Anda di halaman 1dari 33

Tugas Makalah Peng.

Sosial Ekonomi Politik


Perubahan Paradigma Ekonomi

Oleh :
1. Afilia Erlita 150810101181
2. Nafiatus Sholihah 150810101182
3. Safira Dini Nur Aini 150810101187
4. Moh Efendi Septiawan 150810101208

Program Studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Jember
Jember
2017
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang Maha kuasa, karena
berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami semua. Makalah ini dapat
diselesaikan sesuai dengan waktunya yang diharapkan makalah tentang “Perubahan
Paradigma Ekonomi” yang telah kami susun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Pengantar Sosiologi Ekonomi dan Politik.
Dalam penulisan makalah ini masih banyak kesalahan yang perlu di
perbaiki besama, untuk itu kritik dan sarannya perlu untuk disampaikan kepada
kami. Agar penulisan makalah selanjutnya akan lebih baik dan sekaligus sebagai
upaya perbaikan dan penyempurnaan dimasa yang akan datang. akhirnya kurang
dan lebihnya kami ucapkan banyak terima kasih, kami berharap makalah ini
bermanfaat bagi kami sendiri lebih-lebih kepada seluruh pembaca pada umumnya.

Jember, 07 Mei 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

Cover
Kata pengantar........................................................................................................
Daftar isi....................................................................................................................

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................
1.2 Rumusan masalah...............................................................................................
1.3 Tujuan.................................................................................................................

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian.............................................................................................................
2.2 Paradigma Ekonomi ……………………………........……………...................
2.3 Alasan Perubahan Paradigma Ekonomi..............................................................
2.4 Perubahan Paradigma Ekonomi di Indonesia.....................................................
2.4.1 Kepresidenan Soekarno
2.4.2 Kepresidenan Suharto
2.4.3 Kepresidenan Bj. Habibie
2.4.4 Kepresidenan Abdurrahman Wahid
2.4.5 Kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono I
2.4.6 Kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono II
2.4.7 Kepresidenan Joko
BAB 3

PENUTUP

Kesimpulan...............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Istilah paradigma tergolong sangat jarang digunakan dalam percakapan


yang kita lakukan sehari – hari. Meskipun begitu, kita tetap harus mengetahui
makna / arti kata paradigma yang sebenarnya, sehingga ketika istilah ini
digunakan, kita dapat mengetahui apa makna / artinya.

Istilah paradigma cenderung merujuk kepada dunia pola pikir atau pun
teknis penyelesaian masalah yang dilakukan oleh manusia. Istilah yang satu ini
pertama kali diperkenalkan oleh seorang ilmuan bernama Thomas Kuhn
melalui buku buatannya yang berjudul The Structure of Scientific Revolution.

Saat pertama kali diperkenalkan, istilah Paradigma tidak dijelaskan


secara gamblang oleh Thomas Khun. Pada waktu itu, paragima hanya
diutarakan sebagai termonologi kunci yang dipakai dalam model
perkembangan ilmu pengetahuan saja. Beberapa saat kemudian, barulah istilah
Paradigma terdefenisi secara jelas oleh Robert Fridrichs (merupakan orang
pertama yang mengungkapkan apa itu paradigma secara jelas dan gamblang).

Paradigma berkaitan erat dengan prinsip – prinsi dasar yang menentukan


berbagai macam pandangan manusia terhadap dunia sebagai bagian dari sistem
bricoluer. Sebuah paradigma biasanya meliputi tiga elemen utama yaitu elemen
metodologi, elemen epistemologi, dan elemen ontologi. Dengan menggunakan
tiga elemen ini, manusia menggunakan paradigma untuk meraih berbagai
macam pengetahuan mengenai dunia dan berbagai macam fenomena yang
terjadi di dalamnya.

Persoalan-persoalan ekonomi pada hakekatnya adalah masalah


transformasi atau pengolahan alat-alat/sumber pemenuh/pemuas kebutuhan,
yang berupa faktor- faktor produksi yaitu tenaga kerja, modal, sumber daya
alam dan keterampilan (skill) menjadi barang dan jasa.
Seperti yang kita ketahui bahwa yang menentukan bentuk suatu
sistem ekonomi kecuali dasar falsafah negara yang dijunjung tinggi, maka
yang dijadikan kriteria adalah lembaga-lembaga, khususnya lembaga
ekonomi yang menjadi perwujudan atau realisasi falsafah tersebut.
Pergulatan pemikiran tentang sistim ekonomi apa yang sebaiknya di
diterapkan Indonesia telah dimulai sejak Indonesia belum mencapai
kemerdekaannya. Sampai sekarang pergulatan pemikiran tersebut masih terus
berlangsung, hal ini tecermin dari perkembangan pemikiran tentang sistim
ekonomipancasila SEP.
Bung Hatta selain sebagai tokoh Proklamator bangsa Indonesia, juga
dikenal sebagai perumus pasal 33 UUD 1945. Bung Hatta menyusun pasal 33
didasari pada pengalaman pahit bangsa Indonesia yang selama berabad-abad
dijajah oleh bangsa asing yang menganut sitem ekonomi liberal-kapitalistik.
Penerapan sistem ini di Indonesia telah menimbulkan kesengsaraan dan
kemelaratan, oleh karena itu menurut Bung Hatta sistem ekonomi yang baik
harus berasaskan kekeluargaan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari paradigma ?
2. Apa yang di maksud dengan paradigma ekonomi ?
3. Mengapa terjadi perubahan paradigma ekonomi ?
4. Bagaimana perubahan paradigma ekonomi di indonesia ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahi definisi-definisi dari paradigma.
2. Mengetahui apa yang di maksud dengan paradigma ekonomi.
3. Mengetahui alasan apasaja yang menyebabkan terjadinya perubahan
paradigma ekonomi.
4. Mengetahui berbagai macam perubahan paradigma yang terjadi di
indonesia.
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Definisi Paradigma

Secara etimologis, istilah paradigma pada dasarnya berasal dari bahasa


Yunani yaitu dari kata “para” yang artinya di sebelah atau pun di samping, dan
kata “diegma” yang artinya teladan, ideal, model, atau pun arketif. Sedangkan
secara terminologis, istilah paradigma diartikan sebagai sebuah pandangan atau
pun cara pandang yang digunakan untuk menilai dunia dan alam sekitarnya,
yang merupakan gambaran atau pun perspektif umum berupa cara – cara untuk
menjabarkan berbagai macam permasalahan dunia nyata yang sangat
kompleks.

Selain pengertian di atas, berikut pengertian kata paradigma yang coba


diutarakan oleh para ahli :
1. Robert Freidrichs

Menurut Robert Freidrichs, paragigma merupakan kumpulan tata nilai


yang membentuk pola pikir seseorang sebagai titik tolak pandangannya
sehingga terbentuk citra subjektif seseorang terhadap ralita sehingga berujung
pada ketentuan bagaimana cara untuk menangani realita tersebut.
2. Thomas Kuhn
Menurut Thomas Kuhn, pengertian paradigma adalah landasan berpikir
atau pun konsep dasar yang digunakan / dianut sebagai model atau pun pola
yang dimaksud para ilmuan dalam usahanya, dengan mengandalkan studi –
studi keilmuan yang dilakukannya.
3. C. J. Ritzer

Menurut C. J. Ritzer, paradigma adalah pandangan mendasar para ilmuan


mengenai apa yang menjadi pokok permasalahan yang seharusnya dipelajari
oleh satu cabang ilmu pengetahuan tertentu.
4. Guba
Menurut Guba, pengertian paradigma adalah sekumpulan keyakinan dasar
yang membimbing tindakan manusia.
Berdasarkan beberapa pengertian paradigma itu, kita dapat rangkumkan
bahwa paradigma adalah suatu kerangka konseptual, termasuk nilai, teknik dan
metode, yang disepakati dan digunakan oleh suatu komunitas dalam
memahami atau mempersepsi segala sesuatu. Dengan demikian, fungsi utama
paradigma adalah sebagai acuan dalam mengarahkan tindakan, baik tindakan
sehari-hari maupun tindakan ilmiah. Sebagai acuan, maka lingkup suatu
paradigma mencakup berbagai asumsi dasar yang berkaitan dengan aspek
ontologis, epistemologis dan metodologis. Dengan kata lain, paradigma dapat
diartikan sebagai cara berpikir atau cara memahami gejala dan fenomena
semesta yang dianut oleh sekelompok masyarakat (world view). Seorang
pribadi dapat mempunyai sebuah cara pandang yang spesifik. tetapi cara
pandang itu bukanlah paradigma, karena sebuah paradigma harus dianut oleh
suatu komunitas.

2.2 Paradigma Ekonomi


Paradigma Ekonomi merupakan suatu abstraksi tentang hubungan-
hubungan ekonomi, untuk menyederhanakan penanganan masalah-masalah riil
ekonomi yang sangat kompleks. Model-model ekonomi ini umumnya dibentuk
untuk mempelajari tingkah laku unit-unit ekonomi dalam hubungannya dengan
pemilihan atau proses dan kegiatan-kegiatan : produksi, konsumsi dan
distribusi barang atau jasa.
Kebijakan ekonomi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
pemerintah dalam bidang ekonomi. Ia menciptakan sistem untuk menentukan
nilai-nilai dari pemungutan pajak, anggaran pemerintah, penawaran uang dan
tingkat suku bunga, selain itu juga dalam hal pasar tenaga kerja, kepemilikan
pemerintah, dan banyak area lainnya dalam intervensi pemerintah dalam
perekonomian.
Kebanyakan faktor-faktor dari kebijakan ekonomi bisa dibagi ke dalam
kebijakan fiskal, yang berkenaan dengan tindakan-tindakan pemerintah dalam
hal pemungutan pajak dan pengeluaran, atau kebijakan moneter, yang
berkenaan dengan tindakan-tindakan sentral bank dalam hal penawaran uang
dan tingkat suku bunga. Kebijakan-kebijakan tersebut seringkali dipengaruhi
oleh institusi internasional seperti IMF atau Bank Dunia dan kebijakan politik
serta kebijakan internal dari partai politik yang berkuasa. Kebijakan secara
umum diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, seperti target inflasi,
pengangguran, atau pertumbuhan ekonomi. Kadang-kadang tujuan-tujuan
lainnya, seperti pengeluaran untuk militer atau nasionalisasi juga sangat
penting. Ini disebut juga dengan tujuan-tujuan kebijakan: hasil-hasil yang mana
kebijakan ekonomi ingin mencapainya.
Untuk mencapai tujuan-tujuan ini, pemerintah menggunakan alat-alat
kebijakan yang berada di bawah kendali pemerintah, yang secara umum
termasuk kepada tingkat suku bunga dan penawaran uang, pajak dan
pengeluaran pemerintah, tarif, nilai tukar mata uang, regulasi pasar tenaga
kerja, dan banyak aspek pemerintah lainnya.
Pemerintah dan bank sentral memiliki kemampuan terbatas dalam mencapai
tujuan-tujuan dalam jangka pendek. Misalnya, mungkin ada suatu tekanan pada
diri pemerintah untuk mengurangi inflasi, mengurangi pengangguran, dan
mengurangi tingkat suku bunga sementara berusaha untuk menjaga stabilitas
nilai mata uang. Jika semuanya ini dipilih sebagai tujuan-tujuan untuk jangka
pendek, maka kebijakan cenderung untuk tidak bertautan, karena konsekuensi
normal dari mengurangi inflasi dan menjaga stabilitas nilai mata uang adalah
peningkatan jumlah pengangguran dan peningkatan tingkat suku bunga.
Masalah ekonomi yang pertama adalah bagaimana caranya untuk mendapatkan
sumber daya yang dibutuhkan untuk bisa menampilkan fungsi-fungsi dari
pemerintah, misalnya untuk membangun militer yang kuat, infrastruktur jalan
dan proyek-proyek lainnya seperti membangun gedung-gedung.

2.3 Alasan Perubahan Paradigma Ekonomi

Adanya perubahan struktural ekonomi dapat tercermin dalam peranan


sektor-sektor dalam pembentukan produksi nasional maupun besarnya
persentase tenaga kerja pada masing-masing sektor ekonomi tersebut. Dimana
peranan ataupun sumbangan sektor primer (pertanian dan pertambangan)
dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) ataupun Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) akan semakin berkurang, sedangkan peranan sektor
sekunder (industry manufaktur, konstruksi) serta sektor tersier (jasa-jasa) akan
semakin meningkat, dengan semakin majunya perekonomian negara.
Disamping itu, semakin tinggi pendapatan perkapita suatu negara, akan
semakin kecil peranan pertanian dalam menyediakan dan menyerap
kesempatan kerja, dan sebaliknya sektor industri akan semakin penting dan
meningkat peranannya dalam menampung tenaga kerja. (Kamaludin: 1999).
struktur ekonomi terjadi akibat perubahan dari sejumlah faktor, yang
menurut sumbernya dapat dibedakan atas faktor-faktor Internal yaitu :
a) Agregat Demand (AD) dan
b) Agregat Supply (AS).
Perubahan struktur ekonomi juga dipengaruhi secara langsung atau tidak
langsung oleh intervensi pemerintah di dalam kegiatan ekonomi sehari-hari.
a) Agregat Demand,
Dari sisi Agregat Demand, Faktor yang sangat dominan adalah perubahan
permintaan domestik yang disebabkan oleh kombinasi antara peningkatan
pendapatan rill perkapita masyarakat dan perubahan selera masyarakat.
Perubahan permintaan tidak hanya dalam arti peningkatan konsumsi tetapi juga
perubahan komposisi barang-barang yang dikonsumsi. Perubahan komposisi
ini dapat dijelaskan dengan teori Engel: Apabila pendapatan rill masyarakat
meningkat maka pertumbuhan permintaan akan barang-barang non makanan
akan lebih besar daripada pertumbuhan permintaan terhadap makanan. Pada
umumnya makanan, seperti beras memiliki elastisitas pendapatan dari
permintaan yang nilainya nol (kategori barang normal) atau negatif(inferior),
sedangkan barang-barang non makanan seperti alat-alat rumah tangga dari
elektronik dan baju, memiliki elastisitas yang positif dan besar
(kategori ferior).
b) Agregat Supply,
Dari sisi Agregat Supply, faktor-faktor penting diantaranya adalah
pergeseran keunggulan komparatif, perubahan atau kemajuan teknologi,
peningkatan pendidikan atau kualitas sumber daya manusia, penemuan-
penemuan material baru untuk produksi, dan akumulasi barang modal. Semua
hal ini memungkinkan untuk melakukan inovasi dalam produk dan proses
produksi. Dalam hal pergeseran keunggulan komparatif menurut Chenery
dalam Tambunan (2001) bahwa proses transformasi struktural akan berjalan
lambat, bahkan ada kalanya berbalik atau mengalami kemunduran dalam arti
terjadinya penurunan atas kontribusi output industri manufaktur dalam
pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), jika keunggulan komparatif
tidak berjalan sesuai dengan arah pergeseran pola permintaan domestik ke arah
output industri manufaktur dan pola perubahan dalam komposisi ekspor.
Perubahan struktur ekonomi dari sisi Agregat Supply juga diakibatkan oleh
realokasi dana investasi dan resources utama lainnya, termasuk teknologi dan
tenaga kerja atau sumber daya manusia dari satu sektor ke sektor lain.
Realokasi ini dapat terjadi disebabkan karena adanya perbedaan produktivitas
atau pendapatan rill antar sektor, adanya kemiskinan di salah satu sektor
ataupun karena adanya kebijakan-kebijakan pemerintah yang lebih
menguntungkan sektor-sektor tertentu, misalnya kebijakan industrialisasi dan
kebijakan perdagangan luar negeri yang mengutamakan pembangunan atau
pertumbuhan output di sektor industri.
Faktor dari sisi Agregat Demand dan Agregat Supply diatas adalah faktor-
faktor internal, sedangkan faktor eksternal yang merupakan penyebab
perubahan struktur ekonomi antara lain adalah :

1. kemajuan teknologi (bagi Indonesia kemajuan teknologi


bersifatgiven), dan
2. perubahan struktur perdagangan global yang antara lain disebabkan
oleh peningkatan pendapatan dunia dan dampak dari peraturanperaturan
mengenai perdagangan regional dan internasional. Perubahan struktur ekspor
misalnya dari ekspor komoditas primer ke komoditas manufaktur juga tidak
terlepas dari perubahan struktur permintaan dunia yang disebabkan oleh
peningkatan pendapatan dunia.
Kesimpulan lain menyebutkan bahwa yang menjadi faktor-faktor penyebab
perubahan struktur ekonomi adalah :
1. sifat manusia dalam kegiatan konsumsinya
yaitu apabila pendapatan naik, elastisitas permintaan yang diakibatkan
oleh perubahan pendapatan (income elasticity of demand) adalah rendah
untuk konsumsi bahan makanan. Sedangkan permintaan terhadap
bahanbahan pakaian, perumahan, dan barang-barang konsumsi hasil
industri adalah sebaliknya. Sifat permintaan masyarakat tersebut sesuai
dengan hukum Engels, dimana teori Engels mengatakan bahwa, makin
tinggi pendapatan masyarakat maka akan semakin sedikit proporsi
pendapatan yang digunakan untuk membeli bahan pertanian, sebaliknya
proporsi pendapatan yang digunakan untuk membeli produksi barang-
barang industri menjadi bertambah besar.
2. Perubahan teknologi yang terus–menerus berlangsung
Kemajuan teknologi akan mempertinggi produktivitas kegiatan-
kegiatan ekonomi, pada akhirnya menyebabkan terjadinya perluasan
pasar serta kegiatan perdagangan. Dengan demikian akan tercipta produk
baru yang tidak hanya diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan bagi
konsumsi masyarakat desa tetapi juga untuk kebutuhan masyarakat kota.
3. Peningkatan dalam pendapatan dan taraf hidup penduduk
Melalui perubahan struktur ekonomi, pemerintah dapat meningkatkan
pendapatan dan taraf hidup penduduk, sebab perkembangan sektor kedua
mewujudkan lebih peluang pekerjaan.
4. Intervensi pemerintah
kebijakan yang berpengaruh langsung terhadap perubahan struktur
ekonomi adalah kebijakan pemberian insentif bagi sektor industri atau
tidak langsung lewat pengadaan infrastruktur.
5. Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri (basis ekonomi)
Suatu negara yang awal pembangunan ekonomi/industrialisasinya
sudah memiliki industri-industri dasar, seperti mesin,besi dan baja yang
relatif kuat akan mengalami proses industrialisasi yang lebih cepat
dibandingkan negara yang hanya memiliki industri-industri ringan,
seperti tekstil, pakaian jadi, alas kaki, makanan, dan mimuman.

2.4 Perubahan Paradigma Ekonomi di Indonesia


Perkembangan Indonesia hingga saat ini tidak terlepas dari sejarah
Indonesia pada masa kerajaan dan masa penjajahan. Perekonomian di
nusantara pada masa kerajaan tertua, yakni Kutai, masih bersifat tradisional
dan bersifat domestik. Pada abad ke-7 perekonomian semakin meluas saat dua
kerajaan besar yaitu kerajaan Sriwijaya mempunyai wilayah strategis di
kawasan selat Malaka dan kerajaan Majapahit yang memiliki kekuasaan
sebagian besar wilayah nusantara dan Semenanjung Malaya (sekarang
Malaysia). Semenanjung Melayu dan Filipina bagian selatan masuk dalam
daerah pengaruh kekuasaan kerajaan Majapahit, yaitu dalam bentuk
pemerintahan konfederasi dengan Majapahit sebagai pusat pemerintahannya
(Salam, 1984).

Tahun 1511, ketika masa kerajaan masih berjalan, Spanyol dan Portugis
masuk ke nusantara melalui wilayah Sumatera, Jawa, Banda, dan Maluku.
Memasuki tahun 1602, Belanda ke nusantara melalui jalur perdagangan di
bawah Vereenigde OostIndische Compagnie (VOC). VOC adalah
Perserikatan perusahaan dari Belanda yang memiliki monopoli untuk
aktivitas di Asia. Kewenangan VOC di Hindia Belanda memiliki peran yang
kuat, yakni memelihara angkatan perang, memaklumkan perang dan
mengadakan perdamaian, merebut dan menduduki daerah-daerah asing di
luar Negeri Belanda, memerintah daerah-daerah tersebut,
menetapkan/mengeluarkan matauang sendiri, dan memungut pajak.
Kewenangan tersebut mendapat penentangan dari masyarakat lokal di
Hindia Belanda sehingga terjadi berbagai perlawanan di seluruh wilayah
yang diduduki oleh VOC.

Selama pendudukan Belanda di Hindia Belanda, terjadi perkembangan


ekonomi dalam hal perdagangan. Kolonial Belanda membawa mesin
pengolahan untuk mengambil hasil bumi di Indonesia. Salah satu hasil bumi
yang dihasilkan saat pendudukan Belanda adalah gula. Saat itu, gula adalah
komoditi penting dan Hindia Belanda menjadi produsen terbesarnya
(Majalah Kereta Api. Edisi 49. Agustus 2010, 7).

Pendudukan Belanda di Indonesia terjadi dalam kurun waktu sekitar 350


tahun. Setelah Belanda mundur, Indonesia diduduki oleh Jepang selama tiga
tahun. Pasca kemerdekaan Indonesia mulai membangun ketatanegaraan
dimulai dari pemilihan pemimpin dan struktur pemerintahannya.
Pembenahan diitikberatkan pada sektor pemerintahan, sehingga sektor
perekonomian terabaikan dan mengalami Inflasi yang tinggi. Hal ini
disebabkan oleh beredarnya lebih dari satu mata uang secara tidak
terkendali. Pada waktu itu, pemerintah RI menyatakan tiga mata uang yang
berlaku di wilayah RI, yaitu mata uang De Javasche Bank, mata uang
pemerintah Hindia Belanda, dan mata uang pendudukan Jepang.

Selama ini kita kenal bahwa Indonesia hingga saat ini baru dipimpin
oleh enam presiden, yaitu Soekarno, Soeharto, B.J. Habibie, Abdurrahman
Wahid (Gus Dur), Megawati Soekarnoputri, dan Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY). Namun menurut catatan sejarah, hingga hingga saat ini
sebenarnya Indonesia sudah dipimpin oleh delapan presiden. Dua tokoh
yang terlewat itu adalah Sjafruddin Prawiranegara dan Mr. Assaat.

Sjafruddin Prawiranegara adalah Pemimpin Pemerintahan Darurat


Republik Indonesia (PDRI) ketika Presiden Soekarno dan wakilnya Hatta
ditangkap Belanda pada awal agresi militer kedua, sedangkan Mr. Assaat
adalah Presiden RI saat republik ini menjadi bagian dari Republik Indonesia
Serikat (1949). Namun, mengingat pendeknya masa kepresidenan
Sjafruddin Prawinanegara dan Mr. Assaat, dan juga kurangnya informasi
yang tersedia tentang masa dua pemimpin tersebut, dalam paper ini hanya
akan dibahas masa dari enam kepresidenan yan lain, tanpa bermaksud
menghilangkan pengakuan bahwa Sjafrudin dan Assaat pernah menjadi
kepala negara Indonesia (lihat Arifin, 2010).
2.4.1 Kepresidenan Soekarno (1945-1967)

Pembahasan berikut ini akan diuraikan masa kepemimpinan presiden di


Indonesia. Pertama, Kepemimpinan Soekarno (1945-1967). Pasca
proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, Indonesia belum dapat
melaksanakan pembangunan ekonomi secara utuh karena sedang
mempertahankan kemerdekaan hingga tahun 1949. Pada tahun berikutnya,
Indonesia menitik beratkan pada pembangunan politik karena situasi politik
di Indonesia belum stabil. Baru pada tahun 1950 Indonesia mulai bisa
melaksanakan pembangunan ekonomi (Rifai, 2009, 24).

Masa kepemimpinan Soekarno merupakan masa perbaikan pasca


penjajahan. Laju pertumbuhan jumlah penduduk pasca kemerdekaan sangat
tinggi. Jumlah penduduk pada tahun 1950 adalah 77,2 juta jiwa, meningkat
menjadi 85,4 juta jiwa pada tahun 1955, dan 97,02 juta jiwa (sensus
penduduk tahun 1961). Produksi pangan mengalami kenaikan, namun belum
mampu mengimbangi pertumbuhan penduduk. Produksi beras pada tahun
1956 adalah 26%lebih tinggi dari produksi pada tahun 1950, tetapi impor
beras masih diperlukan. Perusahaan-perusahaan asing pada tahun 1950-an
mulai masuk ke Indonesia seperti Shell, Stanvac, dan Caltec, dan
mendapatkan posisi yang kuat di bidang industri minyak. Sebagian besar
pelayaran antar pulau dipegang oleh pelayaran KPM Belanda (Koninklijke
PaketvaartMaatschappij). Perbankan didominasi oleh oleh perusahaan-
perusahan Belanda, Inggris, dan Cina. Orang-orang Cina menguasai
sebagian besar kredit pedesaan (Rickles, 1991, 356-358).

Pada tahun 1949 menteri Keuangan Sjafrudin Prawiranegara melakukan


“Gunting Sjafrudin” atau shanerring yang bertujuan menghapus inflasi.
Rakyat diwajibkan menggunakan uang pecahan lima rupiah ke atas dan
dipotong menjadi dua potong, dengan ketentuan sebelah kanan masih
berlaku sebagai alat pembayaran yang sah tetapi nilainya tinggal setengah,
sedangkan sebelah kiri harus diserahkan kepada pemerintah untuk diganti
oleh obligasi negara yaitu tanda hutang negara (Soebagyo, 1980, 70).
Dalam rangka mengendalikan inflasi, pada tanggal 25 Agustus 1959
mata uang Rupiah didevaluasikan sebesar 75%. Dari sisi moneter, semua
nilai uang kertas Rp500,00 dan Rp1.000,00 diturunkan menjadi
sepersepuluh dari nilai nominalnya, dan deposito-deposito bank dalam
jumlah besar juga dibekukan. Tindakan ini mengurangi jumlah uang beredar
dari Rp 34 Milyar menjadi Rp 21 Milyar. Krisis likuiditas menjadikan
pemerintah terpaksa memperbolehkan utang dan dalam waktu enam bulan
persediaan uang telah kembali ke tingkat sebelumnya dan inflasi kembali
stabil (Rickles, 1991, 404). Inflasi sangat tinggi telah menyebabkan harga
barang-barang naik 500%selama tahun 1965. Inflasi yang sangat tinggi
tersebut disebabkan oleh harga beras yang naik sebesar 900%setiap tahun.
Kurs pasar gelap untuk Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat Serikat
jatuh dari Rp 5.100,00 pada awal tahun 1965 menjadi Rp 17.500,00 pada
kuartal ketiga dan menjadi Rp 50.000,00 pada kuartal keempat (Rickles,
1991, 426).

Pada masa Soekarno, pada tahun 1963, Indonesia berhasil


memenangkan kembali Irian Barat. Bung Karno menciptakan musuh baru,
yakni Malaysia, untuk memelihara koalisi semu segitiga antara dirinya
dengan TNI (Tentara Nasional Indonesia) dan PKI (Partai Komunis
Indonesia). Koalisi ini pecah dengan adanya pembunuhan, kudeta dan kontra
kudeta pada 1 Oktober 1965.

Inflasi dan korupsi menjadi masalah utama dalam kepemimpinan


Soekarno.Inflasi menjadi kronis dan tidak terkendali dan tidak terawasi sejak
awal kemerdekaan. Jumlah Uang beredar menjadi dua kali lebih besar pada
tahun 1965. Harga-harga meningkat antara 30-50%perbulan. Presiden dan
kabinetnya serta angkatan bersenjata pada saat itu menutupi kebutuhan
mereka sendiri karena tidak dapat mengharapkan alokasi anggaran, tanpa
adanya anggaran belanja dan pengawasan anggaran yang efektif. Selain itu
pasar gelap, penyelundupan dan bentuk-bentuk penyimpangan lainnya telah
mengurangi pengawasan ekonomi pemerintah pada tingkat yang sangat
kronis. Sebagian besar sektor ekonomi produksinya merosot seperti beras,
makanan pokok dan bahan makanan lainnya. Meskipun tidak mutlak
menurun, namun telah gagal mengimbangi pertumbuhan penduduk,
sehingga pada tahun 1966, 10%kebutuhan pangan harus diimpor (Arndt,
1991, 245). Pemerintahan di masa Soekarno, 1945 - 1966, berganti kabinet
sebanyak 28 kali, Soekarno berakhir pada 12 Maret 1967.

2.4.2 Kepresidenan Soeharto (1967-1998)

Kedua, Kepemimpinan Soeharto (1967-1998). Soeharto mulai


menjalankan tugasnya sebagai presiden Indonesia ke-2 pada 12 Maret 1967,
dinamakan masa Orde Baru. Pada tahun 1967, Indonesia berada dalam
situasi yang kacau. Pendapatan per kapita turun sampai tingkat di bawah
yang telah dicapai lima tahun sebelumnya, perekonomian hancur oleh hiper-
inflasi, sektor pertanian tidak dapat lagi menyediakan bahan pangan yang
cukup untuk kebutuhan dalam negeri dan kemiskinan menjadi nasib
sebagian besar penduduk.

Walaupun pemerintah Orde Baru bergerak cepat dan pasti untuk


membangun sejumlah tujuan di bidang ekonomi, sampai tahun 1985
industrialisasi hanya berpengaruh kecil di Indonesia. Sektor pertanian
menyumbang sekitar 24%dari PDB, sementara industri non migas
menyumbang kurang dari 14%(Abimanyu (Ed.), 2010, 24-25).

Pada masa Soeharto banyak berdiri organisasi pengusaha seperti


KADIN (Kamar Dagang dan Industri), Hippi (Himpunan Pengusaha
Pribumi Indonesia), HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia), HIPLI
(Himpunan Pengusaha Lemah Indonesia), IWAPI (Ikatan Wanita Pengusaha
Indonesia), APEGTI (Asosiasi Pengecer Gula dan Terigu Indonesia), REI
(Real Estate Indonesia) dan ASI (Asosiasi Semen Indonesia), yang
dimaksudkan untuk meningkatkan ekonomi anggota dan bargaining power-
nya. Pendirian HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia), SPSI (Serikat
Pekerja Seluruh Indonesia) dan sejenisnya mempunyai tujuan yang sama.
Dalam perekonomian internasional, Indonesia masuk dalam OPEC
(Organisation of Petrolium Exporting Countries) dan kerja sama regional
APEC (Asia Pasific Economic Cooperation) (Kuntowijoyo, 1995, 129-130).

Pada saat Ali Wardhana menjabat menteri keuangan, Amerika Serikat


pada 15 Agustus 1971 menghentikan pertukaran dollar dengan emas.
Presiden Nixon cemas dengan terkurasnya cadangan emas AS jika dollar
dibolehkan terus ditukar emas, sedang nilai waktu itu USD 34.00 sudah bisa
membeli 1 ons emas. Soeharto tidak dapat mengelak dari dampak gebrakan
Nixon dan Indonesia mendevaluasi Rupiah pada 21 Agustus 1971 dari Rp
378 menjadi Rp 415 per 1 USD. Walaupun Indonesia mendapat keuntungan
dengan kenaikan harga minyak akibat Perang Arab - Israel 1973, tetapi
Pertamina justru hampir mengalami kebangkrutan dengan utang USD 10
milyar. Devaluasi kedua pada masa pemerintahan Soeharto, yakni pada 15
November 1978, dari Rp 415 menjadi Rp 625 per 1 USD tidak dapat
dihindari.

Pada saat Radius Prawiro menjabat Menteri Keuangan, dia


mendevaluasi rupiah sebesar 48%(hampir sama dengan proses menggunting
separuh nilai dari Rupah). Kurs 1 dolar AS naik dari Rp 702,50 menjadi Rp
970. Pada 12 September 1986 dia kembali mendevaluasi rupiah sebesar
47%, dari Rp 1.134 ke Rp 1.664 per 1 dolar AS. Walaupun Soeharto selalu
berpidato bahwa tidak ada devaluasi, tapi sepanjang pemerintahannya telah
terjadi empat kali devaluasi (http://id.wikipedia. org/wiki/ Devaluasi).
Kemantapan struktur ekonomi nasional telihat pada peningkatan dan
perluasan jaringan pelayanan prasarana dasar seperti jalan, pelabuhan,
listrik, telekomunikasi dan yang lainnya (Odang, 1996, 16-17).

Pada pertengahan 1990-an, manufakturing berperan sebagai motor


pertumbuhan ekonomi di Indonesia selama lebih dari satu dekade, dengan
menyumbangkan hampir sepertiga dari kenaikan PDB dari tahun 1983
sampai 1995 (Emmerson (Ed), 2001, 195).
Orde Baru yang dibangun oleh Presiden Soeharto sejak tahun 1966 telah
menghasilkan prestasi yang luar biasa. Pada tahun 1996 atau 30 tahun
kemudian sebagai hasil pembangunan, Indonesia mengalami dua kali
Quantum Leap, dari negara miskin ke negara berkembang, dan dari negara
berkembang menjadi negara berpendapatan menengah. Pada tahun 1966
tingkat kemiskinan diperkirakan lebih dari 50%, sementara pada tahun 1996
kurang dari 15%.

Inflasi sekitar 400%pada tahun 1966, sementara tahun 1996 kurang dari
10%. Bahkan, pendapatan per kapita melonjak dari USD200 pada tahun
1966 menjadi USD1.200 pada tahun 1996. Selama 25 tahun terakhir
sebelum krisis 1997, pertumbuhan ekonomi Indonesia bergerak di kisaran
6%-8%per tahun (Abimanyu (Ed), 2010, 581-582).

Kebijakan fiskal tahun 1998 sampai 1999 pada awalnya diarahkan untuk
berperan sebagai suatu kebijakan campuran (policy mix) dalam rangka
membantu pengendalian laju inflasi dan nilai tukar rupiah di sektor moneter.
Hal ini ditunjukkan oleh kehati-hatian pemerintah dalam menetapkan
sasaran defisit APBN yang disusun pada tanggal 23 Januari 1998, yaitu
hanya 1-2%dari PDB. Dalam perkembangannya, kondisi perekonomian
yang mengalami kontraksi dan dampaknya terhadap masyarakat yang
semakin luas telah memaksa pemerintah untuk mengubah asumsi yang
digunakan dalam penyusunan anggaran, sekaligus mengubah orientasi
kebijakan fiskal. Orientasi kebijakan fiskal kemudian difokuskan pada upaya
peningkatan peranan pemerintah sebagai penggerak roda perekonomian,
menggantikan peranan sektor swasta yang sedang terpuruk serta mengurangi
tingkat pengangguran, sekaligus beban masyarakat miskin. Perubahan
orientasi tersebut tercermin dari peningkatan sasaran defisit APBN menjadi
8,5%dari PDB, jauh lebih ekspansif daripada sasaran semula. Perubahan
yang besar terjadi pada alokasi pengeluaran sosial, yakni menjadi sekitar
29%dari total anggaran, meliputi pengeluaran subsidi dan Jaring Pengaman
Sosial (JPS) masing-masing sebesar 6,2 dan 1,9%dari PDB (Bank Indonesia,
1999).

Presiden Soeharto akhirnya mundur pada 21 Mei 1998 saat terjadi


gejolak sosial, politik dan ekonomi di Indonesia. Walaupun penggantian
presiden sudah dilakukan, Indonesia masih terpuruk dalam kemiskinan yang
semakin meluas disertai ketegangan etnis daerah.
2.4.3 Kepresidenan B. J. Habibie
Ketiga, Masa Presiden B. J. Habibie. Pengangkatan B.J Habibie
menjadi Presiden Indonesia pada 21 Mei 1998 diwarnai dengan suasana
politik dan ekonomi yang kacau. B.J Habibie merupakan seorang ilmuwan
tingkat internasional. Selama 17 bulan masa pemerintahannya sebagai
Presiden Indonesia ketiga, Habibie memperkenalkan reformasi pasca
Soeharto. Ketika Habibie mulai memegang kekuasaan pada tanggal 21 Mei
1998, terdapat lima isu terbesar yang harus dihadapi yaitu, masa depan
reformasi, masa depan ABRI (sekarang TNI), masa depan daerah yang
melepaskan diri dari Indonesia, masa depan Soeharto (Keluarga, kekayaan
dan kronikroninya) dan masa depan perekonomian serta kesejahteraan
rakyat (Rickles, 2008). Kabinet Presiden Habibie dibentuk dalam waktu 24
jam, dinamakan Kabinet Reformasi Pembangunan.

Sebelum krisis ekonomi 1997/1998, Indonesia telah mengalami


pertumbuhan ekonomi yang amat pesat. Selama lima Repelita yang pertama
di bawah pemerintahan Soeharto, dari 1969 sampai 1994, PDB meningkat
rata-rata 6,8%setahun. Pertumbuhan penduduk rata-rata 2% setahun
(Emmerson (Ed), 2001, 192).

Pertengahan 1998, inflasi ditargetkan mencapai angka 80% untuk tahun


berjalan, namun akhirnya target tersebut tidak tercapai. Peristiwa Badai El
nino menjadikan panen beras berkurang. Nilai tukar rupiah berada di bawah
Rp 10.000,00 per dollar, bahkan mencapai level Rp 15.000,00 - Rp
17.000,00 dan diperkirakan 113 juta orang Indonesia (56%dari jumlah
penduduk) berada di bawah garis kemiskinan. Pada akhir Juni 1998,
anggaran negara harus direvisi untuk ketiga kalinya karena asumsi-
asumsinya tidak relevan. IMF memprediksi bahwa perekonomian akan
menurun sebanyak 10%. B.J. Habibie mundur dari kekuasaan pada 20
Oktober 1999, digantikan oleh Abdurrahman Wahid.

2.4.4 Kepresidenan Abdurahman Wahid (Gus Dur) (1999-2001)

Keempat, Kepemimpinan Abdurahman Wahid (Gus Dur) (1999-2001).


Masa Kepemimpinan Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dimulai pada 20
Oktober 1999. Gus Dur memliki intelegensia, kekocakan, keterbukaan dan
komitmen terhadap pluralisme serta kebencian terhadap dogmatisme
(Rickles, 2008, 655).

Pada tahun 2000 beberapa indikator menunjukkan bahwa proses


pemulihan ekonomi nampak menguat. Pertumbuhan ekonomi meningkat
lebih tinggi dari yang diprakirakan, yakni menjadi 4,8%. Beberapa faktor
seperti membaiknya permintaan domestik, masih kompetitifnya nilai tukar
rupiah, serta situasi ekonomi dunia yang membaik, telah memungkinkan
sejumlah sektor ekonomi, termasuk sektor usaha kecil dan menengah
(UKM), meningkatkan kegiatan usaha mereka, baik untuk memenuhi
konsumsi domestik maupun ekspor. Beberapa kemajuan juga dicapai,
misalnya dalam proses restrukturisasi perbankan, penjadwalan kembali
utang luar negeri pemerintah, serta penyelesaian masalah Bantuan Likuiditas
Bank Indonesia (BLBI) antara Bank Indonesia dan Pemerintah.
Pertumbuhan ekonomi didukung oleh nilai tukar yang kompetitif dan ekspor
non migas menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi dan kegiatan investasi
semakin meningkat.

Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang meningkat, tingkat


pengeluaran konsumsi juga ikut mengalami peningkatan. Ekspor, investasi,
dan konsumsi terhadap pertumbuhan PDB pada tahun 2000 masing-masing
mencapai 3,9%, 3,6%, dan 3,1%. Kuatnya kinerja ekspor dan peran investasi
yang meningkat dalam pembentukan PDB mengindikasikan semakin
mantapnya proses pemulihan ekonomi yang terjadi. Di sisi penawaran,
semua sektor dalam perekonomian mengalami pertumbuhan. Dengan
dorongan permintaan baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri,
sektor industri pengolahan, sektor perdagangan dan sektor pengangkutan
menjadi motor pertumbuhan dengan sumbangan terhadap pertumbuhan PDB
masing-masing sebesar 1,6%, 0,9%, dan 0,7%. Sektor industri pengolahan
pada tahun 2000 mencatat pertumbuhan sebesar 6,2%, sementara sektor
perdagangan serta sektor pengangkutan masing-masing meningkat sebesar
5,7%dan 9,4%(Bank Indonesia 2000).

Tekanan kenaikan harga menjadi lebih besar dengan adanya kebijakan


pemerintah untuk mengurangi berbagai subsidi guna mendorong
pembentukan harga berdasarkan mekanisme pasar serta kebijakan untuk
meningkatkan kesejahteraan pegawai negeri sipil (PNS). Dalam tahun 2000,
pemerintah telah mengeluarkan kebijakan penyesuaian di bidang harga dan
pendapatan yang antara lain mencakup pengurangan subsidi bahan bakar
minyak (BBM), kenaikan tarif dasar listrik (TDL), tarif angkutan, cukai
rokok, serta kenaikan gaji PNS, TNI, dan Polri, serta upah minimum regional
(UMR). Selain itu, tekanan inflasi juga muncul dengan semakin tingginya
ekspektasi peningkatan laju inflasi di kalangan konsumen dan produsen.
Peningkatan ekspektasi ini mengakibatkan kecenderungan kenaikan harga-
harga menjadi sulit diredam dengan segera karena cenderung bersifat
menetap (persistent). Secara keseluruhan, laju inflasi tahun 2000 mencapai
9,35% (year-on-year), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi tahun 1999
sebesar 2,01%(Bank Indonesia, 2000).

Kegigihan mempertahankan kekuasaan dengan cara apapun,


keterbatasan dalam pengelihatan pada panca indra, masalah kesehatan,
kurangnya pengalaman dalam masalah pemerintahan, membuat Gus Dur
diberhentikan sebagai Presiden pada tanggal 23 Juli oleh MPR (Rickles,
2008, 655).

2.4.5 Kepresidenan Megawati Soekarno Putri (2001-2004).


Kelima, Kepemimpinan Megawati Soekarno Putri (2001-2004).
Kepemimpinan Presiden Megawati dimulai pada 23 Juli 2001. Program
pemulihan ekonomi yang dilakukan oleh Masa pemerintahan Megawati
Soekarnoputri adalah privatisasi BUMN, pengelolaan hutang luar negeri,
restrukturisasi keuangan, dan usaha kecil menengah (Muchtar, 2002, 118-
119).

Bank Indonesia menetapkan sasaran inflasi indeks harga konsumen


(IHK) di luar dampak kebijakan pemerintah di bidang harga dan pendapatan
sebesar 4%– 6%. Sementara itu, dampak kebijakan pemerintah di bidang
harga dan pendapatan diperkirakan dapat menimbulkan tambahan inflasi
sebesar 2% – 2,5%di atas sasaran tersebut. Secara keseluruhan, tekanan
inflasi pada 2001 diperkirakan berasal dari dampak kebijakan pemerintah di
bidang harga dan pendapatan, meningkatnya sisi permintaan agregat, dan
ekspektasi inflasi masyarakat yang terkait dengan dampak kebijakan
pemerintah tersebut (Bank Indonesia 2001).

Memasuki tahun 2002, perekonomian tumbuh 3,7%, meningkat


dibandingkan tahun sebelumnya, namun masih belum didukung oleh
struktur yang seimbang. Perekonomian masih bertumpu pada konsumsi
sementara investasi dan ekspor masih belum menunjukkan perkembangan
yang menggembirakan. Pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga
meningkat dari 4,4%menjadi 4,7%pada tahun laporan, sedangkan
pengeluaran konsumsi pemerintah mencapai 12,8%pada 2002, jauh lebih
tinggi dari tahun sebelumnya yang mencapai 9% (Bank Indonesia, 2002).

Selama 2003, perekonomian Indonesia menghadapi beberapa


tantangan, terkait dengan dampak tragedi bom di Bali tahun 2002, rencana
untuk keluar dari program International Monetary Fund (IMF) pada akhir
2003, dan kondisi perekonomian dunia yang masih lesu. Menghadapi
berbagai tantangan tersebut, Pemerintah dan Bank Indonesia telah
mengambil serangkaian kebijakan untuk mendorong proses pemulihan
ekonomi dan juga tetap menjaga kestabilan ekonomi makro. Dalam
perkembangannya, berbagai langkah kebijakan tersebut telah memberikan
kontribusi yang signifikan dalam mendukung tercapainya kondisi ekonomi
makro yang stabil dan cenderung membaik selama 2003. Kondisi ini antara
lain terlihat pada nilai tukar rupiah yang menguat dan laju inflasi yang
menurun, baik dibandingkan dengan proyeksi di awal 2003 maupun
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi mengalami
kenaikan yang mengindikasikan bahwa proses pemulihan ekonomi terus
berlangsung.

Pertumbuhan ekonomi masih bertumpu pada konsumsi sementara


kegiatan investasi dan ekspor tumbuh pada tingkat yang masih rendah.
Kondisi ini diperberat oleh belum adanya strategi kebijakan yang terpadu
untuk mewujudkan sektor industri yang kuat dan berdaya saing tinggi
sehingga pertumbuhan sektor industri pengolahan sebagai sektor yang
memiliki pangsa terbesar dalam pembentukan PDB masih sangat rendah
dibandingkan periode sebelum krisis. Kondisi demikian mengakibatkan
pertumbuhan ekonomi yang terjadi masih belum cukup untuk menyerap
tambahan angkatan kerja dan belum mampu mengangkat pendapatan per
kapita kembali ke level sebelum krisis (Bank Indonesia, 2003).

Pada tahun 2004, kestabilan ekonomi makro tetap terjaga, kepercayaan


internasional semakin meningkat, agenda ekonomi didefinisikan dengan
jelas, dan kemampuan kelembagaan meningkat terutama dalam mekanisme
perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan pada tataran birokrasi dan
politik, yang akan menjadi basis bagi akselerasi pertumbuhan di tahun-tahun
berikutnya. Tahun 2004 merupakan sebuah fase baru dalam pengelolaan
ekonomi bangsa karena sejak awal 2004 Indonesia menjadi negara terakhir
di antara negara-negara terkena krisis di Asia yang telah menyelesaikan
program stabilisasi ekonomi makro di bawah pengawasan IMF. Keputusan
untuk melepaskan diri dari program tersebut dilatarbelakangi oleh
perkembangan ekonomi makro yang semakin membaik serta komitmen
yang kuat untuk melanjutkan program restrukturisasi ekonomi secara
mandiri. (Bank Indonesia 2003). Masa jabatan Presiden Megawati berakhir
pada 20 Oktober 2004 dan digantikan oleh Presiden berikutnya melalui
Pemilu.

2.4.6 Kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2009).

Langkah Presiden SBY untuk merangkul Parpol-parpol yang kalah dalam


Pemilu 2009 adalah bagian dari kebijakan Soft Power, atau kebijakan untuk
bergotong-royong dalam membangun bangsa dan negara. Ini serupa dengan
Kabinet Gotong-Royong di masa lalu. Keadaan sistem ekonomi Indonesia pada
masa pemerintahan gotong royong memiliki karakteristik sebagai berikut.
Rendahnya pertumbuhan ekonomi yang dikarenakan masih kurang
berkembangnya investasi terutama disebabkan oleh masih tidak stabilnya
kondisi sosial politik dalam negeri. Kabinet Indonesia Bersatu
merupakan kabinet pemerintahan Indonesia yang dibagi menjadi Kabinet
Indonesia bersatu jilid I dan II .kabinet Indonesia bersatu jilid I yaitu
merupakan bentuk pemerintahan yang ke enam yang dipimpin oleh Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla pada
masa (2004 – 2009) dan presiden yang pertama kalinya dipilih melalui sistem
pemilihan umum langsung di Indonesia sedangkan kabinet Indonesia bersatu
jilid II dipimpin oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono dan wakil
Presidennya Dr. Boediono yang merupakan bentuk pemerintahan yang ke tujuh
pada masa (2009-2014).

Masa Kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono terdapat kebijakan


kontroversial yaitu mengurangi subsidi BBM, atau dengan kata lain menaikkan
harga BBM. Kebijakan ini dilatar belakangi oleh naiknya harga minyak dunia.
Anggaran subsidi BBM dialihkan ke subsidi sektor pendidikan dan kesehatan,
serta bidang-bidang yang mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Kebijakan kontroversial pertama itu menimbulkan kebijakan kontroversial
kedua, yakni Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi masyarakat miskin.
Kebanyakan BLT tidak sampai ke tangan yang berhak, dan pembagiannya
menimbulkan berbagai masalah sosial. Kebijakan yang ditempuh untuk
meningkatkan pendapatan perkapita adalah mengandalkan pembangunan
infrastruktur massal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi serta
mengundang investor asing dengan janji memperbaiki iklim investasi. Salah
satunya adalah diadakannya Indonesian Infrastructure Summit pada bulan
November 2006 lalu, yang mempertemukan para investor dengan kepala-
kepala daerah. Menurut Keynes, investasi merupakan faktor utama untuk
menentukan kesempatan kerja. Mungkin ini mendasari kebijakan pemerintah
yang selalu ditujukan untuk memberi kemudahan bagi investor, terutama
investor asing, yang salah satunya adalah revisi undang-undang
ketenagakerjaan. Jika semakin banyak investasi asing di Indonesia, diharapkan
jumlah kesempatan kerja juga akan bertambah. Selain itu, pada periode ini
pemerintah melaksanakan beberapa program baru yang dimaksudkan untuk
membantu ekonomi masyarakat kecil diantaranya PNPM Mandiri dan
Jamkesmas. Pada prakteknya, program-program ini berjalan sesuai dengan
yang ditargetkan meskipun masih banyak kekurangan disana-sini.

Pada pertengahan bulan Oktober 2006 , Indonesia melunasi seluruh sisa


utang pada IMF sebesar 3,2 miliar dolar AS. Dengan ini, maka diharapkan
Indonesia tak lagi mengikuti agenda-agenda IMF dalam menentukan kebijakan
dalam negeri. Namun wacana untuk berhutang lagi pada luar negri kembali
mencuat, setelah keluarnya laporan bahwa kesenjangan ekonomi antara
penduduk kaya dan miskin menajam, dan jumlah penduduk miskin meningkat
dari 35,10 jiwa di bulan Februari 2005 menjadi 39,05 juta jiwa pada bulan
Maret 2006.
Hal ini disebabkan karena beberapa hal, antara lain karena pengucuran kredit
perbankan ke sector riil masih sangat kurang (perbankan lebih suka
menyimpan dana di SBI), sehingga kinerja sector riil kurang dan berimbas pada
turunnya investasi. Selain itu, birokrasi pemerintahan terlalu kental, sehingga
menyebabkan kecilnya realisasi belanja Negara dan daya serap, karena
inefisiensi pengelolaan anggaran. Jadi, di satu sisi pemerintah berupaya
mengundang investor dari luar negri, tapi di lain pihak, kondisi dalam negeri
masih kurang kondusif. Namun, selama masa pemerintahan SBY,
perekonomian Indonesia memang berada pada masa keemasannya. Indikator
yang cukup menyita perhatian adalah inflasi. Sejak tahun 2005-2009, inflasi
berhasil ditekan pada single digit. Dari 17,11% pada tahun 2005 menjadi
6,96% pada tahun 2009. Tagline strategi pembangunan ekonomi SBY yang
berbunyi pro-poor, pro-job, dan pro growth (dan kemudian ditambahkan
dengan pro environment) benar-benar diwujudkan dengan turunnya angka
kemiskinan dari 36,1 juta pada tahun 2005, menjadi 31,02 juta orang pada
2010. Artinya, hampir sebanyak 6 juta orang telah lepas dari jerat kemiskinan
dalam kurun waktu 5 tahun. Ini tentu hanya imbas dari strategi SBY yang pro
growth yang mendorong pertumbuhan PDB.

2.4.7 Kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono (2010-2014).

Pada periode ini, pemerintah khususnya melalui Bank Indonesia


menetapkan empat kebijakan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi
nasional negara yaitu :

1. BI rate
2. Nilai tukar
3. Operasi moneter

Kebijakan makroprudensial untuk pengelolaan likuiditas dan


makroprudensial lalu lintas modal. Dengan kebijakan-kebijakanekonomi
diatas, diharapkan pemerintah dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi
negara yang akan berpengaruh pula pada meningkatnya kesejahteraan
masyarakat Indonesia.

Hampir tujuh tahun sudah ekonomi Indonesia di tangan kepemimpinan


Presiden SBY dan selama itu pula perekonomian Indonesia boleh dibilang
tengah berada pada masa keemasannya. Beberapa pengamat ekonomi bahkan
berpendapat kekuatan ekonomi Indonesia sekarang pantas disejajarkan dengan
4 raksasa kekuatan baru perekonomian dunia yang terkenal dengan nama BIRC
(Brazil, Rusia, India, dan China).

Krisis global yang terjadi pada tahun 2008 semakin membuktikan


ketangguhan perekonomian Indonesia. Di saat negara-negara superpower
seperti Amerika Serikat dan Jepang berjatuhan, Indonesia justru mampu
mencetak pertumbuhan yang positif sebesar 4,5% pada tahun 2009.
Gemilangnya fondasi perekonomian Indonesia direspon dunia internasional
dengan menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara pilihan tempat
berinvestasi. Dua efeknya yang sangat terasa adalah Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) mencapai rekor tertingginya sepanjang sejarah dengan
berhasil menembus angka 3.800. Bahkan banyak pengamat yang meramalkan
sampai akhir tahun ini IHSG akan mampu menembus level 4000.

Indonesia saat ini menjadi ekonomi nomor 17 terbesar di dunia. “Tujuan


kami adalah untuk menduduki 10 besar. Kami sangat optimistis karena IMF
pun memprediksi ekonomi Indonesia akan mengalahkan Australia dalam
waktu kurang dari satu dekade ke depan,” tutur SBY dalam sebuah acara.
Banyak sekali masalah masalah penting di jaman pemerintah jilid I dan II yang
hilang begitu saja tanpa tau akhir inti dan akar kemana permasalahan itu
berawal . Pemerintaan Indonesia Jilid I maupun jilid II bagaimanapun
kebijakan,menteri dan lain sebagainya kita sebagai masyarakat hanya
mengharapkan pemerintah dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara
yang akan berpengaruh pula pada meningkatnya kesejahteraan masyarakat
Indonesia yang saat ini masih tidak ada perkembangannya.
2.4.7 Kepresidenan Joko Widodo
Jokowi adalah seseorang yang awalnya menjabat sebagai Gubernur DKI
Jakarta yang berasal dari daerah jawa dan dulunya jokowi seorang walikota
didaerah jawa dan menjadi walikota k3 terbaik didunia dan ia menilai
pemerintahan Negara ini mononton , seperti untuk menyelesaikan persoalan
Jakarta, dirinya memaparkan penanganan dari sistem reformasi birokrasi. Joko
Widodo tertarik untuk membuat kebijakan-kebijakan radikal dalam mengatasi
permasalahan yang ada di Jakarta. Salah satu kebijakan radikal yang akan ia
terapkan adalah penerapan sistem ganjil-genap yang rencananya akan dimulai
pada tahun 2013 lalu.

1. Kebijakan Jokowi dalam segi ekonomi :


a. Kebijakan penyelamatan ekonomi tahap I yang berfokus pada tiga
hal besar, yakni meningkatkan daya saing industri, mempercepat
proyek-proyek strategis nasional, dan mendorong investasi di sektor
properti. Menurut Jokowi, pemerintah dan Bank Indonesia (BI)
sebelumnya telah melakukan upaya stabilisasi fiskal dan moneter,
termasuk di dalamnya adalah pengendalian inflasi. Sinergi kebijakan
ini dilakukan guna menggerakkan mesin pertumbuhan ekonomi,
antara lain dengan mendorong percepatan belanja pemerintah dan
juga melakukan langkah-langkah penguatan neraca pembayaran.
b. Melindungi masyarakat dan menggerakkan ekonomi pedesaan.
Antara lain dengan memberdayakan usaha mikro dan kecil dengan
menyalurkan kredit usaha rakyat (KUR) dengan tingkat suku bunga
yang rendah. Bunga KUR yang dulunya 22-23 persen (diturunkan)
menjadi 12 persen. Untuk mendorong pembangunan infrastruktur di
desa, lanjut presiden, pemerintah juga mengupayakan percepatan
pencairan dan penyederhanaan pemanfaatan dana desa.
c. Kebijakan ekonomi tambahan untuk meningkatkan daya saing
industri, mempercepat proyek-proyek strategis nasional, dan
mendorong investasi di sektor properti. Untuk mendorong daya
saing industri, Jokowi menyebutkan terdapat 89 peraturan dari 154
regulasi yang sifatnya menghambat daya saing industri akan
dirombak. kebijakan deregulasi ini diharapkan presiden dapat
menghilangkan tumpang tindih aturan dan duplikasi kebijakan.
Terkait percepatan proyek strategis nasional, Jokowi memastikan
pemerintah akan menghilangkan berbagai hal yang selama ini
menyumbat pelaksanaannya.
d. Pemerintah akan mendorong pembangunan rumah bagi masyarakat
berpendapatan rendah serta membuka peluang investasi yang lebih
besar di sektor properti.Ia ingin menekankan di sini bahwa paket
kebijakan ekonomi ini bertujuan untuk menggerakkan kembali
sektor riil kita yang akhirnya memberikan fondasi pelompatan
kemajuan perekonomian kita ke depannya.
2. Keberhasilan Dalam Pemerintahan Jokowi :
a. Keberhasilan menuntaskan pembangunan jalan tol "Palikanci" yang
telah berhasil menguraikan kemacetan lalu lintas di wilayah Jawa
selama ini, pembangunan jalan tol Kalimantan Timur-Kalimantan
Barat yang juga sedang berlangsung, pembangunan monorail di
Jakarta, pembangunan sejumlah lokasi tol laut, "pemangkasan"
waktu dwelling time, memerintahkan pencabutan izin perusahaan-
perusahaan pembakar lahan dan hutan dan lain-lain.
b. Gerakan Hemat Anggaran Gerakan Hemat Presiden Jokowi dipuji
media Vietnam. Bahkan, media tersebut menyebut, gagasan sang
presiden tersebut layak diadopi oleh 10 Negara Asean bahkan
dunia.Sebuah artikel yang dikutip blog politikerja dari
Vietnamnews, menyebutkan insiatif gerakan hemat dengan
menyediakan makanan jalanan seperti singkong, jagung dan kue ubi
kukus kue pada pertemuan, merupakan inisiatif pemimpin yang
baru terpilih Joko Widodo.
c. Menghapus Dana Bantuan Sosial Presiden Jokowi sudah
memberikan instruksi kepada Menteri Dalam Negeri untuk
menghapus dana bantuan sosial (bansos). Penghapusan anggaran
bansos, dimulai saat evaluasi Rencana Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (RAPBD) 2015.
d. Presiden Joko Widodo juga melakukan reshuffle kabinet terhadap
para menterinya yang 'lamban' bekerja dan diyakini reshuffle kabinet
tidak akan berhenti dilakukan Jokowi sebagai langkah punish and
reward serta evaluasi terus menerus.
3. Permasalahan Dalam Pemerintahan Jokowi :
Direktur Ekesekutif Indo Barometer M Qodari mengatakan :
a. Sebanyak 37,2 persen masyarakat menganggap bahwa masalah
ekonomi menjadi masalah paling penting selama setahun ini. Angka
tersebut jauh meninggalkan masalah sulitnya lapangan pekerjaan
yang menduduki peringkat kedua dengan 13,3 persen.
b. Harga kebutuhan pokok mahal dengan 12,3 persen. Masalah korupsi
hanya mendapatkan 12,3 persen suara dan duduk di peringkat empat
masalah penting di Indonesia
c. Masalah kemiskinan (3,7 persen) dan mahalnya harga bahan bakar
minyak (0,7 persen).
d. Perombakan kabinet dinilai tak memenuhi harapan publik. "Tingkat
kepuasan terendah yang dipilih publik ditujukan kepada Menko
Perekonomian Darmin Nasution dan Menteri Perdagangan Thomas
Lembong.
e. Dengan 4,3 persen, masyarakat menganggap bahwa Jokowi-JK
gagal karena meningkatkan harga bahan bakar minyak. Di peringkat
ketiga ada kegagalan pemerintah dalam menjaga nilai tukar rupiah.
f. 7,4 persen masyarakat menganggap bahwa melemahnya nilai tukar
rupiah sebagai kegagalan pemerintah.
g. Puncaknya, mayoritas masyarakat menganggap bahwa keadaan
ekonomi nasional saat ini masuk kategori buruk, meski tidak sangat
buruk. 60,1 persen masyarakat memilih bahwa ekonomi nasional
Indonesia buruk dan hanya 7,7 persen yang mengatakan ekonomi
nasional baik.
BAB 3. Penutup
Kesimpulan

Kesimpulan dari sejarah sistem perekonomian di Indonesia sejak zaman


sejarah hingga reformasi adalah Semakin Meningkatnya Mutu Perekonomian
Di Indonesia, terdapat inflasi naik turunnya perekonomian di Indonesia. Dilihat
dari latar belakang sejarah, Indonesia menganut sistem Ekonomi yang
berasaskan kekeluargaan . Dasar sistem ekonomi Indonesia dimuat dalam UUD
1945 pasal 33. Seiring perkembangan zaman, sistem ekonomi di Indonesia
condong ke Barat. Perekonomian di Indonesia cenderung berubah-ubah dari
setiap pemimpin yang memimpin Negara. Setiap Presiden yang menjadi pilihan
rakyat Indonesia memiliki kekurangan dan kelebihan dalam pengambilan
kebijakan yang berdampak pada kehidupan perekonomian yang ada di
Indonesia.Tapi menurut saya perekonomian dibawah kepemimpinan Presiden
SBY masih lebih baik ketimbang pada saat sekarang ini yang dipimpin oleh
Jokowi.Sebab pada masa pemerintahan SBY kondisi ekonomi Indonesia tidak
terlalu mengalami kesulitan tidak seperti sekarang contohnya pada saat kurs
dollar melambung hingga mencapai 15 ribu rupiah.Tidak bermaksud untuk
menyalahkan pemimpin yang sekarang sebab dibeberapa faktor kepemimpinan
Jokowi juga memberikan pengaruh yang baik kepada rakyat kecil contohnya
kepada para nelayan yang tidak perlu takut lagi akan hasil tangkapan yang
berkurang karena di ikan ikan banyak diambil oleh kapal-kapal asing karena
sekarang setiap kapal asing yang ketahuan masuk tanpa izin dan mencuri hasil
laut akan dibom dan bangkai kapalnya akan dibuang kedasar laut.Jadi intinya
setiap pemimpin berhak mengambil keputusannya sendiri sendiri sesuai dengan
kodisi dan keadaan negara pada saat itu, kita semua sebagai rakyat hanya
mematuhi setiap peraturan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Sumber: Agus Salim; Teori & Paradigma, 2006, Erek Göktürk; What is
paradigm?, Hand-out Approach in Islamic Studies, KBBI Offline, Nyoman Kutha
Ratna; Metodologi Penelitian, 2010, sumber 6.

Lono Lastoro Simatupang. 2006. Metode, Teori, Teknik Penelitian


Kebudayaan. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.
http://id.wikipedia.org/wiki/Bacharuddin_Jusuf_Habibie.

http://m.cnnindonesia.com/nasional/20151008213517-20-83828/survei-ekonomi-
jadi-masalah-utama-setahun-jokowi/

http://m.detik.com/news/kolom/3047232/1-tahun-jokowi-jk--keberhasilan-dan-
tantangannya.

http://m.kompasiana.com/devikumalasari/10-tahun-sby-jadi-presiden-ini-capaian-
keberhasilannya_54f76655a3331145398b46fb.

http://m.merdeka.com/uang/daftar-kegagalan-sby-di-bidang-ekonomi-selama-10-
tahun-berkuasa.html

http://m.cnnindonesia.com/ekonomi/20150909182130-92-77720/presiden-jokowi-
umumkan-paket-kebijakan-ekonomi-jilid-i/

Hendrojogi, 2004, Koperasi: Asas-asas, Teori dan Praktik. Jakarta: PT Raja


Grasindo Persada

Anda mungkin juga menyukai