Anda di halaman 1dari 24

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Pengertian Gas Turbin

Turbin sangat luas penggunaannya. Salah satu contoh penerapan


yang paling banyak dikenal ialah sebagai mesin yang menghasilkan daya
dorong pada pesawat terbang. Di industri, turbin gas digunakan untuk
menggerakkan bermacam-macam peralatan mekanik misalnya pompa dan
kompresor atau generator listrik kecil. Turbin gas juga digunakan untuk
menghasilkan daya listrik untuk mengisi beban puncak, dan kadang-
kadang juga beban menengah dan beban dasar. (M. M. EL-WAKIL, 1984.
Hal. 289).

Gas turbin adalah suatu alat yang memanfaatkan gas sebagai fluida
untuk memutar turbin dengan pembakaran internal. Di dalam turbin gas
energi kinetik dikonversikan menjadi energi mekanik melalui udara
bertekanan yang memutar roda turbin sehingga menghasilkan daya.
Sebuah pusat listrik tenaga gas turbin terdiri atas beberapa komponen
utama yaitu, kompressor, ruang pembakaran dan turbin gas dengan
generator listrik. Cara kerja dari turbin gas seperti terlihat pada gambar 3.1
adalah udara masuk ke dalam kompressor melalui saluran masuk udara
(inlet). Kompressor berfungsi untuk menghisap dan menaikkan tekanan
udara tersebut, sehingga temperatur udara juga. Kemudian, udara
bertekanan ini masuk ke dalam ruang bakar. Di dalam ruang bakar
dilakukan proses pembakaran dengan cara mencampurkan udara
bertekanan dan bahan bakar. Proses pembakaran tersebut berlangsung
dalam keadaan tekanan konstan sehingga dapat dikatakan ruang bakar
hanya untuk menaikkan temperatur. Gas hasil pembakaran tersebut
dialirkan ke turbin gas melalui suatu nozel yang berfungsi untuk

13
14

mengarahkan aliran tersebut ke sudu-sudu turbin. Daya yang dihasilkan


oleh turbin gas tersebut digunakan untuk memutar kompressornya sendiri
dan memutar beban lainnya seperti generator listrik, dll. Setelah melewati
turbin ini gas akan dibuang keluar melalui saluran buang (exhaust).

Secara umum proses yang terjadi pada suatu sistem turbin gas adalah
sebagai berikut:

1. Pemampatan (compression), udara dihisap dan dimampatkan.


2. Pembakaran (combustion), bahan bakar dicampurkan ke dalam
bakar dengan udara kemudian di bakar.
3. Pemuaian (expansion), gas hasil pembakaran memuai dan mengalir
ke luar melalui nozel (nozzle).
4. Pembuangan gas (exchaust), gas hasil pembakaran dikeluarkan
lewat saluran pembuangan.

Pada kenyataannya, tidak ada proses yang selalu ideal, tetap terjadi
kerugian-kerugian yang dapat menyebabkan turunnya daya yang
dihasilkan oleh turbin gas dan berakibat pada meurunnya performa turbi
gas itu sendiri. Kerugian-kerugian yang dapat terjadi pada ketiga
komponen sistem turbin gas. Sebab-sebab terjadinya kerugian antara lain:

a. Adanya gesekkan fluida yang menyebabkan terjadinya kerugian


tekanan (pressure losses) diruang bakar.
b. Adanya kerja yang berlebih waktu proses kompresi yang
menyebabkan terjadinya gesekkan antara bantalan turbin dengan
angin.
c. Berubahnya nilai Cp dari fluida akibat terjadinya perubahan-
perubahan temperatur dan komposisi kimia dari fluida kerja.
d. Adanya mechanical losses.
15

3.2 Klasifikasi Gas Turbin

Pada umumnya gas turbin dapat dibedakan berdasarkan siklusnya,


porosnya dan sebagainya. Menurut siklusnya gas turbine dapat dibedakan
atas:

1. Turbin gas siklus tertutup (close cycle)


2. Turbin gas siklus terbuka (open cycle)

Perbedaan kedua tife ini adalah berdasarkan siklus fluida kerjanya. Pada
turbine gas terbuka, akhir ekspansi fluida kerjanya langsung dibuang ke
atmosfir udara, sedangkan untuk siklus tertutup akhir ekspansi fluida
kerjanya didinginkan kembali ke dalam proses awal.

Sedangkan menurut konstruksi porosnya gas turbin generator dapat


diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu:

1. Turbin gas poros tunggal (single shaft)


Turbin gas jenis ini digunakan untuk menggerakkan generator
listrik yang menghasilkan energi listrik untuk keperluan proses di
industri.
2. Turbine gas poros ganda (double shaft)
Turbin gas jenis ini merupakan turbin gas yang terdiri dari turbine
bertekanan tinggi dan turbin bertekanan rendah, dimana turbin gas
ini digunakan untuk menggerakkan beban yang berubah seperti
kompressor pada unit proses.

3.2.1 Turbin Gas Siklus Tertutup (Closed Cycle)

Fluida kerja yang bersikulasi dalam turbin gas tertutup adalah


tetap. Oleh karenanya harus bersih dan mempunyai sifat-sifat terhadap
panas yang baik, misalnya helium. Berbeda dengan turbin gas siklus
terbuka yang pembakarannya langsung di dalam ruang bakar dan gas
panas panas diekspansikan dalam turbin, pada turbin gas siklus tertutup
fluida kerjanya mendapat panas dari luar (External Heating) sehingga
16

fluida kerja ini tidak bersinggungan langsung dengan gas panas dari hasil
pembakaran. Karena alasan ini turbin gas siklus tertutup dapat
digolongkan ke dalam motor pembakaran luar.

Gambar. 3.1 Turbin Gas Siklus Tertutup

Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dengan pemakaian gas turbin


siklus tertutup adalah:

1. Tekanan lebih tinggi (dapat menggunakan fluida kerja dengan massa


jenis tinggi).
2. Ukuran lebih kecil untuk keluaran daya yang sama dibandngkan siklus
terbuka.
3. Jangkauan beban lebar tanpa mengubah temperatur maksimum
sehingga variasi efisiensi kecil.

Sedangkan beberapa kerugiannya adalah:

1. Memerlukan sistem pemanas luar.


2. Memerlukan peralatan tambahan yang lebih banyak.
3. Terdapat perbedaan temperatur antara gas pembakaran dengan fluida
kerja. (Ir. Astu Pudjanarsa, MT dan Prof. Ir. Djati Nursuhud, MSME,
2006, hal.75)
17

3.2.2 Turbin Gas Siklus Terbuka

Turbin gas yang bekerja dengan siklus ini digolongkan sebagai


motor pembakaran dalam. Biasanya siklus ini digunakan pada pembangkit
tenaga puncak karena turbin diperlukan untuk beroperasi pada kondiai
kecepatan konstan dan beban tetap. Seperti terlihat pada gambar dibawa
ini.

Gambar 3.2 Gas Turbin Siklus Terbuka

Keuntungan dari sistem terbuka gas turbin, antara lain:

a. Ruang bakarnya ringan, ukuran kecil tetapi dapat menghasilkan


temperatur yang tinggi dibandingkan dengan turbin uap sistem awal
pengapiannya mudah, hanya membutuhkan penyulut pertama kali,
setelah itu pembakaran akan berlangsung sendiri. Desain ruang
bakarnya yang dapat digunakan untuk membakar hampir semua bahan
bakar hidrokarbon, mulai gas sampai minyak diesel serta bahan bakar
padat walaupun hampir tidak sama sekali digunakan.
b. Pergerakan atau perputaran bagian dari rotor baik turbin maupun
kompresor, berada pada satu rotor yang sama, sehingga tidak adanya
gaya yang tidak seimbang yang dihasilkan dan secara secara
keseluruhan getaran yang dihasilkan sangat kecil sekali.
c. Pemanasan pada awal starting turbin dilakukan dengan waktu yang
tidak terlalu lama.
18

d. Perawatannya mudah dan biayanya murah.


e. Pelumasannya mudah, karena utamanya hanya dilakukan pada
kompresor, bearing turbine dan pada gear unit.
f. Tidak membutuhkan pondasi yang kuat sekali atau bangunan terlalu
baik dan kokoh.
g. Lebih ringkas dibandingkan dengan turbin uap, karena tidak adanya
boiler dengan feed water evaporator dan kondensing sistem.

Kerugian dari sistem terbuka gas turbin:

a. Daya guna tiap bagiannya rendah, tetapi dapat ditingkatkan dengan


penambahan inter-cooler dan pemanasan kembali pada beberapa
pembangkit listrik yang menggunakan.
b. Penurunan efisiensi pada komponennya mempengaruhi penurunan
temperatur dari sistem sehingga kerja turbin menjadi menurun.
c. Gas turbine dengan sistem terbuka membutuhkan kuantitas udara yang
besar.
3.3 Siklus-siklus Turbin Gas

Pada umumnya siklus gas turbin dapat dibagi dalam 3 jenis, yaitu:

1. Siklus Brayton
2. Siklus Stirling
3. Siklus Ericsson
3.3.1 Siklus Brayton

Gambar. 3.3 Brayton Cycle


19

Siklus ini merupakan siklus daya termodinamika ideal untuk turbin


gas, sehingga saat ini siklus brayton sangat populer digunakan oleh
pembuat mesin turbine atau manufacturer dalam analisa untuk
performance upgrading. Siklus Brayton ini terdiri dari proses kompresi
isentropik yang diakhiri dengan proses pelepasan panas pada tekanan
konstan.

Proses 1-2 disebut dengan (kompresi isentropik)

Wc = ma (h2-h1) ............................................................................... (3.1)

Proses 2 ke 3, pemasukan bahan bakar pada tekanan konstan

Qa = (ma+mf) (h3-h2) ....................................................................... (3.2)

Proses 3 ke 4, ekspansi isentropik di dalam turbin

WT = (ma + mf) (h3 – h4)................................................................. (3.3)

Proses 4 ke 1, pembuangan panas pada tekanan konstan pada tekanan


konstan ke udara

QR = (ma + mf) (h4-h1) ................................................................... (3.4)

Keterangan:

Wc : Daya pada Compressor

ma : Massa Air (udara)

mf : Massa Fluida

h : Tekanan udara

Wt : Daya Turbin

Qa : Kalor yang dihasilkan

Qr : Kalor yang dilepaskan


20

3.3.2 Siklus Stirling

Merupakan siklus mesin kalor dapat baik, yang terdiri dari dua
proses isotermis dapat balik (isotermal reversible) dengan volume tetap
(isokhorik). Efisiensi termalnya sama dengan efisiensitermal pada siklus
Ericsson.

3.3.3 Siklus Ericsson


Merupakan siklus mesin kalor yang dapat balik (reversible) yang
terdiri dari dua proses isotermis dapat balik (reversible isobaric). Proses
perpindahan panas pada proses isobarik berlangsung di dalam komponen
siklus internal (regenerator), dimana effisiensi termalnya adalah :
TI
hth = 1 − ................(3.5)
Th
dimana :
TI = Temperatur buang
Th = Temperatur panas

3.4 Generator

Generator arus bolak-balik mengubah tenaga mekanis menjadi tenaga


listrik arus bolak-balik. Generator arus bolak-balik sering disebut juga sebagai
alternator, generator AC (Alternating Current), atau generator sinkron. Dikatakan
generator sinkron karena jumlah putaran rotornya sama dengan jumlah putaran
medan magnet pada stator. Kecepatan sinkron ini dihasilkan dari kecepatan putar
rotor dengan kutub-kutub magnet yang berputar dengan kecepatan yang sama
dengan medan magnet putar pada stator. Mesin ini tidak dapat dijalankan sendiri
karena kutub-kutub rotor tidak dapat tiba-tiba mengikuti kecepatan medan putar
pada waktu sakelar terhubung dengan jala-jala. Konstruksi generator arus bolak-
balik ini terdiri dari dua bagian utama yaitu:

a. Stator, yakni bagian diam dan yang mengeluarkan tegangan bolak-


balik.
21

b. Rotor, yakni bagian bergerak yang menghasilkan medan magnet yang


menginduksikan ke stator. Stator terdiri dari generator dari badan
generator yang terbuat dari baja yang berfungsi melindungi bagian
dalam generator, kotak terminal dari name plate pada generator. Inti
stator yang terbuat dari bahan ferromagnetik yang berlapis-lapis dan
terdapat alur-alur tempat meletakkan lilitan stator. lilitan stator yang
merupakan tempat untuk menghasilkan tegangan. Sedangkan, rotor
berbentuk kutub sepatu (salient) atau kutub dengan celah udara sama
rata (rotor silinder). Konstruksi dari generator sinkron meliputi:
1. Stator, terdiri atas:
a. Rumah stator
b. Inti stator
c. Lilitan stator
d. Alur stator
e. Kontak hubung
f. Sikat
2. Rotor, terdiri atas:
a. Kutub magnet
b. Lilitan penguat magnet
c. Cincin seret (slip ring)
d. Poros

Gambar 3.4 Konstruksi Generator


22

3.5 Komponen Utama Turbin Gas

Turbin gas tersusun atas komponen-komponen utama seperti air inlet


section, compressor section, combustion section, turbine section, dan exchaust
section. Sedangkan komponen pendukung turbin gas adalah starting equipment,
lube-oil system, cooling system, dan beberapa komponen pendukung lainnya.
Berikut ini penjelasan komponen utama turbin gas.

3.5.1 Air Inlet Section

Berfungsi untuk menyaring kotoran dan debu yang terbawa dalam udara
sebelum masuk ke kompressor. Bagian ini terdiri dari:
a. Air Inlet housing, merupakan tempat udara masuk dimana di dalamnya
terdapat peralatan pembersih udara.
b. Inertia Separator, berfungsi untuk membersihkan debu-debu atau
partikel yang bersama udara masuk.
c. Pre-Filter, merupakan penyaringan udara awal yang dipasang pada
inlet house.
d. Main filter, merupakan penyaringan udara yang terdapat pada bagian
dalam inlet house, udara yang telah melewati penyaring ini masuk ke
dalam kompressor aksial.
e. Inlet Bellmouth, berfungsi untuk membagi udara agar merata pada saat
memasuki ruang kompressor.
f. Inlet Guide Vane, merupakan blade yang berfungsi sebagai pengatur
jumlah udara yang masuk agar sesuai dengan yang diperlukan.

3.5.2 Compressor

Untuk menaikkan tekanan udara bisa digunakan kompressor. Kompressor


yang digunakan umumnya yaitu kompressor aksial, karena kompressor aksial
memiliki efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan compressor sentrifugal
walaupun bobotnya lebih berat. Pada kompressor ini udara mengalir secara aksial
mulai dari inlet sampai outlet kompressor, seperti layaknya udara yang mengalir
pada sebuah pipa, hanya saja pada kompressor karena memiliki beberapa tingkat
23

penekana udara, maka udara yang mengalir makin ke dalam kompressor makin
tinggi tekanannya.

Gambar 3.5 Compressor pada gas turbin

Komponen utama pada bagian ini adalah aksial flow kompressor,


berfungsi untuk mengkonversikan udara yang berasal dari inlet air section hingga
bertekanan tinggi sehingga pada saat terjadi pembakaran dapat menghasilkan gas
panas berkecepatan tinggi yang dapat menimbulkan daya output turbin yang
besar. Aksial flow compressor terdiri dari dua bagian yaitu:

1. Compressor Rotor Assembly, merupakan bagian dari kompressor


aksial yang berputar pada porosnya. Rotornya ini memiki 17
tingkatsudu yang menompresikan aliran udara secara aksial dari 1 atm
menjadi 17 kalinya sehingga diperoleh udara yang bertekanan tinggi.
Bagian ini tersusun dari wheels, stubshaft, tie bolt dan sudu-sudu yang
disusun kosentris di sekeliling sumbu rotor.
2. Compressor Stator, merupakan bagian dari casing gas turbin yang
terdiri dari:
a. Inlet Casing, merupakan bagian dari casing yang mengarahkan
udara masuk ke inlet bellmouth dan selanjutnya masuk ke inlet
guide vane.
b. Forward Compressor Casing, bagian casing yang di dalamnya
terdapat empat stage kompressor blade.
c. Aft Casing, bagian casing yang di dalamnya terdapat compressor
blade tingkat 1-5.
24

d. Discharge Casing, merupakan bagian casing yang berfungsi


sebagai tempat keluarnya udara yang telah dikompresi.

3.5.3 Ruang Bakar (Combustion)

Turbin gas pembakaran dalam adalah proses kontinyu yang terjadi pada
tekanan konstan. Campuran dengan perbandingan bahan bakar udara dengan
rentang lebar akan terbakar. Suplai bahan bakar tunak dan bercampur dan terbakar
bila melalui daerah api. Api tidak menyentuh dindingnya karena distabilisasi oleh
pola aliran udara masuk yang juga mendinginkan dinding ruang bakar. Proses
pembakaran yang telah berkembang mengendalikan stabilitas api dan
memungkinkan tingkat emisi asap, karbon monoksida, hidrokarbon, dan oksia
nitrogen yang rendah. Volume ruang bakar sangat kecil untuk laju panas yang
dibebaskan, karena pembakaran berlangsung pada tekanan konstan. (Ir. Astu
Pudjanarsa, MT dan Prof. Ir. Djati Nursuhud, MSME, 2006, hal.75).

Gambar 3.6 Ruang bakar (combustion)

Pada bagian ini terjadi proses pembakaran antara bahan bakar dengan
fluida kerja yang berupa udara bertekanan tinggi dan bersuhu tinggi. Hasil
pembakaran ini berupa energi panas yang diubah menjadi energi kinetik dengan
mengarahkan udara panas tersebut ke transition pieces yang juga berfungsi
sebagai nozzle. Fungsi dari keseluruhan sistem adalah untuk mensuplai energi
panas ke siklus turbin. Sistem pembakaran ini terdiri dari komponen-komponen
berikut yang jumlahnya bervariasi tergantung besar frame dan penggunaan turbin
gas. Komponen-komponen pada combustion adalah:
25

a. Combustion Chamber, berfungsi sebagai tempat terjadina


pencampuran antara udara yang telah dikompressi dengan bahan bakar
yang masuk.
b. Combustion Liners, terdapat di dalam combustion chamber yang
berfungsi sebagai tempat berlangsungnya pembakaran.
c. Fuel Nozzle, berfungsi sebagai tempat masuknya bahan bakar ke dalam
combustion liner.
d. Ignitors (Spark Plug), berfungsi untuk memercikkan bungan api ke
dalam combustion chamber sehingga campuran bahan bakar dan udara
dapat terbakar.
e. Transition Fieces, berfungsi untuk mengarahkan dan membentuk
aliran gas panas agar sesuai dengan ukuran nozzle dan sudu-sudu
turbin gas.
f. Cross Fire Tubes, berfungsi untuk meretakan nyala api pada semua
combustion.
g. Flame Detector, merupakan alat yagn dipasang untuk mendeteksi.

3.5.4 Turbin

Turbin merupakan tempat terjadinya konversi energi kinetik menjadi


energi mekanik yang digunakan sebagai penggerak compressor aksial dan
perlengkapan lainnya. Darinya daya total yang dihasilkan kira-kira 60%
digunakan untuk kerja yang dibutuhkan.

Gambar 3.7 Turbin


26

Komponen-komponen pada turbin adalah sebagai berikut:

a. Turbin Rotor Case


b. First Stage Nozzle, yang berfungsi untuk mengarahkan gas panas ke
first stage turbine wheel.
c. First Stage Turbine Wheel, berfungsi untuk mengkonversi energi
kinetik dari aliran udara yang berkecepatan tinggi menjadi energi
mekanik berupa menjadi putaran rotor.
d. Second Stage Nozzle dan Diafragme, berfungsi untuk mengatur aliran
gas panas ke second stage turbine wheel, sedangkan diafragma
berfungsi untuk memisahkan kedua turbin wheel.
e. Second Stage Turbine, berfungsi untuk memanfaatkan energi kinetik
yang masih cukup besar dari first stage turbine untuk menghasilkan
kecepatan putar rotor yang lebih besar.

3.5.5 Exhaust

Exchaust adalah bagian akhir turbin gas yang berfungsi sebagai saluran
pembuangan gas paans sisa yang keluar dari turbin gas. Exchaust section terdiri
dari dari beberapa bagian: (1) Exchaust Fame Assembly, dan (2) Exchaust gas
keluar dari turbine gas melalui exchaust diffuser pada exchaust frame assembly,
lalu mengalir ke exhaust plenum dan kemudian didifusikan dan dibuang ke
atmosfir melalui exhaust stack, sebelum dibuang ke atmosfir gas panas sisa
tersebut diukur dengan exhaust thermocouple dimana hasil pengukuran ini
digunakan juga untuk data pengontrolan temperatur dan proteksi temperatur trip.
Pada exchaust area 18 thermocouple yaitu, 12 buah untuk temperatur kontrol dan
6 buah untuk temperatur trip. Adapun beberapa komponen penunjang dalam
sistem turbin gas adalah sebagai berikut.

1. Starting Equipment
27

Berfungsi untuk melakukan start up sebelum turbin bekerja. Jenis-jenis


starting equipment yang digunakan di unit-unit turbin gas pada
umumnya:
a. Diesl Engine, (PG-9001A/B).
b. Induction Motor, (PG-9001C/H dan KGT 4X01, 4X02 dan 4X03).
c. Gas Expansion Turbine (Starting Turbine).
2. Coupling dan Accessory Gear
Berfungsi untuk memindahkan daya dan putaran dari poros yang
bergerak ke poros yang akan digerakkan.
Ada jenis coupling digunakan, yaitu:
a. Jaw Cluth, menghubungkan starting turbine dengan accessory gear
dan HP turbin rotor.
b. Accessory Gear Coupling, menghubungkan accessory gear dengan
HP turbin rotor.
c. Load Coupling, menghubungkan LP turbin rotor dengan
kompressor beban.
3. Fuel System
Bahan bakar yang digunakan berasal dari fuel gas system dengan
tekanan seitar 15 kg/cm2. Fuel gas yang digunakan sebagai bahan
bakar harus bebas dari cairn kondensat dan partikel-partikel padat.
Untuk mendapatkan kondisi tersebut diatas maka sistem ini dilengkapi
dengan knock out drum yang berfungsi untuk memisahkan cairan-
cairan yang masih terdapat pada fuel gas.
4. Lube Oil System
Lube oil system berfungsi melakukan pelumasan secara kontinu pada
setiap komponen sistem turbin gas. Lube oil disirkulasikan pada
bagian-bagian utama turbin gas dan trush bearing juga untuk accessory
gear dan yang lainnya. Lube oil system dari:
a. Oil Tank (Lube Oil Reservoir)
b. Oil Quantity
c. Pompa
28

d. Filter System
e. Valving System
f. Piping System
g. Instrumen untuk oil pada turbin gas terdapat tiga buah pompa yang
digunakan untuk mensuplai lube oil guna keperluan lubrikasi,
yaitu:
1. Main lube oil pump, merupakan pompa utama yang digerakkan
oleh HP shaft pada gear box yang mengatur tekanan discharge
lube oil.
2. Auxilary lube oil pump, merupakan pompa lube oil yang
digerakkan oleh tenaga listrik, beroperasi apabila tekanan dari
main pump turun.
3. Emergency lube oil pump, merupakan merupakan pompa yang
beroperasi jika kedua pompa diatas menyediakan lube oil.
5. Cooling System
Sistem pendingin yang digunakan pada turbin gas adalah air dan udara.
Udara yang dipakai untuk mendinginkan berbagai komponen pada
section dan bearing. Komponen-komponen utama dari cooling system
adalah:
a. Off base water cooling unit
b. Lube oil cooler
c. Main cooling water pump
d. Temperatur regulation valve
e. Auxilary water pump
f. Low cooling water pressure swich

3.6 Sistem Proteksi

Sistem proteksi adalah suatu sistem pengamanan terhadap peralatan listrik,


yang diakibatkan adanya gangguan teknis, gangguan alam, kesalahan operasi, dan
penyebab yang lainnya.
29

3.6.1 Fungsi Proteksi


Fungsi Proteksi adalah memisahkan bagian sistem yang terganggu
sehingga bagian sistem lainnya dapat terus beroperasi dengan cara sbb :
1. Mendeteksi adanya gangguan atau keadaan abnormal lainnya pada
bagian sistem yang diamankannya (fault detection).
2. Melepaskan bagian sistem yang terganggu (fault clearing ).
3. Memberitahu operator adannya gangguan dan lokasinnya
(announciation)

Pengaman-lebur (fuse) adalah contoh alat pengaman yang paling


sederhana yang jika dipilih dengan tepat dapat memenuhi fungsi tersebut. Untuk
pengamanan bagian sistem yang lebih penting, digunakan sistem proteksi yang
terdiri dari seperangkat peralatan proteksi yang komponen-komponen
terpentingnya adalah :

Relay Proteksi : sebagai elemen perasa yang mendeteksi adanya


gangguan atau keadaan abnormal lainnya (fault detection).
Pemutus Tenaga (PMT) : sebagai pemutus arus gangguan di
dalam sirkit tenaga untuk melepaskan bagian sistem yang terganggu.
Dengan perkataan lain “membebaskan sistem dari gangguan” (fault
clearing). PMT menerima perintah (sinyal trip ) dari relay proteksi untuk
membuka.
Trafo Arus dan/atau Trafo Tegangan : untuk meneruskan arus
dan/atau tegangan dengan perbandingan tertentu dari sirkit primer (sirkit
tenaga ) ke sirkit sekunder (sirkit relay) dan memisahkan sirkit sekunder
dari sirkit primernya.
Battery (aki) : sebagai sumber tenaga untuk mengetrip PMT dan
catu daya untuk relay (relay digital/ relay statik) dan relay bantu (auxiliary
relay).
Hubungan antara komponen-komponen proteksi sebagai suatu
sistem proteksi yang sederhana dapat dilihat pada Gbr. A untuk sistem
tegangan menengah (TM) atau tegangan tinggi (TT), dan Gbr. B , untuk
30

sistem tegangan ekstra tinggi (TET) yang menggunakan proteksi dobel


(duplicate).

Gambar 3.8 Single Line Proteksi

3.6.2 Pembagian Daerah Proteksi


Suatu sistem tenaga listrik dibagi kedalam seksi-seksi yang dibatasi oleh
PMT (Pemutus Tenaga). Tiap seksi memiliki relay pengaman dan memiliki
daerah pengamanan (Zone of Protection). Bila terjadi gangguan, maka relay akan
bekerja mendeteksi gangguan dan PMT akan trip. Gambar dibawah ini akan
menjelaskan tentang konsep pembagian daerah proteksi.

Gambar 3.9 Pembagian Daerah Proteksi Pada Sistem Tenaga Listrik

Keterangan:
31

1. Overall Diifferential Relay


Pengaman utama Generator – Trafo
2. Over Current Relay
Pengaman cadangan local Generator – Trafo
Pengaman cadangan jauh Bus A
3. Pengaman Bus
Pengaman utama Bus A
4. Distance Relay Zone I dan PLC di A1
Pengaman utama saluran A-B
5. Distance Relay Zone II di A1
Pengaman utama Bus B
Pengaman cadangan jauh sebagian Trafo di B
6. Distance Relay Zone III di A1
Pengaman cadangan jauh Trafo di B sampai ke Bus C
7. Differential Trafo
Pengaman utama Trafo
8. Over Current Relay di sisi 150 KV
Pengaman cadangan local Trafo
Pengaman cadangan jauh Bus C
9. Over Current Relay di sisi 20 KV
Pengaman utama Bus C
Pengaman cadangan jauh saluran C-D
10. Over Current Relay di C1
Pengaman utama saluran C-D
Pengaman cadangan jauh saluran D-E
11. Over Current Relay di D
Pengaman utama saluran D-E
Pengaman cadangan jauh seksi berikutnya.

Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa daerah proteksi pada sistem
tenaga listrik dibuat bertingkat dimulai dari pembangkitan, gardu induk, saluran
32

distribusi primer sampai ke beban. Garis putus-putus menunjukkan pembagian


sistem tenaga listrik ke dalam beberapa daerah proteksi. Masing-masing daerah
memiliki satu atau beberapa komponen system daya disamping dua buah pemutus
rangkaian. Setiap pemutus dimasukkan ke dalam dua daerah proteksi berdekatan.
Batas setiap daerah menunjukkan bagian system yang bertanggung jawab untuk
memisahkan gangguan yang terjadi di daerah tersebut dengan sistem lainnya.
Aspek penting lain yang harus diperhatikan dalam pembagian daerah proteksi
adalah bahwa daerah yang saling berdekatan harus saling tumpang tindih
(overlap), hal ini dimaksudkan agar tidak ada sistem yang dibiarkan tanpa
perlindungan. Pembagian daerah proteksi ini bertujuan agar daerah yang tidak
mengalami gangguan tetap dapat beroperasi dengan baik sehingga dapat
mengurangi daerah pemadaman.

3.6.3 Pengelompokkan Sistem Proteksi


Berdasarkan daerah pengamanannya sistem proteksi dibedakan menjadi :
1. Proteksi pada Generator
2. Proteksi pada Transformator
3. Proteksi pada Transmisi
4. Proteksi pada Distribusi

3.6.4 Pembagian Tugas Dalam Sistem Proteksi


Dalam sistem proteksi pembagian tugas dapat diuraikan menjadi :
Proteksi utama, berfungsi untuk mempertinggi keandalan, kecepatan
kerja, dan fleksibilitas sistem proteksi dalam melakukan proteksi terhadap
sistem tenaga.
Proteksi pengganti, berfungsi jika proteksi utama menghadapi kerusakan
atau kegagalan untuk mengatasi gangguan yang terjadi.
Proteksi tambahan, berfungsi untuk pemakaian pada waktu tertentu,
sebagai pembantu proteksi utama pada daerah tertentu yang dibutuhkan.
33

3.7 Relay Proteksi

3.7.1 Pengertian Relay Proteksi

Relay adalah suatu alat yang bekerja secara otomatis untuk


mengatur/memasukan suatu rangkaian listrik (rangkaian trip atau alarm) akibat
adanya perubahan lain.

3.7.2 Perangkat Sistem Proteksi

Proteksi terdiri dari seperangkat peralatan yang merupakan sistem yang terdiri
dari komponen-komponen berikut :

1. Relay, sebagai alat perasa untuk mendeteksi adanya gangguan yang


selanjutnya memberi perintah trip kepada Pemutus Tenaga (PMT).

2. Trafo arus dan/atau trafo tegangan sebagai alat yang mentransfer besaran
listrik primer dari sistem yang diamankan ke relai (besaran listrik
sekunder).

3. Pemutus Tenaga (PMT) untuk memisahkan bagian sistem yang terganggu.

4. Batere beserta alat pengisi (batere charger) sebagai sumber tenaga untuk
bekerjanya relai, peralatan bantu triping.

5. Pengawatan (wiring) yang terdiri dari sisrkit sekunder (arus dan/atau


tegangan), sirkit triping dan sirkit peralatan bantu.
Masing-masing elemen/bagian mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Elemen pengindera
Elemen ini berfungsi untuk merasakan besaran-besaran listrik, seperti arus,
tegangan, frekuensi, dan sebagainya tergantung relay yang dipergunakan. Pada
bagian ini besaran yang masuk akan dirasakan keadaannya, apakah keadaan yang
diproteksi itu mendapatkan gangguan atau dalam keadaan normal, untuk
selanjutnya besaran tersebut dikirimkan ke elemen pembanding.

2. Elemen pembanding
34

Elemen ini berfungsi menerima besaran setelah terlebih dahulu besaran itu
diterima oleh elemen oleh elemen pengindera untuk membandingkan besaran
listrik pada saat keadaan normal dengan besaran arus kerja relay.

3. Elemen pengukur/penentu
Elemen ini berfungsi untuk mengadakan perubahan secara cepet pada
besaran ukurnya dan akan segera memberikan isyarat untuk membuka PMT atau
memberikan sinyal. Transformator arus ( CT ) berfungsi sebagai alat pengindera
yang merasakan apakah keadaan yang diproteksi dalam keadaan normal atau
mendapat gangguan. Sebagai alat pembanding sekaligus alat pengukur adalah
relay, yang bekerja setelah mendapatkan besaran dari alat pengindera dan
membandingkan dengan besar arus penyetelan dari kerja relay.
Apabila besaran tersebut tidak setimbang atau melebihi besar arus penyetelannya,
maka kumparan relay akan bekerja menarik kontak dengan cepat atau dengan
waktu tunda dan memberikan perintah pada kumparan penjatuh (trip-coil) untuk
bekerja melepas PMT. Sebagai sumber energi penggerak adalah sumber arus
searah atau batere.

3.7.3 Fungsi dan Peranan Relay Proteksi

Maksud dan tujuan pemasangan relay proteksi adalah untuk mengidentifikasi


gangguan dan memisahkan bagian jaringan yang terganggu dari bagian lain yang
masih sehat serta sekaligus mengamankan bagian yang masih sehat dari kerusakan
atau kerugian yang lebih besar, dengan cara:

Mendeteksi adanya gangguan atau keadaan abnormal lainnya yang dapat


membahayakan peralatan atau sistem.

1. Melepaskan (memisahkan) bagian sistem yang terganggu atau yang


mengalami keadaan abnormal lainnya secepat mungkin sehingga
kerusakan instalasi yang terganggu atau yang dilalui arus gangguan dapat
dihindari atau dibatasi seminimum mungkin dan bagian sistem lainnya
tetap dapat beroperasi.
35

2. Memberikan pengamanan cadangan bagi instalasi lainnya.

3. Memberikan pelayanan keandalan dan mutu listrik yang terbaik kepada


konsumen.

4. Mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh listrik.

3.7.4 Syarat-syarat Relay Proteksi

Dalam perencanaan sistem proteksi, maka untuk mendapatkan suatu sistem


proteksi yang baik diperlukan persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
1. Sensitif
Suatu relay proteksi bertugas mengamankan suatu alat atau suatu bagian
tertentu dari suatu sisitem tenaga listrik, alat atau bagian sisitem yang termasuk
dalam jangkauan pengamanannya. Relay proteksi mendeteksi adanya gangguan
yang terjadi di daerah pengamanannya dan harus cukup sensitif untuk
mendeteksi gangguan tersebut dengan rangsangan minimum dan bila perlu
hanya mentripkan pemutus tenaga (PMT) untuk memisahkan bagian sistem
yang terganggu, sedangkan bagian sistem yang sehat dalam hal ini tidak boleh
terbuka.

2. Selektif
Selektivitas dari relay proteksi adalah suatu kualitas kecermatan pemilihan
dalam mengadakan pengamanan. Bagian yang terbuka dari suatu sistem oleh
karena terjadinya gangguan harus sekecil mungkin, sehingga daerah yang
terputus menjadi lebih kecil. Relay proteksi hanya akan bekerja selama kondisi
tidak normal atau gangguan yang terjadi didaerah pengamanannya dan tidak
akan bekerja pada kondisi normal atau pada keadaan gangguan yang terjadi
diluar daerah pengamanannya.

3. Cepat
Makin cepat relay proteksi bekerja, tidak hanya dapat memperkecil
kemungkinan akibat gangguan, tetapi dapat memperkecil kemungkinan
meluasnya akibat yang ditimbulkan oleh gangguan.
36

4. Handal
Dalam keadaan normal atau sistem yang tidak pernah terganggu relay
proteksi tidak bekerja selama berbulan-bulan mungkin bertahun-tahun, tetapi
relay proteksi bila diperlukan harus dan pasti dapat bekerja, sebab apabila relay
gagal bekerja dapat mengakibatkan kerusakan yang lebih parah pda peralatan
yang diamankan atau mengakibatkan bekerjanya relay lain sehingga daerah itu
mengalami pemadaman yang lebih luas. Untuk tetap menjaga keandalannya,
maka relay proteksi harus dilakukan pengujian secara periodik.

5. Ekonomis
Dengan biaya yang sekecilnya-kecilnya diharapkan relay proteksi
mempunyai kemampuan pengamanan yang sebesar-besarnya.

6. Sederhana
Perangkat relay proteksi disyaratkan mempunyai bentuk yang sederhana
dan fleksibel.

Anda mungkin juga menyukai