POLITIK PENGANGGARAN
A. Saran
Pada kesempatan kali ini penulis membahas mengenai Politik Penganggaran yaitu suatu proses
pengalokasian anggaran berdasarkan kemauan dan proses politik, baik dilakukan oleh perorangan
maupun kelompok. Pada dasarnya tidak dapat dihindari bahwa kepentingan politik akan menentukan
penggunaan dana publik. Pada intinya materi yang disampaikan sudah cukup lengkap dan jelas. Namun
saya sedikit menambahkan mengenai aspek politik dalam penganggaran sektor publik, dimana
penganggaran sektor publik merupakan suatu proses politik, dan mereflesikan pilihan tentang apa yang
akan dilakukan pemerintah dan apa yang tidak dilakukan. Anggaran harus mendapat persetujuan dewan
legislatif yang merupakan lembaga politik. Anggaran harus melalui proses politik di legislatif maupun
eksekutif. Dengan demikian, anggaran sektor publik merupakan instrumen politik. Terdapat beberapa
area atau tahapan dalam siklus anggaran yang melibatkan terjadinya proses politik anggaran, antara lain
pada saat:
1. Penentuan kebijakan anggaran (budget policy)
Yang dituangkan dalam Kebijakan Umum Anggaran (KUA) merupakan proses politik, sebab
kebijakan anggaran merupakan komitmen dan kesepakatan bersama antara eksekutif dengan
legislatif.
2. Penentuan prioritas program dan plafon anggaran
Terjadinya penentuan prioritas program karena program yang dianggap prioritas atau penting
oleh legislatif belum tentu sama dengan yang diajukan oleh eksekutif. Oleh karena itu mengenai
prioritas program dan plafon anggaran perlu negosiasi dan kesepemahaman tentang apa yang
menjadi prioritas anggaran.
3. Penentuan alokasi anggaran
Penentuan alokasi anggaran lebih banyak terjadi di wilayah eksekutif. Politik anggaran dalam
penentuan alokasi anggaran terjadi antara pengguna anggaran dengan tim anggaran eksekutif.
4. Pembahasan anggaran
5. Perubahan anggaran
6. Pertanggungjawaban anggaran
Pada tahap pertanggungjawaban anggaran, legislatif akan meminta pertanggungjawaban
eksekutif dan menilai kinerja anggaran. Legislatif dapat menggunakan perannya sebagai
pemegang hak anggaran (budget), hak legislasi, dan hak pengawasan untuk menekan eksekutif
dalam pertanggungjawaban anggaran dengan memberikan penilaian negatif atau menolak
pertaggungjawaban eksekutif tersebut. Oleh karena itu dukungan politik, koalisi, dan
komunikasi politik antara eksekutif dengan legislative sangat penting dalam setiap
penganggaran.
B. Pertanyaan
Terkait dengan pelaksanaan politik anggaran di Indonesia, ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan,
yaitu:
1. Apa saja yang dijadikan indikator dalam melaksanakan politik anggaran yang sehat?
2. Pada saat ini seperti apakah porsi APBN dan APBD yang disusun?
3. Apakah sudah mencerminkan keseluruhan indikator tersebut ataukah belum?
Dari 3 persoalan tersebut, apakah politik anggaran di Indonesia sudah layak dikatakan sehat? Mengapa
demikian?