Ulin-Ian-Afif 1 Faris
Anatomi dan Fisiologi dr. Siti Aminah TSE,
Kulit SpKK
Tujuan khusus
• Menjelaskan fungsi kulit.
• Menjelaskan struktur kulit (epidermis, dermis, dan subkutis).
• Menjelaskan struktur dan fungsi kelenjar keringat, kelenjar sebasea, saraf,
dan pembuluh darah di kulit.
• Menjelaskan struktur dan fungsi rambut dan kuku.
Gambar di atas adalah gambaran umum dari anatomi kulit, yang sebelum-
nya sudah kita pelajari di blok 3. Dari kulit itu sendiri ada struktur tambahan
berupa rambut dan kuku. Secara umum lapisan pada kulit itu ada 3 yaitu epi-
dermis, dermis, dan hypodermis.
Ulin-Ian-Afif 2 Faris
Anatomi dan Fisiologi dr. Siti Aminah TSE,
Kulit SpKK
Bagaimana Struktur dan Fungsi Epidermis?
Ulin-Ian-Afif 3 Faris
Anatomi dan Fisiologi dr. Siti Aminah TSE,
Kulit SpKK
e) Stratum basale, sel penyusunnya dominan berbentuk kolumner. terdiri
dari sel kubus (kolumnar) yang tersusun vertikal pada perbatasan der-
mo-epidermal berbaris seperti pagar (palisade). Sel basal bermitosis dan
berfungsi reproduktif. Lapisan ini terdiri dari 2 jenis sel yaitu:
1. Sel bentuk kolumner, dengan protoplasma basofilik, inti lonjong dan
besar, dihubungkan satu sama lain dengan jembatan antar sel.
2. Sel pembentuk melanin, sel berwarna muda, sitoplasma basofilik dan
inti gelap, mengandung pigmen (melanosomes).
Ulin-Ian-Afif 4 Faris
Anatomi dan Fisiologi dr. Siti Aminah TSE,
Kulit SpKK
Melanosit memiliki beberapa fungsi antara lain melindungi dari sinar ul-
traviolet dan memberikan warna pada kulit, yang keduanya akan bergantung
pada jumlah dan besar melanosom. Melanosom ini ini akan melindungi kulit
dengan cara ia akan beredar ke sel keratosit dan akan melindungi tepat di atas
inti sel sehingga sinar UV tidak bisa merusak sel.
Merkel cell merupakan reseptor tekanan. Sel langerhans berperan dalam
sistem imunitas kulit disana dapat mengenali antigen dan bakteri.
Fungsi Epidermis
Ulin-Ian-Afif 5 Faris
Anatomi dan Fisiologi dr. Siti Aminah TSE,
Kulit SpKK
Bagaimana struktur dan fungsi dermis? (Kekuatan dan elastisitas)
Struktur Dermo-epidermal Junction
Ulin-Ian-Afif 6 Faris
Anatomi dan Fisiologi dr. Siti Aminah TSE,
Kulit SpKK
Ulin-Ian-Afif 7 Faris
Anatomi dan Fisiologi dr. Siti Aminah TSE,
Kulit SpKK
Fungsi Dermis
Jadi garis besarnya lapisan dermis adalah terdiri dari lapisan elastik dan fi-
brosa pada dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Dan punya 2
lapisan besar yaitu pars papillare dan pars reticulare.
1. Pars papillare, bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut
saraf, dan pembuluh darah.
2. Pars reticulare, bagian bawah yang menonjol ke subkutan. Terdiri dari ser-
abut penunjang seperti kolagen, elastin, dan retikulin. Dasar (matriks)
lapisan ini terdiri dari cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sul-
fat, dibagian ini terdapat pula fibroblas. Serabut kolagen dibentuk oleh
fibroblas, selanjutnya membentuk ikatan (bundel) yang mengandung hi-
Ulin-Ian-Afif 8 Faris
Anatomi dan Fisiologi dr. Siti Aminah TSE,
Kulit SpKK
droksiprolin dan hidroksisilin. Kolagen muda bersifat elastin, seiring ber-
tambahnya usia, menjadi kurang larut dan makin stabil. Retikulin mirip
kolagen muda. Serabut elastin biasanya bergelombang, berbentuk amorf,
dan mudah mengembang serta lebih elastis.
Jadi lapisan subkutis adalah lapisan paling dalam, terdiri dari jaringan ikat
longgar berisi sel lemak yang bulat, besar, dengan inti mendesak ke pinggir
sitoplasma lemak yang bertambah. Sel ini berkelompok dan dipisahkan oleh
trabekula yang fibrosa. Lapisan sel lemak disebut dengan panikulus adiposa,
berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat saraf tepi, pemb-
uluh darah, dan getah bening. Lapisan lemak berfungsi juga sebagai bantalan,
ketebalannya berbeda pada beberapa kulit. Di kelopak mata dan penis lebih
tipis, di perut lebih tebal (sampai 3 cm).
Ulin-Ian-Afif 9 Faris
Anatomi dan Fisiologi dr. Siti Aminah TSE,
Kulit SpKK
Komponen Tambahan Kulit
1. Kelenjar keringat ekrin
2. Kelenjar keringat apokrin
3. Kelenjar lemak = glan sebasea
4. Kuku
5. Rambut
Ulin-Ian-Afif 10 Faris
Anatomi dan Fisiologi dr. Siti Aminah TSE,
Kulit SpKK
Kelenjar Sebasea
Kelenjar Holokrin
Sekret (sebum): trigliserid, wax ester, squalene, cholesterol ester, cholesterol.
Komponen mantel asam:
Sebum + sekret apokrin + sekret ekrin + lipid pada proses keratinisasi apider-
mis.
Ulin-Ian-Afif 11 Faris
Anatomi dan Fisiologi dr. Siti Aminah TSE,
Kulit SpKK
■ Merupakan sel keratinosit, merupakan proliferasi stratum korneum. Lapisan
basal akan mengalami mitosis, hasil belahannya akan naik keatas, sampai
ke stratum korneum. Karena proliferasi dan diferensiasi. Masa hidup stra-
tum basal sampai stratum korneum adalah 14 hari. Dari stratum korneum
sampai ke yang ke superfisial sampai terkelupas juga membutuhkan waktu
14 hari.
■ Melindungi ujung jari tangan dan kaki.
■ Berasal dari matrix (karatinosit → keratin)
■ Lunula (bagian pertumbuhan/aktif): bagian belakang kuku yang berbentuk
bulan sabit.
Nah, karena kuku bahannya keratin sehingga mudah diserang jamur, karena
jamur mempunyai enzim yang akan memakan zat keratin tersebut.
Ulin-Ian-Afif 12 Faris
Anatomi dan Fisiologi dr. Siti Aminah TSE,
Kulit SpKK
Klasifikasi Rambut (dilihat dari pertumbuhannya):
Struktur Rambut
Ulin-Ian-Afif 13 Faris
Anatomi dan Fisiologi dr. Siti Aminah TSE,
Kulit SpKK
Folikel rambut:
Bagian akar rambut beserta sel epitel di sekitarnya.
Fungsi rambut:
• Kosmetik
• M. errector pilli berkontraksi → dingin, takut → merinding
Mengapa Rambut Kepala Lebih Panjang Daripada Bulu Mata atau Alis Atau
Rambut Genital?
Jadi rambut sama dengan epidermis, karena berasal dari sel basal, stratum
spinosum, stratum granulosum, dan berdiferensiasi menjadi keratin. Jadi dia
mempunyai masa hidup/siklus. Nah, siklusnya terdiri dari:
1. Fase anagen/fase pertumbuhan, jadi bulbusnya akan terus tumbuh, seh-
ingga akan terdorong tumbuh terus.
2. Fase katagen/resolusi, ini bulbusnya mula mengalami deferensi memben-
Ulin-Ian-Afif 14 Faris
Anatomi dan Fisiologi dr. Siti Aminah TSE,
Kulit SpKK
tuk bulbus yang baru, kemudian bulbus disni akan berhenti, batang rambut
terus keluar dan akan terdorong pertumbuhan sel tadi.
3. Fase telogen/istirahat, pada fase ini proliferasi akan berhenti dan rambut
akan rontok, digantikan oleh bulbus yang baru, dan nanti akan masuk lagi
ke fase anagen.
Jadi yang membedakan adalah fase awal tadi, yakni anagen. Karena mem-
punyai masa yang panjang. Sementara rambut pada pubis memiliki masa ana-
gen yang lebih pendek. Sedangkan fase katagen dan telogen sama.
Ulin-Ian-Afif 15 Faris
Anatomi dan Fisiologi dr. Siti Aminah TSE,
Kulit SpKK
Patologi Kulit
PROSES PATOLOGIS DALAM EPIDERMIS
◆ Hiperkeratosis (penambahan jumlah pada stratum korneum), ada 2 yaitu:
orthokeratosis (tidak ada inti sel) dan parakeratosis (ada inti sel). Jadi hip-
erkeratosis terjadi gangguan pada stratum basale (memiliki inti, sehingga
merangsang pembelahan terus-menerus).
◆ Hipergranulosis: bertambah banyaknya sel-sel stratum granulosum. Con-
tohnya: liken planum.
◆ Hipogranulosis: berkurangnya sel-sel stratum granulosum. Contohnya: ikti-
osis vulgaris.
◆ Hiperlasia: meningkatnya jumlah sel sehingga murubah ukuran dari organ.
Contohnya: psoriasiformis, irregular papilomatosis, pseudokarsinomatosa.
◆ Hipolasia: penurunan jumlah sel yang nyata dalam jaringan, contohnya: DLE.
◆ Hipertrofi: bertambah besarnya ukuran sel.
Akantosis, Hiperlasia
Hiperkeratosis
❧ Orthokeratosis
Ulin-Ian-Afif 16 Faris
Anatomi dan Fisiologi dr. Siti Aminah TSE,
Kulit SpKK
Pada ortokeratosis, lapisan keratin yang menebal sudah tidak mempunyai
inti lagi dan biasanya di bawah lapisan keratin masih terlihat adanya lapisan sel
granulosum.
❧ Parakeratosis
Parakeratosis adalah lapisan keratin menebal dengan masih terlihat inti sel,
dan biasanya lapisan granulosum dibawahnya sudah tidak terlihat lagi.
Degenerasi Balon
Ulin-Ian-Afif 17 Faris
Anatomi dan Fisiologi dr. Siti Aminah TSE,
Kulit SpKK
Spongiosis
Akantolisis
B → Akantolisis: hilangnya jembatan antar sel dari sel keratinosit, contoh pem-
figus.
C → Diskeratosis dan Nekrosis
1. Diskeratosis: proses kesalahan atau prematuritas keratinisasi dari sel
keratinosit.
2. Nekrosis: kematian sel atau jaringan di dalam jaringan yang masih hid-
up. Tanda-tanda: kariorheksis (fragmentasi inti), kariolisis (hancurnya
inti, piknosis: berkerutnya inti).
PROSES PATOLOGIS DIDALAM DERMIS
• Proses patologis dari unsur seluler, dapat mengadakan infiltrasi sel sebagai
berikut: monoform, campuran, likenoid, nodular, leukositoklastik.
• Proses patologis dari unsur jaringan ikat: degenerasi kolagen. Contoh granu-
loma anulare. Hialinisasi, fibrosis, sklerosis atau papilomatosis.
Ulin-Ian-Afif 18 Faris
Anatomi dan Fisiologi dr. Siti Aminah TSE,
Kulit SpKK
Pertanyaan:
1. Apakah mencukur rambut dapat memperbanyak rambut?? Jadi, itu hanya
MITOS karena proliferasi rumbut diatur oleh sel basal yang dingaruhi oleh
gen.
2. Jumlah rambut rontok normalnya dalam sehari ada berapa?? kurang lebih
seratus rambut.
Referensi
- Waugh A, Grant A,. Anatomy and Physiology in Health and Ilness, 9th Ed,
Elsevier Churchill Livingstone, 2006: 361-371.
- Solomon EP, Introduction to Anatomy & physiology, 2nd Ed, Saunders Else-
viers, 2003; 40-45.
Selamat Belajar
Wassalam
Ulin-Ian-Afif 19 Faris
Anatomi dan Fisiologi dr. Siti Aminah TSE,
Kulit SpKK
1. Epidermis terdiri dari beberapa lapisan. Stratum dimana terdapat sel peny-
usun berbentuk seperti spina atau tanduk, diantaranya terdapat intercellu-
lar bridge dan sel Langerhans adalah stratum..
a. Stratum korneum
b. Stratum lucidum
c. Stratum granulosum
d. Stratum spinosum
e. Stratum basale
2. Sel yang memiliki fungsi melindungi kita dari sinar UV dan memberi warna
pada kulit, adalah..
a. Sel Merkel
b. Sel Langerhans
c. Melanosit
d. Keratosit
e. Fibrosit
Ulin-Ian-Afif 20 Faris
Penyakit Jamur dr. Siti Aminah TSE,
pada Kulit Sp. KK
Gejala : gatal, disertai folikulitis ringan, lesi serupa dg dermatitis seboroik atau
LE kronis dengan tanda khas : Rambut patah dekat permukaan kulit → gam-
baran “titik“ (batang rambut bengkak → patah pada permukaan kulit) pada
rambut gelap
Pengobatan : anti jamur lokal atau sistemik, kalau sembuh dapat menimbulkan
botak, bahkan permanen.
PENATALAKSANAAN
Predileksi : bagian badan yang berambut halus sering disebut Tinea Glabrosa.
E. Tinea Cruris
Penyebab : Epidermophyton.
Predileksi : inguinal, perineum, paha bagian atas, genital, dan daerah scrotum.
Gejala : gatal dengan tanda khas : bilateral, lesi sebenarnya anular , elips, kalau
lesi terus melebar sering tampak gambaran 1/2 lingkaran. Warna lesi kemera-
han sampai coklat kehitaman. Skuama tidak tampak jelas terutama kalau ada
intertriginasi.
Faktor risiko : kelembaban & panas (hangat), celana yang ketat , kegemukan.
2. Mikroskopis
Sampel dari skuama kulit, kuku & rambut.
• Sampel diletakkan obyek glass,
• tutup dengan cover glass
• Ditetesi KOH 10%-30%
• Dilihat di bawah mikroskop
Skuama :
• Skuama + KOH 10%-30% biarkan 5` - 10`
• dilihat dibawah mikroskop dengan pembesaran lemah & diafragma ditutup
atau dikecilkan
• Hasil positif bila terlihat :
a. batang-batang seperti pita panjang beruas-ruas bercabang
b. pada ujungnya ada budding
c. fluorescensi kuning kehijauan
d. tidak erikat pada batas batas sel
Kuku
• Potongan-potongan kuku direndam dengan KOH 30 % dalam tabung kecil,
biarkan selama 48 jam dalam suhu kamar, kuku akan hancur jadi bubur.
• Dilihat dibawah mikroskop dengan pembesaran lemah dan diafragma ditu-
tup / dikecilkan.
• Positif → spora dan atau mycelium.
3. Kultur/biakan
• Squama, kuku & rambut yang telah dipotong kecil, diletakkan di dalam me-
dia
• Biarkan dalam ruang dengan suhu kamar (udara kamar) selama 5 – 7 hari
• Hasil positif bila tampak koloni dengan bentuk & warna yang berbeda ter-
gantung jenis jamur yang ada.
• Kemudian koloni diambil sedikit dilihat dengan mikroskop dicari makrospo-
ra untuk identifikasi.
4. Biopsi → Histopatologis
Kulit pada lesi dibiopsi, dikirim ke PA untuk dilihat elemen jamur dalam
stratum corneum.
PENATALAKSANAAN
Penyakit Topikal
Kandidiasis Kutan
1. Kandidiasis Intertrigo
Predileksi pada Inframamma, axilla,
inguinal, perineal, gluteal dengan man-
ifestasi klinis berupa Patch eritematus,
maserasi dengan lesi satelit.
5. Diaper dermatitis
Predileksi pada Perigenital, perianal, paha bagian dalam dan pantat dengan
manifestasi klinis berupa Eritema, edema papulopustuler, erosi, membasah
KANDIDIASIS MUKOSA
• Vaginitis /Vulvovaginitis kandida
Keputihan (discar putih kental seperti susu/santan pecah atau keju), bau
asam, rasa gatal. Predileksi pada Vulva dan vagina dengan manifestasi klinis
berupa eritem dan edem.
• Orofaringeal kandidiasis
Predileksi pada Mukosa oral dan faring : berupa pseudomembranous can-
didiasis (thrush) yang mudah dikelupas, dengan mukosa sekitar eritem.
PITYRIASIS VERSICOLOR
Penyebab : Malassezia furfur (bersifat lipofilik)
asam decarboxylase → menghambat tyrosinase → hypopigmentasi.
Predileksi pada punggung, dada, lengan atas (daerah seborea), atau tempat
lain.
Tanda : makula hipo/hiperpigmentasi (putih - coklat), multipel dengan squama
halus.
Lesi dapat bergabung → lebar (patch)
PENATALAKSANAAN
REFERENSI
• Graham-Brown R, Burns T, 2005, Lectures Notes Dermatology, Ed 8, Pener-
bit Erlangga, Jakarta (H)
• Odom RB, James WD, Berger TG, 2000. Andrews Diseases of The Skin, Clin-
ical Dermatology, 9 ed, WB Saunders Company, Philadelphia (A).
• Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K, Austen KF. 2003 dan 2008. Dermatology in
General Medicine, 5th ed. New York, Mc Graw-Hill Inc.
KOSMETIKA KULIT
dr. Rikyanto, Sp.KK
GANGGUAN PIGMENTASI
hiperpigmentasi general
1. Penyakit Adison
Produksi hormonal berlebihan, tidak ada kontrol dari korteks adrenal.
Kerusakan korteks: tbc gangguan autoimun, karsinoma, amiloidosis.
2. Hemokromatosis
Primer dan sekunder. Disebabkan
gangguan absorbsi Fe yang berlebi-
han. Deposit Fe ditambah pening-
katan melanin– hiperpigmentasi
berwarna coklat abu-abu—bronze
appearance. Bentuk sekunder karena
transfusi darah, hemolitik kronik.
3. Akantosis nigrican
Dijumpai pada fleksura dan disertai
peningkatan jumlah papiloma kutis.
4. Hiperpigmentasi karena obat
Misal karena minosiklin dan fenotiasin.
hiperpigmentasi Lokal
1. Melasma
Terdapat pada wajah
❧ Faktor risiko:
• pajanan sinar matahari,
• kehamilan ( disebabkan MSH—
Melanocyte Stimulating Hormone
—berlebihan, jadi ketika hamil kulit
akan nampak lebih tua warnanya.
Lebih lengkap baca di materinya drh.
Zlkhah ya),
• kontrasepsi hormonal,
• obat epilepsi,
• parfum kosmetik.
❧ Klinis:
• patch hiperpigmentasi,
• batas tegas,
• tepi iregular, bergerigi, menyerupaipeta,
• lokasi pada wajah yaitu pipi, hidung, dan dahi. Ada beberapa
bentuk yaitu:
a. Sentrofasial: pipi, dahi, atas bibir, hidung, dan dagu.
b. Malar: pipi dan hidung.
c. Mandibular: ramus mandibula.
❧ Terapi
• Umum
Kurangi faktor risiko dan hindari sinar UV.
• Khusus:
==> topikal Hidrokuinon,
2. Melanoderma
Terjadi pascainflamasi. Beberapa penyakit yang sembuh sering mening-
galkan hiperpigmentasi: akne, LE (lupus eritematous), DA (dermatitis
atopik), liken planum, HZ (herpes zooster), varisela, dll.
hipopigmentasi general
1. Albino
Akibat genetik yang menyebabkan
defek pada sintesis melanin meskipun
melanosit normal. Yang paling sering
adalah bentuk okulokutaneus.
2. Hipopituitarisme
Hipopigmentasi karena penurunan kadar hormon MSH.
hipopigmentasi lokal
1. Vitiligo
Lahir normal, kelainannya didapat.
Patogenesis: ada 3 teori yaitu
autotoksik (dari dalam tubuh sendiri
ada yang “makan” melanositnya),
imunologik, dan neural.
• Gambaran klinis:
ukk makula/patch depigmentasi. Salah satu
varian adalah Nevus halo.
• Penanganan dilakukan repigmentasi
dengan psoralen. Psoralen dibagi jadi 2 jenis ada yang
topikal dan sistemik *pengobatan ini harus dipparkan
dengan sinar U.V juga agar kulitnya sukses jadi coklat*
2. Leukoderma
Terjadi akibat kerusakan melanosit: akibat trauma fisik atau khemis. Pada
kondisi normal repigmentasi terjadi akibat proliferasi melanosit dari fo-
likel rambut. Proses pada luka bakar, radiasi, laserasi, post zoster/varisela.
MELASMA
Kok dibahas lagi? Jadi, melasma ini merupakan kasus yang paling
sering terjadi dalam dekade ini di kalangan orang Indonesia.
Patogenesis—Etiologi
• Tingginya insidensi melasma dalam sebuah keluarga
mengindikasikan adanya komponen genetik.
• Paparan sinar matahari biasa dilaporkan sebagai
faktor eksersabasi yang disebabkan oleh ultraviolet.
• Melasma diketahui muncul dengan pergantian hormonal, belum jelas
mengenai waktu klinis dikaitkan dengan serum hormon melasma
• Bagi wanita yang tercacat mendapat melasma setelah kontrasep-
si oral, pengobatan sebaiknya dihentikan bila memungkinkan.
• Etiologi melasma:
1. Obat-obatan: kloroquin, klorpromasin, pil KB, antiepilepsi.
2. Hormon: MSH, ACTH, estrogen, progesteron. Hati-hati terhadap
penggunaan pil kontrasepsi hormon.
3. Sinar UV
4. Kehamilan
5. Genetik: 30% riwayat keluarga (+)
6. Bahan kimia-fotosensitiv
7. Ras terutama coklat muda, Asia, Hispanic (orang-orang Spanyol
yang migrasi ke Amerika) daerah tropis
• Patogenesis:
1. Peningkatan produksi melanosom, karena hormon/ sinar UV
2. Penghambatan malphigian cell turn over, karena obat sitostatika.
3. Transfer melanosom dari sel basal ke suprabasal.
Penegakan Diagnosis
Melalui pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan histopatologi→ untuk mengetahui letak pigmen
melanin, apakah melasma:
a. Tipe epidermal
b. Tipe dermal
2. Pemeriksaan dengan lampu wood
a. Tipe epidermal : warna jelas, coklat tua, terlihat lebih jelas
dibawah sinar, respon baik terhadap pengobatan
b. Tipe dermal : batas tidak jelas, coklat terang, tidak berubah
dibawah sinar, respon yang buruk terhadap pengobatan
c. Tipe mixed : kombinasi warna coklat tua dan coklta muda,
pengobatan hanya berdampak pada sebagian saja
Mengapa perlu menentukan jenis melasma?
Karena berkaitan dengan respon terhadap terapi.
Jenis epidermal memberikan respon paling baik
terhadap terapi.
Skor: 0-48. Skor ini untuk menentukan beratnya melasma dan bisa meng-
hitung bagaimana respon terapinya. Begini nih rumusnya :
MASI= 0,3A (D+H)+ 0,3A(D+H) +0,3A(D+H)+
0,1A(D+H)
Diagnosis Banding
1. Hiperpigmentasi post inflamasi (HPI)
adalah kelainan pigmen yang didapat
akibat terakumulasi pigmen setelah
terjadinya proses peradangan akut atau
kronik. Keadaan ini disebabkan oleh mening-
katnya sintesis melanin sebagai respons
peradangan, dan terperangkapnya pigmen
melanin di dalam makrofag di bagian atas
lapisan dermis pada kulit. Bedanya dengan me-
lasma, HPI diawali dengan inflamasi terlebih
dahulu dengan gejala berupa gatal. Biasanya
terjadi akibat jerawat/akne yang dipencet.
3. Ephelides/ frekel
Biasanya terjadi pada orang-orang tipe
kulit I. Orang Eropa dan Australia.
Diakibatkan genetik. Yang membedakan
dengan melasma adalah lokasi ukk nya.
Pada ephelides terjadi di daerah tidak
hanya wajah, biasanya di daerah dada,
bahu, punggung, atau daerah lain yang
sering terpapar sinar U.V
4. Liken planus alkinik
Bentuk seperti jala-jala, tidak seperti melasma yang rata.
Pengobatan
1. Pemberian kortikosteroid *jangan gunakan kortikosteroid tunggal
dan jangan mengandung gugus Flour karena kulit dapat menjadi
atrofi*
2. Alpha hidroksi acid/AFA→untuk pengelupasan kulit
3. Asam kojik, hidroquinon, arbutin, asam azelat
4. Campuran formula Kligman *yang paling dianjurkan—gold
standard* terdiri atas:
• hidroquinon 4-5%,
• tretinoin 0,5-1%, (untuk memperbaiki sirkulasi darah, namun
kadang menimbulkan efek inflamasi, maka perlu pemberian dexa)
• dexamethason 0,1% (untuk antiinflamasi).
Saran
☑ Menghentikan obat penyebab/ memperberat melasma.
☑ Kurangi paparan dengan sinar matahari terutama saat pagi jam
10.00- jam 15.00 sore WIB.
☑ Pemakaian tabir surya minimal SPF (Sun Protective Factor) 15. SPF
berkonotasi dengan UV B, jadi lebih berfungsi untuk melindungi
kulit dari paparan sinar matahari terutama UV B. Padahal fyi nih
yang membuat kulit kita menjadi tanning itu adalah UV A sehingga
kosmetik yang baik adalah kosmetik yang juga menambahkan zat
pelindung UV A yang biasanya disebut APF.
☑ Kurangi pemakaian kosmetika yang berparfum, pengawet dan pe-
warna (blush-on).
ACNE
Acne bukanlah merupakan masalah utama tetapi masalah tersering
pada klinik kulit dan kecantikan. Acne sering menimbulkan dampak
terhadap psikologis (ga Pe-De) dan kualitas hidup seseorang. Se-
lain itu hal ini kebanyakan terjadi pada wanita dewasa dengan mas-
Patogenesis
➢ Pada saat remaja, mulai aktif terjadi kenaikan produksi
sebum dari kelenjar sebasea yang diakibatkan
karena ketidakseimbangan hormon androgen.
➢ Kolonisasi bakteri terutama P. acnes yang banyak, sehingga
dapat mengubah trigliserid yang ada pada sebum menjadi asam
lemak bebas (FFA) dimana asam lemak ini merupakan makanan
bagi P. acnes dan memiliki sifat radang pada kulit manusia.
➢ Perubahan kimiawi sebum. Enzym P. acnes dapat
merubah as. lemak dari sebum menjadi asam lemak bebas (FFA).
➢ Penyumbatan saluran pilosebasea karena turn over dari
epidermis terutama pada stratum korneum →komedo.
3. Pengaruh Bakteri
Propionibacterium acnes disebut–sebut sebagai penyebab timbulnya
jerawat. Sebenarnya P. acnes merupakan flora wajah dan ditemu-
kan pada wajah dengan atau tanpa jerawat. Akumulasi sebum karena
Gejala
☑ Komedo: lesi awal acne, tanda khas untuk acne. Terjadi karena penyum-
batan saluran pilosebasea sehingga terjadi penimbunan bahan-
bahan lemak, keratin. Komedo tertutup dan komedo terbuka
☑ Papula: infiltrasi sel neutrofil. Tidak meradang
atau meradang hingga berwarna merah pada kulit
disekitarnya. Dapat berkembang jadi nodus.
☑ Pustula: benjolan kecil sering dijumpasi kuman patogen
akibat infeksi sekunder.
☑ Nodulus: lanjutan papula, sudah ada infiltrasi neutrofil
Sebenernya kalo cuma komedo gak masalah kawan kata dr. Riky, tapi
kalo sudah jadi pustul sampai nodul itu yang akan meninggalkan
bekas. Bekas/Cacat akibat acne, antara lain :
1) Atrofi : berupa cekungan yang disebut pitted skar
2) Hipertrofi : karena jaringan parut dan pada orang-orang tertentu
bisa seperti keloid, terutama pada dada
3) Hiperpigmentasi
4) Hipopigmentasi
Jenis Acne
A. Endogen (yang berasal dari dalam), misalkan faktor
keturunan atau bersamaan perkembangan umur
• Acne vulgaris
Terutama menyerang wajah dan V area. menurut lesi ada
akne komedonal, papula-pustla dan nodulus kistik.
• Acne konglobata
Ditandai dengan nodulus yang meradang, persisten dan kronis
didaerah seborea. Sering berlanjut jadi nekrosis,
fistula sampai jaringan parut.
• Acne hormonal
Peran hormon androgen sangat menonjol, termasuk acne neonatal,
infantile, dan premenstrual.
C.Erupsi akneformis
Lebih banyak berada di luar wajah seperti pada dada, bahu dan lengan
atas—biasanya tidak berjerawat pada wajah—. Disebabkan karena peng-
gunaan sistemik/lokal. UKK dapat berupa papula folikuler kemerahan,
agak keras terutama pada daerah akne/jerawat. Ciri khasnya tidak ada
komedo. Obat yang mempengaruhi terjadinya erupsi akneformis antara
lain iodida, bromida, sedativa, ACTH, glukokortikoid dan sebagainya.
Faktor Predisposisi
• Genetik
• Makanan. Ada yang mengatakan lemak, kacang, coklat (indeks
glikemik yang tinggi). Sebenarnya lemak yang mengandung
asam linolenat baik untuk tubuh asalkan tidak berlebihan
seperti mengkonsumsi kacang 1 kg / hari huehehe.
• Hormon: golongan androgen
• Kejiwaan, tegang, kurang tidur, galau
• Musim
• Bahan kimia, kosmetika
• Mekanis
• Infeksi bakteri
• Lain-lain
Acne Infantil
Diagnosis
Terdapat lesi dasar yang biasanya terdapat pada wajah, dada, bahu, lengan
atas berupa :
• Sebuah mirokomedo karena pelebaran folikel rambut yang penuh
sebum dan P. acnes
• Komedo tertutup
• Komedo terbuka
• Papul
• Pustul
• Nodul
• Kista
• Skar/ Jaringan parut
Penatalaksanaan
A. Pencegahan
• Menjaga kebersihan dan kesehatan
• Penggunaan kosmetika yang tidak berlebihan
• Makanan, indeks glikemik harus diperhatikan. Dan katanya kita
kudu wajib banyak makan yang namanya “SABU-SABU” alias sayur
buah sayur buah, seperti itu sista!
• Faktor kecemasan dan jangan sering galau ya
• Faktor kurang tidur
• Kebiasaan memegang dan memencet
B. Pengobatan
a. Obat –obat topikal
◉ Obat keratolitik, untuk melepaskan keratin/hiperkeratosisnya:
sulfur, asam salisilat dalam sediaan lotio kummerfeldi
◉ Asam vitamin A
◉ Benzoil peroksid: mencegah terjadi komedo
◉ Kalau sudah ada peradangan bisa diberikan antibiotika topikal:
eritromisin, clindamisin terutama P.acnes .
b. Obat sistemik
◉ Antibiotika: tetrasiklin, minosiklin, doksisiklin, klindamisin, er-
itromisin. Perlu diingat golongannya yang larut dalam minyak ya
Tindakan
• Ektraksi komedo
• Elektrodesikasi
• Insisi—aspirasi disertai injeksi intralesi triamsinolon untuk tipe
nodulu-kistik
• Peeling—untuk pelepasan stratum korneum—: AHA, AFA, MIFA
Pengobatan
Ada 5 langkah sukses penanganan Acne, yaitu :
1. Menormalkan keratinisasi dan eksfoliasi
Retinoid bisa mengatasi ini dan tretinoin merupakan pilihan pertama
untuk terapi acne. Tetapi harus hati-hati, retinoid bersifat fotosensitif
jadi pemakaiannya tidak dianjurkan pada siang hari, biasanya dianjur-
kan memakai sunblock pada siang harinya. Cara ini dapat mencegah dan
menghilangkan komedo serta mempermudah penyerapan antibiotic.
3. Vitiligo adalah:
a. Kelainan sejak lahir
b. UKK berupa makula/patch hipopigmentasi
c. Patogenesis ada 3 teori yaitu autotoksik, imunologik, dan neural
d. Dapat diturunkan secara autosomal resesif
penyakit bula
1. Bullous pemphigoid (BP)
• Penyakit berlepuh
• Penyakit bula kronik, pada sub-epi-
dermal, bersifat autoimun,
melibatkan kulit dan jarang mengenai mem-
brana mukosa.
• Penyakit ini ditandai dengan adanya IgG
spesifik makanya disebut penyakit autoimun.
autoantibodi dengan antigen hemidesmosom-
al yaitu BP230 (BPAg1) dan BP180 (BPAg2).
PATOFISIOLOGI
IgG autoantibodies berikatan dengan membrana basalis yang mengaktivasi
komplemen dan mediator inflamasi inilah memainkan peran penting dalam
menarik sel-sel inflamasi ke dasar membran kemudian untuk melepaskan
protease, yang menurunkan protein hemidesmosomal dan menyebabkan
pembentukan blister. Kemudian Eosinofil juga menjadi karakteristik,
meskipun kehadiran mereka bukan merupakan kriteria diagnostik mutlak.
Pada gambar di bawah ini terlihat bula tegang, letaknya sub epidermal
bila dilihat di bawah mikroskopik. Di dalam cairan bula tersebut terdapat
eosinophil.
FREKUENSI
o Penyakit ini banyak terdapat di US, prancis, dan German,
dilaporkan sekitar 6.6/1 juta orang pertahun.
o Rata-rata umur yang terkena BP adalah 65 tahun
o BP mungkin juga akan diikuti beberapa gejala klinis yang
tampak jelas yaitu: generalized bulosa, vesikular, vegetatif,
eritroderma umum, urtikaria, dan Variasi nodular.
BENTUK VESIKULAR
o Jarang terjadi. Manifestasinya berkelompok tapi kecil kecil,
melepuh, selalu berbentuk sebuah urtikaria atau dasar eritromatus.
BENTUK VEGETATIVE
o Sangat jarang terjadi dengan dalam bentuk plak di daerah
intertriginosa kulit, seperti ketiak, leher, pangkal paha, dan
daerah inframammary.
o Bentuk BP mirip vegetans pemfigus.
BENTUK URTIKARIA
o Beberapa pasien dengan BP awalnya hadir dengan lesi urtikaria
persisten yang kemudian dikonvensi ke letusan bulosa
o Pada beberapa pasien, lesi urtikaria adalah satu-satunya manifes-
tasi penyakit
BENTUK NODULAR
o Langka, disebut pemfigoid nodularis, memiliki gambaran klinis
yang menyerupai nodularis prurigo, dengan lepuh yang timbul dari
pada lokasi yang normal atau pada kulit yang mengalami lesi nodular
BENTUK ACRAL
o Di masa onset BP terkait dengan vaksinasi, lesi bulosa terutama
terjadi pada telapak tangan, telapak kaki, dan wajah
PENYEBAB
• Belum di ketahui pasti
• Immunogenetics
- Diidentifikasi bahwa antigen leukosit manusia (HLA) haplotype
berpengaruh, DQB1 0301, meningkat pada pasien dengan BP.
- haplotype HLA ini menjadi penting dalam penyajian target antigen
oleh sel antigen-presenting dalam pengembangan awal
dari respon autoimun.
• Usia
- Dekade ke lima - dekade ketujuh kehidupan.
- Perubahan intrinsik dalam sistem kekebalan
tubuh dengan penuaan dapat menjadi faktor dalam
inisiasi respon autoimun terhadap antigen BP.
- Bergantian, trauma berulang pada kulit dapat menyebabkan
perkembangan respon imun terhadap protein kulit normal.
TEMUAN HISTOLOGIS
o Ditemukan adanya bula Subepidermal melepuh. Infiltrat bahan
inflamasi biasanya polymorphous, dengan dominasi eosinofil. .
Sel radang eosinophil predominance Sel mast dan basofil
mungkin menonjol di awal perjalanan penyakit.
o Spesimen biopsi kulit lesi dapat menunjukkan infiltrasi neutro-
philic dominan atau peradangan minimal (pauci-inflamasi atau
cell-poor BP)
PENGOBATAN
o Fase akut, prednisolone 40-60 mg/hari umumnya dipakai untuk
mengontrol erupsi bula
o Dosis diturunkan sesegera mungkin untuk mencapai dosis pemeli-
haraan, kemudian dengan alternate days sampai pengobatan berhenti.
o Pada kasus yang sangat ringan dan local recurrences, topical gluco-
corticoid atau topical tacrolimus mungkin bermanfaat.
o Tetracycline ± nicotinamide dilaporkan bermanfaat pada beberapa
kasus.
o Treatment baru dapat dihentikan setelah 2-3 tahun.
GAMBARAN KLINIS
- Ditandai dengan bula lembek
- Yang muncul pada kondisi normal atau permukaan kulit eritematosa.
Bula mungkin muncul dalam bentuk bergelombang (tidak
rata), berkelompok atau annular (mirip bentuk gelang)
- Di isi dengan serosanguinus, sero-prulent atau hemoragik eksudat.
NICKOLSKY‘S SIGN
- Karakteristik untuk pemfigus.
- Tes ini dapat dilakukan dengan
menekan jari dengan tekanan
kuat di atas permukaan kulit
yang terdapat bula.
- Tanda Nikolsky positif yang
menandakan hilangnya ikatan
antara lapisan-lapisan kulit,
yang dapat diperiksa dengan ter-
kelupasnya kulit yang tampaknya
sehat setelah ditekan dan digesek
GEJALA
- Gatal ringan atau rasa terbakar pada kulit yang berlepuh.
- Bula yang mudah pecah pada kulit dan membrana mukosa meninggalkan
daerah erosi yang nyeri.
- Bula pecah pada kulit dan selaput lendir meninggalkan permukaan
kulit yang mengelupas sehingga menyakitkan.
- Infeksi bakteri sekunder adalah umum di mana penyembuhan mem-
butuhkan waktu lebih lama. Penyembuhan biasanya meninggalkan
sisa hiperpigmentasi tapi tanpa jaringan parut.
HISTOPATHOLOGY OF PEMPHIGUS
- Akantolisis
- Hiperkeratosis.
- Spongiosis.
- Epidermal terdiri atas mikroabses
eosinofilik dengan intra-epidermal
belahan dada.
- Dermis menunjukkan infiltrasi
inflamasi ringan oleh limfosit,
eosinofildan sel plasma.
Clinical evaluation
◉ Histopathologic dengan Light microscopy
◉ Immunofluorescent examination. Teknik laboratoium untuk
menunjukkan adanya ikatan jaringan dengan antibodi yang beredar.
◉ Electron microscopic examination (EM )tidak merupakan prosedur
rutin
DIAGNOSIS
Diagnosis berdasarkan gejala klinis khas yaitu bula yang kendor
dan tanda Nikolsky positif. Tanda diagnostik meliputi: Bula kendor,
Tanda Nikolsky (positif), Tzank test (positif), dan Kronik residif.
Pemeriksaan penunjang yaitu: Histopatologi dan Tzank test
Imunofluoresen, ditemukan Ig G pada interseluler epidermis
*Tzank test : dari bula yang digunting, ambil cairan dasar dari bula,
kemudian di cat dengan giemsa, akan tampak sel raksasa berinti banyak
yang artinya positif.
Diagnosa banding :
a.Dermatitis herpetiformis
b.Pemfigoid bulosa.
Obat topikal
• Lesi Basah
Potassium permanganate 1: 8000 dapat digunakan sebagai antibakteri
dan krim Muperacin
• Lesi kering
Topikal kuat atau dengan fluorinated steroid ringan dapat digunakan
dan dicoba terlebih dahulu, sebelum pemerian steroid oral pada lesi
lokal.
3. DERMATITIS HERPETIFORMIS
■ Penyakit kulit berlepuh yang sangat gatal. Sering terjadi pada anak-
anak.
■ Penyakit imunitas origin dan sering diikuti dengan coeliac disease.
■ Stress emotional berat mungkin sebagai faktor pencetus.
MANIFESTASI KLINIS
• Lesi kulit dimulai dengan papula eritem yang sangat gatal, ekskoria-
si, urticarial wheals atau kelompok kecil dari vesikel atau bulla.
• Lesi muncul pada sisi extensor ekstremitas, khususnya pada siku,
lutut, axilla, badan, lengan, wajah dan scalp.
• Pada stadiumlanjut menjadi pigmentasi dan jaringan parut.
• Oral lesions jarang terlibat.
GAMBARAN KLINIS
• Kulit yang terlibat adalah perioral area, lower trunk, paha
bagian dalam dan genitalia
• Lepuh menyebar seluruh tubuh.
• Direct IF ditemukan IgA sepanjang membran basalis epidermis berupa
linear pattern. (ada IgA : sangat berhubungan dengan saluran cerna )
• DH dihubungkan gastro-intestinal enteropathy
presenting with a clinical picture of coeliac disease.
• Pada anak-anak: melibatkan genitalia, sacral, axillary folds, but-
tocks dan permukaan extensor dari anggota badan. Pada anak
anak biasanya asymptomatic, lebih sering pada anak laki dan per-
lu diwaspadai pada remaja muda yang tidak berespon terhadap
sulfapyridine dan obat lain, yang mana efektif untuk dewasa.
• DH yang mulai masa anak-anak sebagai papulovesicular atau bula
dapat berlanjut sampai dewasa muda dengan perjalanan exacerba-
tion dan remisi.
• DH menunjukan akumulasi IgA antibodies pada dermo-epidermal
junction.
PSORIASIS
- paling sering tejadi
- Sebab tak diketahui
- Kronik dan residif
- Plakat eritro- skuamosa dengan
skuama tebal, mikaseus, berlapis-
lapis
Tandanya ada 3:
- Tanda Auspitz +
- Tanda tetesan lilin
- Tanda koebner +
GAMBARAN HISTOLOGI
◆ Parakeratosis (sel pada stratum korneum
yang masih berinti) difus, penipisan
epidermis supra papiler,
◆ Mikro abses munro,
◆ Akantosis reguler,
◆ Papila dermis bentuk jari-jari ,
◆ edem dermis papilaris,
◆ Infiltrat limfo histiosit perivaskuler,
jarang
MANIFESTASI KLINIS
1. PSORIASIS VULGARIS(Kompetensi 3A)
Paling banyak dijumpai, lesi plakat yang spesifik
Predileksi daerah prominen
2. PSORIASIS INVERSA/PSORIASIS FLEKSURAL
Lesi plakat spesifik predileksi pada daerah lipatan Seboriasis - psoriasis
pada daerah seboroik
3. PSORIASIS GUTATTAE
Erupsi serentak, multiple, ukuran kecil-kecil (seperti tetes air) Pada
anak-anak sebagai lesi awal
5. PSORIASIS ARTROPATI
• artritis seronegatip
• predileksi: sendi bagian distal,
pensil
• persisten
• gambaran Ro. Spesifik
• gambar spesifik nya yaitu bagaikan
pensil di dalam cangkir “pencil in
cup”
7. PSORIASIS KUKU
Tanda Auspitz :
Bintik-bintik perdarahan (pin point bleeding) bila skuama dilepas
PENATALAKSANAAN
Pengobatan
◉ Topikal : tar, asam Salisilat, kortikosteroid
◉ Sistemik : sitostatika (cy-a, mtx) , isotretinoin, Kortikosteroid
◉ Kombinasi : radiasi UV-B + tar ( Reg.Gaukerman)
radiasi UV-A + psoralen (PUVA)
Pertimbangan dalam pemilihan obat
➢ derajat penyakit ( ringan, sedang atau berat) dengan sekor PASI
➢ riwayat pengobatan dan tanda-tanda efek samping obat
➢ keadaan penderita sesaat
Pengelolaan social
→ Sosialisasi penyakit terhadap penderita dan keluarga
PITYRIASIS ROSEA
(kompetensi 4A)
• EES dengan erupsi spesifik patch eritem oval, multipel, skuama halus
collarete, sumbu panjang searah garis lipatan kulit, sembuh spontan
• Etiologi : virus HHV 6 & 7
• Ciri khas di awali dengan herald patch, letaknya di punggung bagian
atas, lebih besar dari lesi yang lain. Lesi kecil-kecil yang lain akan
muncul setelah 4-5 hari. Letak lesi hanya di badan dan sedikit
bag pangkal paha atau pun lengan, kata dr.rikyanto lesi nya ini letak
nya seperti baju renang jaman dulu yang tanpa lengan itu loh.
• Lesi awal atau Herald patcth, ukuran > besar, dikelilingi lesi baru
(korimbiformis : bagaikan induk ayam yang dikitari oleh anak ayam)
MANIFESTASI KLINIS:
• Herald patch : lesi kecil-kecil
disekitarnya
• Meluas keseluruh tubuh kecuali
muka dan telapak tangan
• Lesi full blown (PR yang sempurna)
*layaknya mencari sosok idaman,
jadi seperti apa sosok perempuan
atau laki-laki idaman kalian ?*
di punggung memberi gamba-
ran pohon cemara Lesi terutama
pada kulit yang tertutup pakaian.
• Bentuk atipik : lesi vesikuler
• Perjalanan penyakit 6 - 12 minggu,
• Bekas lesi makula hipopigmentasi
Epidemiologi:
Dijumpai di seluruh dunia, laki-laki : perempuan sama, anak : dewasa sama
PITYRIASIS RUBRA PILARIS
ETIOLOGI
• Familial (aut. domin)
• Gangguan metabolisme vitamin A
Patogenesis lesi :
Peningkatanepidermo-poiesis 2-3 x normal
MANIFESTASI KLINIS
• Lesi awal : patch eritro skuamos pd kepala (seboroiformis) diawali
papul eritroskuamosa folikuler.
• Lesi menggabung dan meluas tu: badan dan punggung tangan
• Pada telapak warna kuning lilin, tebal dan mengkilat (keratoder-
mik-sandal)
• Lesi lanjut: pulau kulit normal diantara plak eritroskuamosa
• Pada tahap eksfoliatif menyerupai D.E ok. sebab lain
PENGOBATAN
TOPIKAL : Steroid ,TAR + UV-B
SISTEMIK : As. Retinoat
LINKEN PLANUS
MANIFESTASI KLINIK
• Lesi Tunggal : Papula Atap Datar, Poligonal Dengan Stria Wickham,
Dasar Merah Dadu, Cenderung Tersebar
• Lesi Lanjut Variatip
• Lesi Mukosa :Plak Putih Spt Jaring (Lacy White Appearance)
LINKEN NITIDUS
✴ Jarang
✴ Pin Point Papul Warna Keputihan
✴ Sebab Tak Diketahui
✴ Lebih banyak Pd Dewasa
✴ Histologis Spesifik
✴ Gatal-
✴ Terapi : Tidak Efektif atau Efisien
✴ Sering di badan atau di penis,
✴ Dari pengalaman beliau, katanya sih
pasien ini yang datang ke dokter men-
gatakan kalau berasa bersalah karena
kebanyakan “onani”, padahal bukan.
LINKEN STRIATUS
• Spesifik klinis
• Khas, berupa garis linier
Glaukoma
dr. Yunani Setyandriana, Sp. M
PATOFISIOLOGI
Sebelum kita bahas yang abnormalnya, kita bahas dulu yang normalnya sep-
erti apa ya.
Nah, sekarang kita bicara tentang proses patologisnya, kenapa bisa terjadi
glaukoma.
Jadi, setelah diproduksi humor aquos akan mengalir ke camera oculi pos-
terior (COP) melewati pupil lalu ke camera oculi anterior (COA). Teruta-
ma di COA ini 90% dari humor aquos akan melewati trabecular meshwork.
Jalur ini terdiri atas trabeculum meshwork, justakanalikuler, kanal Schlem,
dan collector channel (saluran kolektor), yang disebut sebagai jalur sistem
vena. Terus 10%-nya kemana? Ga kemana-mana kok, malah bakal mele-
wati struktur lain yakni di suprakoroidea yang nantinya akan keluar melalui
vasa yang memasukinya sehingga disebut jalur uveoskleral.
KLASIFIKASI
• Glaukoma Primer. Disebut primer karena sebabnya idiopatik
- POAG (Primary Open Angle Glaucoma)
♦ NTG (Normo-Tension Glaucoma)→salah satu jenis POAG dengan
TIO normal
- PCAG (Primary Closed Angle Glaucoma)
Gejala berupa mata merah, cekot-cekot, dan pandangan mendadak
blur/kabur. Contohnya adalah glaukoma akut
• Glaukoma Sekunder (disebabkan oleh adanya penyakit lain). Misalkan tu-
mor, uveitis, katarak (lens-induced glaucoma)
- Glaucoma Sekunder Sudut Terbuka
Contoh: karena mengkonsumsi obat steroid dalam jangka lama bias
menimbulkan Steroid-Induced Glaucoma. Biasanya terjadi karena
awalnya menderita konjungtivitis dimana gejalanya merah dan gatal,
lalu periksa ke dokter umum dan diresepkan citrol yang notabene men-
gandung steroid. Karena enak, pasien mencoba untuk membeli sendiri
setiap matanya terasa gatal dan merah. Lama-kelamaan, matanya jadi
tidak bisa melihat karena terjadi glaukoma.
Selain itu bisa karena uveitis dimana debris-debris radang menempel
di trabekula.
- Glaucoma Sekunder Sudut Tertutup.
Bisa karena blok pupil.
• Glaucoma Kongenital. Biasanya pada anak-anak.
Contoh: megalokornea, tandanya: mata nrocos, TIO naik
DIAGNOSIS
• Anamnesis. Wajib bin kudu!
• Funduskopi/ophtalmoskopi: untuk melihat CDR (cup-to-disk ratio) di fun-
dus
• Gonioskopi: untuk mengukur sudut iridokornea (untuk membedakan glau-
coma sudut terbuka atau tertutup)
• Tonometri: untuk mengukur TIO
GLAUKOMA PRIMER
GLAUKOMA SUDUT TERBUKA PRIMER (POAG)
Neuropati optik (N.II) karena TIO yang tinggi (relatif), yang ditandai oleh kelain-
an lapang pandang dan atrofi papil saraf optik.
POAG timbul karena peningkatan resistensi aliran keluar aquous yang menye-
babkan TIO meningkat. Hal tersebut disebabkan oleh:
• Penebalan lamella trabekula yang mengurangi ukuran pori
• Berkurangnya jumlah sel trabekula pembatas
• Peningkatan bahan ekstraselular pada jalinan trabekula
Nah jadi intinya kalau POAG itu masalahnya pada trabekulumnya sehingga un-
tuk penatalaksanaannya bisa dilakukan trabekulektomi.
Epidemiologi
POAG ini paling banyak dijumpai di AS, dan prevalensinya mencapai 1,3 – 2,1 %
pada usia > 40 th. Kulit Hitam 3- 6 kali lebih besar dibanding Kaukasoid. POAG
juga menjadi penyebab kebutaan ke-3 di dunia. Ih tatut~
Faktor Resiko
• Umur tua
• Ras, terutama kulithitam
• Individu dengan :
- TIO tinggi
- Riwayat keluarga menderita Glaukoma
- Myopia tinggi
- Diabetes Mellitus
- Penyakit Kardiovaskuler
• Kerentanan N II terhadap kerusakan
Terapi
• Medis (obat-obatan)
• Laser : trabekuloplasti laser
• Bedah :
- Operasi filtering: trabekulektomi
- Cyclodesructive → salah satu tindakannya adalah mematikan saraf
- Drainase implant
Disebut juga PCAG, termasuk didalamnya adalah glaukoma akut (jadi kalau
glaukoma akut itu pasti sudut tertutup, ga ada sudut terbuka). Pada PCAG ini
letak masalahnya ada pada irisnya oleh sebab itu terapinya bisa menggunakan
laser iridotomi atau operasi iridectomi.
Gambaran Klinis
• Serangan akut:
- TIO ↗ mendadak
- Nyeri
- Penglihatan hilang, visusnya sangat turun
- Nausea, nyeri abdomen
- Pemeriksaan: Visus↙ (1/300 s.d. 1/~), merah, CDR edema, pupil dilatasi,
refleks pupil (-).
Terapi
• Turunkan TIO segera
- Asetazolamide intravena/peroral
- Pilocarpin topikal
- Β blocker topical
• Laser iridotomi/iridectomi
• Bedah jika sudah terjadi PAS (Peripheral Anterior Synechiae) yang merupa-
kan komplikasi glaukoma terutama yang PCAG primer dimana irisnya mel-
ekat di kornea atau lensa dan sudut iridokornea rusak.
GLAUKOMA SEKUNDER
Glaukoma yang disebabkan oleh kondisi lain: diabetes, trauma, obat-obatan
sehingga terapinya sesuai dengan penyebabnya.
GLAUKOMA KONGENITAL
• Timbul saat lahir atau dalam tahun pertama kehidupan
• Gejala dan tandanya:
o Lakrimasi (air mata keluar terus),
o buftalmos (pembesaran bola mata seperti sapi/kerbau),
o edema kornea,
o terpisahnya membrane descemet (membrane basalis yang terdapat
diantara substansio kornea dan lapisan endothelium kornea, biasa
disebut stroma)
PROGNOSIS
Secara umum, prognosis glaukoma memang kurang bagus sehingga butuh di-
agnosis dan terapi dini yang cepat dan tepat. Tujuan terapinya sendiri adalah
untuk menghentikan kecepatan kerusakan visual. Contohnya jika seseorang
dengan TIO yang tinggi namun fundusnya masih normal dan lapang pandang-
nya masih bagus, maka kita perlu untuk menurunkan TIO-nya. Kenapa? Karena
kalau tidak diturunkan maka 95% dalam 5 tahun kedepan pasien akan mender-
ita glaukoma. Dan kalau seseorang sudah didiagnosis glaukoma maka ia harus
menggunakan obat seumur hidupnya.
Pada bayi baru lahir itu belum bisa langsung melihat seperti orang dewasa.
Mereka hanya bisa membedakan cahaya gelap dan terang. Pada saat umur
5 tahun inilah baru bias melihat sempurna seperti orang dewasa (visus 6/6).
Seiring bertambah tuanya usia, lama-kelamaan ketajaman penglihatan akan
menurun juga. Nah pada penderita glaukoma, turunnya visus lebih cepat, jadi
pemberian terapi pada glaucoma itu bukan untuk menyembuhkan tetapi un-
tuk mengontrol supaya turunnya visus tidak begitu cepat.
Tambahan
Terapi untuk normo-tension glaucoma:
Ternyata ada loh penderita glaucoma yang padahal TIO-nya masih normal sehing-
ga nervus opticnya jadi sangat sensitif. Sehingga, terapinya adalah dengan “Tar-
get Pressure” yaitu menurunkan TIOnya ke batas tekanan yang aman bagi pasien
tersebut. Contoh: pasien dengan TIO 18 mmHg sudah menyebabkan CD melebar,
nah nanti oleh dr. spesialis mata *uhuk akan dihitung perkiraan tekanan yang
masih bisa ditahan pasien.
2. Seorang laki-laki, 55 th datang ke poli mata dengan keluhan mata kiri ce-
kot-cekot sejak 2 hari yang lalu, mata kabur, mual, dan muntah. Dari pe-
meriksaan: visus OS 1/300, hiperemis konjungtiva, kornea edema, bilik
mata depan dangkal, pupil melebar, dan tekanan bola mata 59 mmHg. Apa
diagnosis yang mungkin?
a. glaukoma suspect
b. glaukoma kronis sudut terbuka
c. glaukoma kronis sudut tertutup
d. glaukoma akut sudut terbuka
e. glaukoma akut sudut tertutup
Retina
dr. Yunani Setyandriana, Sp. M
Faktor Predisposisi
• Usia
• Hipertensi
• Diskrasia darah
• Glaukoma
• Kelainan kongenital
• Periphlebitis
• Hipermetropia
Patogenesis
Oklusi vena (keadaan dimana pembuluh vena menjadi sempit atau tersum-
bat → tekanan vena dan kapiler naik → stagnasi aliran darah → hipoksia →
kerusakan sel endotel kapiler → ekstravasasi → tekanan ekstravaskuler naik
→ stagnasi → dst.
*→:menyebabkan
Akibat dari proses patologis tersebut :
♦ Perdarahan retina
♦ Edema retina
RVO ini dibagi menjadi dua tipe utama yakni RVO yang terjadi pada pembuluh
vena retina pada nervus optic yang disebut Oklusi Vena Retina Sentral (Cen-
tral Retina Vena Oclusion—CRVO), dan RVO yang mengenai cabang pembuluh
vena retina yang disebut Oklusi Vena Retina Cabang (Branch Retina Vena Oclu-
sion—BRVO).
Diinget gengs, pada RAO ini ada cherry red spot-nya ya.
• Penanganan:
► Menurunkan TIO:
- Masase bola mata
- Parasentesa
- Acetazolamide 3 X 500mg
► Inhalasi campuran 95% O2 dan 5 % CO2.
► Antioksidan.
Insidens ROP
• Berhubungan langsung dengan berat badan dan umur gestasi.
• Oksigen haya salah satu faktor, bukan penyebab tunggal ROP.
• Pencegahan ROP hanya bisa dengan mencegah kelahiran prematur.
Klasifikasi :Tambahan
• Plus Disease: Pembuluh darah fundus posterior melebar dan berkelok-
kelok
• Pencatatan dengan menambah “+” pada stadium (Stadium 3+)
Pemeriksaan Pertama
● Pada usia 4-6 minggu post natal atau antara 31-33 minggu setelah konsep-
si atau hari pertama mens terakhir.
● Pemeriksaan dengan Indirect Ophtalmoscope oleh dokter spesialis mata.
● Pemeriksaan minimal 2 kali atau sampai vaskularisasi retina sudah lengkap.
ABLASIO RETINA
♥ Retinal tear: robekan pada retina sensoris
♥ Ablasi retina: lepasnya/terpisahnya retina sensoris dari epitel pigmen reti-
na
♥ Posterior vitreous detachment: lepasnya korteks vitreus dari retina.
♥ Tarikan vitreoretina: tarikan terhadap retina oleh suatu struktur pada vit-
reus.
♥ Rhegmatogen
♥ Tarikan
♥ Eksudativa
Kasus 2: Laki-laki 35 tahun, sehat. Pandangan mata bagian tengah seperti ter-
tutup kabut tipis, melihat garis lurus menjadi bengkok.
Manajemen
• Prevensi:
- Hindari faktor resiko
- Konsumsi sayuran dan ikan
- Berhenti merokok
- Konsumsi antioxidant
- Konsumsi karoten dosis tinggi
• Treatmen/Prevensi Sekunder
- Fotokoagulasi laser
- Terapi photodynamic
- Terapi tranpupillary thermo
- Suplementasi nutrisi
- Prosedur pembedahan
- Obat anti-angiogenesis
3. Penurunan visus yang berat disertai refleks pupil negatif, merupakan tan-
da:
a. CRVO tipe iskemik
b. CRVO tipe noniskemik
c. BRVO tipe iskemik
d. BRVO tipe noniskemik
e. RVO tipe...apa aja sesukamu
123
Assalammua’alaikum medalion and amygdala lovers... :3 sumpah butuh waktu
berjam-jam untuk menentukan main map ini hihihi. Maap kan ke”alay”an editor ya tems.
Intinya kita akan mempelajari sedikit bakteri dan jejamuran, selamat belajar ;)
124
Jamur dan Bakteri membentuk suatu keseimbangan, sehingga
apabila salah satunya terduplikasi maka akan terjadi pathogen
125
Spesies yang penting: Staphylococcus aureus (berhubungan dengan
infeksi kulit, menghasilkan enzim katalase dan koagulase)
Nih gambarnya...
Struktur antigen:
antigen polisakarida,
asam teikoat = membantu bakteri melekat pada mukosa jaringan
Protein A untuk reaksi aglutinasi dan menghalangi proses fagositosis
dari makrofag tubuh manusia
Produk ekstrasel
Produk ekstrasel Staphylococcus berupa
1. Enzim
Berupa enzim metabolit primer, yang membantu metabolisme
bakteri. Enzim-enzim tersebut adalah enzim: koagulase, fosfatase,
hialuronidase, deoksiribonuklease, katalase. Enzim hialuronidase
merupakan spreading factor.
Enzim hialuronidase membantu staphylococcus dalam menginvasi
kulit. Karena staphylococcus tidak memiliki alat gerak, maka untuk masuk
ke jaringan tubuh yang lebih dalam, staphylococcus akan menghasilkan
enzim hialuronidase. Enzim ini akan memecah asam hialuronad yang
berfungsi memperkuat membran sel inang, sehingga batas antar sel akan
membuka dan bakteri dapat invasi.
2. Toksin
Dihasilkan sebagai metabolit sekunder, berfungsi sebagai pertahanan
bakteri terhadap gangguan dari luar bakteri.
Hemolisin alfa, beta , gama
Leukosidin
126
Enterotoksin: menyebabkan keracunan makanan
Fibrinolisin: menghancurkan bekuan darah
Pathogenitas S.aureus
Enzim-enzim yang dihasilkan akan menghasilkan manifestasi klinis,
seperti furunkel, impetigo, abses, luka lepuh, jerawat, bisul. Banyak dijumpai
abses terkait kebersihan dan sanitasi kulit.
Dimana kuman dalam folikel rambut menyebabkan nekrosis jaringan
menghasilkan enzim-enzim tadi sehingga menyebabkan reaksi inflamasi (hasil
dari reaksi pertahanan tubuh)
Kuman juga menghasilkan produksi Koagulase menyebabkan fibrin
disekitar lesi dan saluran getah bening dikoagulasi.
Hasil dari invasi kuman – kuman tersebut adalah reaksi peradangan
hebat, terlokalisasi, sakit, pernanahan.
Streptococcus
Morfologi:
Bentuk bulat, Gram +, susunan rantai
Koloni diskoid, ᶲ 0,1-1 mm
127
Struktur Antigen: KHC, Protein M (penentu virulensi)
Virulensi
Virulensinya sama dengan staphylococcus dengan menghasilkan enzim
dan toksin. Penghasil produk ekstrasel:
streptokinase atau fibrinolisin
Streptodornase
Hialuronidase
toksin eritrogenik = menyebabkan ruam pada febris skarlatina
Hemolisin
128
kalau pada bakteri menggunakan pembelahan. Ada juga nih bakteri yang
punya spora (untuk mempertahankan diri contohnya, clostridium)
Tediri dari Mold dan Yeast
Jamur harus diliat secara mikroskopik dan makroskopik
MOLD
Hifa pada Mold ada yang ber-septa (bersekat) /asepta (tidak bersekat)
Spora:
Kotak spora (kalau pecah akan mengeluarkan jutaan spora)
Secara aseksual menghasilkan sporangiospore (spora besar) dan conidia
(spora kecil)
conidia (spora kecil) , macamnya ada phialospore, blastoconidia,
arthrospore, dan chlamydospore. Jenisnya tergantung dari komposisi
pembentuk spora dan letaknya di ujung atau dekat hifa dll.
Secara seksual membentuk zygospore, ascospore, basidiospore
Ini nih MOLD...
129
Yeast
Jamur uniselular udah dijelasin diatas tadi ya huehehe
Tanpa hifa (pseudohyphae)
Asexual spore : blastospore, dengan membentuk buding (tunas) terbentuk
diujung sel. Kalau di mikroskop tampak seperti hifa makanya dinamakan
pseudohyphae.
Ukurannya lebih kecil dar Mold
Proses pembelahannya biasanya lebih cepat pada Yeast (24 jam sudah
tumbuh) daripada Mold (minimal 1 minggu tumbuh)
130
2. Rambut
Diambil dari rambut yang suram, mudah rontok, tidak mengkilat. Caranya:
o Rambut dipotong
o Kemudian dmasukkan pada media Sabouraud dextrase agar.
3. Kuku
o Kuku dikerok di bagian distal, bagian bawah kuku antara kulit dan kuku.
o Bagian proximal pada basis kuku di bawah kulit dengan sedikit
diangkat.
Biasanya setelah pengambilan preparat, preparat dibersihkan dengan KOH
10% untuk melarutkan keratinnya, sehingga nanti yang terlihat hanya
potongan hifa atau spora (untuk membedakan jamur atau bukan).
Pengambilan Abses
Biasanya dokter tidak mengambil namun menginstruksikan kepada
perawat untuk mengambil
Bahan Pemeriksaan harus mengandung pus dan dinding abses.
Kulit dibersihkan dengan larutan garam fisiologis steril.
Jika lesi luas atau terdapat beberapa lesi maka bahan diambil dari
beberapa tempat.
Contoh. Discharge mukosa : diambil dengan kapas lidi steril dari
telinga, luka, dll.
131
Cara Pemeriksaan Jamur
a. pemeriksaan langsung :
preparat natief : Bahan Pemeriksaan + KOH 10% akan menyebabkan
keratin larut sehingga hifa terlihat sebagai kontur ganda.
Pengecatan (sudah dikultur)
Sederhana merupakan yang paling sering dilakukan biasanya
menggunakan LP, LPCB
diferensial (gram, GMS, PAS). Semua jamur bersifat gram positif untuk
melihat kotak spora
spesial (tinta cina, mucicarmine).
Menggunakan perbesaran 400x
b. pembiakan /kultur :
Bahan Pemeriksaan ditanam pada media sabouroud dextrose agar +
kloramfenikol (anti bakteri untuk menghambat pertumbuhan bakteri
karena bakteri lebih cepat daripada jamur), mycosel, CMT-agar
Inkubasi 25-300C (tidak perlu inkubator) dalam waktu 1 minggu
lihat bentuk koloni : ragi (lembek) pada yeast, filamen / kapas pada mold
Melihat komposisi jamur tergantung usia. Semakin tua usia jamur maka
komposisinya semakin tidak komplit (lengkap) maka sporanya makin mudah
pecah. Maka dari itu setelah tumbuh koloni harus segera diperiksa dibawah
mikroskop, dan biasanya jamur akan tampak jelas pada perbesaran 400x
daripada 1000x.
132
KLASIFIKASI PENYAKIT JAMUR
Berdasarkan Bentuk Klinis:
a. Mikosis Superfisialis
- Jamur menyerang lapisan luar (korneum) kulit, kuku, rambut
- Ada 2 bentuk :
1. Dermatofitosis (golongan Dermatophyta)
2. Non dermatofitosis: tidak menghasilkan zat pencerna keratin
(misalnya panu). Jamur ini belum bisa dikultur.
b. Mikosis intermediate/subkutis : menyerang kulit mukosa dan subkutis.
c. Mikosis dalam/sistemik : menyerang alat-alat dalam.
Mikosis Superfisialis
1. Non Dermatofitosis
Menyerang kulit luar dimana jamur tidak mempunyai zat untuk mencerna
keratin. Contoh: Pytiriasis versicolor, Piedra, Otomikosis.
133
1.2. Otomikosis
Merupakan Infeksi pada liang telinga luar
Jamur masuk ke telinga melalui alat
untuk mengorek telinga (tanpa cotton
bud kayak bulu ayam), udara, dan air
Gejala: pada awalnya timbul rasa
gatal/sakit pada liang telinga, daun
telinga merah, tempat infeksi tertutup
skuama kemudian keluar cairan
serosanguinos bisa menyebabkan
gangguan pendengaran
Jamur penyebab antara lain: Aspergillus,
Mucor, Penicillium
Pemeriksaan dengan menggunakan KOH
1.3. Aspergillus
Makroskopis : koloni berbentuk powder/serbuk, warna hijau-kelabu,
hitam
Mikroskopis: hifa bersepta, cabang dikotom, sporangium bentuk bulat.
Bentuknya sangat bagus buat motif batik. Haha, kriiik kriiik kriiik
Ini gambar aspergilus...
134
1.4. Mucor
Gambar Mucor...
1.5. Penicillium
Makroskopis : koloni berbentuk beludru, halus, warna putih, biru, hijau,
abu-abu, kuning kemerahan
Mikroskopis: hifa bersepta, konidiofor bercabang-cabang, phialida (kotak
sporanya penicillium)
135
Gambar Penicillium...
Kladosporium werneki
Makroskopik: koloni berbentuk beludru, warna hijau-kehitaman
Mikroskopik: hifa bersepta, conidia terminal berbentuk bulat silinder
136
Gambar Kladosporium werneki...
2. DERMATOFITOSIS
Fungi Jenisnya : Microsporum, Trichophyton, Epidermophyton
Keratinophilic : zat yang dihasilkan jamur jenis ini infeksinya sampai
mebrana basalis
Termasuk Phyllum Deuteromycota
Reproduksinya secara sexual
Lingkungan lembab dan hangat
2.1. Microsporum
Gambar microsporum... Makroskopis : koloni seperti wol
berbulu, warna putih, kuning,
merah
Makroskopisnya : hifa bersepta
bercabang-cabang, mikrokonidia
unisel, makrokonidia fusiform
(panjang namun ujungnya agak
membulat), dinding tebal
2.2. Trycophyton
Makroskopis: koloni seperti kapas, warna putih
Mikroskopis : hifa bersepta, bercabang-cabang, mikrokonidia uniseluler ,
makrokonidia multisel (1 kotak tersusun beberapa sel), silinder
137
Gambar Trycophyton...
2.3. Epidermophyton
Makroskopis : koloni seperti beludru, warna kuning-coklat, abu-abu,
orange-coklat
Mikroskopis : hifa berepta, bercabang-cabang, mikrokonidia tidak ada,
makrokonidia terdiri 3-5 sel
Gambar Epidermophyton...
Pathogenesis / transmisi
Transmisi:
1. Kontak dengan arthrospore /conidia (dari kotak spora yang pecah)
2. Pertumbuhan dimulai dari rambut atau stratum corneum kulit karena
imunitas rendah
3. Hyphae menyebar pada rambut, kulit berkeratin.
4. Antar inang : kontak langsung dengan inang, tertular melalui rambut,
kulit, sisir, baju dari penderita
Periode inkubasi, yaitu 1-2 minggu
Gejala klinik
Jamur tumbuh pada jaringan berkeratin, seperti rambut, kulit luar, kuku)
Jamur berhenti menyebar pada sel hidup atau area inflamasi.
138
Membran mukosa tidak terinfeksi (karena berkompetisi dengan flora
normal)
Gejala klinik tergantung area yang terinfeksi
Pada manusia biasanya gejalanya :
1. pruritis
2. lesi kulit akibat inflammasi (edges, erythema, scaling) disertai Ring
worm lesion
TINEA KORPORIS
Terjadi pada alat gerak, muka, leher,
tubuh
Berupa lesi single / multiple yang
bersisik, berbentuk annular
Bentuk yang klasik dimulai dengan
lesi-lesi yang bulat dan lonjong
dengan tepi yang aktif
Bila menahun, tanda-tanda aktif
menghilang menimbulkan daerah-
daerah hiperpigmentasi
Penyebab: E. flocosum, T. rubrum, T.
mentagrophyts
Jamur tumbuh pada jaringan keratin
mati berdifusi melalui malphigi
139
membentuk eritema, vesikel
140
Penyebab: T. rubrum, T. mentagrophytes, E. flocosum.
TINEA UNGIUM
Menyerang kuku
Menyebabkan permukaan kuku
nampak suram, tidak mengkilat,
rapuh, hiperkeratosis.
Penyebab: T. rubrum, T.
mentagrophytes.
TINEA BARBAE
Menyerang daerah dagu, jenggot,
kumis
Kelainan berupa eritema, papul,
skuama
Keluhan biasanya berupa rasa gatal
pada daerah jenggot, jambang, atau
kumis, disertai dengan keluhan
rambut pada daerah tersebut mudah
putus
Terdapat 2 jenis, yaitu superfisialis
(papul eritem dan skuama dengan
bagian tepi aktif) dan kerion (lesi
eritem yang ditutupi krusta atau abses
kecil dengan permukaan membasah
karena erosi)
141
TINEA IMBRIKATA
Mikosis Subkutan
Sporotrikosis
Sifat-sifat:
- Penyebab: Sporothrix schenckii
- Bentuk infeksi: granulomatosa
menahun
- Jamur masuk kulit melalui trauma,
ditulari hewan
- Bentuk jamur: sel bertunas, bulat
kecil-cerutu
Konidia berbentuk ovoid berkelompok
di ujung konidiofor
142
Patogenesis:
- Lesi lokal sebagai pustul, abses
- Saluran getah bening menebal
seperti tali.
- Asimptomatik
- Lesi berupa peradangan
menahun granulomatosa
mengalami nekrosis.
- Ulkus berbentuk bulat dengan
sekret seropurulen menyebar
melalui saluran limfa ke paru,
sistem saraf pusat, saluran cerna
Tes diagnosis laboratorium
- Bahan: nanah, hasil biopsi lesi
- Pemeriksaan mikroskopik:
fluoresen antibodi sel
bertunas
- Biakan: SDA koloni berbentuk
ragi pada suhu 37°C, warna
krem-coklat. Pada suhu 25°C,
koloni seperti beludru,berwarna
krem-coklat
- Mikroskopik: hifa bersepta,
conidia unisel, oval
143
Kromoblastomikosis
Sifat-sifat:
- Mirip penyakit jamur yang menyerang kaki dan tangan.
- Penyebab: Phialophora verrucosa (konidia seperti pot bunga),
Fonsecaea pedrosoi (konidia seperti rantai), Rhinocladiella aquaspersa
(konidia bentuk eliptikal), dan Cladosporium carrionii (konidia
panjang).
Phialophora
Makroskopis: wol-beludru, warna hijau, coklat, hitam
Mikroskopis: hifa bersepta, conidia unisel, oval, silindris
Fonsecaeae
Makroskopis: beludru-kapas, hitam
Mikroskopis: hifa bersepta, conidiofor silindris, blastokonidia unisel,
elips
144
Rhinocladiella aquaspersa
Cladosporium carrionii
Jamur masuk melalui luka kulit granulomatosa progresif lambat
Dalam eksudat dan jaringan membelah membentuk septa
kelompok sel badan sklerotik
Patogenesis:
- Infeksi dimulai dengan pembengkakan nodul fibrosa
penyumbatan aliran limfa
- Nodul seperti bunga kol dengan abses berkrusta
pertumbuhan seperti kutil sepanjang aliran getah bening
145
Tes diagnostik laboratorium:
- Bahan: kerokan lesi, biopsi lesi
- Mikroskop: kerokan + KOH 10% badan sklerotik
- Biakan: bahan pemeriksaan ditanam pada SDA koloni warna coklat
tua, bawah hitam tua.
Misetoma
Disebut juga kaki madura :3
Sifat-sifat:
- Mirip penyakit infeksi jamur pada jaringan bawah kulit yang meluas ke
fasia dan tulang lesi membentuk granula berwarna putih, kuning,
merah dan bernanah
- Penyebab: Pseudoallescheria boydii (koloni kelabu, konidia ovoid),
Madurella, Phialophora, Acremonium, Nocardia brasiliensis,
Actinomadura madurae
- Menyerang orang yang tidak bersepatu petani, buruh, nelayan
Madurella
Makroskopis: wol, putih-kuning, coklat-abu tua
Mikroskopis: hifa bersepta, conidia oval
146
Acremonium
Makroskopis: beludru, putih, pink
Mikroskopis: hifa bersepta, phialida tidak bercabang, conidia
unisel/multisel, fusiform
Patogenesis:
- Jamur masuk melalui trauma ke jaringan subkutan (kaki, tangan,
punggung) timbul abses
- Timbul benjolan keras pada kaki dan tangan keluar sekret purulen
timbul kelainan deformitas kaki maduromikosis/kaki Madura
- Jamur terlihat sebagai granula padat dalam pus
Mikosis Sistemik
Biasanya disebabkan oleh Jamur oportunistik. Oportunistik disini maksudnya
Infeksi jamurnya kebanyakan berasal dari dalam tubuh, jadi sebagian normal
namun menjadi patogen ketika imunitasnya berkurang.
SIFAT-SIFAT: Jamur patogen yang dapat menimbulkan penyakit pada orang
dengan mekanisme imunitas terganggu.
CONTOH: Candida, Aktinomisetes
147
Candida
Sifat-sifat:
- Jamur: ragi, lonjong, bertunas mmbentuk pseudomiselium dalam
biakan, jaringan eksudat.
- Sebagai flora normal selaput mukosa saluran napas, saluran cerna,
genital wanita
- Koloni warna putih-coklat, lunak, pseudohifa membentuk blastokonidia
- Spesies: C.albicans (paling sering di jumpai), C.parapsilosis, C.tropicalis.
Patogenesis:
- Menimbulkan invasi di aliran darah, endokarditis, infeksi mata, dll.
- Membentuk lesi kulit menunjukan peradangan abses granuloma.
- Faktor predisposisi kandidiasis: DM, imunodefisiensi, kateter intravena,
drug abuser
Kandidiasis kutis:
- Kandidiasis intertriginosa: lesi di
ketiak, lipat paha, jari tangan, jari
kaki (kutu air) dengan kelainan
lesi berbatas tegak, erosi dan
bersisik.
- Kandidiasis perianal: lesi kulit
sekitar anus pada bayi (kandidiasis
popok atau diaper rash)
- Onikomikosis: infeksi dari pangkal
kuku kuku hitam-coklat,
permukaan tidak rata, tebal dan
keras menyebabkan kuku lepas
148
Tes diagnosis lab:
- Bahan: usapan dan kerokan lesi, dahak, eksudat
- Pemeriksaan mikroskop: bahan pemeriksaan ditetesi KOH
- Biakan: bahan pemeriksaan ditanam pada agar SDA
Aktinomikosis
Sifat-sifat:
- Penyakit supuratif menyebar langsung
membentuk saluran sinus yang
mengeluarkan sekret
- Pennyebab: Actinomyces israelii, A.
bovis (flora normal rongga mulut,
faring, laring)
- Jamur sebagai filamen mengandung
granula sulfur
- Koloni seperti laba-laba, putih, ireguler
Patogenesis:
- Dari rongga mulut penyakit berkembang ke daerah rahang saluran
cerna paru-paru kulit.
- Secara klinik ada 4 bentuk:
(1) Aktinomikosis serfikofasialis: lesi di rahang bawah dan muka tulang
rahang bengkak menyebabkan benjolan keras lumpy jaw
abses trismus
(2) Aktinomikosis torakalis: infeksi endogen dari mulut masuk ke paru
peradangan paru
(3) Aktinomikosis abdominalis: jamur tertelan ke saluran cerna gejala
seperti apendisitis perlekatan dinding perut fistel
peradangan kulit.
(4) Aktinomikosis kulit: sebagai reaksi sekunder dari ke-3 infeksi di atas.
Timbul Fistula di kulit ulkus kulit dikelilingi daerah hiperpigmentasi
149
Tes diagnosis laboratorium:
- Bahan: nanah, fistula, dahak, biopsi
- Mikroskop: granula sulfur dicuci, dicat gram
- Biakan: ditanam pada thioglikolat dalam suasana anaerob, selama 2
minggu
Alhamdulillah, akhirnya selesai juga dengan segala jamur ini, semoga ilmunya
bermanfaat ya tems... see you next time :3
150
Andra (8 tahun) terserang penyakit kulit pada kaki, kakinya timbul lesi
bersisik, kering, dan bernanah. Dia dipriksakan ke RS dan dilakukan
pemeriksaan lab. Hasil diagnose lab menunjukkan kultur pada media
sabouroud dekstrosa agar positif.
1. Jika pada pemeriksaan mikroskopik diperoleh sel bulat oval, koloni
berbentuk pasta, manakah jamur penyebab infeksi pada pasien
tersebut di atas?
a. Aspergillus
b. Trycophiton
c. Candida
d. Fusarium
e. Epidermophyton
2. Antigen apakah yang melindungi bakteri Staphylococcus dari sel sel
imunitas inang?
a. Lipopolisakarida
b. Asam teikoat
c. Protein A
d. Kapsul
e. Membrane sel
3. Produk ekstraseluler apakah yang membantu proses invasi kuman
Streptococcus ke berbagai jaringan?
a. Streptomisin
b. Hialuronidase
c. Eritrogenik
d. Hemolisin
e. Streptodomase
4. Toksin apakah yang dihasilkan oleh Streptococcus yang menyebabkan
ruam pada febris skarlatina?
a. Streptomisin
b. Hialuronidase
c. Eritrogenik
d. Hemolisin
e. Streptodomase
151
5. Seorang petani, 60 tahun, mengalami infeksi pada kakinya. Pada kaki
timbul nodul, abses berkrusta, terjadi penyumbatan aliran limfa.
Mikosis apakah yang menyerang petani tersebut?
a. Kromoblastomikosis
b. Sporotrikosis
c. Aspergilosis
d. Candidiasis
e. Aktinomikosis
6. Jamur oportunis apakah yang merupakan flora normal di rongga
mulut, menyebabkan infeksi dengan kelainan berupa lesi pada rahang
bawah, lumpy jaw dan trismus?
a. Candida
b. Actinomycoses
c. Aspergillus
d. Trycophyton
e. Fusarium
7. Seorang anak laki-laki, 10 tahun, pada telinganya keluar cairan
serosanguinos. Hasil pemeriksaan laboratorium ditemukan kultur
jamur positif, dengan ciri-ciri karakteristik koloni berbentuk kapas,
halus, warna putih kekuningan-kelabu, jamur apakah penyebab infeksi
pada anak tersebut?
a. Actonomycoses
b. Candida
c. Aspergillus
d. Trycophyton
e. Mucor
8. Seorang anak perempuan terserang onikomikosis. Hasil pemeriksaan
laboratorium ditemukan kultur jamur dengan ciri-ciri karakteristik
koloni bentuk beludru, halus, warna kuning kemerahan hifa bersepta,
konidiofor bercabang-cabang, membentuk phialida. Jamur apakah
penyebab infeksi pada pasien tersebut?
a. Actonomycoses
b. Candida
c. Aspergillus
d. Penicillium
e. Mucor
152
9. Manakah di antara jamur di bawah ini yang menyebabkan kelainan
pada kulit berupa lesi berbentuk bercak hipopigmentasi?
a. Piedra beigeli
b. Malazesia furfur
c. Aspergillus
d. Kladosporium werneki
e. Penicillium
10. Manakah di antara jamur di bawah ini yang menyebabkan kelainan
berupa tinea nigra?
a. Piedra beigeli
b. Malazesia furfur
c. Aspergillus
d. Kladosporium werneki
e. Penicillium
153
Penyakit Kulit Reaktif
154
Apa itu penyakit kulit reaktif?
Penyakit dengan UKK yang timbul akibat reaksi terhadap allergen atau toksin
yang berasal dari bermacam penyebab, seperti:
infeksi
Reaksi alergi
obatan-obatan
vaksinasi
ERITEMA MULTIFORME
Penyakit dengan UKK yang bervariasi, melibatkan kulit dan mukosa.
- Mekanismenya adalah dengan adanya reaksi hipersensitivitas.
- Biasa terjadi pada leher, lengan, ekstremitas, tungkai, dorsum manum
dan pedis.
- Gambaran Klinis :
Akut (12- 24 jam), ringan sampai dengan berat.
155
3. Bulosa
STEVEN-JOHNSONN SYNDROME
Bula besar dengan dasar eritem, bila bula pecah, maka eksudat keluar dan
erosi sehingga ada cairan yang hilang yang menyebabkan dehidrasi seingga
perlu hospitalisasi.
Ciri-cirinya yaitu terdapat lesi iris, mengenai seluruh tubuh. Perjalanan mula-
mula stomatitis, vesikel, mukosa konyunctiva, menyebabkan konjunctivitis.
Penyakit ini adalah UKK bentuk bulosa, dengan gejala sistemik.
156
KRITERIA DIAGNOSIS
1. Akut,
2. Riwayat ada pemakaian obat sebelumnya.
3. UKK bentuk bulosa,
4. Gejala sistemik.
PENATALAKSANAAN
Hospitalisasi.
Infus untuk mengimbangi cairan yang hilang.
Pemberian kortikosteroid sistemik (bila tidak ada kontraindikasi,
masih kontroversi)
Pemberian antbiotika profilaksis.
Pemberian obat topikal tergantung kondisi penderita.
Pemberian gargle untuk mukosa mulut dan topikal bibir.
Konsult mata
ERITEMA NODUSUM
157
Kriteria Diagnosis
1. Predileksi tungkai kaki bagian ekstensor.
2. Wanita > laki-laki.
3. UKK : nodul eritem
Terapi
Hentikan penyebabnya
Istirahat, dan perbaiki keadaan umumnya
Obat-obatan
kortikosteroid topikal,
Analgetik dan antibiotik bila penyebabnya infeksi
URTIKARIA
Merupakan penyakit reaktif, dengan UKK urtika. Nama lainnya adalah biduran.
Dia ini termasuk dalam hipersensitivitas tipe 1 atau biasa disebut dengan alergi
tipe cepat.
Etiologi:
makanan,
infeksi,
mikro-organisme,
inhalasi debu, pollen, serta bahan allergen lainnya
stress fisik dan psikis,
158
adanya faktor genetik (atopik).
Gejala Klinis :
- Lesinya biasanya muncul dalam beberapa menit kemudian membesar
dan hilang dalam waktu kurang dari sejam. Jadi dia cepat datang dan
cepat pergi.
- Urtikaria ini bisa akut dan kronis.
Akut : onset awal urtikarianya kurang dari 6 minggu
Kronis : urtikaria rekuren yang terjadi lebih dari 6 minggu
- Urtikaria akut biasanya akan sembuh sendiri.
159
Cholinergic urticaria dipicu oleh panas dan emosi. Diagnosis
physical urticaria murni didasarkan bila penyebab tunggal dari
urtikaria adalah faktor fisik.
Chronic autoimmune: hampir 1/3 kasus adalah pasien dengan
chronic urticaria.
Lain-lain: infections, ingestions, medications
160
Kejadian pada 2-5% populasi
Mekanismenya :
reaksi hipersensitivita akan memacu sel mast degranulasi sehingga
menyebabkan permeabilitas pembuluh darah meningkat, ekstravasasi
yang mengakibatkan udem lokal, dan tampak eritem. Sebagian kapiler
terjepit, serta adanya halo (kepucatan).
Patofisiologi Urtikaria
Sel mast merupakan sel efektor dalam urtikaria
Immunologic Urticaria: antigen terikat IgE pada permukaan sel mast
menyebabkan degranulasi, melepaskan histamine.
Histamine terikat pada reseptor H1 and H2 menyebabkan dilatasi
arteriole, konstriksi venula dan meningkatkan permeabilitas kapiler.
Evaluasi Klinis
Diagnosis Urticaria didasarkan pada gambaran klinis
Anamnesis yang lengkap dan pemeriksaan fisik perlu dilakukan
Beberapa pasien sering tidak menampakkan gambaran urtikaria saat
berkunjung ke rumah sakit. Pasien dapat diperlihatkan foto urtikaria
dan tanyakan apakah gambaran klinis yang diderita seperti dalam
gambar yang dibawa pasien. Bisa juga pasien diminta untuk
mengambil gambarnya saat sedang menderita urtikaria untuk dibawa
saat berkunjung ke rumah sakit, karena urtikaria kan kejadiannya
cepat sekali, sehingga bisa saja pada saat diperiksa urtikarianya hilang.
161
Pada banyak kasus chronic urticaria, tidak dapat diidentikasi penyebab
ekternal.
Jika dugaan physical urticaria, challenge test dengan penyebab yang
diduga pencetus dapat dilakukan.
Pasien sering menanyakan tentang alergi makanan. IgE-mediated
alergi makanan memperlihatkan gambaran sebagai akut urticaria.
Modifikasi makanan harian perlu diubah untuk mencari penyebab
makanan (atau additives) yang menyebabkan fluktuasi gejala dari
chronic urticaria.
Tes Alergi
- Allergy testing tidak rutin dilaksanakan untuk pasien dengan chronic
urticaria.
- Skin prick testing mungkin mendapatkan sensitif terhadap berbagai
alergen yang mungkin tidak relevan dengan pasien.
- Laboratory tests mungkin hanya dapat mengidentikasi 1/3 pasien
dengan chronic urticaria yang mempunyai patogenesis autoimun. Ini
mempengaruhi biaya dan tidak akan merubah penatalaksanaan.
Prognosis
Symptoms dari chronic urticaria mungkin berat dan mengganggu
kualitas hidup (QOL)
Kebanyakan pasien dengan chronic urticaria adalah episodik dan
gangguan menyembuh sendiri.
Durasi penyakit rata-rata 2-5 tahun.
Pasien dengan idiopathic chronic urticaria, ada remisi spontan pada
tahun pertama kira-kira 30- 50 percen
Seperlima dari kasus dapat berkembang lebih dari 5 tahun.
162
3. Tidak ada predileksi.
- Terapi
1. hindari penyebab.
2. Symptomatis, dapat diberikan antihistamin H1 dan H2 reseptor.
3. Penggunaan tranquiliser; trisiklik
Populasi tertentu seperti anak dan orang tua dengan gangguan ginjal
dan hati perlu dosis penyesuaian bila memakai H1 antihistamines. Nah
terapi ini kontra indikasi untuk pasien dengan glaucoma, prostatic
hyperplasia, dan respiratory disease.
Anti Histamine
Nah, berikut ini daftar obat obatan antihistamin H1 generasi pertama dan
kedua :
1st Generation
163
• Diphenhydramine (OTC)
• Hydroxyzine (Rx, generic)
• Chlorpheniramine (OTC)
2nd Generation
• Cetirizine (OTC)
• Loratadine (OTC)
• Fexofenadine (OTC)
Nah berikut ini perbedaan gambar dari urtikaria dengan penyakit kulit lainnya
:
Referral to Dermatology
Referral ke dermatologis dan biopsi harus dilakukan untuk keadaan di bawah
ini :
• Lesi yang menetap > 48jam, lesi lebih nyeri daripada gatal, atau dilengkapi
dengan petekie yang khas.
• Systemic symptoms
• Kurang respons terhadap antihistamines
• Lesi yang meninggalkan perubahan pigmentation setelah penyembuhan
164
PRURIGO
Penyakit ini biasanya terjadi keluhan gatal, dan juga terjadi secara kambuh-
kambuhan. UKK : papula, nodul hiperpigmentasi.
Etiologi
- Endogen : parasit, infeksi fokal, faktor endokrin, alergi, stres emosional.
- Eksogen : gigitan serangga, udara, kontaktan.
Klasifikasi
Penyakit Prurigo ini menurut Kocsard terdapat beberapa klasifikasi yaitu :
1. Prurigo Simpleks
2. Dermatosis Pruriginosa
- Strofulus
- Prurigo Kronik Multiformis Lutz
- Prurigo Hebra
A. Prurigo Simpleks
Terjadi pada usia pertengahan. Nah biasanya terjadi pada daerah badan,
serta ekstensor ekstremitas.
165
B. Prurigo Hebra
Sampai sekarang, etiologinya masih belum diketahui. Tapi para ahli
menduga bahwa prurigo hebra ini diakibatkan karena :
- Herediter
- Kulit pasien peka terhadap gigitan serangga
- Infeksi fokal
- Didasari factor atopi
Prurigo hebra ini penyakit kronik yang bisa sudah dimulai sejak bayi atau
masa kanak kanak. Diagnosis bandingnya adalah scabies.
Tandanya itu gatal, lalu ada kelainan kulit seperti papul milier berbentuk
kubah yang lebih mudah diraba daripada dilihat. Biasa terjadi pada
ekstensor ekstremitas. Didapatkan juga limfonodi regional membesar
sehingga tampak bengkak.
166
Nah ini gambarnya :
Terapi
1. Hindari gigitan nyamuk dan serangga
2. Obati infeksi fokal
3. Simptomatik, yaitu dengan obat sedative untuk tanda gatalnya
4. Topical, yaitu bedak kocok yang mengandung mentol, serta
kortikostreoid topical.
C. Prurigo Nodularis
Penyakit ini merupakan penyakit kronik yang terjadi pada saat dewasa
dengan tanda klinis yaitu nodus kutan serta rasa gatal. Biasanya terjadi
pada ekstensor ekstremitas. Nah Prurigo nodularis ini etiologinya mesih
belum jelas tapi stress bisa menjadi factor pemicunya.
Gambaran Klinis
- Nodus sebesar kacang polong atau lebih besar, keras, dengan warna
merah atau kecoklatan
- Jumlah lesinya soliter atau bisa multiple
167
- Biasanya terjadi di ekstremitas, yaitu pada anterior paha serta
tungkai bawah.
Kriteria Diagnosis
1. Perjalanannya yang sudah kronis
2. Adanya UKK yaitu papula, nodul, sering terdapat ekskoriasi yang
hebat, serta stracth mark pada orang gendut atau ibu hamil
3. Adanya keluhan gatal, tapi bersifat subjektif
Terapi
Pada prurigo nodularis ini bisa diberikan obat obatan keratolitik yang
dikombinasikan dengan topical steroid, serta antihistamine sedative.
168
TES KULIT
Tes kulit dilakukan pada dasar kulit yang peka. Tes kulit ini bertujuan untuk :
1. Mencari dan membuktikan penyebab
2. Membantu untuk penegakan diagnosis
Persiapannya yaitu :
1. Tidak mengkonsumsi kortikosteroid >20mg/hari
2. Tidak mengkonsumsi antihistamin
3. Bahan kulitnya yaitu punggung, lengan atas bagian medial, serta
lengan bawah volar.
4. Bahan yang diuji harus disertai dengan kontrolnya.
Tes temple
- Prosedur dilaksanakan
- Pembacaan 2x 24 jam
- Hasil:
a. Negatif (-)
b. Eritem, edem, papul (+)
c. Eritem, edem, vesikel (++)
d. Eritem, edem, bula (+++)
169
Sracth test (uji gores)
- Prosedur: digores s/d keluar serum.
- Pembacaan> 20 menit.
- Hasil :
a. Negatif (-)
b. Eritem< 20mm (+)
c. Eritem> 20 mm (++)
d. Eritem, urtika (+++)
e. Eritem, edem, pseudopodi (++++)
INTERPRETASI
170
ERUPSI OBAT
Kelainan kulit karena pemasukan obat ke dalam tubuh dengan perantara
sirkulasi darah.
Masuknya obat dapat melalui :
1. Oral
2. Topikal
3. Parenteral Sirkulasireaksi
4. Inhalasi
5. Supositoria
Manifestasi
a. Bentuk reaksi:- eritema multiforme
- bula - likenoid
- fixed - akneiformis
- purpura- dermatitis eksfoliativa
b. Berdasarkan luas lesi/ reaksi: 1 atau 2 hari, generalisata.
c. Kecepatan timbulnya.
d. Obat penyebab.
Clinically
Reaksi dimulai 7-20 hari setelah obat
Reaksi melibatkan jaringan dan pembuluh darah eosinophilia
Reaksi membaik jika obat penyebab dihentikan.
171
Anamnesis tentang minum obat-obatan ditanyakan secara detail.
Semua obat baik yang dibeli di warung, obat topikal, vitamin, herbal,
laxatives, oral contraceptives, vaccines, homeopathic medicines,
Ada interval waktu antara gejala kulit dengan waktu obat diminum
Route, dosis, durasi, dan seringnya pemberian obat.
Perbaikan terjadi dengan penghentian obat dan reaksi timbul bila
obat diberikan lagi
Tentukan morfologi dari erupsi obat dapat membantu klinisi
menentukan jenis obat yang menyebabkan :
2- Urticaria:
• Urutan kedua paling umum
• Urtika kecil bergabung menjadi cyclical atau bentuk gyrate. Lesi
timbul dalam 36 jam setelah obat diminum dan segera hilang bila
obat dihentikan
• Obat : ACEI, aspirin/NSAIDs, blood products, cephalosporins,
cetirizine, dextran, infliximab, inhaled steroids, opiates, penicillin,
radiologic contrast material, ranitidine, tetra-cycline, vaccines,
zidovudine
172
3- Purpura:
• Dapat terjadi secara sendiri atau
merupakan komponen vaskulitis.
• Obat : Aspirin, cephalosporins,
cytotoxics, heparin
4- Pityriasis rosea-like:
• Erupsi menyerupai PR
• Gatal yang hebat dan tidak respon
terhadap antihistamines
• Tidak ada kecenderungan remisi spontan
• Obat : Gold,ACE inhibitors, thiazides,
bismuth, barbiturates, griseofulvine,
metro-nidazole
173
5-Erythroderma:
dermatitis erythematosa melibatkan
dermatitis > 90% permukaan kulit
obat : Allopurinol,sulphonamides,
anticonvulsants, aspirin,
barbiturates, captopril, cefoxitin,
chloroquine, chlorpro-mazine,
cimetidine, griseofulvin, lithium,
nitrofurantoin
6- Serum sickness:
• Kelainan kulit dimulai dengan sisi
jari tangan, jari kaki dan menjadi
erupsi yang menyebar luas (paling
sering bentuk morbiliformis /
urticarial)
• Visceral mungkin terlibat, demam,
arthralgia, dan arthritis
• Obat : Antithymocyte globulin for bone marrow failure, human rabies
vaccine, penicillin and vaccines containing horse serum, aspirin
174
8-Stevens Johnson S
• Bulla, erosi, bibir dengan krusta
hemoragik, stomatitis dan
ulserasi mukosa genitals
• Conjunctivitis
• Extensive EM pada tubuh
• Mengelupas < 10% kulit
• Gejala konstitutional
• Lymphadenopathy
• Obat : As EM
175
11.Lichenoid:
• Erupsi terjadi setelah beberapa minggu atau bulan setelah
pengobatan. Lesi menjadi extensive,
lebih gatal dan psoriasiformis
daripada idiopathic lichen
• Oral lesi jarang
• Resolusi> 1-4 bulan
• Obat : Antimalarials, gold, diuretics,
anti hypertensives, hypoglycaemic
agents, NSAI, anti tuberculous, tetra-cyclines, allopurinol, phenytoin
176
13- Acneiformis:
• Ditandai oleh papules eritem atau
pustules dengan pola follicular
• Lokasi terutama pada badan bagian
atas
• Kontras dengan acne vulgaris, tidak
ada comedones
• Obat : Corticosteroid, anabolic steroids, oral contraceptives,
halogens, isoniazid, lithium, phenytoin
14.Pseudoporphyria
• Bula dan kulit menjadi rapuh seperti
gambaran klinis dan patologis identik
terhadap porphyria cutaneatarda, tetapi
tidak dijumpai hypertrichosis dan
perubahan sclerodermoid dan urine,
serum porphyrin normal
• Obat : Frusemide, cyclosporine, dapsone,
etretinate, 5-fluoro-uracil, thiazides, isotretinoin, NSAIDs, oral
contraceptives, tetracyclines
16. Pemphigus:
177
• Pemphigus folliacius &
erythematosus mungkin terjadi
tetapi jarang pemphigus vulgaris
• Kebanykan pasien mempunyai
autoantibodies dalam serum atau
jaringan seperti idiopathic
pemphigus
• Obat : Captopril, D-penicillamine,
captopril, gold, penicillins
17. Leukocytoclasticvasculitis:
• Paling umum untuk erupsi obat yang
berat. Terdapat macula eritem pucat
diikuti dengan purpura
• Demam, myalgias, arthritis, abdominal
pain mungkin terjadi
• Tampak 7-21 hari setelah terapi dimulai
• Obat : Sulphonamides, frusemide,
aspirin/NSAIDs, cimetidine, gold,
hydralazine, mino-cycline, penicillins, phenytoin, quinolones,
sulfonamide, tetracycline, thiazides
178
19. (Sweet syndrome( acute febr. Neutrophilic dermatosis:
• Papula dan plak nyeri, eritem paling
sering di wajah, leher, badan bagian
atas dan extremitas
• Permukaan lesi menjadi vesikel atau
pustular.
• Gejala sistemik umum seperti demam,
arthritis, conjunctivitis, oral ulcers
• Obat : Retinoic acid, nitrofurantoin,
oral contraceptives, tetracyclines,
trimetho-primsulfa methoxazole
179
22- Hair loss
Obat : Cytotoxic drugs, anticoagulants, anti convulsants, levodopa,
antithyroids
23– Hypertichosis
Obat : Androgens, corticosteroids,
minoxidil, phenytoin, penicillamine,
cyclosporin, psoralens ,streptomycin
180
Silver :lunula discoloration Cytotoxics: Beau’s lines
181
Sulfa drugs
Bumetanide
Captopril
Furosemide
Penicillamine
Thiazide diuretics
INVESTIGASI
Bila anamnesis dan pemeriksaan fisik belum cukup membantu dapat
dilakukan:
182
– Biopsi menunjukkan adanya eosinophil pada erupsi
morbilliformis atau sejumlah neutrophil tanpa vasculitis pada
pasien dengan Sweet syndrome
– Hitung darah lengkap memperlihatkan leukopenia,
thrombocytopenia, dan eosinophilia pada pasien dengan
erupsi obat yang serius.
– Perhatian khusus diberikan pada pasien untuk keseimbangan
elektrolit dan gangguan fungsi hati/ ginjal dengan reaksi
berat SJS, TEN, atau vasculitis
– Urinalysis, stool guaiac tests (untuk occult blood), dan
radiography dada penting untuk pasien vasculitis
– Drug reactions, sebagian dari fixed drug eruption, kadang
tidak menunjukkan gejala klinis dan sering salah diidentifikasi
kimiawi lain, khususnya pada pasien jika menerima banyak
obat.
183
TERAPI :
Obat yang dicurigai dihentikan. Erupsi kulit belum tentu hilang
dengan penghentian obat, kadang-kadang perlu beberapa waktu.
Pasien dengan erupsi morbilliformis dapat meneruskan obat bila
gejala telah menghilang, terutama untuk penyakit yang sedang
diobati serius.
Treatment erupsi obat tergantung dari tipe reaksi
Terapi untuk erupsi obat exanthematosa hanya supportive .First-
generation antihistamines dipakai dengan topical steroids ringan (e.g.
Hydrocortisone (dan moisturizing lotions, terutama selama fase
desquamative.
Oral antihistamines
Antipruritic lotion (calamine dengan/ tanpa 0.25% menthol dan /atau
1% phenol) atau lubricating antipruritic emollient akan membantu
menghilangkan gejala pruritus. Lotions dengan phenol tidak boleh
diberikan pada wanita hamil.
Topical steroids dapat bermanfaat menghilangkan erupsi
Jika gejala dan tanda memberat, kostikosteroid sistemik dapat
diberikan sampai dengan 2 minggu (prednisone, dimulai 60 mg)
biasa gejala akan berhenti dan mencegah berkembang dalam waktu
48 jam setelah terapi dimulai
Treat menerythroderma: menjaga suhu tubuh dan keseimbangan
cairan dan elektrolit, untuk terapi kegagalan jantung diberikan
digitalisasi dan diuretic dan pemberian intravenous albumin jika
terjadi hypoalbuminaemia
Management TEN sebaiknya dilakukan di intensive care atau burns
unit
184
Management of anaphlyaxis
Hentikan pemberian obat
Berii. m. 0.5-1ml 1:1000 adrenaline segera
Check airway dan beri oxygen
Antihistamines: Chlorpheniramine maleate 10-20 mg i.v.
Korticosteroids: Hydrocortisone 250mg i.v. dan 100mg 6 hourly +
Prednisolone 40mg/ hari selama 3 hari
I.V. Saline atau glucose 5%
Monitor BP dan pulse
Untuk bronchospasm: aminophylline 250mg i.v. selama 5 menit dan
250mg dalam 500ml saline selama 6 jam.
185
1. Seorang laki laki 21 tahun datang ke dokter dengan kelihan timbul
jerawat di punggung. Keluhan dirasakan sejak 2 bulan terakhir.
Pasien adalah pendertia sindroma nefrotik dengan terapi prednisone
sejak 1 tahun yang lalu. Pemeriksaan dermatologi menunjukkan
papul eritem, monomorf, multiple, diskret pada dada, punggung dan
bahu. Apakah kemungkinan diagnosis yang paling sesuai untuk kasus
tersebut?
A. Erupsi akneformis
B. Akne vulgaris
C. Folikulitis dermatofita
D. Akne konglobata
E. Pseudofolikulitis
2. seorang wanita 35 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan lecet
lecet pada badan. Keluhan dirasakan sejak 2 bulan yang lalu. Lecet
didahului dengan timbulnya lepuh kecil yang mudah pecah. Hasil
pemeriksaan fisik: keadaan umum dan tanda vital baik, kesan
kesakitan dengan mouse odor. Apakah kemungkinan diagnosis paling
sesuai untuk kasus tersebut?
A. Dermatitis herpetiformis
B. Pemfigoid bulosa
C. Subcorneal pustulosis
D. Pemfigus vulgaris
E. Epidermolisis bulosa
186
DERMATOTERAPI
dr. H. Rikyanto, Sp.KK
187
PENGOBATAN TOPIKAL KULIT
Pengertian obat topikal
Klasifikasi obat dibagi menjadi 2 yaitu obat topikal dan obat sistemik.
Perbedaannya adalah jika obat topikal artinya pengobatannya dilakukan
langsung pada organ/lokasi yang sakit. Sedangkan obat sistemik artinya
pengobatan secara menyeluruh.
188
Rute Penetrasi Obat
Rute penetrasi obat secara umum terdapat 3 jalur
a. Jalur Transcelullar
Obat topikal menembus langsung membran fosfolipid dan sitoplasma
keratinosit termasuk melewati lapisan stratum korneum yang
mempunyai lima lapisan. Jalur ini merupakan jalur terpendek
dibandingkan yang lain, kenyataan menghadapi rintangan yang
bermakna sebab harus menembus membran lipofilik setiap sel
kemudian hidrofilik seluler setelah itu phospholipid bilayer dari sel.
Oleh karena itu obat rute transceluller harus bersifat hidrofilik lipofilik
karena harus menembus rute-rute dengan suasana tersebut.
189
sampai ke sasarannya. Sediaan obat oral yang digerus sehingga
berbentuk bubuk kemudia ditaburkan dikulit tidak akan bisa
menembus sampai ke sasarannya karena tidak mengandung unsur
lipofilik maupun hidrofilik karena obat oral tsb dibuat hanya untuk
sediaan oral yang hanya bisa di metabolisme didalam tubuh (seperti
oleh asam lambung dan saliva). Jangan sekali kali menjadikan obat oral
sebagai obat topikal karena sama sekali tidak akan bermanfaat.
b. Rute Intercellular/ Paracellular (menyelip pada jalur ruang-ruang
antar sel).
Obat harus melalui ruang yang sempit antar sel, sehingga menjadi
lebih berliku, meskipun ketebalan stratum korneum hanya 20 μm,
tetapi karena jalur yang dilalui berliku sehingga harus dengan cara
difusi, maka yang dilalui dapat mencapai 400 μm. Meningkatnya jalur
yang dilalui sampai dengan 20 kali lipat akan mengurangi kecepatan
penetrasi obat.
c. Rute follicular & transappendageal (rute melewati ruang folikel
rambut)
190
Rute yang kurang penting dalam penetrasi obat topikal karena folikel
rambut hanya 1/1,000 dari seluruh permukaan kulit, akibatnya hanya
sedikit obat topikal yang lewat jalur folikular rambut. Namun, jalur ini
dapat langsung sampai pembuluh darah di dermis.
191
5. Konsentrasi obat (Perbedaan konsentrasi menyebabkan daya serap
yang berbeda pula)
6. Diffusion coefficient
a. Penetrasi
Penetrasi obat melewati 3 kompartemen
192
b. Permeation(sampai ke vaskular)
c. Absorption
1. Keadaaan kulit
a. Basah dengan basah
Apabila kulit dalam keadaan basah seperti pada radang akut yang
keluar cairan maka pengobatannya harus dengan obat yang
basah/dengan kompres.
193
Formulasi Vehikulum sediaan Topikal
1. Bedak (powder)
2. Minyak (Grease)
3. Cairan (Liquid)
4. Campuran minyak dengan padat pasta
5. Campuran cair dengan padat bedak kocok
6. Campuran cair dengan minyak Krim
7. Mengandung ketiga unsur Pasta pendingin
Diluar komponen diatas masih ada bentuk sediaan seperti Gel dan linimen
(seperti krim yang basah dan agak berminyak)
b. Bahan aktif
1. Aluminium asetat 5% untuk kompres
194
4. Asam benzoat; 6 & 12% dipakai untuk obat jamur juga dipakai
sebagai pengawet
10. Bensil Benzoat 20-25% untuk pengobatan scabies tapi tidak pada
daerah yang sensitif seperti gland penis dan scrotum.
195
15. Fluorourasil : antagonis piridin, menghambat sintesis DNA. Banyak
dipakai topikal untuk kanker kulit
CAIRAN
Prinsip cairan adalah untuk membersihkan kulit yang sakit dari debris berupa
pus, krusta (mengeringnya discharge dari kulit beserta skuama) dll.
Membersihkan kulit dari debris perlu dilakukan kompres. Hasil setelah
dilakukan kompres akan terjadi perlunakan dan keadaan yang membasah
menjadi kering sehingga kuman tidak dapat tumbuh dan terjadi proses
epitelisasi. Indikasi kompres adalah untuk keadaan dermatosis yang kotor dan
prinsipnya harus dengan menggunakan cairan.
Ada 2 kompres
Indikasi Kompres
Penggunaan kompres terutama kompres terbuka dilakukan pada:
b. Infeksi kulit akut dengan eritema yang mencolok. Panas dari kulit akan
dibawa oleh cairan, sehingga kulit yang eritem akan berkurang
keadaan eritemnya. Efek kompres terbuka ditujukan untuk
196
vasokontriksi yang berarti mengurangi eritema seperti eritema pada
erisipelas.
Kompres Terbuka
Ini adalah UKK pada Herpes Zooster terdapat vesikel yang berisi cairan namun
kulit disekitarnya dalam keadaan kering. Maka ini merupakan salah satu
indikasi kompres terbuka.
197
Kompres Tertutup
Kompres dengan menggunakan cairan bisa dengan krim kemudian ditutup
dengan plastik untuk mencegah penguapan agar obat masuk kedalam kulit.
Bedak
Merupakan sediaan topikal berbentuk padat terdiri atas talcum venetatum
dan oxydum zincicum dalam komposisi yang sama. Bedak memberikan efek
sangat superfisial karena tidak melekat erat sehingga hampir tidak mempunyai
daya penetrasi. Dioleskan di kulit, sifat penetrasi sangat lemah, dan tidak
melekat erat. Bedak hanya digunakan untuk melapisi permukaan kulit dalam
menghindari gesekan dan digunakan untuk menyerap minyak. Penggunaan
bedak mempunyai penetrasi yang sangat lemah pada kulit.
198
Ada 2 macam isi bedak yaitu :
Indikasi Bedak
Indikasi sebagai penutup, proteksi, daya slip (mencegah pecahnya lesi), daya
absorbsi. Dapat dipakai pada herpes zoster dengan syarat vesikel yang masih
utuh, miliaria (keringat buntek dengan UKK Vesikel), fungsinya untuk
mencegah vesikel tidak mudah pecah.
Kontraindikasi pada daerah eksudat/ pus, agar tidak terjadi adonan yang
memudahkan terjadi infeksi.
Salep
Pada suhu kamar (22-270C), mempunyai konsistensi seperti mentega/padat. Isi
dari salep terdiri dari
199
Salep merupakan sediaan semisolid berbahan dasar lemak ditujukan untuk
kulit dan mukosa/selaput lendir. Dasar salep yang digunakan sebagai
pembawa dibagi dalam 4 kelompok yaitu:
Indikasi Salep
Indikasi salep untuk dermatosis kering/kronik : misalkan terjadi likenifikasi,
neurodermatitis kronik pada dermatitis atopik. Pada keadaan diatas dengan
keadaan kulit yang kering harus diberikan obat topikal yang kering juga yaitu
dengan sediaan salep.
Krim
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Krim
dipakai pada lesi kering dan superfisial, lesi pada rambut, daerah
intertriginosa. Sediaan ini merupakan campuran minyak dan cairan, perlu
emulgator (media pembawa untuk menyatukan minyak dan cairan), dan
pengawet. Terdapat 2 macam krim :
200
b. krim o/w (vanishing cream)
krim o/w artinya oil in water, jadi akan lebih banyak kandungan air dari
pada minyaknya.
Bahan krim : cera alba, oleum olivarum, oleum sesami, cetaceum, cera lanetta.
Bedak Kocok/losio
Penggunaannya harus dikocok dulu terlebih dahulu. Mengandung akua, bedak
dan gliserin sebagai emulgator dengan ketentuan bahan padat dapat tidak
boleh lebih dari 40% dan gliserin harus kurang dari 10%. Gliserin adalah cairan
jernih kental, higroskopis, larut dalam air/alkohol, dipakai sebagai pelekat
pada bedak kocok.
Losion merupakan sediaan yang terdiri dari komponen obat tidak dapat
larut terdispersi dalam cairan dengan konsentrasi mencapai 20%. Komponen
yang tidak tergabung ini menyebabkan dalam pemakaian losion dikocok
terlebih dahulu. Pemakaian losion meninggalkan rasa dingin oleh karena
evaporasi komponen air. Beberapa keistimewaan losion, yaitu mudah
diaplikasikan, tersebar rata, favorit pada anak. Contoh losion yang tersedia
seperti losion calamin, losion steroid, losion faberi.
201
Pasta Berlemak
Merupakan campuran salep dan bedak. Terlalu kering dan sulit dioleskan,
untuk membuat lebih lunak dapat bahan padat dikurangi kurang dari 40%.
Vaselin album diganti dengan minyak yang cair. Pemakaian harus dengan
aplikator karena teksturnya yang agak keras.
Indikasi : daya protektif yang lebih kuat dari pada salep, penetrasi kurang
efektif daripada salep.
Pasta Pendingin
Pasta pendingin mengandung tiga komponen yaitu, minyak/salep, cairan, dan
bedak. Pasta pendingin disebut juga linimen yang ditambahkan mentol untuk
memberi efek dingin. Sediaan ini telah jarang digunakan karena efeknya
seperti krim, dan cepat rusak.
Gel
Gel merupakan sediaan setengah padat yang terdiri dari suspensi yang
dibuat dari partikel organik dan anorganik. Gel dikelompokkan ke dalam
202
a. gel fase tunggal
Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organik yang tersebar
dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan
antara molekul besar yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal
dapat dibuat dari makromolekul sintetik (misalnya karbomer) atau
dari gom alam (seperti tragakan).
Keistimewaan Gel
Cat
Pada dasarnya, cat merupakan bentuk lain solusio yang berisi
komponen air dan alkohol. Penggabungan komponen alkohol dan air
menjadikan sediaan ini mampu bertahan lama. Sediaan baru pernah
dilaporkan berupa solusio ciclopirox 8% sebagai cat kuku untuk terapi
onikomikosis. Terapi untuk jamur kuku juga masih menggunakan sediaan cat.
Contoh lain yaitu Pinctura yaitu sediaan bahan padat dengan alkohol >70%
digunakan untuk mengeringkan luka.
203
Kortikosteroid Topikal
Dipakai sesuai tujuan yang diinginkan. Mempunyai sifat antara lain ;
Antiinflamasi
Menghambat banyak aspek peradangan, paling bermakna mengurangi
rekruitmen netrofil dan monosit sehingga akan menekan respon
makrofag yang menyebabkan makrofag tidak terkumpul di daerah
lokal. Menghambat fosfolipase A2 glukokortikoid dan mencegah
biosintesis asam arakhidonat sel sehingga mencegah mediator
peradangan yang kuat (prostaglandin, leukotrien, asam hidroksi).
Penghambatan mediator seperti prostaglandin digunakan untuk
mengurangi rasa sakit pada pasien.
Antiproliferatif/Antimitosis
Penghambatan sintesis DNA epidermis. Penghambatan dalam fase G1
dan G2, tetapi juga pengurangan umum dalam fase s yaitu pada
sintesis makromolekul menyebabkan penghambatan mitosis yang
tidak spesifik pada siklus sel.
Imunosupresif menekan sistem imun
Merupakan kontraindikasi pemakaian pada infeksi virus, jamur, dan
bakteri. Karena orang dengan infeksi patogen diatas apabila diberikan
kortikosteroid akan menyebabkan infeksi bertambah parah
dikarenakan obat ini bersifat imunosupresif. Reaksi kekebalan seluler
dapat ditekan, hal ini dapat diperlihat dengan menghambat sensitisasi
terhadap dinitrokhlorobenzena yang dioleskan topikal. Limfosit T lebih
sensitif dibanding limfosit B terhadap kortikosteroid.
Vasokontriksi sebagai penanda kuatnya kerja suatu steroid. Jadi,
kuat kerjanya suatu steroid diukur dari faktor vasokontriksi, ibaratnya
JANTAN tidaknya seorang pria diukur dari kemampuan dia untuk
ereksi. Seperti itu kata dokter riki …
Kaitannya dengan vasokontriksi, kortikosteroid menghambat
pembentukan prostaglandin yang merupakan vasodilator.
204
Menghambat kerja histamin dan kinin vasoaktif, efek vasokontriksi ini
menyokong sifat anti-inflamasinya.
EFEK SAMPING
A. Efeks samping lokal :
Atrofi kulit (kulit menjadi lebih tipis), striae, purpura (kulit memerah
tak kunjung hilang), telangiketasi (pembuluh darah yang menonjol).
205
B. EFEK SAMPING SISTEMIK
3. Mengulang resep
206
3. Antiageing/mencegah fotoageing (lentigenes, kasar, aktinik
ketarosis)
4. Tidak stabil terhadap cahaya dan mudah tergradasi oleh UV.
5. Sebagai anti jerawat
Vitamin C
Kekurangan
Vitamin E
207
Panthenol
Pantenol penting dalam keratin rambut dapat menarik air sampai dengan
batang rambut.
Niasin
Gugus amida aktif dan niasin (vit B3) yang mempunyai efek anti
inflamasi dan anti oksidan sehingga mengurangi eritem karena sinar
ultra violet.
Produk Niasinamida 2-5% dipakai dengan tambahan tabir surya dan
pelembab
208
8. Arbutin
9. Ekstrak Bearberry
10. Ekstrak Beras (Oryza sativa) khusus hanya pada Beras jepang
11. Anarcadic acids,
12. 2-metylcardols dan cardols
13. P-coumaric acid
14. Rucinol (4-n-butyl-resorcinal)
15. 4-Methylthiouresorcin 2,8 %
16. 3[(2-b-glucopyranosyloxy)
17. phenyl]-2 cinnamic acid 0,1 %
Ammoniated mercury 5 %
N acetyl-4 S-cysteaminyl phenol 4 %
N acetylcysteine (NAC) 7,4 %
Isopropylcathecol 3 %
1. Asam Hidroksi
2. Asam Hidroksi Alfa
3. Triple Hydroxy Acid
4. Beta Hydroxy Acid
5. Combination Hydroxy Acids
6. Poly Hydroxy Acids (PHAs)
7. Solusio Jessner’s
8. Tri Chloroacetic Acid (TCA) 10-35 %
9. Amino Fruit Acids (AFAs) biasa digunakan untuk menghilangkan
wajah yang kusam
209
Peeling
Prinsip Mengoleskan cairan untuk tujuan pengelupasan kulit untuk
mendapatkan regenerasi epidermis bahkan sampai dermis
Bahan :
AHA
AFA
BHA
TCAA
Larutan Jessner
210
asam laktat (susu asam),
Bahan diatas tidaak murni dari bahan asli, namun harus diekstrak terlebih
dahulu.
SERUM
Istilah serum dalam dunia kecantikan agak berbeda dari serum dalam bidang
biologi dan kedokteran.
211
Dalam kosmetika, serum merupakan bahan cair yang kandungannya sebagian
besar asam amino, dan penggunaannya dioleskan langsung ke kulit.
Serum Vitamin C
Serum Vitamin E
Vitamin E bersifat larut dalam lemak (fat soluble), dan banyak terdapat
dalam minyak lembaga gandum, padi-padian, kuning telur, dan hati
sapi.
Manfaat vitamin E adalah melembabkan kulit (moisturizing), sebagai
antioksidan, dan penghilang radikal bebas. Oleh sebab itu, pemakaian
212
serum yang dioleskan rata ke seluruh permukaan kulit wajah, tangan,
dan leher setiap hari, sangat dianjurkan.
Serum vitamin E juga baik untuk perawatan rambut. Dengan
berbentuk serum, kandungan vitamin E tidak hanya akan melindungi
batang rambut, tapi juga bisa menembus kulit bagian dermis. Ini
berbeda dengan shampo, yang hanya melapisi kulit kepala dan batang
rambut.
MESOTERAPI
Mesoterapi adalah suatu teknik untuk memasukan vitamin atau bahan
tertentu ke dalam lapisan kulit. Ada berbagai macam alat yang dapat dipakai,
tergantung tujuan yang ingin dicapai, antara lain :
2. Mengurangi selulit
3. Pembentukan badan
Metode ini ditemukan oleh warga kenegaraan Perancis, Michel Pistor pada
tahun 1952. Booming di Amerika Serikat pada 2004. Sedangkan masyarakat
Indonesia sendiri baru bisa merasakan teknologi ini empat tahun yang lalu,
yaitu tahun 2008.
213
Metode mesoterapi saat ini dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:
1. Suntikan
2. Mesogun (Alat suntik mesoterapi yang mirip dengan pistol
3. Mesoporation (Alat mesoterapi tanpa jarum dengan system
elektroporesis / membuka pori-pori kulit).
214
Terapi Laser
Laser adalah suatu equipment yang sangat kaya manfaatnya.
Alhamdulillahirabbil ‘alamiin …
215
1. Powder tidak boleh diaplikasi pada daerah...
A. Berambut
B. Wajah
C. Daerah eksudasi
D. Vesikel
2. Emulsi benzyl benzoat 25% untuk scabies tidak boleh dioleskan pada...
A. Sela jari tangan
B. Interdigital
C. Pergelangan tangan
D. Daerah sensitiv seperti alat kemaluan
3. Pengobatan pada les akut dengan zat aktif sebaiknya:
A. Konsentrasi maksimal agar cepat sembuh
B. Vehikulum seperti powder
C. Konsenstrasi zat aktif ringan
D. Vehikulum padat seperti salep
4. Sediaan kulit yang jarang dipakai dan cepat rusak adalah...
A. Salep
B. Liniment
C. Krim o/w
D. Powder
5. Sifat antiinflamasi kortikosteroid dinilai dari efek...
A. Penghambatan mediator leukotrin
B. Penghambatan mediator prostaglandin
C. Vasokontriksi
D. Diapedesislokal
216
6. Griseovulvin tidak dapat dipakai untuk pengobatan...
A. Tinea pedis
B. Tinea cruris
C. Tinea kapitis
D. Ptyriasis versicolor
217
CHLAMYDIA
218
Chlamidia disebut sebagai
Incomplete Bacteria karena
tidak memiliki beberapa
komponen esensial dari
lipopolisakarida. Sehingga
chlamidia tidak termasuk
dalam bakteri.
Chlamidia bersifat Atypical
Bacteria
ATYPICAL BACTERIA
Atypical bacteria adalah sebutan yang ditunjukkan untuk kelompok
bakteri, yaitu: Mycoplasma, Ureaplasmas, Chlamydia,Chlamydophila,
Rickettsiae, Ehrlichiae, Coxiella dan Bartonella.
Chlamydia dan Rickettsiae cenderung menyerupai virus, parasit obligate
intracellular, dimana tidak dapat hidup secara bebas. Keduanya
menginfeksi sel eukariyotic hidup untuk reproduksi
*kata dr. Inayati sebaiknya dihafalkan ya tems :3 bisa jadi soalnya dibuat dari
tabel diatas...
219
CHLAMYDIA DAN CHLAMYDOPHILA
Chlamydia dan Chlamydophila (dahulu keduanya disebut Chlamydia)
adalah obligate intracellulare.
Keduanya merupakan parasit dengan siklus hidup yang berbeda yang
melibatkan produksi small elementary bodies yang kecil di dalam sel
dan reticulate bodies dewasa yang infektif
Sel kecil dan mengdanung genom terkecil (kira-kira seperempat ukuran
Eschericia coli)
Memerlukan adanya sel eukaryotic untuk kultur
CHLAMYDIA
Ordo Chamidiales, famili Chlamydiaceae terdiri dari satu genus Chlamydia
dengan 3 species yang menyebabkan penyakit pada manusia, yaitu:
C. trachomatis, C. pneumoniae, C. Psittaci
Semua spesies memberikan antigen pada umumnya yang dapat dideteksi
dengan complement fixation tests.
Untuk membedakan ketiganya dapat dengan pemeriksaan specific
immunofluorescent-labelled monoclonal antibodies
KARAKTERISTIK CHLAMYDIA
Parasit obligate intracellular kecil dan pernah dianggap sebagai virus.
Mengandung DNA, RNA dan ribosome serta mampu mensintesis protein
dan asam nukleatnya sendiri sehingga sekarang dianggap sebagai true
bacteria.
Memiliki inner dan outer membrane mirip dengan bakteri gram negatif
dan memiliki lipopolisakarida tetapi tidak memiliki lapisan peptidoglikan
220
Masih
semangatkan tems
:3 baru halaman
ke-3,hohoho masih
panjang nih...
semangat
semangat!!!
221
SIKLUS PERKEMBANGAN
Terdiri dari beberapa stadium :
Badan elementer
Infeksius, bentuk sferis, diameter 0,2 -0,4 µm, satu inti dan sejumlah
ribosom yang diliputi oleh dinding sel terdiri beberapa lapis
Badan elementer masuk ke dalam sel dengan cara fagositosis, di
sekeliling terbentuk vakuola
Setelah 8 jam badan elementer berkembang menjadi badan inisial /
badan retikuler
222
Badan Inklusi
Mikrokoloni kuman di dalam sel hospes.
Di dalam sel hospes dapat terbentuk beberapa mikrokoloni kuman jika
terjadi fagositosis terhadap lebih dari satu badan elementer.
Pematangan badan retikuler → badan elementer disertai meningkatnya
sintesis dna dengan cepat sehingga kadar dna dan rna berimbang
Pada saat sel hospes pecah, badan elementer tersebar keluar dan
menimbulkan infeksi pada sel hospes baru
Siklus perkembangan : 24 – 28 jam
Massa yang solid dekat dengan nukleus . Tampak berwarna dark purple
jika diwarnai dengan cat Giemsa dan merah jika diwarnai cat
Macchiavello, dan tampak inlusi berwarna coklat dengan pewarnaan
Lugol’s Iodine
Pada Trachoma, Inclusion conjunctivitis dan LGV, inclusion body terdiri
dari koloni dari partikel kecil (i.e., elementary dan large reticulate)
dengan proporsi yang berbeda
223
Hehew... mari kita lanjut ke
siklus hidupnya clamydia.
XD
224
The small, infectious elementary bodies are in red and The larger,
replicating reticulate bodies are in green.
BADAN INKLUSI
Chlamydia trachomatis
225
C. trachomatis adalah agen kausatif dari trachoma, oculogenital disease,
infant pneumonia dan lymphogranuloma venereum (LGV).
VARIAN BIOLOGIS
C. trachomatis memiliki keterbatasan host range dan hanya menginfeksi
sel epitel manusia (satu strain dapat menginfeksi menci )
Spesies terdiri dari tiga biovar (biological variants), yaitu:
1. Trachoma,
2. LGV dan
3. Mouse pneumonitis.
Biovar pada manusia selanjutnya dikelompokkan dalam beberapa serovar
(serological variants dan disebut juga serotype)
VATRIAN SEROLOGIS
Dibedakan berdasar protein major outer membrane-nya dan berkaitan
dengan penyakit-penyakit yang berbeda
226
Infeksi tidak menstimulasi imunitas jangka lama dan reinfeksi dapat
terjadi sebagai akibat responinflamasi dan kerusakan jaringan berikutnya
GEJALA KLINIS
1. Trachoma
Infeksi kronik atau reinfeksi berulang oleh C. trachomatis (biovar:
trachoma) mengakibatkan inflamasi dan pembentukan folikel yang
melibatkan seluruh konjungtiva
Nama Trachoma berasal dari 'trakhus' artinya kasar yang karakteristik
tampak pada konjungtiva
Tracomatous SCARRING :
Adanya scar pada conjunctiva
tarsalis, terlihat sebagai garis
putih, bulatan, atau lembaran.
227
Infeksi kronis atau berulang pada konjungtiva palpebralis kebutaan
(disebabkan oleh C. trachomatis serotype A,B,Ba,C)
2. Inclusion conjunctivitis
Inclusion conjunctivitis disebabkan oleh C. trachomatis (biovar:
trachoma) berkaitan dengan infeksi genital (serovars D - K).
Infeksi ditandai dengan discharge mukopurulen, Infiltrat kornea dan
kadang-kadang corneal vascularization.
Pada kasus kronik bisa terjadi corneal scarring
Pada infeksi neonatus sebagai akibat penjalaran infeksi melalui jalan
lahir yang terinfeksi dan menjadi jelas setelah 5 – 12 hari
Infeksi telinga dan Rhinitis dapat menyertai penyakit okuler
4. Reiter's syndrome
Reiter's syndrome adalah tiga serangkai gejala yang mencakup
conjunctivitis, polyarthritis (pada beberapa persendian terjadia
peradangan) and genital inflammation.
Sindrom ini berkaitan dengan HLA-B27.
Kira-kira 50 - 65% pasien menunjukkan infeksi C. trachomatis akut pada
saat onset arthritis dan lebih dari 80% menunjukkan bukti adanya
infeksi C. trachomatis secara serologis
228
Another Clinical Syndromes
Infant pneumonia - Infants infected with C. trachomatis (biovar:
trachoma; serovars: D - K)
Urogenital infections - In females the infection is usually (80%)
asymptomatic but symptoms can include cervicitis, urethritis, and
salpingitis
Lymphogranuloma venereum (C. trachomatis biovar: LGV) - The primary
lesion of LGV is a small painless and inconspicuous vesicular lesion that
appears at the site of infection, often the penis or vagina
Laboratory diagnosis
Intinya adalah ketika jadi dokter kita harus bisa mendiagnosis dengan
SOAP (subjektif-objektif-assessment -plan)
S : Subjektif : apa yang dikeluhkan pasien
O : Objektif : sign/symptomp yang terjadi pada pasien
A : Assessment : dokter harus bisa menganalisa keadaan penyakit pasien
P : Plan : dokter melakukan pemeriksaan dan melakukan perencanaan
untuk treatment kedepannya
Terdapat beberapa test laboratoris untuk mendiagnosis C. trachomatis
tetapi sensitivitas test tergatung pada :
1. Sifat penyakit
2. Tempat pengambilan spesimen
3. Kualitas spesimen
Karena chlamydia adalah parasit obligat intraseluler maka swab pada
tempat terlibat infeksi sampai exudat dikirim untuk analisis
Spesimen
Swab atau kerokan dari permukaan sel epitel yang terkena seperti infeksi
oculogenital
Untuk pemeriksaan langsung
Biakan dari discharge purulen tidak adekuat, dan material purulen harus
disingkirkan sebelum mengambil spesimen.
Inklusi konjungtivitis dengan kerokan konjungtiva
Urethritis dengan swab spesimen dari bbrp sentimeter ke dalam urethra
Servisitis diambil dari permukaan sel kolumner dari kanal endoservikal
229
Infeksi saluran genital bagian atas pada wanita dengan kerokan
endometrium
Cairan culdosintesis atau aspirasi tuba uterina dengan C. trachomatis
yang sedikit pada biakan.
Biopsi tuba uterina untuk biakan diagnostik menggunakan penelitian,
bukan prosedur rutin.
Lymfogranuloma venereum dengan aspirasi dari bubo atau nodus
fluktuan terbaik untuk biakan.
Dalam pengambilan kadanag-kadang dengan anastesi karena sakit.
Pengambilang agak kedalam agar dapat etiologinya
Penanganan Spesimen
Pengambilan sampel urin harus dengan
jumlah yang tepat dan sebaiknya tidak
lebih dari 1-2 jam setelah pengambilan
urin agar kualitas masih bagus
Pemeriksaan urin pada masa >3 jam
akan menurunkan sensitifisitas
pemeriksaan. Penyimpanan urin yang
belum dilakukan pemeriksaan sebaiknya
disimpan pada suhu rendah.
Spesimen ditempatkan dalam medium
transport. Medium yang dipakai
mempunyai sukrosa 0,2 mol/L dalam
buffer fosfat 0,02 M, pH 7,0 – 7,2
dengan 5% serum janin anak sapi
Media transport sebaiknya mengandung
antibiotika untuk menekan bakteri
selain spesies chlamydia
Jika spesimen tidak dapat diproses
dengan cepat, dapat dimasukkan ke
dalam lemari pendingin selama 24 jam;
jika tidak, mereka sebaiknya dibekukan
pada suhu –60° C atau lebih dingin,
sampai diproses
Sampel yang memenuhi syarat atau adekuat adalah yang mengandung
sedikitnya satu sel kolumnar atau sel metaplastik setiap sediaan. Jadi
230
pemeriksaan harus lebih spesifik dan setidaknya ada 1 dari syarat sampel yg
adekuat agar pemeriksaan tidak universal (banyak kemungkinan)
Sampel tidak adekuat bila salah satu atau lebih dari yang tersebut berikut :
1. tidak ada komponen sel
2. tidak ada sel kolumnar atau metaplastik
3. hanya ada sel epitel skuamosa atau polimorfonuklear
1. Cytologi
Pemeriksaan pewarnaan kerokan sel untuk mengetahui adanya
inclusion bodies digunakan untuk diagnosis
Metode ini tidak sensitif sebagaimana metode lainnya
2. Culture
Kultur merupakan salah satu pemeriksaan yang bagus. Merupakan
salah satu pemeriksaan GOLD STANDAR.
Kultur adalah metode yang paling spesifik untuk mendiagnosis infeksi
C. trachomatis .
Spesimen ditambahkan pada kultur sel yang cocok dan sel terinfeksi
diperiksa terhadap adanya iodine-staining inclusion bodies.
Iodine stains glycogen pada badan inklusi. Adanya iodine-staining
inclusion bodies bersifat spesifik untuk C. trachomatis, karena inclusion
231
bodies pada spesies Chlamidia lainnya tidak mengandung glikogen dan tidak
terwarnai dengan iodine
Kultur Chlamydia
Sel kultur ditumbuhkan dalam monolayers diatas coverslips pada dram
atau shell vial atau nampan mikrodilusi (kurang sensitif)
Sel kultur diberi cycloheximid untuk menghambat metabolismenya dan
meningkatkan kepekaan terhadap isolasi chlamidia.
Inoculum dari spesimen usapan disentrifugasi dalam mono-layer dan
dieramkan pada 35 – 37° C selama 48 – 72 jam.
Monolayer kedua dapat diinokulasikan dan sesudah inkubasi dapat
disonikasi dan ditanam pada monolayer yang lain untuk meningkatkan
kepekaannya.
Monolayer diperiksa dengan immunofluorescence langsung untuk melihat
inklusi sitoplasma.
Sensitifitas 80 % dan spesifisitas 100 %.,
Kelemahan : mahal, sulit jika jumlah pasien banyak dan hasil falsenegatif.
3. Antigen Detection
Direct immunofluorescence dan ELISA kita dapat mendeteksi group
specific LPS atau protein outer membrane yang strain-specific digunakan
untuk diagnosis
Untuk sampel yang mengandung sedikit organisme ,misalnya pada pasien
asymptomatic (belum bergejala) bisa diambil sampel dan dengan deteksi
ELISA yang dikelaskan (dari pabrik ke pemeriksa) bisa ada ikatan
ditunjukan dengan adanya enzim yang mengubah subtrat yang dapat
merubah warna. ELISA sudah banyak dilakukan
4. Serology
Tes serologi digunakan untuk mendiagnosis memiliki nilai yang
terbatas pada orang dewasa, oleh karena test serologi tidak membedakan
antara infeksi yang sedang berlangsung atau infeksi yang telah berlalu.
Deteksi adanya titer IgM yang tinggi menujukkan indikasi adanya
infeksi baru
Deteksi IgM antibodi bermanfaat bagi infeksi neonatus
232
Peningkatan titer terjadi selama dan sesudah infeksi chlamydia yang
akut.
test antibodi chlamydia cepat, sangat sensitif , paling cocok untuk
screening.
Sensitivitas 91,1% dan spesifisitas 98,5%. Cukup tinggi
Tes antibodi Chlamydia untuk evaluasi faktor tuba relatif murah dan
minimal invasif.
Tes antibodi Chlamydia telah digunakan untuk skrining wanita infertil
yang beresiko tinggi terhadap penyakit tuba.
Prinsip tes seperti metode ELISA (antigennya atau Ig-nya)
233
a. Tetracyclines, erythromycin and sulfonamides digunakan untuk
treatment, tetapi memiliki keterbatasan pada daerah endemik,
dimana reinfeksi umum terjadi.Chlamydia infeksi
b. Vaksin memiliki sedikit manfaat dan tidak digunakan. Karena
beberapa vaksin ditujukan untuk memunculkan kekebalan. Biasanya
vaksin yang disuntikkan yang muncul pertahanan humoral padahal
bakteri menyerang intraseluler. Jadinya kurang bermanfaat
c. Pengobatan dikombinasikan dengan memperbaiki sanitasi untuk
mencegah reinfeksi adalah cara terbaik untuk mengontrol infeksi.
d. Sexual practices yang aman dan pengobatan yang tepat untuk pasien
simptomatik dan pasangan seksualnya dapat mencegah infeksi
genital
Nah yang selanjutnya ini adalah materi tambahan jadinya dibaca2 aja yaaa....
Chlamydia psittaci
C. psittaci adalah agen penyebab psittacosis (parrot fever). Meskipun
penyakit ini pertama kali ditularkan oleh burung beo, reservoir alami untuk C.
psittaci dapat diakibatkan setiap jenis burung. Dengan demikian, penyakit ini
juga disebut Ornithosis dari kata Yunani untuk 'bird'.
Pathogenesis
Saluran pernapasan adalah jalur utama masuknya penyakit ini. Infeksi
terjadi ketika menghirup organisme dari burung yang terinfeksi atau
kotorannya. Bisa juga transmisi Orang-ke-orang namun sangat jarang. Dari
paru-paru organisme memasuki aliran darah dan diangkut ke hati dan limpa.
Bakteri mereplikasi di ‘sties’ ini di mana mereka menghasilkan fokal
daerah nekrosis. Penyebaran (seeding) hematogen akan berlanjut dari paru-
paru dan organ lainnya.
Sebuah respon inflamasi limfositik di ruang alveoli dan interstitial
menyebabkan edema, infiltrasi makrofag, nekrosis dan kadang-kadang
perdarahan. Mucus dapat berkembang di alveoli menyebabkan sianosis dan
anoksia.
Clinnical Syndrom
Perkembangan penyakit terjadi setelah waktu inkubasi selama 7-15
hari.
234
Gejalanya meliputi demam, menggigil, sakit kepala, batuk produktif
dan pneumonitis ringan.
Dalam kasus berat, penyakit reda dengan 5-6 minggu setelah infeksi.
Infeksi tanpa gejala yang umum.
Dalam kasus berat, dapat terjadi kejang, koma dan kematian (tingkat
kematian 5%).
Komplikasi lain termasuk karditis, hepatomegali dan splenomegali
Diagnosis Laboratorium
Diagnosis laboratorium didasarkan pada uji serologis.
Kenaikan empat kali lipat titer dalam sampel berpasangan dalam tes
fiksasi komplemen merupakan indikasi infeksi.
Pengobatan dan Pencegahan
Tetracycline or erythromycin adalah antibiotik pilihan pada penyakit
ini
Kontrol infeksi pada burung dapat dengan cara memberikan
antibiotik pada burung
Tidak ada vaksin yang dapat diberikan
235
1. Bagaimanakah respon imun hospes yang terjadi setelah infeksi
chlamydia trachomatis?
a. Imunitas bersifat sementara
b. Imunitas bersifat seumur hidup
c. Terjadi pembentukkan jaringan fibrosis
d. Terjadi infiltrasi sel radang mononuklear
e. Terjadi respon inflamasi tanpa kerusakan jaringan
2. Manakah diagnosis penyakit di bawah ini yang menunjukkan
polyathritis merupakan salah satu manifestasi klinis yang terjadi
pada infeksi chlamydia trachomatis?
a. Trachoma
b. Reiter syndrome
c. Inclusion conjunctivitis
d. Urogenital infections
e. Oculer lymohogranuloma venerum
3. Pemeriksaan laboraturium apakah yang dilakukan untuk
mendeteksi lipopolisakarida spesifik atau protein spesifik outer
membrane pada infeksi chlamydia trachomatis?
a. Pemeriksaan sitologi
b. Pemeriksaan serologi
c. Pemeriksaan kultur
236
d. Pemeriksaan deteksi gen
e. Pemeriksaan probes asam nukleat
237
SISTEM PENDENGARAN DAN
KESEIMBANGAN
Nah, akhirnya kita sampai pada sub-bab terakhir di blok ini yaitu mengenai
indera pendengaran dan penciuman.
238
“ Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberimu pendengaran,
penglihatan, dan hati nurani agar kamu BERSYUKUR”
239
Didalam teling kita terdapat sistem keseimbangan yang tersusun dari 3
kanal semisirkular yang berisi cairan dan “sensor” yang mendeteksi rotasi
gerakan kepala. Setiap kanal semisirkular berada di sudut yang berbeda
dan selalu terletak di sebelah kanan pada setiap sudutnya. Sesuai dengan
gearakan kepala kanal semisirkularis mengirim impuls saraf ke otak
melalui saraf acoustikus.
A. Anatomi Telinga
Telinga bagian luar terdiri dari daun telinga, lubang telinga dan liang
pendengaran
Telinga bagian dalam terdiri dari alat keseimbangan tubuh, tiga saluran
setengah lingkaran, tingkap jorong, tingkap bundar dan rumah siput (koklea)
240
Fungsi dari Bagian-Bagian Khusus pada Telinga: (perhatikan gambar di atas)
Daun telinga (A), lubang telinga dan liang pendengaran berfungsi menangkap
dan mengumpulkan gelombang bunyi. Membran Tifani atau Gendang Telinga
(B): untuk menangkap getaran dan mengantar getaran suara dari udara ke
tulang pendengaran Tiga tulang pendengaran (C), yakni tulang stapes, incus
dan malleus, berfungsi memperkuat getaran dan meneruskannya ke koklea
atau rumah siput. Tingkap jorong, tingkap bundar, tiga saluran setengah
lingkaran dan koklea “rumah siput” (E) berfungsi mengubah rangsangan dan
diteruskan ke otak. Tiga saluran setengah lingkaran (D) juga berfungsi
menjaga keseimbangan tubuh. Saluran eustachius (F) menghubungkan rongga
mulut dengan telinga bagian luar.
241
Tetapi secara garis besar proses mendengar seperti ini, gelombang suara
dikumpulkan oleh telinga luar dan disalurkan ke lubang telinga, dan menuju
gendang telinga. Gendang Telinga bergetar untuk merespons gelombang suara
yang menghantamnya . Getaran ini mengakibatkan tiga tulang (ossicle) di
telinga tengah bergerak. Secara mekanis getaran dari gendang telinga ini akan
disalurkan, menuju cairan yang berada di rumah siput( koklea). Getaran yang
sampai di koklea ini akan menghasilkan gelombang, sehingga rambut sel
yang ada di koklea akan bergerak. Gerakan ini mengubah energi mekanik
tersebut menjadi energi elektrik ke saraf pendengaran (auditory nerve) dan
menuju ke pusat pendengaran di otak. Pusat ini akan menerjemahkan energi
tersebut menjadi suara yang dapat dikenal oleh otak.
B. Fisiologi Pendengaran
Ada 2 jenis fase yang terjadi pada saat mendengar, yaitu fase mekanik dan
fase elektrik.
1. Fase mekanik
Tertangkapnya gelombang suara oleh M. tympani melalui CAE
sehingga M. Timpani bergetar ossicula auditiva (Malleus, Incus
dan Stapes) perilimphe vestibulum perilimphe scala vestibuli
dan scala tympani di organ korti (setelah endolimphe di scala
media bergetar). Jadi pada fase mekanik getaran suara belum
sampai menggetarkan sel-sel rambut di cochlea.
Gangguan rangkaian ini disebut Tuli konduksi (Hantaran). Tetapi
gangguan ini biasanya bersifat sementara.
Gambar di bawah menggambarkan beberapa hal yang dapat
menyebabkan tuli konduksi, yaitu: purulent middle ear infection,
lesion of the ossicles dan tear in eardrum. Kemudian terdapat tabel
yang menunjukkan bahwa suara lebih cepat digetarkan melalui
tulang daripada udara.
242
2. Fase elektrik
Dimulai bergetarnya sel-sel rambut sampai munculnya impuls
saraf setiap sel-sel rambut bergetar dapat mengubah
potensial istirahat cochlea menjadi cochlea microphinic dan
summanting potential diteruskan oleh N. Auditorius (N. VIII)
dari impuls saraf ke pusat pendengaran, yaitu lobus temporalis.
Gangguan pada fase ini disebut Tuli Saraf (Sensorineural
Deafness). Gangguan pendengaran saraf biasanya
parah dan permanen.
Cara Pemeriksaan :
Tes Rinne merupakan sebuah tes pendengaran yang
dilakukan untuk mengevaluasi kemampuan pendengaran
pada satu telinga (tuli unilateral). Hal ini membedakan
persepsi suara yang dihantarkan oleh konduksi udara dengan
suara yang dihantarkan oleh konduksi tulang melalui
mastoid.
Tes Schwabach bertujuan untuk membandingkan hantaran
lewat tulang antara penderita dengan pemeriksa.
Tes Bing (tes oklusi) merupakan tes untuk pemeriksaan tuli
saraf.
Tes Weber bertujuan untuk membandingkan hantaran
tulang antara kedua telinga penderita.
243
C. Pusat Pendengaran
Colliculus inferior medial geniculate body (talamus) cortex serebri
ikut pula sistem retikular
informasi dari kedua telinga
244
Broadman’s
area 41
245
Area Werniecke
Area 22
Girus Angularis
Area 39
PERLEMAHAN SUARA
Fungsi :
1. Melindungi cochlea dari suara keras
2. Menutupi suara frekuensi rendah dalam lingkungan gaduh
Suara sangat keras melalui sistem ossikuler SSP
Mekanisme Perlemahan Suara:
1. Terjadi reflek (40 milidetik)
2. Kontraksi M. stapedius (stapes keluar)
3. Kontraksi M. tensor tympani (malleus ke dalam)
4. Kekakuan sistem ossikuler derajat tingi
5. Mengurangi penghantaran suara ke cochlea (30-40 desibel)
NADA TINGGI
Suara dengan tinggi nada rendah pengaktifan maksimum M.
Basilaris dekat apeks cochlea
Suara dengan tinggi nada tinggi pengaktifan maksimum M.
basilaris dekat basis cochlea
246
PENENTUAN KERAS SUARA
Ditentukan oleh amplitudo getaran M. basilaris dan sel-sel rambut
Batas Frekuensi Pendengaran:
Dewasa muda 20-20.000 siklus per detik dan tergantung pada
intensitas
Tinggi nada berhubungan dengan frekuensi (jumlah glb/detik)
Kekerasan suara berhubungan dengan amplitude
Batas suara tergantung intensitas
Orang tua batas frekuensi turun : 50-8.000 siklus per detik atau
kurang
247
Dirangsang sekunder korteks pendengaran primer
Dirangsang oleh proyeksi dari daerah asosiasi talamus dekat
korpus genikulatum mediale
Tempat persepsi frekuensi suara pada korteks pendengaran primer
Pembuangan bilateral korteks pendengaran pada binatang :
masih mampu mendeteksi suara /secara kasar
tetapi tidak mampu melakukan diskriminasi corak suara
Lesi pada area asosiasi pendengaran :
Masih mampu memdengar penuh dan membedakan suara dan
menginterpretasikan beberapa corak suara sederhana
Tetapi tidak mampu menginterpretasikan arti suara
Distruksi korteks pendengaran di kedua sisi seseorang kehilangan
sebagian besar kemampuan mendeteksi suara.
KETULIAN
Tuli saraf gangguan cochlea atau saraf pendengaran,
penyebabnya:
Degenerasi toksik
Kerusakan sel-sel rambut
Tumor N. vestibulocochlearis
Kerusakan vaskuler pada medulla oblongata
Tuli konduksi (hantaran) Gangguan mekanisme telinga tengah,
penyebab:
Sumbatan MAE
Perusakan ossicula auditiva
Penebalan membrana tympani
Otosklerosis
248
Kemunduran fungsi organ dipengaruhi oleh genetic dan cara hidup.
Dan kemunduran pendengaran dapat diakibatkan oleh genetik, obat-
obatan dan lingkungan. Kemunduran pendengaran pada usia lanjut
diperkirakan akibat hilangnya atau mengurangnya neuron-neuron di
area pusat pendengaran. Selain itu dapat juga sebagai komplikasi
penyakit. Ideal pada proses penuaan penurunan fungsi organ
seminimal mungkin.
Kemunduran sensori visual dan auditori mempengaruhi
aktivitas harian : kualitas hidup menurun dan keselamatan menurun
Tidak masuknya suara (sunyi) sampai ke otak mengakibatkan para
geriatri akan jatuh ke keadaan depresi
D. Fungsi vestibular
Bagian telinga dalam non auditori (disebut alat vestibuler) terdiri dari dua
sub-divisi fungsional: kanalis semisirkularis (dua vertikal dan satu
horizontal) dan organ otolit (utrikulus dan sakulus). Kanalis semisirkularis
merasakan putaran kepala, dan organ otolit merasakan percepatan linier
kepala. Fungsi utama utrikulus adalah mengisyaratkan posisi kepala relatif
terhadap gravitasi. Kerusakan sakulus menimbulkan kelainan yang kurang
berarti dibandingkan dengan kerusakan utrikulus, sehingga fungsi sakulus
kurang jelas dibanding utrikulus. Sakulus pernah diduga sebelumnya
merupakan reseptor pendengaran frekuensi rendah, namun akhir-akhir ini
studi sistematis khusus menunjukkan bahwa serabut saraf sakulus bereaksi
hanya pada percepatan linier. Diperkirakan bahwa sistem sakulus
memberikan reaksi terhadap percepatan vertikal tingkat tinggi, yang perlu
untuk menimbulkan respon motorik yang dibutuhkan untuk mendarat
secara optimal sewaktu terjatuh.
249
Bila kecepatan rotasi tetap : cairan berputar dengan kecepatan yang
sama dengan tubuh dan posisi kupula kembali tegak
Bila putaran berhenti : endolimfe bergerak searah putaran
Nucleus Vestibularis berperan mempertahankan posisi kepala dalam
ruang.
Jaras desenden : penyesuaian kepala-pada-leher dan kepala-pada-
tubuh
Jaras asenden : ke nukleus nervi cranialis sebagian besar berkaitan
dengan pergerakan mata.
NISTAGMUS
Gerakan menyentak yang khas pada mata yang tampak di awal dan
akhir rotasi
Refleks mempertahankan fiksasi penglihatan di titik-titik yang diam
sementara tubuh berputar
Reflek vestibulo-okular
Komponen lambat dicetuskan impuls dari labirin
Komponen cepat dicetuskan oleh pusat di batang otak
Jenis Nistagmus :
Horisontal
Vertikal
Berputar
postrotatori
Arah komponen cepat selama rotasi=arah rotasi
250
Vertigo: sensasi berputar tanpa adanya pemutaran sebenarnya.
Merupakan gejala yang menonjol bila salah satu labirin meradang
MABUK
Mabuk Perjalanan
Timbul akibat perangsangan vestibular yang berlebihan
Gejala : rasa mual, perubahan tekanan darah, berkeringat,
pucat,dan muntah
Gejala muncul karena refleks yang dihantarkan melalui hubungan
vestibuler di batang otak dan lobus flokulonodularis serebelum
Mabuk perjalanan luar angkasa (space motion sickness)
Mual, muntah dan vertigo yang terjadi pada astronot sewaktu
prtama kali terpajan mikrogravitasi dan menghilang setelah
beberapa hari di luar angkasa. Gejala kambuh ketika kembali ke
bumi
Disebabkan oleh : ketidakseimbangan masukan saraf karena
perubahan masukan dari beberapabagian alat vestibuler dan
sensor gravitasi lain tanpa perubahan setara pada masukan
orientasi ruang lain
251
INDERA PENCIUMAN
252
A. Anatomi Indra Penciuman
B. Membrana Olfaktoria
Terletak di bagian superior hidung
Reseptor penciuman adalah sel-sel olfaktoria (sel-sel saraf bipoler dan
SSP)
Rambut olfaktoria bereaksi terhadap bau merangsang sel olfaktoria
253
PENGHANTARAN SENSASI BAU KE SSP
Dari sel mitral berlanjut ke bulbus olfaktorius kemudian akan
bercabang menjadi area olfaktoria medial dan area olfaktoria lateral
Dari 2 area tersebut melalui tr. Olfaktorius sekunder ke :
a. Hipothalamus
b. Thalamus
c. Hipokampus
d. Nuklei otak
C. Kelainan Penciuman
1. Anosmia (tidak ada indra penciuman)
2. Hiposmia (pengurangan sensitifitas olfaktorius)
3. Disosmia (indra penciuman berubah)
4. Ambang penciuman meningkat dengan bertambahnya usia. Sebanyak
75 % usia >80 tahun akan mengalami gangguan identifikasi bau
SENSASI PRIMER PENCIUMAN
Berbeda dengan pengecapan dan warna
Ada 50 atau lebih sensasi pengidu primer
254
Kerusakan pada lobus parietal dapat menyebabkan masalah dengan memori
verbal, gangguan kemampuan untuk mengendalikan pandangan mata dan
masalah dengan bahasa.
255
1. Dimanakah lokasi memproses kata-kata sehingga dapat diterima dalam
bentuk audition
a. Area brodman
b. Area Wernickle
c. Planum temporal
d. Girus angularis
e. sistem retikular
2. Dimanakah lokasi penanggung jawab bahasa dan pendengaran
a. Area brodman
b. Area Wernickle
c. Planum temporal
d. Girus angularis
e. sistem retikular
256
b. Percepatan linier
c. Rotasi horisontal kepala
d. Rotasi vertikal kepala
e. Rotasi angular kepala
257
9. refleks nystagmus terjadi melalui reseptor saraf yang terdapat pada
organ
a. pendengaran
b. keseimbangan dinamik
c. keseimbangan statik
d. penglihatan
e. perabaan
10. Faktor resiko terjadinya sosiokuisisi yang tidak dapat dihindari adalah
a. Bising lingkungan
b. Menu makanan dan Pola kehidupan sehari-hari
c. Genetik
d. infeksi sistemik
258