Artikel
Artikel
ABSTRAK: Burung Rangkong Badak merupakan anggota dari genus Buceros yang
mempunyai pelindung kepala berbentuk tanduk yang berwarna orange (Poonswad,
1993a). Saat ini di Indonesia populasi Rangkong Badak semakin menurun, hal ini
disebabkan berkurangnya habitat burung akibat deforestasi hutan, berkurangnya
makanan tempat bersarang, dan perburuan liar. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan burung Rangkong Badak berdasarkan karakter morfologi dan
mengetahui sekuen gen Cytochrome-c Oxidase Sub-unit I (COI). Penelitian ini bersifat
deskriptif analitik meliputi pengamatan dan pengukuran bagian tubuh dan menganalisis
sekuen gen COI. Gen COI diamplifikasi menggunakan primer universal Foward BirdF1
5’-TTC TCC AAC CAC AAA GAG ATT GC AC-3’ dan Primer Reverse Bird2 5’-
ACT ACA TGT GAG ATG ATT CCG AAT CCA G-3’ (Hebert et al., 2004). Analisis
genetik menggunakan sofware MEGA6 dengan metode Maximum Likehood (ML),
Neighbor Joining (NJ) dan Minimum Evolution (ME) dengan model perhitungan
algoritmik parameter Kimura-2. Hasil identifikasi karakter morfologi menunjukan
bahwa spesies yang diteliti adalah Rangkong Badak (Buceros rhinoceros). Hasil analisis
genetik menggunakan ketiga metode dan BOLD System menunjukkan Rangkong Badak
(Buceros rhinoceros) berkerabat dengan Rangkong Papan (Buceros bicornis) voucher
KU08011.
ABSTRACT: Rhinoceros hornbill is a type the genus Buceros, species which has the
character like a horn and have orange protective headgear (Poonswad, 1993). Currently
in Indonesia Rhinoceros hornbill population has declined this is due to the reduced area
of habitat due to deforestation, reduced food and nesting places, besides more serious
threat is poaching. The research focuses to describe the rhinoceros hornbill is based on
morphological characters and know the gene sequences Cytochrome c Oxidase Sub-unit
I (COI). This is a descriptive exploratory includes observation and measurement parts of
Rhinoceros hornbill species identification parameters. COI gene was amplified using
universal primers 5'-TTC Foward BirdF1 TCC AAC AAA GAG CAC ATT GC AC-3
'and 5'-Primer Reverse Bird2 ACT ACA TGT GAG CCG AAT CCA ATG ATT G-3'
(Hebert et al., 2004). The reconstruction of phylogenetic tree uses MEGA6 sofware
using method Maximum likelihood (ML), Neighbor Joining (NJ) and Minimum
Evolution (ME) with the algorithmic calculation model parameter Kimura-2. The
identification results of morphological characters is known that the species researched
were rhinoceros hornbill. The results of genetic analysis using all three methods and
BOLD System shows the Rhinoceros hornbill related with Rangkong Papan (Buceros
bicornis) KU08011 voucher.
1
2
Burung Rangkong Badak adalah anggota dari genus Buceros, spesies yang
mempunyai karakter seperti bentuk tanduk dan mempunyai pelindung kepala
yang berwarna orange (Poonswad, 1993). Burung Rangkong Badak merupakan
salah satu spesies burung terbesar di Asia. Keanekaragaman burung Rangkong di
Indonesia saat ini semakin hari populasi makin menurun. Hal ini disebabkan oleh
berkurangnya kawasan habitat sebagai akibat deforestasi hutan, berkurangnya
makanan, tempat bersarang, dan perburuan burung Rangkong. Di Indonesia
terdapat beberapa jenis subspesies dari burung Rangkong Badak yaitu Buceros
rhinoceros rhinoceros (Malay & Sumatera), Buceros rhinoceros borneonsis
(Borneo), Buceros rhinoceros silvertris (Java) (Aviabase, 2003). Menurut Daftar
Merah IUCN (Internasional Union For Conservation of Nature and Natural
Resources), burung Rangkong Badak termasuk spesies yang hampir mengalami
kelangkaan. CITES juga mengklasifikasikan satwa burung ini ke dalam kategori
Appendix II, yaitu sebagai spesies yang dilarang untuk perdagangan komersial
internasional karena hampir mengalami kelangkaan, kecuali jika perdagangan
tersebut tunduk pada peraturan ketat, sehingga pemanfaatan yang tidak sesuai
dapat dihindari (IUCN, 2008).
Saat ini di Indonesia dukungan penuh mengenai konservasi burung
Rangkong Badak ini telah dilakukan, konservasi dan upaya pelestarian burung
Rangkong Badak dilakukan sebagai dukungan untuk melestarikan dan
memelihara habitat Rangkong Badak tersebut, salah satu upaya pelestarian burung
Rangkong Badak berada di Eco Green Park diantaranya adalah dengan
penangkaran dan rehabilitasi burung Rangkong Badak. Hasil observasi di Eco
Green Park terdapat beberapa burung Rangkong Badak dan berdasarkan
pengamatan morfologi burung Rangkong Badak mempunyai morfologi yang
berbeda seperti bentuk paruh, jenis kelamin, warna iris, ukuran tubuh burung
Rangkong Badak, sehingga perlu dilakukan pendekatan secara molekular untuk
memastikan apakah burung Rangkong Badak di Eco Green satu sub-spesies atau
tidak. Selain itu pendekatan secara molekuler dapat digunakan untuk konservasi
secara genetik. Sampai saat ini Eco Green Park belum melakukan konservasi
secara genetik pada burung Rangkong Badak, strategi konservasi ini merupakan
suatu langkah yang digunakan untuk menyelamatkan sumberdaya genetik suatu
spesies dari kepunahan, sehingga perlu dilakukannya pendekatan secara molekular
dengan teknik DNA barcode.
METODE
Penelitian ini menggunakan Rangkong Badak berjumlah 2 individu dan
mengunakan darah burung Rangkong Badak di Eco Green Park, Jawa Timur
dengan bantuan dokter hewan. Penelitian dilakukan berdasarkan tahap
pengamatan morfologi yang di lakukan Eco Green Park, Batu Jawa Timur dan
Preparasi DNA di Laboratorium Regulasi Jurusan Biologi UM & Laboratorium
Bioteknologi Sentral MIPA Universitas Negeri Malang, dan Tahap sekuensing
dilakukan di First BASE Laboratories, Malaysia. Penelitian ini dilaksanakan pada
3
bulan November 2014-April 2015. Alat yang digunakan seperti meteran kain
untuk pengamatan morfologi, sedangkan untuk isolasi DNA Centrifuge,
waterbath, microcentrifuge tube, high pure filter tube, mesin PCR, cetakan gel
agarose, tray, mesin elektroforesis, venojack, microwave oven, Tube berisi
Alkohol 96% 3ml, 1,5 PCR tube, , UV transluminator, oven sterilisasi, oven
pengering, autoklaf, UV spektrofotometer, refrigerator digunakan untuk PCR dan
Elektroforesis.
HASIL
Gambar 1.1 Karakter Morfologi dan Morfometrik Rangkong Badak bentuk balung
(casque) (panah merah), paruh (panah biru) dan iris, (panah kuning).
RB1
RB 2
Gambar 2.2 Karakter Morfologi dan Morfometrik Rangkong Badak bentuk Bulu Tubuh
(panah ijo) Bulu Sayap Tubuh (panah orange ) dan Bulu Penutup Sayap,
(panah ungu).
Gambar 3.3 Karakter Morfologi dan Morfometrik Rangkong Badak bentuk Ekor (panah
biru gelap), Kaki (panah biru muda).
5
Hasil
No Karakter yang diukur Rangkong Rangkong
Badak 1 Badak 2
1 Berat Badan 3,5 Kg 2 Kg
2 Panjang Total Badan 112 cm 82 cm
3 Panjang Sayap 58 cm 43 cm
4 Rentang Sayap 136 cm 86 cm
5 Lebar Sayap 52 cm 37 cm
6 Tinggi Paruh 6,5 cm 6 cm
7 Panjang Balung (Casque) 14 cm 15 cm
8 Panjang Paruh 21 cm 22 cm
9 Jumlah Bulu Primer 7 6
10 Jumlah Bulu sekunder 11 12
11 Panjang Ekor 40 cm 16 cm
12 Panjang Tarsus 14 cm 12 cm
13 Diameter Tarsus 11 cm 8 cm
14 lebar tapak 4,5 cm 12 cm
15 Panjang tapak kaki tanpa cakar 9 cm 8 cm
16 Panjang Tapak kaki dengan Cakar 11,5 cm 12 cm
17 Panjang Cakar Ruas Jari Pertama (hallux) 6 cm 6 cm
18 Panjang Cakar Ruas Jari Kedua (medial) 8 cm 5 cm
19 Panjang Cakar Ruas jari Ketiga 9 cm 6,5 cm
20 Panjang Cakar Ruas Jari Keempat (lateral) 7 cm 7 cm
6
1 & 2 dengan nilai boostrap 99 dan clade kedua merupakan posisi spesies
pembanding dengan nilai boostrap 100.
PEMBAHASAN
Hasil identifikasi morfologi menunjukan bahwa kedua individu Rangkong
Badak (Buceros rhinoceros) yang mempunyai ciri iris berwarna merah pada
jantan dan putih pada betina. Ciri tersebut sesuai dengan deskripsi dari
(Poonswad, 1993). Tarsus berwarna kuning, mempunyai pelindung kepala yang
disebut casque, dahi, tenggorokan berwarna hitam, bagian perut hingga tungging
berwarna putih, pada bagian ekor didominasi warna putih dan terdapat pita hitam
subterminal, burung Rangkong badak memiliki sayap sepenuhnya berwarna
hitam.
Jika dibandingkan dengan spesies pembanding yang berkerabat dekat yaitu
Rangkong Papan (Buceros bicornis), terdapat perbedaan karakter morfologi
diantara keduanya. Rangkong Papan (Buceros bicornis) memiliki ukuran mulai
95-120 cm dan menampilkan lebar sayap 151-178 cm, rata-rata mencapai berat
badan 3 kg, Tubuh, kepala, dan sayap terutama hitam, perut dan leher berwarna
kuning. Ekor putih dan dilintasi oleh pita hitam subterminal, casque dan paruh
berwarna kuning, tenggorokan berwarna kuning, pada sayap tidak sepenuhnya
berwarna hitam, terdapat juga pita warna putih, sedangkan perut dan tungging
didominasi dengan warna putih (Beauti of Birds, 2015) (Gb.5.1)
Hasil analisis morfologi menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara
Rangkong Badak (Buceros rhinoceros) dengan Rangkong Papan (Buceros
bicornis) pada bagian warna sayap atas. Pada Rangkong Badak (Buceros
rhinoceros) sayap berwarna hitam sepenuhnya, sedangkan pada Rangkong Papan
(Buceros bicornis) terdapat pita putih di tengah dan di pinggir, bulu ekor kedua
jenis ini, terdapat juga kesamaan, didominasi warna putih dan terdapat pita hitam
pada bagian subterminal. Untuk mengetahui kekerabatan kedua jenis tersebut dan
jenis yang lain dilakukannya adanya kajian tentang filogenetik.
9
Gambar 5.1 Morfologi dari Rangkong Badak (Buceros rhinoceros) (A), Ragnkong Papan
(Buceros bicornis) (B). (Gambar A : dokumentasi pribadi 2015, Gambar B:
beautyofbirds.com)
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil identifikasi karakter morfologi dan morfometrik, burung
yang diteliti merupakan spesies Buceros rhinoceros (Rangkong Badak). Analisis
genetik dengan metode Maximum Likehood (ML), Neighboor Joining (NJ),
Maximum Evolution (ME) dan BOLD system menunjukan hasil bahwa burung
Rangkong Badak (Buceros rhinoceros) berkerabat dekat dengan burung
Rangkong Papan (Bucheros bicornis) voucher GBIR140-09 dan ROMC199-07.
Saran
DAFTAR RUJUKAN
Anggraini, K., M. Kinnaird & T. O’Brien. 2000. The Effect of Fruit Availability
and Habitat Disturbance on An Assemblage of Sumatran Hornbill. Bird
Conservation International 10:189-202.
Hebert, P.D. N, Ratnasingham, S. & de Waard, J.R. 2003. Barcoding animal life:
cytochrome c oxidase subunit 1 divergences among closely related species.
Proc R Soc 270: 96–99.
IUCN, 2008. IUCN Red List of Threatened Species. Downloaded from
http://www.iucnredlist.org. (diakses pada tanggal 8 Feb.2015).
Sulandari, S., Sutrisno, H., Irham, M., Arida, E.A., Haryoko, T., Fitriana, Y.S.,
Dharmayanthi, A.B. & Natalia, I. 2013. DNA Barcode Fauna Indonesia.
Jakarta: Kencana.