegiatan kesehatan lingkungan di
pemukiman. Masyarakat dapat merencanakan upaya, melaksanakan
kepemimpinan dan mengintegrasikan pembangunan di daerahnya
dengan daerah yang lebih luas.
2. Rumah dengan upaya meliputi penggerakan masyarakat agar
memiliki, memelihara semua aspek kesehatan rumahnya.

9
3. Lingkungan pemukiman dengan upaya meliputi usaha bersama
dalam melaksanakan pemukiman sehat, kerja bakti bersama,
penyelenggaraan pemberantasan sarang nyamuk, gerakan
penanaman pohon dana lain – lain.
5. Aspek kesehatan lingkungan pemukiman
Suatu permukiman dikatakan telah memenuhi syarat kesehatan
jika telah dipenuhi hal-hal berikut :
5.1 Menjamin ketenangan hidup, yakni :
5.1.1 Lokasi mempunyai assebilitas ke transportasi umum, di
daerah yang dapat memberikan keseimbangan social,
memberikan kesempatan untuk dapat membina individu dan
keluarga serta terjamin aman dari timbulnya bahaya.
5.1.2 Kondisi geologis diantaranya kemiringan tanah maksimal
15 %, memungkinkan untuk dibuat drainase, kondisi tanah
memugkinkan untuk dibuat bangunan sederhana.
5.1.3 Status hukum jelas.
5.2 Tersedia fasilitas umum dan fasilitas sanitasi, sesuai
ketentuan yakni :
5.2.1 Jalan local yang terdiri dari jalan penghubung lingkungan
perumahan, jalan poros lingkungan perumahan, jalan
lingkungan perumahan atau gang-gang.
5.2.2 Air minum dengan ketentuan bahwa sistem penyediaan air
minum kota : 100 liter / orang / perhari, system
penyediaan air minum lingkungan 60%, system
penyediaan air minum ke rumah rumah 60 %, sambungan
air minum ke fasilitas umum 30 %.
5.2.3 Pembuangan air limbah dan tinja : pembuangan air limbah
kota sambungan ke system yang tersedia, pembuangan air
limbah lingkungan, tangki septic tank, bidang peresapan
sesuai daya serap tanah.

10
5.2.4 Pembuangan air hujan dengan ketentuan tersedia saluran
pembuangan air hujan, tersedia badan penerima.
5.2.5 Tersedia pembuangan sampah dengan ketentuan
pengumpulan sampah, pengangkutan sampah,
pembuangan sampah.
5.2.6 Jaringan listrik dan sarana komunikasi
5.3 Tersedia fasilitas kesehatan, yakni :
5.3.1 Jarak antara pemukiman ke puskesmas pembantu atau
praktek dokter 1,5 km.
5.3.2 Jarak ke puskesmas 3 km, terdapat rumah bersalin, apotik.

5.3.3 Tersedia fasilitas perbelanjaan dan niaga


5.3.4 Tersedia fasilitas belanja yag memenuhi syarat
5.3.5 Jarak fasilitas perbelanjaan dan niaga mudah dicapai oleh
pemnghuni pemukiman.
5.4 Tersedia fasilitas layanan pemerintah dan pelayanan umum, yakni :
5.4.1 Tersedia fasilitas pemerintah seperti kesehatan, pendidikan
5.4.2 Jarak terjangkau dengan kendaraan pribadi
5.5 Tersedia fasilitas peribadatan, yakni :
5.5.1 Masjid atau musola sesuai jumlah penghuni
5.5.2 Jarak fasilitas peribadan dekat dengan rumah penduduk
dengan fasilitas umum masyarakat
5.6 Fasilitas rekreasi dan kebudayaan yang dapat melayani 6000
keluarga ada gedung serba guna.
5.7 Fasilitas Pendidikan sesuai dengan luas pemukiman dan jumlah
penduduk yang menjadi penghuni di dalamnya.
5.8 Fasilitas Olah raga dan lapangan terbuka 50 keluarga ada taman /
tempat bermain.
5.9 Untuk menjamin kesehatan penghuni, rumah - rumah harus
memenuhi persyaratan

11
B. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Perumahan
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
829/Menkes/SK/VII/1999 :
1. Lokasi.
2. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai,
aliran lahar, gelombang tsunami, longsor dan sebagainya.
3. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir sampah dan
bekas lokasi pertambangan.
4. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran
seperti jalur pendaratan penerbangan.
5. Kualitas Udara, Kebisingan dan Getaran
Kualitas udara ambien di lingkungan perumahan harus bebas dari
gangguan gas beracun baik oleh alam atau aktivitas manusia, dan memenuhi
persyaratan baku mutu udara yang berlaku dengan perhatian khusus terhadap
parameter-parameter sebagai berikut :
1. Tingkat kebisingan di lokasi tidak melebihi 45-55 dBA
2. Gas berbau (H2S dan NH3) secara biologis tidak terdeteksi.
3. Partikel debu diameter < 10 mg tidak melebihi 150 mg/m3.
4. Gas SO2 tidak melebihi 0,10 ppm.
5. Debu terhadap tidak melebihi 350 mm3/m2/hari.
6. Kualitas Tanah
Kualitas tanah pada daerah perumahan harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
1. Timah hitam (Pb) maksimal 300 mg/kg.
2. Arsenik total maksimal 100 mg/kg.
3. Cadmium (Cd) maksimal 20 mg/kg.
4. Benzo (a) pyrene maksimal 1 mg/kg.
5. Kualitas Air Tanah

12
C. Aspek Kesehatan Rumah
1. Persyaratan Umum
Menurut Winslow dan APHA rumah sehat harus memenuhi
kebutuhan physiologis para penghuninya, kebutuhan psychologis, dan
harus terhindar dari penyakit menular, dan kecelakaan. Menurut Winslow
dan APHA rumah sehat harus memenuhi kebutuhan physiologis para
penghuninya, kebutuhan psychologis, dan harus terhindar dari penyakit
menular, dan kecelakaan.
1.1 Memenuhi kebutuhan physiologis
Yang dimaksud memenuhi kebutuhan psikologis diantaranya
adalah
a. Pencahayanaan alami minimal untuk kamar keluarga dan kamar
tidur 60 – 120 lux, pencahayaan buatan untuk ruang keluarga 100
lux, ruang tidur 50 lux, ruang belajar 100 lux, ruang makan 75 lux,
ruang dapur 50 – 75 lux
b. Penghawaan alami lubang ventilasi minimal 5 – 10 % luas lantai
terdiri dari lubang ventilasi tetap sebesar minimal 5 % dari luas
lantai dan lubang ventilasi incidental minimal 5 % luas lantai,
udara yang masuk harus bersih, aliran udara cross ventilation,
kelembaban udara tidak boleh terlalu tinggi optimum 60 %, suhu
ruang antara 21 – 30 Celsius, udara dalam ruangan tidak lebih 5
Celsius selisihnya dengan suhu luar ruangan, pergantian udara
bersih untuk orang dewasa 33 meter persegi/orang/hari, Sedang
over crowding, terutama apabila kepadatan perkamar melebihi
batas, akan membuat rumah tersebut berbahaya bagi kesehatan
penghuninya. Keadaan demikian ini sering dijumpai pada gubuk-
gubuk di desa maupun rumah gedung di daerah slum kota.
1.2 Memenuhi kebutuhan psycologis
1. Keadaan rumah dan sekitarnya, cara pengaturannya harus
memenuhi rasa keindahan
2. Mempunyai halaman yang luas dan dapat ditanami pohon pohonan

13
3. Mempunyai toilet/ kamar mandi / WC sendiri
4. Adanya jaminan kebebasan yang cukup bagi setiap anggota
keluarga
5. Anggota keluarga yang mendekati dewasa harus mempunyai
ruangan sendiri- sendiri
6. Harus ada ruangan keluarga untuk menjalankan kehidupan
keluarga dimana semua anggota keluarga dapat berkumpul
7. Harus ada ruangan untuk hidup bermasyarakat, yaitu harus ada
ruangan untuk menerima tamu.
1.3 Harus Terhindar dari Penyakit Menular
Dengan banyak pemukim pada suatu pemukiman yang
melebihi batas jumlah yang ditentukan, itu juga sebagai salah satu
faktor penyebab penyakit menular. Adanya fasilitas kesehatan,
mencegah terjangkitnya penyakit seperti membersihkan rumah,
menjaga kualitas makanan dan diharapkan tidak over crowding
(kepadatan penduduk).
1. Ada sumber air yang sehat, cukup kualitas dan kuantitasnya
2. Tersedia tempat pembuangan kotoran
3. Harus dapat mencegah perkembangbiakan vektor penyakit
4. Harus cukup luas. Luas kamar tidur ± 5 m 2 per kapita per luas
lantai
5. Tempat masak, menyimpan makanan hendaknya bebas dari
pencemaran atau gangguan binatang / serangga atau debu
Fasilitas sanitasi yang kurang akan menimbulkan wabah
penyakit, misalnya dalam fasilitas air. Jika satu rumah tidak
mempunyai fasilitas air yang memadai, maka berpengaruh terhadap
kesehatan dan kebutuhan manusia, seperti air minum, air untuk mandi,
atau air untuk kebutuhan lainnya. Demikian juga, fasilitas
pembuangan kotoran, jika itu tidak memenuhi dalam sebuah rumah
akan menyebabkan wabah-wabah penyakit. karena biasanya akan
dibuang di parit atau sungai.

14
1.4 Harus Terhindar dari terjadinya Kecelakaan
Persyaratan letak rumah yang menentukan kemungkinan yang
terjadinya kecelakaan-kecelakaan dan kemungkinan gangguan-
ganggunan lainnya. Dalam memilih pertapakan untuk meletakkan
sebuah rumah harus diperhatikan beberapa segi yang artinya sangat
penting dan kadang-kadang menentukan sekali. Bila pada penempatan
sebuah rumah tidak dihiraukan, biasanya timbul-timbul daerah yang
sangat jauh dari kriteria perumahan sehat. Seperti halnya Slum Area
atau tempat kumuh. Juga pada penempatan pada perumahan yang
sempit, dimana sirkulasi udara bisa terhalang dan tidak bisa bebas.
Pada akhirnya akan menimbulkan berbagai penyakit seperti penyakit
pada saluran pernafasan. Pada bagian lantai dan dinding bagian bawah
perlu dibuat dari bahan yang kedap air. Untuk mencegah kelembaban
yang terlalu tinggi dapat menyebabkan selalu basah. Bila kerusakan-
kerusakan rumah tidak bisa diperbaiki, maka hal ini mungkin
menyebabkan rumah itu tidak bisa lagi didiami. Terlebih bila keadaan
ini ditambah lagi dengan banyaknya sarang-sarang kutu busuk, tentu
akan menyedihkan lagi.
1.5 Harus terhindar dari terjadinya kecelakaan
1. Kontruksi rumah harus dari bahan - bahan bangunan yang kuat
sehingga tidak mudah roboh
2. Sarana pencegahan terjadinya kecelakaan di sumur, kolam, lantai
yang licin, racun serangga, minyak tanah, obat obatan dan
sebagainya
3. Diusahakan agar tidak mudah terjadi kebakaran
4. Ada alat pemadam kebakaran terutama yang mempergunakan gas.

15
2. Patokan Rumah yang Sehat dan Ekologis
Patokan yang dapat digunakan dalam membangun rumah yang
ekologis adalah sebagai berikut:
1. Menciptakan kawasan penghijauan di antara kawasan pembangunan
sebagai paru-paru hijau.
2. Memilih tapak bangunan yang sebebas mungkin dari
gangguan/radiasi geobiologis dan meminimalkan medan
elektromagnetik buatan.
3. Mempertimbangkan rantai bahan dan menggunakan bahan bangunan
alamiah.
4. Menggunakan ventilasi alam untuk menyejukkan udara dalam
bangunan.
5. Menghindari kelembapan tanah naik ke dalam konstruksi bangunan
dan memajukan sistem bangunan kering.
6. Memilih lapisan permukaan dinding dan langit-langit ruang yang
mampu mengalirkan uap air.
7. Menjamin kesinambungan pada struktur sebagai hubungan antara
masa pakai bahan bangunan dan struktur bangunan.
8. Mempertimbangkan bentuk/proporsi ruang berdasarkan aturan
harmonikal.
9. Menjamin bahwa bangunan yang direncanakan tidak menimbulkan
masalah lingkungan dan membutuhkan energi sedikit mungkin
(mengutamakan energy terbarukan).
10. Menciptakan bangunan bebas hambatan sehingga gedung dapat
dimanfaatkan oleh semua penghuni (termasuk anak-anak, orang tua,
maupun orang cacat tubuh). Dengan adanya patokan rumah yang
sehat dan ekologis, maka perlu adanya suatu patokan atau satandar
penilaian yang dapat digunakan untuk menentukan kualitas dan
kondisi suatu pemukiman guna meningkatkan kualitas lingkungan
khususnya pada pemukiman kumuh di perkotaan. Standar penilaian

16
tersebut dapat dipergunakan untuk menentukan apakah pemukiman
kumuh yang biasa disebut kampung itu perlu diperbaiki atau tidak.
3. Daerah Yang Tidak Memenuhi Syarat
Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukinan
adalah ketentuan teknis kesehatan yang wajib dipenuhi dalam rangka
melindungi penghuni dan masyarakat yang bermukim di perumahan
dan/atau masyarakat sekitar dari bahaya atau gangguan kesehatan.
Persyaratan kesehatan perumahan yang meliputi persyaratan lingkungan
perumahan dan pemukiman serta persyaratan rumah itu sendiri, sangat
diperlukan karena pembangunan perumahan berpengaruh sangat besar
terhadap peningkatan derajat kesehatan individu, keluarga dan masyarakat
(Sanropie, 2010).
Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman
menurut Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No.
829/Menkes/SK/VII/1999 meliputi parameter sebagai berikut :
a. Lokasi
1. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran
sungai, aliran lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah
gempa, dan sebagainya;
2. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir
(TPA) sampah atau bekas tambang;
3. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah
kebakaran seperti jalur pendaratan penerbangan.
b. Kualitas udara
Kualitas udara ambien di lingkungan perumahan harus bebas dari
gangguan gas beracun dan memenuhi syarat baku mutu lingkungan
sebagai berikut :
1. Gas H2S dan NH secara biologis tidak terdeteksi;
2. Debu dengan diameter g maksimum 150g/mmkurang dari 10 3
3. Gas SO2 maksimum 0,10 ppm
4. Debu maksimum 350 mm3/m2 per hari.

17
c. Kebisingan dan getaran
1. Kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimum 55 dB.A;
2. Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik.
3. Kualitas tanah di daerah perumahan dan pemukiman
4. Kandungan Timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg
5. Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg
6. Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg
7. Kandungan Benzo(a)pyrene maksimum 1 mg/kg
d. Prasarana dan sarana lingkungan
1. Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga
dengan konstruksi yang aman dari kecelakaan
2. Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan
vektor penyakit
3. Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi
jalan tidak mengganggu kesehatan, konstruksi trotoar tidak
membahayakan pejalan kaki dan penyandang cacat, jembatan
harus memiliki pagar pengaman, lampu penerangan jalan tidak
menyilaukan mata.
4. Tersedia cukup air bersih sepanj ang waktu dengan kualitas air
yang memenuhi persyaratan kesehatan;
5. Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus
memenuhi persyaratan kesehatan;
6. Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus
memenuhi syarat kesehatan
7. Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan,
komunikasi, tempat kerja, tempat hiburan, tempat pendidikan,
kesenian, dan lain sebagainya;
8. Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan
penghuninya;

18
9. Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak
terjadi kontaminasi makanan yang dapat menimbulkan
keracunan.
e. Vektor penyakit
1. Indeks lalat harus memenuhi syarat;
2. Indeks jentik nyamuk dibawah 5%.
f. Penghijauan
Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan
pelindung dan juga berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan
kelestarian alam. Adapun ketentuan persyaratan kesehatan rumah
tinggal menurut Kepmenkes No. 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah
sebagai berikut :
1. Bahan bangunan
a. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan bahan
yang dapat membahayakan kesehatan, an tara lain : debu
total kurang dari 150 mg/m2 , asbestos kurang dari 0,5
serat/m3 per 24 jam, plumbum (Pb) kurang dari 300
mg/kg bahan;
b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan
berkembangnya mikroorganisme patogen.
2. Komponen dan penataan ruangan
a. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan;
b. Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan
kamar cuci kedap air dan mudah dibersihkan;
c. Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan
kecelakaan;
d. Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir;
e. Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya;
f. Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap.

19
3. Pencahayaan
Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak
langsung dapat menerangi seluruh ruangan dengan intensitas
penerangan minimal 60 lux dan tidak menyilaukan mata.
4. Kualitas udara
a. Suhu udara nyaman antara 18 – 30 o C;
b. Kelembaban udara 40 – 70 %;
c. Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm/24 jam;
d. Pertukaran udara 5 kaki 3 /menit/penghuni;
e. Gas CO kurang dari 100 ppm/8 jam;
f. Gas formaldehid kurang dari 120 mg/m3
g. Ventilasi : Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen
minimal 10% luas lantai.
h. Vektor penyakit : Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus
yang bersarang di dalam rumah.
5. Penyediaan air
a. Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas
minimal 60 liter/ orang/hari;
b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih
dan/atau air minum menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan
Kepmenkes 907 tahun 2002.
D. Persyaratan Kesling Perkantoran
Persyaratan kesehatan lingkungan perkantoran: persyaratan air, udara,
limbah, pencahayaan, kebisingan, getaran, radiasi, vektor penyakit,
persyaratan kesehatan lokasi, ruang dan bangunan, toilet dan instalasi. Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap pelaksanaan Keputusan ini.
1. Udara ruangan
Persyaratan
Suhu dan kelembaban
0
Suhu : 18 – 28 C

20
Kelembaban : 40 % - 60 %
2. Debu
Kandungan debu maksimal didalam udara ruangan dalam pengukuran
rata-rata 8 jam adalah sebagai berikut :
1. Debu total kosentrasi maksimal 0,15 mg/m3
2. Asbes bebas 5 serat/ml udara dengan panjang serat 5 u (Mikron)
3. Pertukaran udara : 0,283 M3/menit/orang dengan laju ventilasi : 0,15 –
0,25 m/detik. Untuk ruangan kerja yang tidak menggunakan pendingan
harus memiliki lubang ventilasi minimal 15% dari luas lantai dengan
menerapkan sistim ventilasi silang.
4. Radiasi
Medan listrik :
4.1 Sepanjang hari kerja : maksimal 10 kV/m.
4.2 Waktu singkat sampai dengan 2 jam per hari maksimal 30 kV/m.
Medan magnit listrik :
4.3 Sepanjang hari kerja : maksimal 0,5 mT (mili Tesla).
4.4 Waktu singkat sampai dengan 2 jam per hari : 5 mT
4.5 Limbah
Limbah padat/sampah
4.6 Setiap perkantoran harus dilengkapi dengan tempat sampah dari
bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan
mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya serta
dilengkapi dengan penutup.
4.7 Sampah kering dan sampah basah ditampung dalam tempat sampah
yang terpisah.
4.8 Tersedia tempat pengumpulan sampah sementara yang memenuhi
Limbah cair
Kualitas efluen harus memenuhi syarat sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

21
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Adapun simpulan dalam penyusunan makalah ini yaitu
1. Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan
yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status
kesehatan yang optimum pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan
tersebut antara lain mencakup perumahan, pembuangan kotoran,
penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotoran
atau limbah dan sebagianya.
2. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan
lindung baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang
berfungsi sebagai hunian dan tempat kegiatan yang mendukung peri
kehidupan dan penghidupan.
3. Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukinan adalah
ketentuan teknis kesehatan yang wajib dipenuhi dalam rangka
melindungi penghuni dan masyarakat yang bermukim di perumahan
dan/atau masyarakat sekitar dari bahaya atau gangguan kesehatan.
Persyaratan kesehatan perumahan yang meliputi persyaratan lingkungan
perumahan dan pemukiman serta persyaratan rumah itu sendiri, sangat
diperlukan karena pembangunan perumahan berpengaruh sangat besar
terhadap peningkatan derajat kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat.
B. Saran
Jadi solusi yang kami tawarkan agar tetap menjaga pemukiman
kumuh yang baik yaitu antara lain :
1. Perbaikan pada kamar mandi yang berada di lokasi pemukiman dengan
menyediakan WC dan bak mandi.
2. Perbaikan pada bangunan menggunakan bahan bangunan yang
ekonomis tetapi secara konstruksi dapat menahan beban yang ada.

22
3. Perbaikan pada lingkungan dengan cara penataan penghijauan di ruang
terbuka.
4. Pembuatan mesin air, sehingga masyarakat tidak perlu lagi
menggunakan pompa air.
5. Pembuatan septicktank.
6. Perbaikan pengolahan sampah agar tidak merusak lingkungan.
7. Perbaikan sanitasi dan drainase.
8. Perbaikan jalan di pemukiman.

23
DAFTAR PUSTAKA

A.L. Slamet Riyadi. 2013. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Surabaya

Azwar, A. 2011. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta

BMG Nasional. 2013. Tentangkesehatan pemukiman. Jakarta

Depkes RI. 1999. Tentang kesehatan Lingkungan Pemukiman. Jakarta

Rebekka. 2009. Strategi Mengatasi Masalah Kesehatan Dan Lingkungan Hidup


Di Pemukiman Kumuh. Jakarta

Sadyohutomo. 2008. Manajemen Kota da Wilayah. Jakarta: Bumi Aksara

World Health Organization (WHO). Environmental Health. Disitasi dari :


http://www.WHO.int. Last Update : Januari 2008

Departemen Kesehatan Repubik Indonesia.. Undang-undang Nomor 23 tahun


1992 tentang Kesehatan.

Menteri Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan No 416 tahun 1990 tentang
Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air.

24

Anda mungkin juga menyukai