Anda di halaman 1dari 2

PEMBAHASAN

Pertumbuhan makhluk hidup sangat dipengaruhi oleh nutrisi dan kondisi


lingkungan. Pengaruh lingkungan tersebut akan memberikan gambaran yang
menunjukkan peningkatan jumlah sel yang berbeda (Tarigan, 1988). Salah satu faktor
lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri adalah suhu. Menurut
Dwijoseputro (1994) berdasarkan batas temperatur , bakteri dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Bakteri termofilik (politermik) yaitu bakteri yang dapat bertahan hidup pada
temperatur 55°C sampai 65°C, meskipun bakteri ini juga dapat berkembang biak
pada temperatur yang lebih rendah ataupun lebih tinggi dengan batas optimumnya
antara 40°C sampai 80°C.
2. Bakteri mesofilik (mesotermik) yaitu bakteri yang dapat bertahan hidup pada
temperatur antara 5°C sampai 60°C. Sedangkan temperatur optimumnya antara 25°C
sampai 40°C.
3. Bakteri psikrofilik (oligotermik) yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur
antara 0°C sampai 30°C sedangkan temperatur optimumnya antara 10°C sampai
20°C.

Pertumbuhan bakteri koloni B pada suhu 40°C, 50°C, dan 60°C tergolong ke dalam
kategori sangat banyak. Hal ini menunjukkan bahwa pada suhu tersebut, bakteri tersebut
dapat bertahan hidup dan mengalami pertumbuhan yang optimum. Pada suhu 70°C dan
80°C pertumbuhan bakteri tergolong ke dalam kategori sedikit. Menurunnya
pertumbuhan bakteri pada suhu tersebut dikarenakan terjadinya penurunan metabolisme
pada bakteri sesuai dengan teori menurut Rudiger dkk. (1994) yang menyatakan bahwa
aktivitas enzim juga akan meningkat dengan meningkatnya suhu sampai mencapai suhu
optimumnya, tetapi setelah melewati suhu optimumnya aktivitas enzim akan menurun.
Pada suhu 90°C serta 100°C tidak ditemukan adanya bakteri yang tumbuh. Hal ini
dikarenakan perlakuan suhu yang diberikan terlalu tinggi sehingga menghambat proses
pertumbuhan dari koloni bakteri tersebut. Suhu yang tinggi menyebabkan protein, asam
nukleat, dan komponen-komponen sel lainnya mengalami kerusakan yang permanen
sehingga bakteri mengalami kematian (Brooks, 2005). Suhu di atas 80°C pada perlakuan
yang diberikan pada bakteri koloni B dapat diartikan sebagai titik kematian termal bakteri
yaitu temperatur serendah– rendahnya yang dapat membunuh mikroba yang berada
dalam medium standar selama 10 menit pada kondisi tertentu (Suharni, 2008). Dari
penjelasan tersebut maka dapat diketahui bahwa bakteri koloni B merupakan bakteri
termofilik karena hidup pada suhu optimum yakni 40°C-60°C dan mengalami kematian
pada suhu 90°C karena sudah melampaui batas suhu optimumnya dalam bertahan hidup
yang merupakan titik kematian termal bakteri koloni B.

KESIMPULAN

1. Pada suhu 40°C, 50°C, dan 60°C, bakteri koloni B mengalami pertumbuhan yang
optimum karena pada suhu ini merupakan suhu optimum bagi pertumbuhan bakteri
ini, pada suhu 70°C dan 80°C pertumbuhan bakteri koloni B mengalami penurunan
dan pada suhu 90°C, 100°C bakteri koloni B tidak mengalami pertumbuhan sama
sekali.
2. Titik kematian termal bakteri koloni B adalah pada suhu 90°C.

Brooks. 1994. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 2. Jakarta: Penerbit buku Kedokteran


EGC.
Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Penerbit Djambatan.

Rudiger A.,Sunna A., dan Antranikian G. 1994. Enzymes From Extreme Thermophilic
And Hyperthermophilic Archea And Bacteria Carbohydrases, Handbook Of Enzyme
Catalysis in Organic Synthesis. Weinhem: VCH Verlagsge sellsc hafft .

Suharni, T. 2008. Mikrobiologi Umum. Yogyakarta: Penerbit Universitas Atma Jaya.

Tarigan, J. 1988. Pengantar Mikrobiologi. Jakarta: Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai