Anda di halaman 1dari 41

.

SKENARIO PENDAMPINGAN SIDEKA

Purwoko, M.Si

Prakarsa Desa
Skenario Pendampingan SIDeKa

Penyusun : Purwoko, M.Si


Tata letak : Prasetyo
Desain cover : Robby Eebor dan Sholeh Budi

Badan Prakarsa Pemberdyaan Desa dan Kawasan (Prakarsa Desa):

Gedung Permata Kuningan Lt 17


Jl. Kuningan Mulia, Kav. 9C
Jakarta Selatan 12910

Jl. Tebet Utara III-H No. 17


Jakarta Selatan 10240
t/f. +6221 8378 9729
m. +62821 2188 5876
e. office@bp2dk.id
w. www.prakarsadesa.id
Cetakan Pertama, 2015

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)


Purwoko (penyusun) Skenario Pendampingan SIDeKa
Cet. 1—Jakarta:
4o hal., 14 x 20 cm
ISBN: 978-602-0873-12-1
© Hak Cipta dilindungi undang-undang
All Rights Reserved
seri pendidikan
PENGANTAR

Sistem Informasi Desa dan Kawasan (SIDEKA) adalah prakarsa


lama, yang pada beberapa seginya telah diakomodir oleh UU
Desa, khususnya pada pasal 86. Pengembangan SIDEKA tentu
bukan suatu proyek internet masuk desa, atau sekedar program
mengembangkan website desa, sehingga desa hadir di dunia
maya. Pengembangan SIDEKA merupakan bagian yang tidak
terpisah dari langkah strategis memperkuat posisi dan
mengubah kondisi desa.

Untuk karena itulah, pengembangan SIDEKA harus berjalan


sesuai dengan disain pokok pemberdayaan desa. Dengan sys-
tem informasi yang baik, maka diharapkan terbuka ruang
kesempatan yang lebih lebar bagi desa. Ruang kesempatan yang
dimaksud, tidak sekedar ruang demokrasi politik, melainkan juga
ruang bagi demokrasi ekonomi, ruang bagi pembangunan
karakter, dan seterusnya. Inti sari pokoknya adalah bahwa

v
skenario pendampingan SIDeKa

dengan suatu system informasi desa dan kawasan yang handal,


terintegrasi, diharapkan gerak langkah pembangunan menjadi
konsisten (dari atas ke bawah dan sebaliknya), dan sinergi
(secara horizontal).

Naskah sederhana ini merupakan tawaran dari Badan Prakarsa


Desa, yang diharapkan dapat menjadi wahana dialog, dalam
memperkembangkan SIDEKA. Sangat disadari bahwa
pengembangan SIDEKA tidak mungkin dijalankan secara sendiri-
sendiri. Tidak mungkin SIDEKA disusun terpisah. Bagi Badan
Prakarsa Desa, sangat jelas bahwa SIDEKA dalam maksud yang
sesungguhnya, hanya dapat dikembangkan melalui kerjasama
seri pendidikan

yang luas, baik masyarakat, pemerintah, dunia keilmuan maupun


badan-badan pembangunan, termasuk badan usaha. Hal yang
paling pokok adalah bagaimana membuat pengembangan
SIDEKA menjadi pintu bagi pengorganisasian yang lebih luas,
sehingga daya dukung pergerakan memperkuat desa menjadi
lebih bermakna.

Demikian.

Jakarta, April 2015.

vi
seri pendidikan
DAFTAR ISI

Pengantar ~~ v
A. Pendahuluan ~~ 1
B. Kebutuhan SIDEKA dalam Pendampingan Empat
Kewenangan Desa ~~ 4
C. Kebutuhan Pendamping SIDEKA Seperti Apa? ~~ 11
D. Pengertian yang Mempunyai Implikasi Pendampingan
Desa ~~ 12
E. Pemahaman Pendamping Desa ~~ 17
F. Pendampingan SIDEKA dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa ~~ 19
G. Pendampingan SIDEKA dalam Kerjasama Desa ~~ 22
H. Pendampingan SIDEKA dalam Pengembangan BUM
Desa ~~ 25
I. Pendampingan SIDEKA dalam Pembangunan yang
Berskala Lokal Desa ~~ 28
J. Kompetensi Dasar Pendamping Profesional Desa dalam
Bidang SIDEKA ~~ 30

vii
.
SKENARIO
PENDAMPINGAN SIDeKa

Sistem Informasi Desa dan Kawasan dalam


Implementasi UU Desa
(Pembekalan Bagi Pandu Desa)

A. Pendahuluan

Tulisan ini sebenarnya untuk memberi input bagi teman-teman


yang selalu bertanya-tanya khususnya bagi para Pendamping
Sistem Informasi Desa dan Kawasan Perdesaan (SIDEKA), benar
gak sih janji pemerintah bahwa ada komitemen UU Desa
perlunya pendanaan 10% dana dari APBN setelah dikurangi DUK.
Atau janji Presiden Jokowi dalam kampanyenya akan
memberikan pendanaan ke Desa/Nagari Sumbar/Gampong
Aceh/ Kampung Papua dan desa dalam sebutan lainnya dengan
rata-rata 1,4 milyard per tahun.

Itu artinya kalau Presiden terpilih akan memenuhi janji-janjinya


khususnya dalam visi dan misinya khususnya dalam Nawa Cita

1
skenario pendampingan SIDeKa

III, akan memberikan kepastian 72.499 desa dan mendapat


pendanaan 101,5 triliun untuk Desa seluruh desa di Indonesia.

MUATAN
U U N O . 6 T A H U N 2 0 1 4 T EN T A N G D E S A

M en im ba ng , M en gin ga t d a n M e n e ta pk a n

• XV BA B B A B XV KE TE N T U AN PE R A L IH A N
BA B I: K E TEN TUA N U M UM • 11 2 Pasal
B AB X IV: PE M B IN AA N D A N
ƒ Pe njelasan U U N o. 6 Tah un P E N G AW ASA N
20 14 ten tan g D esa,
B AB X III: K ET EN T U AN K H U SU S D ES A
A D AT

B A B X II: E M B A G A KEM ASYA R AK ATAN


D ESA DA N L EM B AG A A DAT D E SA
• P erm end a g ri No . 114 Pe d om a n
P em b a ng un a n D e sa
• Pe rm e nd a g ri N o. 113 Pe n ge lo la a n
K eua n g a n De sa BA B X I KER JA SAM A DESA
• P erm e nd a g ri N o. 111. P e do m an Te kn is
P era t u ra n d i D e s a
• P erm e nd e s, PD T & T r a ns, No . 3
P end a m p in g D e sa
• P erm e nd e s, PD T & T r a n N o. 2, Ta t a
T e r t ib & M e k a ni sm e P e ng . K e p. M us d e s d ll .

2 01 5- 02 -20 3

UU Desa Nomer 6 Tahun 2014 tentang Desa yang didukung PP


No. 43 Tahun 2014 tentang tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa dan PP No.
60 tentang, Dana Desa yang Bersumber dari APBN, telah
memberikan pondasi dasar terkait dengan Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa,
pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan
masyarakat Desa berdasarkan Pancasila, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika.

Kebijakan dalam melakukan implementasi pelaksanaan UU Desa


didukung dengan: 1) Permen Desa, PDT dan Transmigrasi No. 1
Tahun 2015 Tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak

2
skenario pendampingan SIDeKa

Asal Usul; 2 Permen Desa, PDT dan Transmigrasi No. 2 Tahun


2015 Tentang Tentang Pedoman Tata Tertib Dan Mekanisme
Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa Dan Kewenangan
Lokal Berskala Desa; 3) Permen Desa, PDT dan Transmigrasi No.
3 Tahun 2015 Tentang Pendampingan Desa; 4) Permendagri No.
111 tahun 2014 Tentang Pedoman Teknis Peraturan di Desa
Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia; 5) Permendagri
Nomor 112 tahun 2014 Tentang Menteri Dalam Negeri Republik
Indonesia; 6) Permendagri Nomor 113 tahun 2014 Tentang
Pengelolaan Keuangan Desa; 7) Permendagri Nomor 114 tahun
2014 Tentang Pedoman Pembangunan Desa.

Strategi ini juga dalam mengoptimalkan penyelenggaraan


Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa,
pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan
masyarakat Desa, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa. Pelaksanaan UU Desa perlu
dijabarkan lebih luas dalam Peraturan Pelaksanaan dalam
bentuk Peraturan Pemerintah, Permendagri, Perda, Perdes dan
kebijakan pendukung lainnya. Sementara ada beberapa
Peraturan Pelaksanaa dan kebijakan pendukung yang mengatur
tentang desa yang tidak selaras atau bertentangan perlu
dilakukan upaya review atau penyelarasan yang disesuaikan
atau mendukung penjabaran teknis pelaksanaan dari UU Desa.

Amanat dalam UU Desa menegaskan bahwa Sistem Informasi


Desa dan Kawasan Perdesaan (SIDEKA), perlu dikembangkan
dalam rangka desa mendapatkan akses data pembangunan

3
skenario pendampingan SIDeKa

desa dan kawasan perdesaan. Pasala 86 UU Desa menyatakan


bahwa: (1) Desa berhak mendapatkan akses melalui sistem
Desa yang dikembangkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/
Kota; (2) Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib
mengembangkan sistem Desa dan pembangunan Kawasan
Perdesaan; (3) Sistem Desa sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi fasilitas perangkat keras dan perangkat lunak,
jaringan, serta sumber daya manusia; (4) Sistem Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi data Desa, data
Pembangunan Desa, Kawasan Perdesaan, serta lain yang
berkaitan dengan Pembangunan Desa dan pembangunan
Kawasan Perdesaan; (5) Sistem Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dikelola oleh Pemerintah Desa dan dapat diakses
oleh masyarakat Desa dan semua pemangku kepentingan dan;
(6) Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menyediakan
perencanaan pembangunan Kabupaten/Kota untuk Desa.

Amanat UU tersebut dengan jelas bahwa desa ada


pengembangan perangkat SIDEKA yang menjadi alat
masyarakat dalam pengelolaan pembangunan desa dan
kawasan perdesaan secara transparan dan akuntabilitas.Sistem
informasi desa selama telah berkembang di beberapa titik desa
yang dilakukan oleh pemerintah, lembaga swadaya masyarakat,
relawan desa atau inisiatif desa sendiri ada beberapa model
yang dikembangkan.

Sehingga ada beberapa permasalahan yang terkait dengan


sistem informasi desa selama ini yang belum dapat diselesain
antara lain: a) Gevernance lemah terkait SIDEKA, terjadi

4
skenario pendampingan SIDeKa

frakmentasi, lemahnya manajemen dalam menudukung proses


pengambilan keputusan; b) Masing-masing program
mengembangkan sistem sendiri-sendiri yang alhirnya data
bersifat sektoral serta tidak dapat dijadikan rujukan untuk
pengambilan keputusan secara nasional/ masih lokal desa; c)
banyaknya format dan versi laporan semakin lama tidak secara
efektif dijadikan rujukan pengambilan kebijakan; d) Sistem dan
format yang dikembangkan tidak setandar sehingga susah
untuk dilakukan rekapitulasi data atau diintegrasikan; e) ada
kesimpang siuran sistem pelaporan data khususnya terkait
dengan pencatan dan pelaporan (beberapa daerah ada yang
menambah dan ada yang mengurangi pelaporan; f) ada
permasalahan denga agregasi pelaporan mulai dari desa,
kecamatan, kabupaten/kota, provinsi dan nasional; g)
pemanfaatan informasi data dan informasi belum
didesiminasikan dengan para pemangku kepentingan dan
belum dipakai secara semestinya; h) kemampuan dan kualitas
data informasi desa sangat kurang; i) kemampuan sumber data
untuk menyediakan data dan informasi pada umunya masih
lemah; j) landasan hokum SIDEKA juga belum jelas; k) belum
ada kerjasama dan koordinasi yang dilakuakn keputusan
bersama antar kementrian/ lembaga dan; l) di pemerintahan
desa belum secara khusu ada staf khusus yang mengurus
tentang SIDEKA.

Kegiatan pendampingan Sistem Informasi Desa (SIDEKA),


kegiatan pendamping perlu memastikan bahwa Desa berhak
mendapatkan akses informasi melalui sistem informasi Desa
yang dikembangkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

5
skenario pendampingan SIDeKa

didukung dengan sumber daya manusia. Dukungan sumber daya


manusia sekurang-kurangnya mempunyai kompetensi
sekurang-kurangnya meliputi: a) menganalisis Data/informasi
yang dikumpulkan; b) menginformasikan hasil pemantauan
kepada masyarakat; c) menginformasikan inovasi secara lisan
maupun dan atau tertulis melalui beberapa media.

Penyediaan tenaga pendamping SIDEKA dalam penyediaan


sumberdaya manusia dapat berupa tenaga tehnis satuan kerja
perangkat daerah kabupaten/ kota dapat dibantu oleh tenaga
pendamping profesional, kader pemberdayaan masyarakat
Desa, dan/atau pihak ketiga.

B. Kebutuhan SIDEKA dalam Pendampingan Empat


Kewenangan Desa

UU Desa Nomer 6 Tahun 2014 tentang Desa, yang didukung PP


No. 43 Tahun 2014 tentang tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa dan PP No.
60 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2014, perlu adanya
rumusan secara sistematis terhadap arah dan strategi dalam
pendampingan desa. UU Desa telah memberikan kerangka yang
jelas tetang stratus desa bahwa desa dan desa adat atau yang
disebut dengan nama lain, adalah kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur
dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/
atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem

6
skenario pendampingan SIDeKa

pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kebijakan ini secara teknis perlu adanya ditindaklanjut adanya


dukungan regulasi dalam bentuk Peraturan Pemerintah,
Permendagri, Perda, Perdes dan kebijakan pendukung lainnya.
Sementara ada beberapa Peraturan Pelaksanaa dan kebijakan
pendukung yang mengatur tentang desa yang tidak selaras atau
bertentangan perlu dilakukan upaya review/ penyelarasan UU
Desa.

UU Desa juga memberikan kepastian Dana Desa yang


Bersumber dari APBN, menjadi pondasi dasar kuat bagi desa
dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan
pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan
pemberdayaan masyarakat Desa berdasarkan Pancasila.
Pemerintahan desa mempunyai hak untuk menjalankan empat
kewenangan desa dalam pengelolaan pembangunan desa di
bidang (pemerintahan desa, kemasyarakatan, pembangunan
desa dan pemberdayaan masyarakat).

Kebutuhan SIDEKA dalam memperkat “Empat Kewenangan”,


tersebut dalam rangkan menjalankan dengan potensi dan
sumber-sumber pendapatan desa dalam sebagaimana
diamanatkan Pasal 72 dalam UU Desa Tahun 2014 bahwa
pendapatan asli Desa terdiri atas; a) hasil usaha, hasil aset,
swadaya dan partisipasi, gotong royong, dan lain-lain
pendapatan asli Desa; b) alokasi Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara; c) bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi
daerah Kabupaten/Kota; d) alokasi dana Desa yang merupakan

7
skenario pendampingan SIDeKa

bagian dari dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota;


e) bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Provinsi dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten/Kota; f) hibah dan sumbangan yang tidak mengikat
dari pihak ketiga; dan; g) lain-lain pendapatan Desa yang sah.

Alokasi anggaran tersebut bertjunan dalam mengefektifkan


program yang berbasis Desa secara merata dan berkeadilan.
Desa telah diberi kewenangan sepenuhnya dalam menjalankan
program-program pembangunan tetapi desa juga harus
mendapatkan pendampingan dari negara. Sehingga ada slogan,
“PASTIKAN HAK-HAK PENDANAAN UNTUK DESA DAN NEGARA
MEMBERIKAN PENDAMPINGAN YANG BERKUALITAS UNTUK
MENUJU DESA KUAT DAN MANDIRI”. Atau Slogan, “KALAU
ADA MASYARAKAT DESA YANG BERMASALAH DENGAN
PEMBANGUNAN DESA & PEMBANGUNAN KAWASAN
PERDESAAN MAKA YANG PERLU DIPERTANYAKAN/
BERTANGGUNGJAWAB ADALAH BAGAIMANA DENGAN
PENGADAAN PENDAMPINGAN DESA ATAU BAGAIMANA
DENGAN PENDAMOING SIDEKA kalau itu terkait dengan
dengan para pendamoingan sistem informasi desa”. Slogan
tersebut menempatkan desa secara berdaulat untuk
menentukan nasibnya sendiri dan butuh pendampingan yang
berkualitas, yang mepunyai jiwa kader, yang mempunyai jiwa
relawan, yang mempunyai kompetensi profesional yang akan
dipertanggungjawabakan langsung kepada masyarakat.

Adigium ini juga menegaskan bahwa desa tidak lagi


ditempatkan pada posisi seperti dalam PP 72 Tahun 2005

8
skenario pendampingan SIDeKa

tentang Tentang Desa yang menempatkan desa hanya sebagai


pelengkap administrasi kabupaten/ pemerintahan tetapi desa
berdaulat dan atonom dalam konstruksi menggabungkan
fungsi self-governing community dengan local self government,
diharapkan kesatuan masyarakat hukum adat yang selama ini
merupakan bagian dari wilayah Desa, ditata sedemikian rupa
menjadi Desa dan Desa Adat.

Hal tersebut sejalan dengan adanya asas pengaturan dalam UU


Desa yang dibangun dengan asas: a) rekognisi, pengakuan
terhadap hak asal usul; b) subsidiaritas, yang penetapan
kewenangan berskala lokal dan pengambilan keputusan secara
lokal untuk kepentingan masyarakat Desa; c) keberagaman,
pengakuan dan penghormatan terhadap sistem nilai yang
berlaku di masyarakat Desa, tetapi dengan tetap mengindahkan
sistem nilai bersama dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara; d) kebersamaan, semangat untuk berperan aktif dan
bekerja sama dengan prinsip saling menghargai antara
kelembagaan di tingkat Desa dan unsur masyarakat Desa dalam
membangun Desa; e) kegotongroyongan, kebiasaan saling
tolong-menolong untuk membangun Desa; f) kekeluargaan,
kebiasaan warga masyarakat Desa sebagai bagian dari satu
kesatuan keluarga besar masyarakat Desa; g) musyawarah,
proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan
masyarakat Desa melalui diskusi dengan berbagai pihak yang
berkepentingan; h) demokrasi, sistem pengorganisasian
masyarakat Desa dalam suatu sistem pemerintahan yang
dilakukan oleh masyarakat Desa atau dengan persetujuan
masyarakat Desa serta keluhuran harkat dan martabat manusia

9
skenario pendampingan SIDeKa

sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa diakui, ditata, dan


dijamin; i) kemandirian, suatu proses yang dilakukan oleh
Pemerintah Desa dan masyarakat Desa untuk melakukan suatu
kegiatan dalam rangka memenuhi kebutuhannya dengan
kemampuan sendiri; j) partisipasi, yaitu turut berperan aktif
dalam suatu kegiatan; k) kesetaraan, kesamaan dalam
kedudukan dan peran; l) pemberdayaan, upaya meningkatkan
taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat Desa melalui
penetapan kebijakan, program, dan kegiatan yang sesuai
dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat
Desa; dan m) keberlanjutan, suatu proses yang dilakukan secara
terkoordinasi, terintegrasi, dan berkesinambungan dalam
merencanakan dan melaksanakan program pembangunan
Desa.

UU Desa juga memberikan secara leluasa desa untuk


merumuskan potensi dan masalahnya sendiri, apakah desa
butuh pasar desa, butuh BUMDes, butuh Teknologi Tepat Guna,
butuh jembatan, butuh jalan, butuh tata ruang desa dan lain-
lain. Rumusan ini juga memastikan bahwa urusan potensi dan
masalah dalam desa masyarakat sendirilah yang menentukan
dan posisi fasilitator/ pendamping hanya sebagai bagian alat
bantu desa untuk menentukan nasibnya sendiri.Rumusan
kebutuhan tersebut dirumusakan dalam empat kewenangan
desa. Tugas Pendamping Desa yang berbasis SIDEKA
memastikan bahwa SIDEKA merupakan instrumen penting
untuk membantu transparansi dan akuntabilitas.

10
skenario pendampingan SIDeKa

C. Kebutuhan Pendamping SIDEKA Seperti Apa?

Teman-teman selalu mendiskusikan skenario pendampinga


desa seperti apa? Strategi bagaimana? Implementasi seperti
apa? Dan legalitas dalam pendampingan desa seperti apa? Atau
tindaklanjut legalitas pendaping seperti yang dimanatkan dalam
PP 43 Pasal 131, perlunya tindaklanjut kebijakan “Pedoman”yang
mengatur lebih lanjut untuk memastikan pelaksanaan UU Desa
dan salah satunya perlunya “Perlunya Pedoman Pendampingan
dan Pemberdayaan Masyarakat”, dan sebagainya dan
sebagainya.

Teman-teman, Pendampingan Desa sebenarnya tidak dapat


diperdebatkan secara teoritis saja karena pendampingan desa
membutuhkan prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat.
Sehinga pengalaman secara mendadalam belajar dengan
masyarakat itu sendirilah yang dapat menjelaskan seperti apa
model pendampingan itu.

Akan tetapi rumusan pengalaman itu dapat kontruksikan atau


diartikulasikan dengan kata-kata agar apa yang selama ini hasil-
hasil praktek pengalaman baik dan pengalaman jeleka dapat di
share di antar pendamping atau para calon pendamping desa .
Walaupun kita menyadarai bahwa rumusan kata-kata ini pun
tidak dapat mewakili terkait dengan model pendampingan desa
atau praktek langsung dalam pendampong desa dalam
perspektif UU Desa.

11
skenario pendampingan SIDeKa

D. Pengertian yang Mempunyai Implikasi


Pendampingan Desa

Ada beberapa semangat dan makna secara mendalam terkait


dengan pendampingan yang ini akan membawa konsekuensi
praktek pendampingan di tingkat desa misalkan:

a. Pengertian Desa adalah desa dan desa adat atau yang


disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa,
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau
hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

b. Pengertian pembangunan Desa adalah upaya


peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-
besarnya kesejahteraan masyarakat Desa. Pembangunan
merupakan wujud pelaksanaan kewenangan Desa yang
meliputi bidang: Penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
Pelaksanaan Pembangunan Desa, Pemberdayaan
Masyarakat Desa, dan Pembinaan Kemasyarakatan Desa.

c. Pengertian kewenangan Desa adalah kewenangan yang


dimiliki Desa meliputi kewenangan di bidang
penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan
Pembangunan Desa, Pembinaan Kemasyarakatan Desa,
dan Pemberdayaan Masyarakat Desa berdasarkan

12
skenario pendampingan SIDeKa

prakarsa masyarakat, hak asal usul ,dan adat istiadat Desa.

d. Pengertian musyawarah Desa atau yang disebut dengan


nama lain adalah musyawarah antara Badan
Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur
masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan
Permusyawaratan Desa untuk membahas dan
menyepakati hal yang bersifat strategis.

e. Pengertian Musyawarah Perencanaan Pembangunan


Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah
musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa,
Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang
diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa
untuk menetapkan prioritas, program, kegiatan, dan
kebutuhan Pembangunan Desa yang didanai oleh
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, swadaya
masyarakat Desa, dan/atau Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Kabupaten/Kota.

f. Pengertian Peraturan Desa adalah peraturan perundang-


undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa setelah
dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan
Desa.

g. Pengertian Perencanaan pembangunan desa adalah


proses tahapan kegiatan yang melibatkan aparat
pemerintah desa, Badan Permusyawaratan Desa, dan
unsur masyarakat secara partisipatif guna pemanfaatan

13
skenario pendampingan SIDeKa

dan pengalokasian sumber daya desa dalam rangka


mencapai tujuan pembangunan desa.

h. Pengertian Pembangunan Partisipatif adalah suatu


sistem pengelolaan pembangunan di desa dan kawasan
perdesaan yang mengedepankan kebersamaan,
kekeluargaan, dan kegotongroyongan guna mewujudkan
pengarusutamaan perdamaian dan keadilan sosial.

i. Pengertian Rencana Pembangunan Jangka Menengah


Desa, selanjutnya disingkat RPJM Desa, adalah Rencana
Kegiatan Pembangunan Desa untuk jangka waktu 6
(enam) tahun.

j. Pengertian Rencana Kerja Pemerintah Desa, selanjutnya


disingkat RKP Desa, adalah penjabaran dari RPJM Desa
untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.

k. Pengertian Keuangan Desa adalah semua hak dan


kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta
segala sesuatu berupa uang dan barang yang
berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
Desa.

l. Pengertian Aset Desa adalah barang milik Desa yang


berasal dari kekayaan asli Desa, dibeli atau diperoleh atas
beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau
perolehan hak lainnya yang syah.

14
skenario pendampingan SIDeKa

m. Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa,


selanjutnya disebut APB Desa, adalah rencana keuangan
tahunan Pemerintahan Desa.

n. Pengertian Dana Desa adalah dana yang bersumber dari


anggaran pendapatan dan belanja negara yang
diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui
anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/
kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.

o. Pengertian Alokasi Dana Desa, selanjutnya disingkat ADD,


adalah dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
kabupaten/kota setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.

p. Pengertian Lembaga Kemasyarakatan desa atau disebut


dengan nama lain adalah lembaga yang dibentuk oleh
masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan
mitra pemerintah desa dalam memberdayakan
masyarakat,

q. Pengertian Lembaga adat Desa adalah merupakan


lembaga yang menyelenggarakan fungsi adat istiadat dan
menjadi bagian dari susunan asli Desa yang tumbuh dan
berkembang atas prakarsa masyarakat Desa.

r. Pengertian Badan Usaha Milik Desa, selanjutnya disebut

15
skenario pendampingan SIDeKa

BUM Desa, adalah badan usaha yang seluruh atau


sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui
penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan
Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa
pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya
kesejahteraan masyarakat Desa.

s. Pengertian Pembangunan Desa adalah upaya


peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-
besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.

t. Pengertian Kawasan Perdesaan adalah kawasan yang


mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk
pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi
kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan,
pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan
kegiatan ekonomi.

Kita memahami semua bahwa pendampingan desa dilakukan


dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat desa yaitu
melakukan upaya mengembangkan kemandirian dan
kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan,
sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta
memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan, pro-
gram, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi
masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat Desa.

Permasalahan inilah yang diperlukan dalam Pendampingan


masyarakat Desa dalam upaya upaya pemberdayaan

16
skenario pendampingan SIDeKa

masyarakat Desa secara teknis dilaksanakan oleh satuan kerja


perangkat daerah kabupaten/kota dan dapat dibantu oleh
tenaga pendamping profesional, dan kader pemberdayaan
masyarakat Desa.

E. Pemahaman Pendamping Desa

Pemahaman pendampingan masyarakat Desa secara teknis


dalam PP 43 Tahun 2014, dilaksanakan oleh satuan kerja
perangkat daerah kabupaten/kota dan dapat dibantu oleh
tenaga pendamping profesional, kader pemberdayaan
masyarakat Desa, dan/atau pihak ketiga.

Tenaga pendamping profesional terdiri atas: a) pendamping


Desa yang bertugas mendampingi Desa dalam penyelenggaraan
pemerintahan Desa, kerja sama Desa, pengembangan BUM
Desa, dan pembangunan yang berskala lokal Desa; b)
pendamping teknis yang bertugas mendampingi Desa dalam
pelaksanaan program dan kegiatan sektoral; dan c) tenaga ahli
pemberdayaan masyarakat yang bertugas meningkatkan
kapasitas tenaga pendamping dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa,
pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan
masyarakat Desa.

Pendamping juga dapat melekat dalam diri seorang Kader desa


sebagai bagian dari bagian dalan pemberdayaan masyarakat
desa antara lain: a) kader pemberdayaan masyarakat desa; b)
kader teknis desa; c) kader posyandu; d) kader pengembangan

17
skenario pendampingan SIDeKa

ekonomi desa; e) kader perempuan dan lain sebagainya.

Pendamping desa juga dapat dilakukan oleh antara lain: a)


sukarelawan; b) lembaga swadaya masyarakat; c) perguruan
tinggi dan/atau akademisi; dan d) kelompok profesi.
UU desa memberi ruang bahwa perlunya Tenaga pendamping
profesional, harus memiliki sertifikasi kompetensi dan kualifikasi
pendampingan di bidang: a) ekonomi; b) sosial; c) budaya dan;
d) teknik.

Sementara itu kompotensi dan kualif ikasi pendampingan


khususnya bidang ekonomi sekurang-kurangnya meliputi: a)
Mengidentif ikasi pemangku kepentingan; b) Membangun
jejaring dan kemitraan dan; c) Mengembangkan kemitraan.
Kompotensi dan kualifikasi pendampingan desa dalam bidang
sosial sekurang-kurangnya meliputi: a) Melakukan pendekatan
sosial; b) Membangunhubungan sosial dengan pemangku
kepentingan; c) Mengembangkan relasi sosial; d) Melakukan
penilaian terhadap realitas sosial di masyarakat dan
lingkungannya secara cepat dan; e) Melakukan analisis sosial
secara partisipatif tentang keadaan sekarang dan
kecenderungan di masa depan.

Kompotensi dan kualifikasi pendampingan Desa bidang budaya


sekurang-kurangnya meliputi: a) Mengembangkan Kapasitas
Kelembagaan Masyarakat dan Pemerintahan Lokal; b)
Merencanakan kegiatan pengembangan kapasitas
kelembagaan; c) Mengimplementasikan kegiatan
pengembangan kapasitas kelembagaan.

18
skenario pendampingan SIDeKa

Kompotensi dan kualifikasi pendampingan Desa, bidang teknik


sekurang-kurangnya meliputi: a) Mengidentifikasi potensi sum-
berdaya yang ada di masyarakat; b) Mampu membuat design
dan rencana anggaran biaya kegiatan teknik; c) Mampu menilai
kualitas infrastruktur.

Kegiatan pendampingan masyarakat desa dalam kerja-kerjanya


akan melakukan pendampingan meliputi: a) pendampingan
penyelenggaraan pemerintahan Desa; b) pendampingan
kerjasama Desa; c) pendampingan pengembangan BUMDes;
dan d) pendampingan pembangunan yang bersekala lokal Desa.

F. Pendampingan SIDEKA dalam Penyelenggaraan


Pemerintahan Desa

Pendampingan penyelenggaraan pemerintahan desa juga tidak


terlepas atau menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan
pembangunan desa. Kegiatan Pendamping perlu memahami
beberapa kebutuhan trekait dengan penyenggaraan
pemerintahan Desa.

19
skenario pendampingan SIDeKa

STRATEGI PENGELOLAAN KEWENANGAN DESA

Kewenangan Kewenangan
Pembinaan Pemberdayaan
Kemasyarakatan Masyarakat
Pembangunan

Desa, Desa
Berskekala
lokal Desa

Model Model
Pendanaan Perencanaan Pembangunan Desa Pendanaan
Delegasi (RPJM Desa dan RKP Desa) Integrasi

Pemb.
Kawasan
Perdesaan
Rencana Pagu Rencana pemerintah Rencana Pemerintah Rencana
Indikatif Desa daerah kabupaten/kota daerah provinsi Pemerintah
,
11/25/2014 12

Kegiatan pendampingan penyelenggaraan pemerintahan desa


sekurang kurangnya data yang diperlukan dalam kegiatan
tersebut meliputi: a) pemerintah desa; dan; b) badan
permusyawaratan desa dan/atau kelembagaan desa.

Kegiatan pendampingan pemerintah desa meliputi: a)


penyelenggaraan Pemerintahan Desa; b) pelaksanaan
pembangunan Desa; b) pembinaan kemasyarakatan Desa; dan
c) pemberdayaan masyarakat Desa.

Pendampingan pembangunan desa, sekurang kurangnya


meliputi tahapan kegiatan: a) Persiapan kegiatan pembangunan
desa; b) Pelaksanaan kegiatan pembangunan desa dan; c)
Pemantauan dan pengawasan.

Pendampingan tahapan persiapan kegiatan pembangunan desa


sekurang-kurangnya meliputi: a) penetapan pelaksana kegiatan

20
skenario pendampingan SIDeKa

Desa; b) penyusunan rencana kerja kegiatan Desa; c) sosialisasi


kegiatan; d) penyiapan pelaksana kegiatan; e) penyiapan
dokumen administrasi; dan f) pengadaan tenaga kerja dan
bahan/material.

Pendampingan tahapan pelaksanaan kegiatan pembangunan


desa, sekurang-kurangnya dapat meliputi: a) rapat kerja dengan
pelaksana kegiatan pembangunan Desa; b) sertif ikasi
pelaksanaan kegiatan infrastruktur Desa; c) perubahan
pelaksanaan kegiatan pembangunan Desa; d) pengelolaan
pengaduan dan penyelasaian masalah; e) musyawarah Desa
dalam rangka pertanggungjawaban hasil pelaksanaan kegiatan
pembangunan Desa; f) penyusunan laporan hasil pelaksanaan
kegiatan pembangunan Desa; dan g) pelestarian dan
pemanfaatan hasil kegiatan pembangunan Desa.

Pendampingan tahapan pemantauan dan pengawasan


sebagaimana dimaksud dalam sekurang-kurangnya meliputi: a)
cara masyarakat Desa mendapatkan informasi mengenai
rencana dan pelaksanaan pembangunan Desa; b) cara
masyarakat Desa dapat melakukan pemantauan terhadap
pelaksanaan pembangunan Desa; c) cara masyarakat Desa
mampu melaporkan hasil pemantauan dan berbagai keluhan
terhadap pelaksanaan pembangunan Desa kepada pemerintah
Desa dan badan permusyawaratan Desa; dan d) cara
masyarakat Desa dapat berpartisipasi dalam musyawarah Desa
untuk menanggapi laporan pelaksanaan pembangunan Desa.

Kepastian masyarakat dalam mempermudah mendapatkan

21
skenario pendampingan SIDeKa

akses informasi pendamping dan pemerintah Desa wajib


menginformasikan perencanaan dan pelaksanaan rencana
pembangunan jangka menengah Desa, rencana kerja
pemerintah Desa, dan anggaran pendapatan dan belanja Desa
kepada masyarakat Desa melalui layanan informasi kepada
umum dan melaporkannya dalam musyawarah Desa paling
sedikit 1 (satu) tahun sekali.

G. Pendampingan SIDEKA dalam Kerjasama Desa

Perlu dipastikan bahwa kegiatan pendampingan kerjasama desa


dan pendampingan kerjasam desa dengan pihak ke tiga
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan
pembangunan desa. Kita menyadari bersama bahwa kebutuhan
SIDEKA dalam pembangunan di tingkat desa dalam istilah UU
Desa ada “Pembangunan Desa dan Pembangunan Kawasan
Perdesaan”. Kegiatan pendampingan kerjasama desa sekurang
kurangnya meliputi: a) kerja sama antar Desa; dan b) kerja sama
Desa dengan pihak ketiga. Pendampingan kerjasama antar Desa
sebagai bagian upaya dalam melakukan kerjasama dalam: a)
peningkatan perekonomian masyarakat desa; b) peningkatan
pelayanan pendidikan; c) kesehatan dan; d) sosial budaya;

Tahapan kegiatan pendampingan kerjasama antar desa,


sekurang kurangnya meliputi tahapan kegiatan: a)
Pembentukan Badan Kerjasama Antar Desa; b) Pelaksanaan
kegiatan kerjasama antar desa; dan c) Pengembangan
kelembagaan Badan Kerjasama Antar Desa berserta kebutuhan
Unit/ Tim Kerja pendukung BKAD.

22
skenario pendampingan SIDeKa

Kegiatan pendampingan tahapan pembentukan badan


kerjasama antar desa sekurang-kurangnya meliputi: a) sosialisasi
di tingkat kecamatan tentang kerjasama desa; b) sosialisasi di
tingkat desa tentang kerjasama desa; c) menyepakati
pembentukan badan kerjasama desa; d) penyusunan perdes;
e) deklarasi pembentukan badan kerjasama antar desa; dan
memnyekapati Surat Keputusan Bersama dalam Musyawarah
Antar Desa (MAD).

SKENARIO: PERATURAN BERSAMA KEPALA DESA


UU DESA NO. 6 TAHUN 2014 DAN PP 43
KERJASA SAMA DESA DALAM BENTUK BKAD
PENGATURAN
PERMEN KERJA SAMA DESA HUKUM &
TURUNANNYA
PERDA KERJA SAMA DESA

PERDES KERJA SAMA DESA

MAD: PERATURAN BERSAMA KEPALA DESA MEMTUSKAN KEBIJAKAN STRATEGIS/


DALAM PENDIRIAN BKAD MENBUAT MANDAT

PELAKSANA HARIAN MENJALANKAN MANDAT DIATUR


BADAN KERJA SAMA ANTAR DESA (BKAD) DENGAN AD/ART

UPK DAN UNIT LAINNYA SERTA TIM PENDUKUNG


BKAD (Tim Pengelolaan SDA, Sideka dll) MENJALANKAN MANDAT DIATUR SOP

KELOMPOK/ JARINGAN USAHA DIATUR KOPERASI/UD/CV DLL


10/13/2014 17

Kegiatan pendampingan pada tahapan pelaksanaan kegiatan


kerjasama antar desa sekurang-kurangnya meliputi: a) rapat
kerja dengan pelaksana kegiatan Badan Kerjasama Antar Desa;
b) menyusun rencana strategi Badan Kerjasama Antar Desa; dan
c) penyusunan laporan hasil pelaksanaan kegiatan Badan
Kerjasama Antar Desa.

Kegiatan pendampingan tahapan pengembangan kelembagaan


Badan Kerjasama Antar Desa sekurang-kurangnya meliputi: a)

23
skenario pendampingan SIDeKa

Mengesahkan kelembagaan Badan Kerjasama Antar Desa


secara hukum;; b) Mengembangkan jaringan kemitraan Badan
Kerjasama Antar Desa; dan c) Meningkatkan inovasi Badan
Kerjasama Antar Desa dalam pengembangan potensi lokal.

Kegiatan pendampingan kerjasama antar Desa sekurang-


kurangya meliputi: a) peningkatan perekonomian masyarakat
desa; b) peningkatan pelayanan pendidikan; c) kesehatan; d)
sosial budaya; e) ketentraman dan ketertiban; f) pemanfaatan
sumber daya alam dan teknologi tepat guna dengan
memperhatikan kelestarian lingkungan; g) tenaga kerja; h)
pekerjaan umum; i) batas desa; dan j) lain-lain kerjasama yang
menjadi kewenangan desa.

Pendampingan kerjasama desa dengan pihak ketiga, sekurang


kurangnya meliputi tahapan kegiatan: a) identifikasi potensi
unggulan desa; b) mengembangkan jaringan dengan pihak
ketiga; c) Pelaksanaan kegiatan kerjasama desa dengan pihak
ketiga.

Kegiatan pendampingan tahapan identifikasi potensi unggulan


desa sekurang-kurangnya meliputi: a) Inventarisasi potensi
unggulan; b) Penilaian potensi unggulan; dan c) Pemilihan
potensi unggulan yang dapat dikerjasamakan dengan pihak
ketiga.

Kegiatan pendampingan tahapan pengembangan jaringan


dengan pihak ketiga, dilakukan dengan menghubungkan
potensi unggulan desa dengan pihak ketiga. Kegiatan

24
skenario pendampingan SIDeKa

pendampingan pelaksanaan kegiatan kerjasama desa dengan


pihak ketiga juga perlu memastikan bahwa perlu adanya
membuat kesepakatan kerjasama desa dengan pihak ketiga
apabila desa dan pihak ketiag telah secara suka rela dan tanpa
paksanaan dalam melakukan hubungan kerjasama. Perlu
dipastikan juga bahwa kerja sama dengan pihak ketiga tidak
akan merugikan masyarakat desa.

H. Pendampingan SIDEKA dalam Pengembangan BUM


Desa

Kegiatan pendampingan SIDEKA dalam pengembangan BUM


Desa menjadi tidak terpisahkan dalam upaya memperkuat desa
kuat dan mandiri yang dilakukan dengan Pembangunan Desa
dan Pembangunan Kawasan Perdesaan. Kegiatan
pendampingan pengembangan BUM Desa sekurang -
kurangnya meliputi: a) Pendampingan tata cara pendirian BUM
Desa; b) Pendampingan organisasi pengelola BUM Desa; c)
Pendampingan untuk mengembangkan kegiatan usaha BUM
Desa; dan d) Pendampingan untuk pengembangan jaringan
kerjasama dengan pihak ketiga.

Kegiatan pendampingan pengembangan BUM Desa meliputi:


a) Memastikan pemerintah Kabupaten/Kota menetapkan
Peraturan Daerah tentang Pedoman Tata Cara Pembentukan
dan Pengelolaan BUMDes; b) Memastikan Perdayang memuat
bentuk: (i) organisasi; (ii) kepengurusan; (iii) hak dan kewajiban;
(iv) permodalan; (v) bagi hasil usaha; (vi) keuntungan dan
kepailitan; (vii) kerjasama dengan pihak ketiga; (viii) mekanisme

25
skenario pendampingan SIDeKa

pertanggung jawaban; (ix) pembinaan dan pengawasan


masyarakat; c) Pemerintah Desa membentuk BUMDes dengan
Peraturan Desa berpedoman pada Peraturan Daerah.

PEMDES

FASILITASI : PEMERINTAH
FASILITASI :
PENDAMPING
MASY PROV, KABUPATEN, KEC
PROFESIONAL, CO, DESA DESA ATAU TIM TEKNIS
CBOS, KEL.PROFESI

MENENTUKAN CORE MODEL

BADAN USAHA MILIK DESA

Kegiatan pendampingan perlu juga perlu memastikan Syarat


pembentukan sekurang-kurangnya meliputi: a) atas inisiatif
pemerintah desa dan atau masyarakat berdasarkan
musyawarah warga desa; b) adanya potensi usaha ekonomi
masyarakat; c) sesuai dengan kebutuhan masyarakat, terutama
dalam pemenuhan kebutuhan pokok; d) tersedianya sumber
daya desa yang belum dimanfaatkan secara optimal, terutama
kekayaan desa; e) tersedianya sumber daya manusia yang
mampu mengelola badan usaha sebagai aset penggerak
perekonomian masyarakat desa; f) adanya unit-unit usaha
masyarakat yang merupakan kegiatan ekonomi warga
masyarakat yang dikelola secara parsial dan kurang

26
skenario pendampingan SIDeKa

terakomodasi; dan g) untuk meningkatkan pendapatan


masyarakat dan pendapatan asli desa.

Kegiatan pendampingan dalan memastikan mekanisme


pembentukan sekurang-kurangnya dilakukan melalui tahapan:
a) rembug desa/musyawarah untuk menghasilkan kesepakatan;
b) kesepakatan dituangkan dalam AD/ART yang sekurang-
kurangnya berisi: organisasi dan tata kerja, penetapan personil,
sistem pertanggung jawaban dan pelaporan, bagi hasil dan
kepailitan; c) pengusulan materi kesepakatan sebagai draft
peraturan desa; dan d) penerbitan peraturan desa.

Kegiatan pendampingan organisasi pengelola BUM Desa


meliputi: a) Penasihat atau komisaris yang dijabat oleh Kepala
Desa dan; b) Direktur atau manajer dan kepala unit usaha.
Pengelolaan BUMDes berdasarkan pada anggaran dasar yang
memuat paling sedikit: (i) rincian nama; (ii) tempat kedudukan;
(iii) maksud dan tujuan; (iv) kepemilikan modal; (v) kegiatan
usaha; (vi) dan kepengurusan.

Kegiatan dalam merumuskan anggaran rumah tangga yang


paling sedikit: (i) hak dan kewajiban pengurus; (ii) masa bakti
kepengurusan; (iii) tata cara pengangkatan dan pemberhentian
pengurus; (iv) penetapan operasional jenis usaha; dan (v)
sumber permodalan.

27
skenario pendampingan SIDeKa

PERANAN BUMDes
• Sebagai • Sebagai
INSTRUMEN INSTRUMEN
KEMANDIRIAN/ KESEJAHTERAAN
PENGUATAN OTONOMI MASYARAKAT
DESA

MENDORONG PRAKARSA
MENDORONG KESEMPATAN
MASYARAKAT DESA UTK
BERUSAHA DI DESA DAN
MENGEMBANGKAN POTENSI
PENINGKATAN PENDAPATAN
DESANYA SESUAI DENGAN
UNTUK KESEJAHTERAAN
POTENSI, KEMAMPUAN DAN
MASYARAKAT DESA
KEWENANGAN DESA

Kegiatan pendampingan untuk mengembangkan kegiatan


usaha BUM Desa perlu disesuaikan dengan jenis usaha yang
sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa. Pendampingan
untuk pengembangan jaringan kerjasama dengan pihak
ketigameliputi: a) Ruang lingkup kerjasama; c) Bidang
Kerjasama; d) Tata cara dan ketentuan pelaksanaan kerjasama;
e) Jangka waktu; f) Hak dan kewajiban; g) Pembiayaan; h)
Penyelesaian perselisihan; i) Lain-lain ketentuan yang
diperlukan.

I. Pendampingan SIDEKA dalam Pembangunan yang


Berskala Lokal Desa

Kegiatan pendampingan SIDEKA dalam Pembangunan Yang


Berskala Lokal Desa dapat dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah provinsi, dan. pemerintah daerah kabupaten/
kota menyelenggarakan program sektoral dan program daerah

28
skenario pendampingan SIDeKa

yang masuk ke Desa. Kegiatan pendampingan Pembangunan


Yang Berskala Lokal Desa dikoordinasikan dan/atau
didelegasikan pelaksanaannya kepada Desa. Koordinasi dan/
atau didelegasikan pelaksanaanya kepada desa ada beberapa
mekanismenya: a) pada tingkat desa melaksanakan,
mengendalikan, memanfaatkan, memelihara dan
mengembangkan pembangunan yang beskala lokal desa secara
partisipatif; b) pada tingkat kecamatan meningkatkan
kemampuan kelembagaan masyarakat dan aparat pemerintah
desa serta kecamatan dalam memfasilitasi pembangunan yang
beskala lokal desa yang berbasis pada pemberdayaan
masyarakat; c) pada tingkat kabupaten menggalang dukungan
dan mendorong pendayagunaan potensi berbagai pihak untuk
meningkatan pembangunan beskala lokal desa secara
partisipatif; d) pada tingkat provinsi mengkoordinasikan
kegiatan pembanguna berskala lokal desa dengan berbagai
stake holder; c) pada tingkat pemerintah membuat kebijakan
yang mendorong percepatan kemandirian pembangunan
berskala lokal desa secara partisipatif.

Pendamping juga perlu memaksimalkan peran Camat atau


sebutan lain melakukan koordinasi pendampingan masyarakat
Desa di wilayahnya. Koordinasi pendampingan meliputi: a)
mengkoordinasikan pelaksaaan kegiatan pendampingan; b)
menyelenggarakan Musyawarah tingkat kecammatan secara
rutin; c) pengendalian dan pengawasan pelaksanaan kegiatan
pendampingan; d) membantu menyelesaian masalah yang
terjadi terkait dengan pelaksanaan kegiatan di wilayah
tugasnya.

29
skenario pendampingan SIDeKa

Managemen Nasional/ Pembinaan & Pengawasan


Provinsi Pemerintahan Nasional/ Provinsi

Kord./ Tim Pendamping Desa Pembinaan & Pengawasan


di Kabupaten Pemerintahan Kabupaten

Kord./ Tim Pendamping Desa Pembinaan & Pengawasan


di Kecamatan/Antar Desa Tingkat Kecamatan

Pemerintahan Desa Tim Badan Usaha Milik


Desa/ BUMDes
Pendamping
Desa
BPD/ Pemantauan & Teknologi Tepat Guna/
Pengawasan Masy. Pengembangan PEP

Kelembagaan Desa/
KEPALA DESA
Sistem Informasi Desa
LPMD/kelembagaan dan Lain-Lain
sosial masy.

PRINSIP-PRINSIP PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (CD) & PENGORGANISASIAN


1/20/2015 MASYARAKAT (CD, CDD, CVD, CO & CBOs) 32

J. Kompetensi Dasar Pendamping Profesional Desa


dalam Bidang SIDEKA

1) Pendamping SIDEKA yang mempunyai keahlian teknis


yang terkait dengan kebutuhan Sistem Informasi Desa
(SIDEKA)

2) Pendamping Desa harus menempatkan negara desa hadir


yang menempatkan pendamping desa sebagai sutradara,
“tut wuri hadayani” mendorong masyarakat berdaya atau

30
skenario pendampingan SIDeKa

“ing madya mangun karsa” atau bersama di tengah-tengah


masyarakat, dan mengurangi peran “ing angso asung
tuladha” atau menjadi sebagai aktor di forum-forum desa
tetapi lebih memastikan seluruh pemerintah desa dan
masyarakat masyarakat aktif dan prokatif dan
mengembangkan kemandirian desa dalam melaksanakan
empat kewenangan desa,

3) Mempunyai jiwa kader dan relawan dalam menjalankan


tugasnya selalu mengutakan upaya terbaik pada
masyarakat desa serta menempatkan masyarakat sebagai
subjek,

4) Apabila Pendamping Desa dinyatakan sebagai tenaga


profesional mereka tetap berjiwa kader dan relawan
mampu mentransformasikan kompetensi dalam
perencanaan dan penganggaran pembangunan desa
serta daerah serta pemerintah desa dan lokal,

5) Mempunyai pengalaman organisasi masyarakat,


pemberdayaan dan pengorganisasian masyarakat

6) Mempunya kemampuan untuk memastikan fasilitasi


proses kemandirian dan kedaulatan masyarakat dalam
pembangunan dan memegang teguh “code of condac”
sebagai pendamping desa,

7) Proses kegiatan pendampingan harus memastikan


keterlibatan stakeholder melalui kegiatan penyadaran

31
skenario pendampingan SIDeKa

kritis, pembelajaran, penguatan kapasitas dan


pelembagaan sistem masyarakat.

8) Pendampingan mendorong terwujudnya proses


kedaulatan masyarakat berarti bahwa pengelolaan
kegiatan pembangunan dilakukan “oleh, dari dan untuk
masyarakat” melalui proses partisipasi, pendelegasian
dan demokrasi.

9) Kegiatan pendamping membantu dan memastikan


proses penguatan masyarakat dalam mencapai tujuan
terkait dengan one village, one plan, one budgeting,

10) Pendamping masyarakat bertugas fasilitasi terjadinya


koordinasi dan konsolidasi antar kegiatan pembangunan
desa dan kawasan perdesaan di wilayah kerjanya

11) Secara teknis pendamping desa memastikan proses


kelancaran pelaksanaan pembangunan desa dan
pembangunan kawasan perdesaan, antar desa dan untuk
memberikan pendampingan kepada masyarakat desa,
dan pemerintah lokal untuk tidak terlibat dalam masalah
baik yang bersifat hukum adat dan hukum formal.

32

Anda mungkin juga menyukai