Anda di halaman 1dari 3

INGESTI KASEIN DI DALAM MATRIKS SUSU MEMODULASI KINETIKA DIGESTI DAN ABSORBSI

PROTEIN TETAPI TIDAK MEMODULASI SINTESIS PROTEIN OTOT POSTPRANDIAL PADA LAKI-LAKI
DEWASA.

Pembahasan:

Penelitian sebelumnya membahas mengenai aminoacidemia yang terjadi


setelah makan dan respon selanjutnya dari sintesis protein otot setelah ingesti
kasein, menilai respon postprandial kepada ingesti dari ekstrak kasein yang
terisolasi dari matriks susu.

Postprandial : kondisi setelah makan

Aminoacidemia: kondisi dimana konsentrasi asam amino di dalam darah


meningkat secara tidak normal.

Penelitian saat ini menghipotesiskan bahwa matriks susu dapat meningkatkan


pH lambung dan/atau menstimulasi pengososongan lambung, sehingga
dengan lebih banyak mendigesti kasein dan mengabsorbsi asam amino,
semakin meningkat keberadaan asam amino plasma, dan selanjutnya
pertambahan protein postprandial yang lebih tinggi serta sintesis protein otot
skelet bila dibandingkan dengan ingesti dari kasein yang terisolasi tanpa
matriks susu.
Kasein micellar didalam matriks susu lebih lambat di digesti dan di absorbsi
ketika dibandingkan dengan ingesti dari kasein micellar yang terisolasi tanpa
matriks susu.
Tidak terdapat perbedaan dalam metabolisme protein tubuh setelah makan
(postprandial), laju sintesis protein myofibrillar, atau penggunaan dari asam
amino turunan protein untuk penggabungan kedalam protein myofibrillar.
Myofibrillar protein: protein yang terdapat dalam myofribril.
L-[1-13C]-leucine dan L-[1-13C]-phenylalanine digunakan secara intrinsik yang
ditandai sebagai protein kasein micella, diperoleh dengan cara menanamkan
L-[1-13C]-leucine dan L-[1-13C]-phenylalanine dalam jumlah besar pada sapi
Holstein yang sedang menyusui, mengumpulkan susu, dan memurnikan fraksi
kasein. Konsentrasi pengayaan L-[1-13C]-phenylalanine yang tinggi dari kasein
memungkinkan kita untuk secara spesifik menilai pencernaan yang
sesungguhnya, ketersediaan plasma, dan penggabungan selanjutnya dari
asam amino turunan kasein micellar ke dalam protein myofibrillar ketika
disediakan dengan atau tanpa matriks susu.
Kasein ditandai dengan L-[1-13C]-leucine untuk mencocokkan target yang
diinginkan ditandai di dalam plasma prekursor L-[1-13C]-leucine selama
penanaman L-[1-13C]-leucine intravena konstan. Ini memungkinkan untuk
mengkalkulasikan FSR dengan pengunaan dari persamaan produk prekursor
setelah ingesti dari kasein micellar ketika meminimalkan gangguan yang terjadi
dalam prekursor L-[1-13C]-leucine plasma seperti yang sebelumnya telah
dijelaskan.
Kinetika digesti protein dan absorbsi asam amino sebelumnya telah dibuktikan untuk
mempengaruhi laju sintesis protein otot postprandial setelah ingesti protein,
kemungkinan dengan memodulasi jumlah dan juga lajunya dimana saat asam amino
memasuki sirkulasi sistemik. Secara umum diperkirakan bahwa laju yang cepat dari
digesti dan absorbsi protein, mengakibatkan hyperaminoacidemia/hyperleucinemia
yang lebih cepat, hasilnya respon anabolik otot lebih besar.

Sebagai contoh, penelitian sebelumnya telah enunjukkan bahwa kasein yang


terhidrolisis, lebih cepat di digesti dan di absorbsi dibandingkan dengan kasein
micellar yang utuh, cenderung menginduksi respon FSR yang lebih besar.

Namun, pada oenelitian lain terdeteksi adanya perbedaan dalam digesti protein
dan/atau penyerapan aminoacidemia yang tidak memberi hasil dalam respon
sintesis protein otot yang berbeda. Demikian pula, dalam penelitian saat ini
perbedaan di dalam temporal profile dari ketersediaan asam amino/leucine di dalam
respon untuk ingesti dari kasein di dalam matriks susu vs kasein yang terisolasi di
dalam air tidak cukup untuk melemahkan/mengurangi respon protein anabolik otot
rangka atau seluruh tubuh.secara spesifik, ditemukan bahwa phenylalanine eksogen
cenderung tertunda tetapi berlanjut setelah kasein di dalam matriks susu
dibandingkan pada kasein dalam air yang terisolasi.
Namun, jumlah fenilalanin turunan kasein yang terlihat di dalam sirkulasi lebih dari
300-min periode postprandial serupa diantara perlakuan, mengindikasikan bahwa
pola temporal dari aminoacidemia bukan merupakan faktor kritis mendefinisikan
respon seluruh tubuh atau anabolik otot rangka karena tidak ada perbedaan dalam
kineetika protein tubuh postprandial, laju protein myofibrillar postpandrial, atay
deposisi asam amino turunan protein dalam protein myofibril.

Dalam penelitian saat ini, ingesti kasein, terlepas dari apakah itu ter-ingesti dengan
matriks susu atau larut didalam air, bertindak untuk meningkatkan sintesis protein
tubuh, menekan pemecahan protein tubuh, dan memfasilitasi keseimbangan protein
tubuh yang lebih positif lebih dari 300-min periode postprandial.

Kasein meningkatkan laju sintesis myofibrillar protein hanya ketika berkisar antara
120-300 min dalam periode postprandial.

Kegunaan dari asam amino turunan protein untuk de novo protein myofibrillar
mengalami kenaikan pada 120 dan 300 min pada periode postprandial. Penemuan
ini menunjukkan bahwa pada dosis 25 g yang tersedia, ingesti kasein disediakan
sebagai stimulus anabolik pada tingkat seluruh tubuh dan otot rangka pada laki-laki
dewasa terlepas dari apakah kasein disediakan dalam bentuk terisolasi yang larut
dalam air atau apakah kasein disediakan dengan matriks susu. Penelitian
sebelumnya telah menunjukkan, bahwa subjek yang lebih tua menunjukkan ekstraksi
asam amino sphlanchnic yang lebih tinggi, dan ditunjukkan pula bahwa reduksi
signifikan dalam jumlah asam amino turunan protein yang memasuki sirkulasi
sitemik setelah ingesti protein pada subjek yang lebih tua vs subjek yang lebih muda,
dengan demikian belum jelas apakah temuan yang serupa akan terlihat pada subjek
yang lebih mudah.

Anda mungkin juga menyukai