Anda di halaman 1dari 20

ETIOLOGI PELEPASAN PLASENTA

Penyebab terpisahnya plasenta dari dinding uterus adalah kontraksi uterus (spotan atau dengan
stimulus) setelah kala II selesai. Berat plasenta mempermudah terlepasnya selaput ketuban, yang
terkelupas dan dikeluarkan. Tempat perlekatan plasenta menentukan kecepatan pemisahan dan
metode ekspulsi plasenta. Atau dalam persalinan kala tiga normal di bagi 4 fase,yaitu:

1. Fase laten

Di tandai oleh menebalnya dinding uetrus yang bebas tempat plasenta, namun dinding tempat
plasenta melekat masih tipis.

2. Fase kontraksi

Ditandai oleh menebalnya dinding uterus tempat melekat plasenta (dari 1 cm menjadi > 2 cm).

3. Fase pelepasan Plasenta

Fase plasenta menyempurnakan pemisahan dari dinding uterus dan lepas. Terpisahnya plasenta
disebabkan oleh kekuatan antara palsenta yang pasif dengan otot uterus yang aktif pada tempat
melekatnya plasenta.

4. Fase Pengeluaran

Dimana palsenta bergerak meluncur. Saat plasenta bergerak turun, daerah pemisahan tetap tidak
berubah dan sejumlah darah kecil berkumpul di dalam rongga rahim. Menunjukan pelepasan plasenta
merupakan akibat bukan sebab.

PATOGENESIS

1. Kelainan dari uterus sendiri, yaitu anomali dari uterus atau servik; kelemahan atau tidak
efektifnya kontraksi uterus.

2. Kelainan dari plasenta, misalnya plasenta letak rendah atau plasenta previa.

3. Kesalahan manajemen kala tiga persalinan, seperti manipulasi dari uterus yang tidak perlu
sebelum terjadi pelepasan plasenta menyebabkan kontraksi yang tidak ritmik; pemberian
uterotonik yang tidak tepat waktu.

D. MANIFESTASI KLINIS

Tanda-tanda klinis dari pelepasan plasenta yaitu :

1. Semburan darah

2. Pemanjangan tali pusat


3. Perubahan bentuk uterus : dari diksoid menjadi bentuk bundar (globular)

4. Perubahan dalam posisi uterus : uterus naik di dalam abdomen.

Gejala klinis umum yang terjadi ialah kehilangan darah dalam jumlah banyak 500cc, nadi lemah,
pucat, haus, pusing, gelisah, letih, dan dapat terjadi shock hipovolemik, tekanan darah rendah,
ekstermitas dingin, mual.

FISIOLOGI PERSALINAN KALA TIGA

Persalinan kala tiga, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan volume
rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat
perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak
berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah
lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau kedalam vagina.

F. MEKANISME PELEPASAN PLASENTA

Plasenta adalah massa yang bulat dan datar. Permukaan maternal plasenta berwarna antara
kebiruan dan kemerahan serta tersusun dari lobus lobus. Pada plasenta bagian maternal inilah
terjadi pertukaran darah janin dan maternal. Pertukaran ini berlangsung tanpa terjadi
percampuran antara darah maternal dan darah janin. Permukaan fetal plasenta halus, berwarna
putih dan mengkilap serta di permukaannya dapat dilihat cabang vena dan arteri umbilikalis.
Dua selaput ketuban yang melapisi permukaan fetal adalah korion dan amnion, yang memanjang
sampai ujung bagian luar kantong yang berisi janin dan cairan amnion.

Tali pusat membentang dari umbilikus janin sampai ke permukaan fetal plasenta. Umumnya
memiliki panjang sekitar 56 cm. Tali pusat ini mengandung tiga pembuluh darah: dua arteri yang
berisi darah kotor janin menuju plasenta dan satu vena yang mengandung oksigen menuju janin.

Pemisahan plasenta ditimbulkan dari kontraksi dan retraksi miometrium sehingga


mempertebal dinding uterus dan mengurangi ukuran area plasenta. Area plasenta menjadi lebih
kecil, sehingga plasenta mulai memisahkan diri dari dinding uterus karena plasentatidak elastis
seperti uterus dan tidak dapat berkontraksi atau beretraksi. Pada area pemisahan bekuan darah
retroplasenta terbentuk. Berat bekuan darah ini menambah tekanan pada plasenta dan
selanjutnya membantu pemisahan.

Kontraksi uterus yang selanjutnya akan melepaskan keseluruhan plasenta dari uterus dan
mendorongnya keluar vagina disertai dengan pengeluaran selaput ketuban dan bekuan darah
retroplasenta

Pelepasan plasenta mencakup beberapa tanda, yaitu:


a. Perubahan bentuk dan tinggi fundus.

Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat
dan tinggi fundus biasanya di bawah pusat. Setelah uterus berkontrasi dan plasenta
terdorong kebawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear atau alpukat atau
fundus berada di atas pusat(sering kali mengarah ke sisi kanan).

b. Tali pusat memanjang.

Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (tanda Alfeld)

c. Semburan darah mendadak dan singkat.

Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar
dan dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah (retro placenta pooling) dalam
ruang diantara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas
tampungnya maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas.

Ada 2 metode untuk mengeluarkan plasenta :

a. Metode Schultze

Metode yang lebih umum terjadi, plasenta terlepas dari satu titik dan merosot ke vagina
melalui lubang dalam kantung amnion, permukaan fetal plasenta muncul pada vulva
dengan selaput ketuban yang mengikuti dibelakang seperti payung terbalik saat
terkelupas dari dinding uterus. Permukaan maternal plasenta tidak terlihat dan bekuan
darah berada dalam kantung yang terbalik, kontraksi dan retraksi otot uterus yang
menimbulkan pemisahan plasenta juga menekan pembuluh darah dengan kuat dan
mengontrol perdarahan. Hal tersebut mungkin terjadi karena ada serat otot oblik di
bagian atas segmen uterus.

b. Metode Matthews Duncan

Plasenta turun melalui bagian samping dan masuk ke vulva dengan pembatas lateral
terlebih dahulu seperti kancing yang memasuki lubang baju, bagian plasenta tidak berada
dalam kantung. Pada metode ini kemungkinan terjadinya bagian selaput ketuban yang
tertinggal lebih besar karena selaput ketuban tersebut tidak terkelupas semua selengkap
metode Schultze. Metode ini adalah metode yang berkaitan dengan plasenta letak
rendah didalam uterus. Proses pelepasan berlangsung lebih lama dan darah yang hilang
sangat banyak (karena hanya ada sedikit serat oblik di bagian bawah segmen)
Prasat untuk Mengetahui apakah Plasenta Lepas dari Tempat Implantasi

a. Prasat Kustner

Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan kiri menekan daerah
di atas simpisis bila tali pusat masuk kembali ke dalam vagina, berarti plasenta belum
terlepas dari dinding uterus. Bila tetap atau tidak masuk berarti plasenta sudah terlepas
dari dinding uterus. Prasat ini harus dilakukan dengan hati-hati.

b. Prasat Strassmann

Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan kiri mengetok-ngetok
fundus uteri. Bila terasa getaran tali pusat yang diregangkan ini berarti plasenta belum
terlepas dari dinding uterus.

c. Prasat klein

Ibu disuruh mengedan. Tali pusat tampak turun ke bawah. Bila pengedanan-nya
dihentikan dan tali pusat masuk kembali dalam vagina, berarti plasenta belum terlepas
dari dinding uterus.

MANAJEMEN AKTIF KALA TIGA

Tujuan manajemen aktif kala tiga adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih
efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi
kehilangan darah kala tiga persalinan jika dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis.
Sebagian besar kasus kesakitan dan kematian ibu di indonesia disebabkan oleh perdarahan
pasca persalinan dimana sebagian besar disebabkan oleh atonia uteri dan retensio plasenta
yang sebenarnya dapat dicegah dengan melakukan manajemen aktif kala tiga.

1. Keuntungan manajemen aktif kala tiga

- Kala tiga persalinan yang lebih singkat

- Mengurangi jumlah kehilangan darah

- Mengurangi kejadian retensio plasenta

2. Manajemen aktif kala tiga terdiri dari tiga langkah utama


a. Pemberian suntikan oksitosin

 Segera berikan bayi yang telah terbungkus kain kepada ibu untuk diberi ASI

 Letakkan kain bersih diatas perut ibu

 Periksa uterus untuk memastikan tidak ada bayi yang lain

 Memberitahukan pada ibu ia akan disuntik

 Selambat-lambatnya dalam waktu dua menit setelah bayi lahir, segera suntikan
oksitosin 10 unit IM pd 1/3 bawah paha kanan bagian luar

b. Melakukan penegangan tali pusat terkendali

 Berdiri disamping ibu

 Pindahkan klem kedua yang telah dijepit sewaktu kala dua persalinan pada tali
pusat sekitar 5-10 cm dari vulva

 Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu (alas dengan kain) tepat dibawah
tulang pubis, gunakan tangan lain untuk meraba kontraksi uterus dan menahan
uterus pada saat melakukan peregangan pada tali pusat, tangan pada dinding
abdomen menekan korpus uteri ke bawah dan atas (dorso-kranial) korpus.

 Tegangkan kembali tali pusat ke arah bawah bersamaan dengan itu,lakukan


penekanan korpus uteri ke arah bawah dan kranial hingga plasenta terlepas dari
tempat implantasinya

 Jika plasenta tidak turun setelah 30-40 detik dimulainya peregangan tali pusat
dan tiadk ada tanda-tanda yang menunjukkan lepasnya plasenta, jangan
teruskan penegangan tali pusatSetelah plasenta terlepas, anjurkan ibu untuk
meneran ⇒plasenta akan terdorong ke introitus vagina. Tetap tegang kearah
bawah mengikuti arah jalan lahir

 Pada saat plasenta terlihat pada introitus vagina, teruskan kelahiran plasenta
dengan menggunakan kedua tangan. Selaput ketuban mudah robek: pegang
plasenta dengan kedua tangan rata dengan lembut putar plasenta hingga
selaput terpilin
 Lakukan penarikan secara lembut dan perlahan-lahan untuk melahirkan selaput
ketuban

 Jika terjadi selaput robekan pada selaput ketuban saat melahirkan plasenta,
dengan hati-hati periksa vagina dan serviks dengan seksa

c. Rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri (masase)

Segera setelah kelahiran plasenta

 Letakkan telapak tangan pada fundus uteri

 Jelaskan tindakan ini kepadd ibu dan mungkin merasa tidak nyaman

 Dengan lembut gerakkan tangan secara memutar pada fundus uteri ⇒ uterus
berkontraksi (gambar 2.8) jika tidak berkontraksi dalam waktu 15 detik, lakukan
penatalaksanaan atonia uteri

 Periksa plasenta dan selaputnya untuk memastikan keduanya lengkap dan utuh

 Periksa uterus setelah satu hingga dua menit memastikan uterus berkontraksi
dengan baik, jika blm ulangi rangsangan taktil fundus uteri

 periksa kontraksi uterus setiap 15 menit selama satu jam pertama


pascapersalinan dan setiap 30 menit selama satu jam kedua pascapersalinan.

Plasenta Manual

Manual plasenta adalah prosedur pelepasan plasenta dari tempat implantasi-nya pada
dinding uterus dan mengeluarkannya dari kavum uteri secara manual yaitu dengan
melakukan tindakan invasi dan manipulasi tangan penolong persalinan yang
dimasukkan langsung kedalam kavum uteri. Pada umumnya ditunggu sampai 30 menit
dalam lahirnya plasenta secara spontan atau dgn tekanan ringan pada fundus uteri yang
berkontraksi. Bila setelah 30 mnenit plasenta belum lepas sehingga belum dapat
dilahirkan atau jika dalam waktu menunggu terjadi perdarahan yang banyak, pasenta
sebaiknya dikeluarkan dengan segera. Manual plasenta merupakan tindakan operasi
kebidanan untuk melahirkan retensio plasenta. Teknik operasi plasenta manual tidaklah
sukar, tetapi harus diperkirakan bagaimana persiapkan agar tindakan tersebut dapat
menyelamatkan jiwa penderita.

a. Prosedur Plasenta Manual

1). Persiapan

o Pasang set dan cairan infus

o Jelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan


o Lakukan anastesi verbal atau analgesia per rectal

o Siapkan dan jalankan prosedur pencegahan infeksi.

2). Pencegahan Infeksi Sebelum Tindakan

Sebelum melakukan tindakan sebaiknya mencuci tangan terlebih dahulu


dengan sabun dan air yang mengalir untuk mencegah infeksi.
Mengeringkan tangan dengan handuk bersih lalu pasang sarung tangan
DTT/steril.

o Tindakan Penetrasi ke dalam Kavum Uteri

a) Intruksikan asisten untuk memberikan sedatif dan analgetik


melalui karet infuse.

b) Lakukan kateterisasi kandung kemih.

 Pastikan kateter masuk kedalam kandung kemih dengan benar.

 Cabut kateter setelah kandung kemih dikosongkan.

c) Jepit tali pusat dengan kocher kemudian tegakan tali pusat sejajar
lantai.

d) Secara obstetric maukkan satu tangan (punggung tangan ke


bawah) kedalam vagina dengan menelusuri tali pusat bagian
bawah.

e) Setelah tangan mencapai pembukaan serviks, minta asisten untuk


memegang kocher kemudian tangan lain penolong menahan
fundus uteri.

f) Sambil menahan fundus uteri, masukan tangan ke dalam kavum


uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta.

g) Buka tangan obstetric menjadi seperti memberi salam (ibu jari


merapat ke pangkal jari telunjuk).

o Melepas Plasenta dari Dinding Uterus

a) Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling


bawah

b) Bila berada di belakang, tali pusat tetap di sebelah atas. Bila


dibagian depan, pindahkan tangan ke bagian depan tal pusat
dengan punggung tangan menghadap ke atas.
c) Bila plasenta di bagian belakang, lepaskan plasenta dari tempat
implantasinya dengan jalan menyelipkan ujung jari di antara
plasenta dan dinding uterus, dengan punggung tangan
mengahadap ke dinding dalam uterus.

d) Bila plasenta di bagian depan, lakukan hal yang sama (dinding


tangan pada dinding kavun uteri) tetapi tali pusat berada di bawah
telapak tangan kanan.

e) Kemudian gerakan tangan kanan ke kiri dan kanan sambil bergeser


ke cranial sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat
dilepaskan. Catatan : Sambil melakukan tindakan, perhatikan
keadaan ibu (pasien), lakukan penanganan yang sesuai bila terjadi
penyulit.

o Mengeluarkan Plasenta

a) Sementara satu tangan masih berada di kavum uteri, lakukan


eksplorasi ulangan untuk memastikan tidak ada bagian plasenta
yang masih melekat pada dinding uterus.

b) Pindahkan tangan luar ke supra simfisis untuk menahan uterus


pada saat plasenta dikeluarkan.

c) Instruksikan asisten yang memegang kocher untuk menarik tali


pusat sambil tangan dalam menarik plasenta ke luar (hindari
percikan darah).

d) Letakan plasenta ke dalam tempat yang telah disediakan.

e) Lakukan sedikit pendorongan uterus (dengan tangan luar) ke


dorsokranial setelah plasenta lahir.

o Dekontaminasi Pasca Tindakan

Alat-alat yang digunakan untuk menolong di dekontaminasi, termasuk


sarung tangan yang telah di guanakan penolong ke dalam larutan
antiseptic.

o Cuci Tangan Pascatindakan

Mencuci kedua tangan setelah tindakan untuk mencegah infeksi.

o Perawatan Pascatindakan
a) Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan dan
instruksi apabila masih diperlukan.

b) Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan d dalam kolom yang
tersedia.

c) Buat instruksi pengobatan lanjutan dan hal-hal penting untuk


dipantau.

d) Beritahukan pada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah


selesai tetapi pasien masih memerlukan perawatan.

e) Jelaskan pada petugas tentang perawatan apa yang masih


diperlukan, lama perawatan dan apa yang perlu dilaporkan.(Di
Rumah Sakit).

BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Aktivitas/istirahat

Perilaku dapat direntang dari senang sampai keletihan

2. Sirkulasi

Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat, kemudian kembali ketingkat normal
dengan cepat.

Hipotensi dapat terjadi sebagai respon terhadap analgesik dan anastesi.

Frekuensi nadi melambat pada respon terhadap perubahan curah jantung.

3. Makanan/ cairan

Kehilangan darah normal kira-kira 250-300 ml.

4. Nyeri / ketidak nyamanan

Dapat mengeluh tremor kaki atau menggigil.


5. Keamanan

Inspeksi manual pada uterus dan jalan lahir menentukan adanya robekan atau laserasi.
Perluasan episiotomi atau laserasi jalan lahir mungkin ada.

6. Seksualitas

Darah yang berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas dari endometerium,
biasanya dalam 1 sampai lima menit setelah melahirkan bayi.

Tali pusat memanjang pada muara vagina. Uterus berubah dari diskoit menjadi bentuk
globulat dan meninggikan abdomen.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan

Faktor resiko dapat meliputi :

- Kekurangan pembatasan masukan oral, muntah, diaforesis, peningkatan kekurangan


cairan, atonia uterus, laserasi jalan lahir, tertahannya fragmen plasenta.

Tujuan :

- Tidak terjadi kekurangan volume cairan

Kriteria Hasil :

- Tekanan darah dan nadi dalam batas normal

- Nadi dapat diraba

- kontraksi uterus kuat, aliran lokhea sedang, tidak ada bekuan.

No Intervensi Rasional

Mandiri

1. Instruksikan klien untuk Perhatian klien secara alami pada bayi batu
mempercepat kontraksi; lahir, selain itu keletihan dapat
bantu menggerakkan memepengaruhi upaya-upaya individu dan
perhatiannya. ia memerlukan bantuan dalam
mengarahkan ke arah membantu
pelepasan plasenta.
2. Kaji tanda vital sebelum dan Efek samping oksitosin yang sering terjadi
sesudah pemberian adalah hipertensi.
oksitosin.

3. Palpasi uterus; Menunjukkan relaksasi uterus dengan


perhatikan“ballooning”. perdarahan kedalam rongga uterus.

4. Pantau tanda dan gejala Hemoragi dihubungkan dengan kehilangan


kehilangan cairan berle- cairan lebih besar dari 500 ml dapat
bihan atau syok (mis, periksa dimanifestasikan oleh peningkatan nadi,
TD, nadi, sensorium, warna penurunan TD, sianosis, disorientasi, peka
kulit, dan suhu). (Rujuk pada rangsang, dan penurunan kesadaran.
Bab 6 MK: Hemoragi
Pascapartum.)

5. Tempatkan klien di Penghisapan merangsang pelepasan


payudara klien bila ia oksitosin dari hipofisis posterior,
merencanakan untuk meningkatkan kontraksi miometrik dan
memberi ASI menurunkan kehilangan darah.

6. Mesase uterus dengan Miometrium berkontraksi sebagai respons


perlahan setelah terhadap rangsang taktil lembut, maka
pengeluaran plasenta akan menurunkan aliran lokia dan
menunjukkan bekuan darah.

7. Catat waktu dan mekanisme Pelepasan harus terjadi dalam 5 menit


pelepasan plasenta; misal setelah kelahiran. Lebih banyak waktu
mekanis-me Duncan versus diperlukan bagi plasenta untuk lepas, lebih
meka-nisme Schulze. banyak waktu miometrium tetap
rileks, maka lebih banyak darah hilang.

8. Inspeksi permukaan pla- Membantu mendeteksi abnormalitas yang


senta maternal dan janin. mungkinterjadi pada ibu atau bayi baru
Perhatikan ukuran, insersi lahir.
tali pusat, keutuhan.

9. Dapatkan dan catat Jaringan plasenta yang tertahan dapat


informasi yang berhubu- menimbulkan infeksi pascapartum
ngan dengan inspeksi uterus danhemoragi. Bila terdeteksi, fragmen
dan plasenta untuk fragmen harus dilepaskan secara manual atau
plasenta yang tertahan. dengan instrumen yang tepat.
Kolaborasi

1. Hindari menarik tali pusat Kekuatan dapat menimbulkan putusnya tali


secara berlebihan. pusat dan retensi fragmen
plasenta, danmeningkatkan kehilangan
darah.

2. Berikan cairan melalui rute Bila kehilangan cairan berlebihan,


parenteral. penggantian secara parenteral mem-bantu
memperbaiki volume sirkulasi dan
oksigenasi.

3. Berikan oksitosin melalui Meningkatkan efek vasokontriksi dalam


rute I.M., atau I.V. drip uterus untuk mengontrol perdarahan
diencerkan dalam larutan pascapartum setelah pengeluaran plasenta.
elektrolit, sesuai indikasi. Bolus I.V. dapat menyebabkan hipertensi
Preparat ergot I.M. dapat maternal.
diberikan pada waktu yang
sama.

4. Dapatkan dan catat Laserasi menimbulkan kehilangan darah;


informasi yang berhubu- dapat menyebabkan hemoragi.
ngan dengan inspeksi ja-lan
lahir terhadap laserasi.
Bantu dengan perbaikan
serviks, vagina, dan luasnya
episiotomi.

5. Bantu pengangkatan Intervensi manual perlu untuk


plasenta secara manual memudahkan pengeluaran plasenta dan
dibawah anestesi umum dan menghentikan hemoragi.
kondisi steril.

6. Tinggikan fundus dengan


memasukkan jari terus
kebelakang dan mengge-
rakkan badan uterus ke atas
simfisis pubis.
Resiko cedera berhubungan dengan

Faktor risiko dapat meliputi :

- Posisi selama melahirkan, kesulitan dengan pelepasan plasenta.

Tujuan :

- Tidak adanya tanda/gejala cedera pada ibu dan bayi

Kriteria Hasil :

- Mengobservasi tindakan keamanan.

- Bebas dari cedera maternal.

No Intervensi Rasional

Mandiri

1. Palpasi fundus dan masase Mempermudah pelepasan plasenta


dengan perlahan

2. Masase fundus secara Menghindari rangsangan/trauma


perlahan setelah pelepas-an berlebihan pada fundus.
plasenta.

3. Kaji irama pernafasan dan Pada pelepasan plasenta, emboli cairan


pengembangan. amnion dapat masuk ke sirkulasi maternal,
menyebabkan emboli paru.

4. Bersihkan vulva dan Menghilangkan kemungkinan kontaminan


perineum dengan air dan yang dapatmengakibatkan infeksi saluran
larutan antiseptik steril asenden selama periode pascapartum.

5. Rendahkan kaki klien secara Membantu menghindari regangan otot.


simultan dari pijakan kaki.

6. Bantu dalam berpindah dari Klien mungkin tidak dapat menggerakkan


meja melahirkan ke tempat tungkai bawah karena efek lanjut dari
tidur atau brankar, dengan anestesi.
tepat.

7. Kaji perilaku klien, Peningkatan tekanan intra kranial selama


perhatikan perubahan SSP. mendorong dan peningkatan curah jantung
yang cepat membuat klien dengan
aneurisma serebral sebelumnya berisiko
terhadap ruptur.

8. Dapatkan sampel darah tali Bila bayi adalah Rh-positif dan klien Rh-
pusat; kirmkan ke negatif, klien akan menerima imunisasi
laboratorium untuk me- dengan imun globulin Rh (Rh-Ig) pada
nentukan golongan darah periode pascapartum. (Rujuk pada Bab 6,
bayi baru lahir. Catat MK: klien pada 4 Jam sampai 3 Hari Pasca
informasi berkenaan de- Partum.
ngan sampel yang di-
kirimkan.

Kolaborasi

1. Gunakan bantuan venti- Kegagalan dapat terjadi mengikuti emboli


lator bila diperlukan. amnion atau pulmoner.

2. Bila terjadi inversi uterus:

 Berikan penggantian  Hemoragi maternal cepat dan syok


cairan, pasang kateter mengikuti inversi, dan intervensi segera
perkemihan indwelling; untuk menyelamatkan jiwa diperlukan.
dapatkan golongan darah Fungsi ginjal adalah indikator
dan pencocokan silang; bermanfaat dari tingkat cairan/ perfusi
pantau tanda vital, dan jaringan.
pertahankan pencatatan
masukan atau haluaran
dengan cermat.

 Berikan oksitosin I.V.,


posisikan kembali uterus
dibawah pengaruh
anestesi, dan berikan  Meningkatkan kontraktilitas
ergonovin maleat miometrium uterus.
(ergotrat) I.M. setelah
penempatan uterus
kembali. Bantu dengan
tampon uterus sesuai
indikasi.
 Berikan antibiotik
profilaktik.

 Membatasi potensial infeksi


endometrial.

3. Resiko perubahan proses keluarga berhubungan dengan

Faktor resiko dapat meliputi :

- Terjadinya transisi (penambahan anggota keluarga), krisis situasi (perubahan pada


peran/tanggungjawab)

Tujuan :

- Tidak terjadi perubahan proses keluarga

Kriteria Hasil :

- Mendemonstrasikan perilaku yang menandakan kesiapan untuk berpartisipasi secara


aktif dalam proses pengenalan ibu dan bayi

No Intervensi Rasional

Mandiri

1. Fasilitasi interaksi antara Membantu mengembangkan ikatan emosi


klien/pasangan dan bayi sepanjang hidup di anggota keluarga. Ibu
baru lahir segera mungkin dan bayi memepunyai periode yang sanngat
setelah melahirkan. sensitif pada waktu dimana kemampuan
interaksi ditingkatkan.

2. Berikan klien dan ayah Kontak fisik dini menbantu


kesempatan untuk mengembangkan kedekatan. Ayah juga
menggendong bayi dengan lebih mungkin untuk berpartisipasi dan
segera setelah kelahiran bila aktivitas merawat bayi dan merasa ikatan
kondis bayi stabil. emosi lebih kuat bila mereka secara aktif
terlibat dengan bayi segera setelah
melahirkan.
3. Tunda penetesan salep Memungkinkan bayi untuk membuat
profilaksi mata kontak mata dengan orang tua dan secara
(mengandung eritromisin aktif berpartisipasi dalam interaksi, bebas
atau tetrasiklin) sampai dari penglihatan kabur yang disebabkan
klien atau pasangan dan oleh obat.
bayi telah berinteraksi.

Kurang pengetahuan berkenaan dengan proses persalinan berhubungan dengan

Faktor resiko dapat meliputi :

- Kurang informasi , kesalahan interpretasi

Tujuan :

- Informasi tentang persalinan tercukupi

Kriteria Hasil :

- Mengungkapkan pemahaman terhadap yang diinformasikan

- Secara aktif ikut dalam upaya pengeluaran plasenta

No Intervensi Rasional

1. Diskusikan/tinjau ulang Memberikan kesempatan untuk menjawab


proses persalinan tahap III pertanyaan/memperjelas kesalahan
konsep, meningkatkan kerjasama dengan
aturan.

2. Jelaskan alasan untuk Pemahaman membantu klien menerima


responperilaku tertentu perubahan tersebut tanpa ansietas atau
seperti menggigil dan perhatian yang tidak perlu.
tremor kaki.

3. Diskusikan rutinitas peri-ode Memberikan kesempatan perawatan dan


pemuliha selama 4 jam penenangan meningkatkan kerja sama.
pertama setelah
melahirkan. Orientasikan
klien pada staf baru dan unit
bila pemindahan terjadi
pada akhir tahap ini.
5. Nyeri berhubungan dengan

Faktor risiko dapat meliputi :

trauma jaringan, respon fisiologis setelah melahirkan

Tujuan :

- Nyeri berkurang atau terkontrol

Kriteria Hasil :

- klien mengungkapakan nyeri berkurang

- TTV dalam batas normal

No Intervensi Rasional

1. Bantu dengan menggun- Pernapasan membantu mengalihkan


akan teknik pernapasan perhatian langsung dari ketidaknyamanan,
selama perbaikan pembe- meningkatkan relaksasi.
dahan, bila tepat.

2. Berikan kompres es pada Mengkonstriksikan pembuluh darah,


perinium setelah melahir- menurunkan edema, dan memberikan
kan. kenyamanan dan anastesi lokal.

3. Ganti pakaian dan linen Meningkatkan kenyamanan , hangat, dan


basah. kebersihan.

4. Berikan selimut peng- Tremor/menggigil pada pasca melahirkan


hangat. karena hilangnya tekanan secara tiba-tiba
pada saraf pelvis atau kemungkinan
dihubungkan dengan transfusi janin dan ibu
yang terjadi pada pelepasan plasenta.
Kehangatan meningkatkan relaksasi otot
dan meningkatkan perfusi jaringan,
menurukan kelelahan dan meningkatkan
rasa sejahtera.
5. Bantu perbaikan episiotomi Penyambungan tepi-tepi memudahkan
bila perlu penyembuhan

6. Berikan testosteron sipionat Untuk menekan laktasi


/ estradiol valekat setelah
pengeluaran plasenta.

IMPLEMENTASI

Implementasi adalah insiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.
Tujuan dari pelaksanan adalah untuk membantu klien dalm mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan
dan memfasilitasi koping (Nursalam, 2001).

Menurut Nursalam (2001) ada 3 tahap untuk malaksanakan tindakan keperawatan yaitu:

1. Tahap I Persiapan

Tahap awal tindakan keperawatan menuntut perawat mempersiapkan segala sesuatu yang
diperlukan dalam tindakan, persiapan tersebut meliputi:

a. Review tindakan keperawatan yang diidentifikasikan pada tahap perencanaan,

b. Menganalisa pengetahuan dan keterampilan yang diidentifikasi pada keterampilan yang


diperlukan.

c. Mengetahui komplikasi dari tindakan keperawatan yang mugkin timbul.

d. Menentukan dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan.

e. Mempersiapkan lingkungan yang kondusif sesuai dengan tindakan yang akan dilaksanakan.

f. Mengidentifikasi aspek hukum dan etik terhadap resiko dari potensial tindakan.

2. Tahap II Intervensi

Fokus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah kegiatan pelaksanaan tindakan dari
perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional.

3. Tahap III Dokumentasi

Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat
terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.

7. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, karena rencana tindakan dan pelaksanaannya
sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor kealpaan yang
terjadi selama tahap pengkajian, analis, perencanaan, dan pelaksanaan tindakan (Nursalam, 2001).

Adapun kriteria evaluasi ada 2 macam, yaitu kriteria proses dan kriteria hasil. Kriteria
proses mengevaluasi jalannya proses sesuai dengan situasi, kondis dan kebutuhan pasien.
Sedangkan kriteria hasil mengevaluasi hasil keperawatn yang berupa ”SOAP”.

S : Subyektif, berdasarkan ungkapan pasien/keluarga pasien.

O : Objektif, berdasarkan kondisi pasien sesuai dengan masalah terkait.

A : Assesment (penilaian), merupakan analisa dari masalah yang sudah ada, apakah teratasi,
sebagian teratasi, belum teratasi, timbul masalah baru.

P : Planning (rencana), apakah rencana perawatan dilanjutkan, dihentikan atau dibuat rencana
tindakan keperawatan yang baru sesuai dengan masalah yang ada.

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan
atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu
melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, berlangsung dengan bantuan atau tanpa bantuan
(kekuatan ibu sendiri).

Persalinan kala tiga adalah dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta
dan selaput ketuban. Fisiologi persalinan kala tiga, otot uterus berkontraksi mengikuti
berkurangnya ukuran rongga uterus secara tiba-tiba setelah lahirnya bayi,
Penyusutan  berkurangnya ukuran tempat implantasi plasenta. Manajemen aktif kala tiga
adalah tindakan untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat
mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangikehilangan darah.
B. SARAN

1. Dengan mempelajari manajemen aktif pada persalinan kala tiga dengan benar maka kita akan
dapat mengurangi resiko perdarahan pospartum yang bisa berakibat fatal pada ibu bersalin.

2. Bagi para pembaca, dimana makalah yang kami susun banyak kekurangan dan kurang lengkap,
kami mohon kritik yang bisa membangun sehingga kedepan bisa lebih baik.
http://portgas911.blogspot.co.id/2017/01/asuhan-keperawatan-kala-iii.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai