Anda di halaman 1dari 7

Kelompok : C10 Matkul : Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Anggota : Dosen : Cyhthia Pradiftha Sari, M. Sc., Apt.

1. Aldia Dwi Karina Ningrum (15613184)


2. Afinia Dwi Maulida (15613186)
3. Inesya Reyadillah Nurdin (15613187)
4. M. Alfian Luthfi (15613188)
5. Khairul Rizki (15613189)

RANCANGAN PENELITIAN

JURNAL

ADHERENCE THERAPY IMPROVES MEDICATION ADHERENCE AND QUALITY OF LIFE IN PEOPLE


WITH PARKINSON’S DISEASE: A RANDOMISED CONTROLLED TRIAL

Terapi Kepatuhan Meningkatkan Kepatuhan Pengobatan dan Kualitas Hidup pada Pasien dengan
Penyakit Parkinson: Uji Acak Terkontrol

https://abdn.pure.elsevier.com/en/publications/adherence-therapy-improves-medication-adherence-and-
quality-of-li

1. PENDAHULUAN
Penyakit Parkinson (PD) berdampak buruk terhadap Kualitas Hidup (QoL). Ketidakpatuhan
lazim terjadi pada PD. Banyak faktor yang terkait dengan ketidakpatuhan pengobatan pada
Penyakit Parkinson (PD), termasuk rejimen pengobatan kompleks, gangguan suasana hati, dan
gangguan kognisi. Pasien dapat menghilangkan, mengubah atau menghentikan pengobatan,
mengakibatkan manajemen gejala yang buruk. Dosis yang tidak beraturan mempengaruhi fluktuasi
motorik, sedangkan dosis berlebih menyebabkan diskinesia. Oleh karena itu, mengoptimalkan
kepatuhan penting dalam PD. Intervensi untuk meningkatkan kepatuhan telah terjadi banyak
diteliti. Namun, hanya sedikit penelitian yang benar-benar fokus pada PD. Uji coba terkontrol
secara acak fase II dilakukan untuk menyelidiki apakah Terapi Kepatuhan (AT) dapat memperbaiki
kepatuhan pengobatan dan kualitas hidup (QoL) dibandingkan dengan perawatan rutin (RC) pada
PD.
2. METODE
RCT dimulai sejak September 2011 hingga Maret 2013 oleh Departemen Neurology and Older
People’s Medicine di rumah sakit universitas yang berada di Inggris.
a. Peserta
Pasien diberi paket berisi surat undangan, lembar informasi penelitian, dan Skala Kepatuhan
Medis Morisky (MMAS-4) (lampiran pertanyaan seputar PD). Pasien adalah orang dewasa
dengan PD idiopatik, diresepkan satu atau lebih obat antiparkinson, memiliki rejimen yang
stabil, dan tidak mengalami demensia. Pasien mengembalikan MMAS-4 sebagai ungkapan
ketertarikan. Pasien yang memenuhi syarat (skor MMAS-4 ≥ 1) (dinilai oleh DJD) mengikuti
konsultasi klinik secara rutin. Peserta menandatangani formulir informed consent dan
menyelesaikan semua data administrasi sebelum diacak jika mereka sepakat untuk ikut dalam
percobaan.
b. Randomisasi dan Stratifikasi (Pengelompokan)
Setelah melengkapi data administrasi, peserta diacak untuk intervensi (RC dan AT) atau kontrol
(RC saja). Komputer menghasilkan nomor secara acak yang diakses melalui sistem berbasis web
yang dikembangkan oleh Unit Penelitian Klinis di Universitas East Anglia. Peserta
dikelompokkan berdasarkan adanya kehadiran wali atau tidak ada wali.
c. Kelompok Intervensi
Peserta yang diacak menerima 7 sesi AT satu per satu setiap minggu di rumah masing-masing
selain RC. Peserta dan walinya menerima AT. DJD mengirimkan AT di bawah pengawasan
seorang terapis / penyidik senior (RJG). AT adalah pendekatan kognitif-perilaku secara singkat
yang bertujuan memfasilitasi proses pengambilan keputusan bersama. Ada empat bidang fokus:
 Penilaian: Review pengobatan, mengeksplorasi sikap terhadap pengobatan, efek samping,
dan pengaturan agenda.
 Pemecahan masalah: Masalah praktis yang mengarah pada ketidakpatuhan.
 Garis waktu pengobatan: Refleksi pengalaman dengan obat.
 Kebijaksanaan / keyakinan dan keprihatinan obat: Berdiskusi tentang pro & kontra minum /
tidak minum obat.
Peserta dinyatakan menyelesaikan AT jika menerima setidaknya lima dari tujuh sesi.
d. Kelompok Kontrol
Peserta di kelompok kontrol menerima RC sesuai untuk praktik yang biasa di Inggris, yaitu
pasien hadir dalam pertemuan antara konsultan dan perawat spesialis sesuai yang dijadwalkan
berdasarkan kebutuhan klinis mereka.
e. Pengukuran Informasi Awal
MMAS-4, Kuesioner Penyakit Parkinson (PDQ-39), Movement Disorder Society-Unified PD
Rating Scale (MDS-UPDRS) (bagian I, II, IV), Beliefs about Medication Questionnaire (BMQ),
EuroQol (EQ-5D), Montreal Cognitive Assessment Scale (MoCA), dan Hospital Anxiety and
Depression Scale (HADS) selesai pada pengumpulan informasi awal. Wali menyelesaikan BMQ
dan Caregiving Distress Scale (CDS).
f. Hasil yang Diharapkan
Peneliti mengantisipasi bahwa dengan meningkatkan kepatuhan mungkin berdampak pada QoL.
Oleh karena itu, peneliti menilai perubahan dalam MMAS-4 dan PDQ-39 dari awal sampai 12
minggu paska pengacakan sebagai hasil utama. Hasil sekunder berubah dari awal menjadi 12
minggu paska pengacakan pada MDS-UPDRS, BMQ, EQ-5D dan CDS. Hasil juga segera dinilai
paska intervensi (minggu ke-7).
g. Blinding (Ketidaktahuan)
Ketidaktahuan terhadap pengalokasian kelompok tidak dimungkinkan sebagai peserta yang tahu
apakah mereka menerima atau tidak menerima AT. DJD menyampaikan AT dan mengumpulkan
laporan-laporan sebagai tindak lanjut dan membuka alokasi kelompok. Seorang ahli statistik
medis yang tidak tahu apa-apa menganalisis data percobaan.
h. Ukuran Sampel
80 peserta memberikan daya 81% (alfa 0,05) untuk mendeteksi perbedaan 25% dalam
kepatuhan antara kelompok. Ini memberikan daya 80% untuk mendeteksi efek Cohen dengan
ukuran 0,69, biasanya dianggap besar, di skor keseluruhan PDQ-39 berdasarkan terbitan standar
deviasi (8,89) dalam kohort PD. Dengan ini, diharapkan untuk mengamati perbedaan dalam
rata-rata 6.13 (8.89 x 0.69) unit di PDQ-39.
i. Analisis Statistik
Penafsirkan kepatuhan: Skor MMAS-4 'tidak berubah atau meningkat' atau 'menurun'
(meningkatkan kepatuhan). Hasil ini dibandingkan dengan kelompok yang menggunakan regresi
logistik, disesuaikan dengan kehadiran wali. Jumlah yang diperlukan untuk diobati (NNT)
diperkirakan. Hasil lainnya dibandingkan dengan penggunaan regresi linier, juga disesuaikan
dengan kehadiran wali. Asumsi model yang kuat didapatkan dengan membandingkan hasilnya
menggunakan non-parametric bootstrap. Analisis subkelompok diuji untuk interaksi antara
faktor subkelompok [wali atau tidak ada wali, baseline HADS (0-7 vs ≥ 8) dan MoCA (0-25 vs
≥ 26)] dan efek pengobatan AT. Analisis dilakukan berdasarkan prinsip intension-to-treat oleh
seorang ahli statistik buta (ABC).
3. HASIL
Secara keseluruhan, 427 pasien diajak untuk berpartisipasi. Dari 249 (58%) yang menanggapi,
173 (69%) dilaporkan patuh (MMAS = 0). Sisanya memenuhi syarat pasien (n = 76) yang
ditugaskan secara acak apakah kelompok intervensi (n = 38) atau kontrol (n = 38). Tidak ada
pasien yang mundur dari percobaan. 25 (66%) pasien acak yang melakukan intervensi memiliki
wali dibandingkan dengan 23 (61%) yang dikontrol. Wali dari masing-masing kelompok tidak
menyelesaikan penelitiannya. Tidak ada pasien yang menerima kurang dari 5 sesi terapi [rata-rata
durasi / sesi = 40 menit (kisaran 30-60)].
Analisis minggu ke-12 menunjukkan 60,5% kelompok intervensi meningkat dalam kepatuhan
dibandingkan dengan 15,8% dari kontrol. Analisis minggu ke-7 menunjukkan bahwa kepatuhan
membaik pada 64,8% kelompok intervensi dibandingkan dengan 26,3% pada kontrol. Analisis
minggu ke-12 menunjukkan PDQ-39 secara signifikan membaik pada kelompok intervensi namun
memburuk sedikit di kontrol. PDQ-39 juga meningkat pada minggu ke-7 dalam kelompok
intervensi tapi sedikit memburuk dalam kontrol. Analisis dari delapan PDQ-39 domain
menunjukkan pasien dalam kelompok intervensi meningkat secara signifikan dalam mobilitas,
aktivitas kehidupan sehari-hari, kesejahteraan emosional, kognisi, komunikasi, dan ketidaknyamanan
tubuh dibandingkan dengan kontrol.
Untuk hasil sekunder, BMQ (bahaya umum) membaik pada kelompok intervensi namun
memburuk sedikit di kontrol. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok untuk
penggunaan umum BMQ secara umum, perhatian khusus, dan kebutuhan khusus. Bagian MDS-
UPDRS II (pengalaman motorik sehari - hari) membaik di kelompok intervensi tapi sedikit
memburuk dalam kontrol. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok dalam MDS-
UPDRS (bagian I, IV), EQ-5D atau 2 wali. Meski tidak dianalisis secara statistik, pada minggu ke-12,
sekitar 7 peserta dalam kelompok intervensi melaporkan terjadinya diskinesia dibandingkan dengan
satu tambahan di kelompok kontrol. Selanjutnya, 6 peserta melaporkan adanya fluktuasi motorik
pada kelompok intervensi dibandingkan dengan 3 tambahan di kelompok kontrol.
Untuk analisis pengujian potensi interaksi antara faktor subkelompok (wali atau tanpa wali,
baseline HADS dan MoCA) dan efek pengobatan AT, hanya skor <7 pada domain kegelisahan
HADS (tidak ada kecemasan) dibandingkan dengan ≥ 8 (kegelisahan) yang diprediksi kepatuhannya
lebih besar. Tidak ada interaksi yang signifikan secara statistik dari kedua faktor subkelompok pada
skor PDQ-39.
4. DISKUSI
Program tujuh minggu secara signifikan meningkatkan kepatuhan pengobatan dan QoL
dibandingkan dengan RC dalam sampel pengobatan pasien PD yang tidak patuh. Perbaikan itu
ditunjukkan dalam skor keseluruhan PDQ-39 dan dalam kisaran sub-domain. Temuan ini
menunjukkan bahwa AT mungkin dapat meningkatkan hasil klinis pada orang dengan PD,
sebagaimana telah ditunjukkan dalam kondisi kronis lainnya. Peneliti hanya menunjukkan sedikit
perbaikan dalam keyakinan, menunjukkan keyakinan mungkin tidak berkontribusi secara signifikan
terhadap ketidakpatuhan pada PD. Sebagian besar pasien PD melewatkan / dosis yang tidak sesuai
karena kelupaan dan manajemen obat yang buruk, terutama ketika gangguan kognitif dan / atau
kompleksitas regimen. Penyakit Parkinson mempengaruhi berbagai proses kognitif (misalnya
perencanaan dan pemecahan masalah), berpotensi membuat manajemen obat menjadi sulit.
Pemecahan masalah diyakini bisa membantu dalam mengembangkan strategi.
Penilaian terhadap AT (wawancara terstruktur) menunjukkan adanya ambivalensi
pengobatan, tingkatan depresi, penolakan terhadap indikasi perawatan, dan kurangnya
pemahaman tentang dasar farmakodinamik antiparkinson adalah semua alasan ketidakpatuhan.
Terapi kepatuhan memiliki efek yang signifikan terhadap QoL. Terjadinya peningkatan mobilitas
yang signifikan di PDQ-39.
Manfaat yang diamati dalam uji coba ini penting dalam implikasi klinis. Mengoptimalkan kepatuhan
bisa jadi sama pentingnya dengan mengoptimalkan dosis. Karena itu, memastikan kepatuhan yang
baik sebelum eskalasi dosis sangat penting. Ini menyoroti persyaratan untuk mempertimbangkan
kepatuhan saat obat ditinjau ulang di PD. Selanjutnya, mengetahui faktor yang terkait dengan
ketidakpatuhan dapat membantu mengidentifikasi pasien yang tidak patuh.
Studi ini memiliki beberapa kekuatan. Pertama, selain persyaratan khusus untuk
ketidakpatuhan pengobatan, kriteria inklusi sengaja dibuka. Uji coba obat sering kali mengecualikan
pasien PD karena usia yang lebih tua (> 65), tingkat keparahan penyakit yang lebih besar, dan
gangguan kognisi. Peneliti sengaja tidak mengecualikan pasien tersebut [rata-rata usia 71,9 (SD 8,9)
tahun]. Tidak seperti banyak intervensi kepatuhan lainnya, AT disampaikan pada peserta di rumah
masing-masing. Selanjutnya, defisit dalam set-shifting, didefinisikan sebagai proses memperbarui
strategi kognitif untuk mengubah lingkungan / tugas, lazim dan terkait dengan pemecahan masalah
yang buruk di PD. Karena itu, penyampaian AT di rumah, di mana set-shifting bisa diminimalkan
dengan memusatkan perhatian pada tugas kontekstual, dapat membantu pasien mengembangkan
strategi untuk memfasilitasi pengobatan yang mengoptimalkan kepatuhan. Selain itu, juga
menghasilkan pasien yang sangat berkomitmen, menekankan akseptabilitas dari terapi.
Studi ini merupakan bagian dari proyek PhD di mana waktu dan sumber daya terbatas.
Keterbatasan pertama, perlunya tindak lanjut yang lebih panjang periodenya (misalnya 12 bulan)
untuk dievaluasi apakah kepatuhan yang disempurnakan dipertahankan dan bagaimana ini
berkorelasi dengan hasil klinis. Kedua, apakah perbaikan di kelompok intervensi dihasilkan dari
khasiat AT atau hanya karena meningkatnya perhatian, sehingga membutuhkan investigasi lebih
lanjut.
Peneliti menyimpulkan bahwa AT mungkin efektif sebagai terapi baru untuk PD. Profesional
kesehatan bisa mudah dilatih untuk memanfaatkan prinsip inti AT sebagai bagian dari latihan rutin.
NNT yang kecil dan biaya intervensi yang rendah menunjukkan AT mungkin hemat biaya, terutama
saat mempertimbangkan penghematan biaya masa depan yang potensial untuk meningkatkan
kepatuhan. Diperlukan studi pragmatis yang lebih besar untuk memeriksa keefektifan klinis dan
biaya intervensi.
Methodology Checklist 2: Controlled Trials

SIGN

Study identification (Include author, title, year of publication, journal title, pages)

Guideline topic: Neurologi Key Question No: Reviewer: C10

Before completing this checklist, consider:


1. Is the paper a randomised controlled trial or a controlled clinical trial? If in doubt, check the
study design algorithm available from SIGN and make sure you have the correct checklist. If it is a
controlled clinical trial questions 1.2, 1.3, and 1.4 are not relevant, and the study cannot be rated
higher than 1+
2. Is the paper relevant to key question? Analyse using PICO (Patient or Population Intervention
Comparison Outcome). IF NO REJECT (give reason below). IF YES complete the checklist.
(Sebelum melengkapi daftar periksa ini, pertimbangkan:
1. Apakah jurnal merupakan percobaan terkontrol secara acak atau percobaan klinis terkontrol? Jika ragu,
periksa algoritma perancangan studi yang tersedia dari SIGN dan pastikan Anda memiliki daftar periksa
yang benar. Jika itu adalah uji coba klinis terkontrol 1.2, 1.3, dan 1.4 tidak relevan, dan penelitian ini tidak
dapat dinilai lebih tinggi dari 1+
2. Apakah jurnal relevan dengan pertanyaan kunci? Analisis dengan menggunakan PICO (Patient atau
Population Intervention Comparison Outcome). JIKA TIDAK/MENOLAK (berikan alasan di bawah). JIKA YA
melengkapi daftar periksa.)

Reason for rejection: 1. Paper not relevant to key question  2. Other reason  (please specify):

Section 1: Internal validity


In a well conducted RCT study… Does this study do it?

1.1 The study addresses an appropriate and clearly focused question. Yes  No 
(Apakah studi membahas permasalahan secara tepat dan
Can’t say 
jelas?)

1.2 The assignment of subjects to treatment groups is randomised. Yes  No 


(Apakah dilakukan randomisasi pada kelompok perlakuan?)
Can’t say 
1.3 An adequate concealment method is used. (Apakah sistem blinding Yes  No 
yang digunakan cukup memadai?)
Can’t say 
1.4 The design keeps subjects and investigators ‘blind’ about Yes  No 
treatment allocation. (Apakah desain studi membuat subyek dan
peneliti 'buta' tentang alokasi perlakuan?) Can’t say 

1.5 The treatment and control groups are similar at the start of the trial. Yes  No 
(Apakah kelompok perlakuan dan kelompok kontrol memiliki
kesamaan pada awal percobaan?) Can’t say □
1.6 The only difference between groups is the treatment under Yes  No 
investigation. (Apakah satu-satunya perbedaan antarkelompok
adalah dengan adanya perlakuan tertentu?) Can’t say 

1.7 All relevant outcomes are measured in a standard, valid and Yes  No 
reliable way. (Apakah relevansi hasil diukur dengan metode yang
standar, valid, dan dapat diandalkan?) Can’t say 

1.8 What percentage of the individuals or clusters recruited into each 0%


treatment arm of the study dropped out before the study was
completed? (Berapa persentase individu atau kelompok perlakuan
yang tidak menyelesaikan percobaan?)
1.9 All the subjects are analysed in the groups to which they were Yes  No 

randomly allocated (often referred to as intention to treat analysis). Can’t say  Does not
apply 
(Apakah semua subjek yang telah dirandom diikutsertakan dalam

analisis dalam kelompok semula (analisis intention to treat)?))

1.10 Where the study is carried out at more than one site, results are Yes  No 
comparable for all sites. (Apakah ketika studi dilihat dari satu
Can’t say  Does not
sisi, hasilnya bisa menjawab semua sisi?) apply 

SECTION 2: OVERALL ASSESSMENT OF THE STUDY

2.1 How well was the study done to minimise bias? High quality (++)
(Seberapa baik penelitian dilakukan untuk
Acceptable (+)
meminimalkan bias?)
Code as follows: Low quality (-)
Unacceptable – reject 0 
2.2 Taking into account clinical considerations, your Yes
evaluation of the methodology used, and the
statistical power of the study, are you certain
that the overall effect is due to the study
intervention? (Dengan mempertimbangkan
pertimbangan klinis, evaluasi metodologi yang
digunakan, dan kekuatan statistik penelitian,
apakah Anda yakin bahwa efek keseluruhannya
adalah karena intervensi studi?)
2.3 Are the results of this study directly applicable to No
the patient group targeted by this guideline?
(Apakah hasil penelitian ini bisa langsung
diterapkan untuk kelompok pasien yang
ditargetkan?)

2.4 Notes. Summarise the authors’ conclusions. Add any comments on your own assessment of the
study, and the extent to which it answers your question and mention any areas of uncertainty raised
above. (Rangkumlah kesimpulan para penulis. Tambahkan komentar atas penilaian Anda sendiri
terhadap penelitian ini, dan sejauh mana jawabannya menjawab pertanyaan Anda dan sebutkan
bidang ketidakpastian yang diangkat di atas.)

https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKE
wjikY_LsMTXAhWBto8KHXizCQYQFggnMAA&url=http%3A%2F%2Fwww.sign.ac.uk%2Fassets%2Fch
ecklist_for_controlled_trials.doc&usg=AOvVaw1YCSFssjX-tcXLtMqJlp5q

Anda mungkin juga menyukai