Anda di halaman 1dari 10

TEKNIK MENGUTIP

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persoalan mengutip dan menulis sumber rujukan dalam dunia kepenulisan


bukanlah persoalan yang sederhana. Karena itu, tidak mengherankan jika
kemudian keinginan menulis pada saat penulis akan mencurahkan gagasannya
terasa mulai terhadang oleh berbagai aturan/etika dan teknik menulis ilmiah,
akhirnya gagal menulis. Ditambah lagi dengan adanya ketentuan ancaman pidana
dan denda bagi pelanggar/plagiator/pembajak hak cipta (UU RI Nomor 19 Tahun
2002 Tentang Hak Cipta). Akan tetapi dengan suatu persyaratan menyebutkan
atau mencantumkan sumbernya serta dalam rangka kemajuan perkembangan
pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan
kritik atau tinjauan suatu masalah dengan tidak merugikan kepentingan yang
wajar dari penciptanya, tidak dianggap sebagai pelanggaran (butir a Pasal 15 UU
Nomor 19 Tahun 2002). Sedang yang dimaksud dengan kepentingan yang wajar
dari pencipta atau pemegang hak cipta adalah suatu kepentingan yang didasarkan
pada keseimbangan dalam menikmati manfaat ekonomi atas suatu ciptaan.
Memang kesalahan-kesalahan di dalam mengutip dan menuliskan daftar pustaka
sebagai sumber rujukan di dalam membuat karya tulis ilmiah kenyataannya masih
saja ada dan sering terjadi. Terlebih-lebih pada era ”Information Communication
Technology (ICT)” yang makin mempermudah penulis mencari dan mengambil
sumber rujukan, gambar atau tabel, serta makalah dan informasi lainnya, baik
melalui “download internet” maupun pengambilan melalui peralatan “scanner”.
Kenyataan di atas sangat dimungkinkan karena banyak penulis yang kurang
cermat, atau mungkin mengabaikan etika menulis ilmiah, atau mungkin juga
belum mau belajar dan tidak mau mencari tahu mengapa teknik mengutip dan
menuliskan daftar pustaka harus sedemikian rupa. Kecenderungan para penulis
lebih sering mencontoh dengan melihat langsung dari tulisantulisan, thesis,
skripsi, desertasi, dan atau dari majalah-majalah serta laporan-laporan tanpa
mengetahui aturan sesungguhnya. Untuk itu ulasan praktis minimal di dalam

MOH. IMAM BAHRUL ULUM 1


TEKNIK MENGUTIP

tulisan “Teknik-Teknik Mengutip dan Mencantumkan Daftar Pustaka di dalam


Karya Tulis Ilmiah” ini dipandang penting, agar pada giliran berikutnya dapat
menjadi versi untuk acuan para Widyaiswara, dapat dipegang secara konsisten,
mempermudah keinginan menulis dengan hasil yang bebas dari pelanggaran etika
dan teknik menulis ilmiah, serta berharapan agar keaslian (orisinalitas) isi dari
gagasan tulisan benar-benar terjaga dan sekaligus tetap menghargai karya-karya
cipta orang lain.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan

1. Bagaiamana mengutip yang baik?


2. Bagimanan teknik-teknik mengutip?
3. Bagaimana membedakan antara kutipan lansung dan kutipan tidak
lansung?

1.3 Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah

1. Untuk mengetahui definisi dan jenis-jenis kutipan


2. Untuk mengetahui cara mengutip yang baik
3. Untuk memahami dan menerapkan teknik menguti
4. Untuk membedakan kutipan lansung dan tidak lansung.

MOH. IMAM BAHRUL ULUM 2


TEKNIK MENGUTIP

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kutipan

Kutipan adalah suatu kata yang mungkin semua orang belum tahu apa
maksudnya. Kutipan juga merupakan suatu gagasan, ide, pendapat yang diambil
dari berbagai sumber. Proses pengambilan gagasan itu disebut mengutip. Gagasan
itu bisa diambil dari kamus, ensiklopedi, artikel, laporan, buku, majalah, internet,
dan lain sebagainya.

2.2 Prinsip-prinsip dalam mengutip

Dalam membuat tulisan kita pasti sering mengambil atau mengutip dari tulisan
orang lain, maka dari itu perlu kita tahu bagaimana prinsip-prinsip yang benar
dalam mengutip dari tulisan orang lain. Diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Apabila dalam mengutip sebuah karya atau tulisan yang ada salah ejaan dari
sumber kutipan kita, maka sebaiknya kita biarkan saja apa adanya seperti
sumber yang kita ambil tersebut. Kita sebagai pengutip tidak diperbolehkan
membenarkan kata ataupun kalimat yang salah dari sumber kutipan kita.
2. Dalam kutipan kita diperkenankan menghilangkan bagian-bagian kutipan
dengan syarat bahwa penghilangan bagian itu tidak menyebabkan perubahan
makna atau arti yang terkandung dalam sumber kutipan kita. Caranya:
 Menghilangkan bagian kutipan yang kurang dari satu alinea. Bagian yang
dihilangkan diganti dengan tiga titik berspasi.
 Menghilangkan bagian kutipan yang kurang dari satu alinea. Bagian yang
dihilangkan diganti dengan tiga titik berspasi sepanjang garis (dari margin
kiri sampai margin kanan).

MOH. IMAM BAHRUL ULUM 3


TEKNIK MENGUTIP

2.3 Jenis-jenis Kutipan

Terdapat beberapa jenis kutipan, antara lain adalah Kutipan langsung dan
Kutipan tidak langsung. Disini akan mencoba menjelaskan jenis-jenis kutipan
tersebut.

1. Kutipan Langsung adalah kutipan yang sama persis seperti kutipan aslinya,
atau sumber yang kita ambil untuk mengutip. Disini kita sama sekali tidak
boleh merubah atau menghilangkan kata atau kalimat dari sumber kutipan
kita.Kalaupun ada keraguan atau kesalahan dalam kutipan yang kita ambit
tersebut kita hanya dapat memandakannya dengan [sic!] yang menandakan
kita mengutip langsung tanpa ada editan dan kita tidak bertanggung jawab jika
ada kesalahan dari kutipan yang kita ambil. Bila dalam kutipan terdapat huruf
atau kata yang salah lalu dibetulkan oleh pengutip,harus digunakan huruf siku
[ ….. ]. Demikian juga kalau kita menyesuaikan ejaan, memberi huruf kapital,
garis bawah, atau huruf miring, kita perlu menjelaskan hal tersebut, missal [
huruf miring dari pengutip ], [ ejaan disesuaikan dengan EYD ], dll.
2. Kutipan Tidak Langsung adalah kutipan yang telah kita ringkas intisarinya
dari sumber kutipan aslinya. Kutipan tidak langsung ditulis menyatu dengan
teks yang kita buat dan tidak usah diapit tanda petik.Penyebutan sumber dapat
dengan sistem catatan kaki,dapat juga dengan sistem catatan langsung (catatan
perut) seperti telah dicontohkan.

2.4 Kutipan pada catatan kaki

Catatan kaki adalah daftar keterangan khusus yang ditulis di bagian bawah
setiap lembaran akhir bab sebuah karangan ilmiah. Catatan kaki berfungsi untuk
memberikan keterangan dan komentar, serta menjelaskan mengenai sumber
kutipan atau pedoman penyususanaan daftar bacaan. Cara penulisan catatan kaki
memiliki beberapa aturan yang harus diperhatikan. Hal ini diterapkan agar
penggunaan catatan kaki tersebut memang benar-benar berguna dan mudah

MOH. IMAM BAHRUL ULUM 4


TEKNIK MENGUTIP

dimerngeti. Berikut adalah beberapa hal yang harus diperhatikan dalam tata cara
penulisan catatan kaki:

1. Catatan kaki harus dipisahkan oleh sebuah garis yang panjangnya empat
belas karakter dari margin kiri dan berjarak empat spasi dari teks.
2. Catatan kaki diketik berspasi satu.
3. Diberi nomor.
4. Nomor catatan kaki diketik dengan jarak enam karakter dari margin kiri.
5. Jika catatan kakinya lebih dari satu baris maka baris kedua dan selanjutnya
dimulai seperti margin teks biasa (tepat pada margin kiri).
6. Jika catatan kakinya lebih dari satu maka jarak antara satu catatan dengan
catatan yang lainnya adalah sama dengan jarak spasi teks.
7. jarak baris terakhir catatan kaki tetap 3 cm dari pinggir kertas bagian
bawah.
8. Keterangan yang panjang tidak boleh dilangkaukan ke halaman
berikutnya. Lebih baik potong tulisan asli daripada memotong catatan
kaki.
9. Jika keterangan yang sama menjadi berurutan (misalnya keterangan nomor
2 sama dengan nomor 3, cukup tuliskan kata ibid daripada mengulang-
ulang keterangan catatan kaki.
10. Jika ada keterangan yang sama tapi tidak berurutan, berikan keterangan
op.cit., lih [x] [x] merupakan nomor keterangan sebelumnya.
11. Jika keterangan seperti opcit tetapi isinya keterangan tentang artikel,
gunakan loc.cit. Untuk keterangan mengenai referensi artikel atau buku
tertentu, penulisannya mirip daftar pustaka, tetapi nama pengarang tidak
dibalik

2.5 Teknik Mengutip

Beberapa cara teknik mengutip kutipan langsung dan tidak langsung diantaranya
sebagai berikut.

1. Perujukan Kutipan Langsung

MOH. IMAM BAHRUL ULUM 5


TEKNIK MENGUTIP

a. Kutipan Kurang dari 4 Baris


Kutipan yang tidak lebih dari empat baris atau di bawah 40 kata ditulis
di antara tanda kutip sebagai bagian terpadu dari teks karangan. Adapun
pengarang (yang diikuti tahun dan nomor halaman) dapat ditulis secara
terpadu dengan teks atau ditempatkan di dalam tanda kurung.
1) Nama pengarang disebut dalam teks secara terpadu.
Contoh:
Tommy F. Awuy (Kompas 1 April 2001) mengomentari Supernova
dari dua segi, yaitu pemikiran multidisipliner dan pembaruan.
2) Nama pengarang disebut bersama dengan tahun penerbit dan
nomor halaman.
Contoh:
Jadi, novel Supernova dapat dilihat dari dua segi, yaitu pemikiran
multi-disipliner dan pembaruan. (Tommy F. Awuy, Kompas 1
April 2001).
3) Jika ada tanda kutipan, digunakan tanda kutip tunggal (‘…’)
Contoh:
Selanjutnya van Dijk (dalam Brown and Yule, 1996:246)
berpendapat “skemata dikatakan sebagai struktur-struktur
pengetahuan tingkat tinggi yang kompleks (dan bahkan
konvensional atau tetap) yang berfungsi sebagai ‘perancah ideasi’
(ideational).

b. Kutipan lebih dari 4 baris

Kutipan yang lebih dari 4 baris atau 40 kata ke atas ditulis tanpa
tanda kutip pada tempat khusus yang dipisahkan dari teks utama, dengan
pinggir kiri-kanan yang berbeda, dengan spasi tunggal. Kutipan yang
berisi 40 kata atau lebih ditulis tanpa tanda kutip secara terpisah dari teks
yang mendahului, ditulis 1,2 cm dari garis tepi sebelah kiri dan kanan
dan diketik spasi tunggal. Nomor halaman juga harus ditulis.

MOH. IMAM BAHRUL ULUM 6


TEKNIK MENGUTIP

Mengenai keadaan ini Ajib Rosidi (dalam Mulyana, 2000: 7)


menegaskan bahwa:

Para pengajar dan sastrawan sudah lama terdengar mengeluh


mengenai buruknya pembelajaran (bahasa dan sastra) kita baik di
tingkat sekolah menengah maupun di perguruan tinggi. Kurikulum yang
tak jelas arahnya dan pengajar yang jumlahnya dan kemampuannya
tidak memadai, bahan-bahan yang jauh dari lengkap semuanya
menyebabkan pembelajaran sastra hanya seadanya.

c. Kutipan yang sebagian dihilangkan

Penghilangan itu biasanya dinyatakan dengan mempergunakan tiga titik


berspasi […]. Jika unsur yang dihilangkan itu terdapat pada akhir sebuah
kalimat, maka ketiga titik berspasi itu di tambahkan sesudah titik yang
mengakhiri kalimat itu. Bila bagian yang dihilangkan itu terdiri dari satu
alinea atau lebih, maka biasanya dinyatakan dengan titik-titik berspasi
sepanjang satu baris halaman. Bila ada tanda kutip, maka titik-titik itu –
baik pada awal kutipan maupun pada akhir kutipan – harus dimasukkan
dalam tanda kutip sebab unsur yang harus dihilangkan itu dianggap
sebagai bagian dari kutipan.

Jika dalam kutipan langsung terdapat kata-kata atau kalimat yang


dibuang, maka kata-kata yang dibuang diganti dengan tiga buah titik,
dan kalimat dengan empat titik.

1) Penghilangan kata-kata
Tenaga-tenaga penjualan yang sukses, politisi, guru, dokter, dan
pemimpin keagamaan semuanya cenderung orang yang
mempunyai tingkat kecerdasan antar pribadi yang tinggi.
Kecerdasan intera pribadi…adalah kemampuan yang korelatif,
tetapi terarah kedalam diri. Kemampuan tersebut adalah
kemampuan membentuk suatu model diri sendiri yang teliti dan
mengacu pada cirri serta kemampuan untuk menggunakan model

MOH. IMAM BAHRUL ULUM 7


TEKNIK MENGUTIP

tadi sebahai alat untuk menempuh kehidupan secara efektif


(Gardner dalam Coleman, 1994: 315).
2) Penghilangan Kalimat
Gerak manipulative adalah keterampilan yang memerlukan
koordinasi antara mata, tangan, atau bagian tubuh lain….yang
termasuk gerak manipulative antara lain adalah menangkap bola,
menendang bola, dan menggambar.” (Asim, 1995: 315.

2. Perujukan Kutipan Tidak Langsung

Tanpa memperhitungkan jumlahnya, kutipan tidak langsung ditulis


sebagai bagian terpadu dari teks karangan. Cara menulis sumber rujukan sama
dengan penulisan kutipan langsung.

a. Nama pengarang disebut terpadu dalam teks.


Contoh:
Gunawan (1995:223) menyimpulkan bahwa perkembangan manusia lebih
cepat dibandingkan simpanse ketika ia mampu berbicara.
b. Nama pengarang disebut dalam kurung bersama tahun penerbitnya.
Contoh:
Perkembangan manusia lebih cepat dibandingkan Simpanse ketika ia
mampu berbicara (Gunawan, 1995: 223).

MOH. IMAM BAHRUL ULUM 8


TEKNIK MENGUTIP

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kutipan juga merupakan suatu gagasan, ide, pendapat yang diambil dari
berbagai sumber. Proses pengambilan gagasan itu disebut mengutip. Dalam
membuat tulisan kita pasti sering mengambil atau mengutip dari tulisan orang
lain, maka dari itu perlu kita tahu bagaimana prinsip-prinsip yang benar
dalam mengutip dari tulisan orang lain. Terdapat beberapa jenis kutipan,
antara lain adalah Kutipan langsung dan kutipan tidak langsung. Catatan kaki
berfungsi untuk memberikan keterangan dan komentar, serta menjelaskan
mengenai sumber kutipan atau pedoman penyususanaan daftar bacaan. Cara
penulisan catatan kaki memiliki beberapa aturan yang harus diperhatikan.
Adapun teknik dalam mengutip ada dua, yaitu rujukan langsung dan rujukan
tidak langsung.

3.2 Saran

Persoalan mengutip dan menulis sumber rujukan dalam dunia kepenulisan


bukanlah persoalan yang sederhana. Ada ketentuan ancaman pidana dan
denda bagi pelanggar/plagiator/pembajak hak cipta (UU RI Nomor 19
Tahun 2002 Tentang Hak Cipta). Akan tetapi dengan suatu persyaratan
menyebutkan atau mencantumkan sumbernya serta dalam rangka
kemajuan perkembangan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah,
penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dengan
tidak merugikan kepentingan yang wajar dari penciptanya, tidak dianggap

MOH. IMAM BAHRUL ULUM 9


TEKNIK MENGUTIP

sebagai pelanggaran (butir a Pasal 15 UU Nomor 19 Tahun 2002). Oleh


sebab itu, budayakan teknik mengutip dengan baik dan benar dan
janganlah membajak hasil karya orang lain dengan tidak mencantumkan
kutipan pada suatu tulisan yang dikutip dari hasil karya orang lain.

1
MOH. IMAM BAHRUL ULUM
0

Anda mungkin juga menyukai