(OBSERVASI SEKOLAH)
Unit Produksi dan prakerin SMK Negeri 3 Parepare dan SMK
Nurkarya
Oleh:
A. Pendahuluan
Persaingan yang dialami oleh tamatan SMK/MAK dalam memenangkan
kesempatan kerja semakin hari semakin ketat. Hanya mereka yang kompetenlah
yang mampu memenangkan persaingan tersebut. Terlebih-lebih dalam
menghadapi pasar global, di mana tenaga kerja dari negara manapun akan bebas
bersaing di negara kita. Sejalan dengan kondisi tersebut, SMK/MAK harus
semakin siap membekali tamatannya dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh
dunia kerja sehingga tamatannya benar-benar mampu bersaing dan siap
memenangkannya.
Tujuan utama SMK/MAK adalah menyiapkan tamatan yang siap bekerja di
bidangnya. Berkaitan dengan penyiapan tenaga kerja ini, secara eksplisit
disebutkan dalam UU No. 20 SISDIKNAS Pasal 18 ayat 1, bahwa “Pendidikan
menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah
kejuruan. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan bagian dari pendidikan
menengah. Tujuan khusus SMK adalah menyiapkan peserta didik agar dapat
bekerja, baik secara mandiri maupun bekerja di dunia industri sebagai tenaga
kerja yang sesuai dengan bidang dan program keahlian yang dimiliki” dan
Peraturan pemerintah Nomor 29 tahun 1990 pada pasal 29 ayat 2, bahwa: ”untuk
mempersiapkan siswa SMK menjadi tenaga kerja, pada SMK dapat didirikan
Unit Produksi yang beropersional secara profesional” Untuk itu, SMK harus
mampu memberi pengalaman belajar kepada siswanya agar menguasai
kompetensi produktif secara profsional.
Selain dari pada unit produksi, peserta didik SMK juga melakukan praktek
kerja industri (Prakerin), sehingga mereka setelah lulus nanti mempunyai
pengalaman dan keahlian yang kompeten untuk langsung memasuki dunia kerja
ataupun menciptakan lapangan pekerjaan baru sesuai dengan keahlian yang
mereka dapatkan di SMK. Sejalan dengan Undang-Undang Prakerin Dikmendikti
(2003), yang mengungkapkan bahwa “Praktek Kerja Industri (Prakerin) adalah
program wajib yang harus diselenggarakan oleh sekolah khususnya sekolah
menengah kejuruan dan pendidikan luar sekolah serta wajib diikuti oleh
siswa/warga belajar. Penyelenggaraan Praktek Kerja Industri akan membantu
peserta didik untuk memantapkan hasil belajar yang diperoleh di sekolah serta
membekali siswa dengan pengalaman nyata sesuai dengan program studi yang
dipilihnya”. Praktek kerja industri adalah suatu strategi dimana setiap siswa
mengalami proses belajar melalui bekerja langsung (learning by doing) pada
pekerjaan yang sesungguhnya. Melaksanakan praktek kerja industri ini, peserta
didik dapat memperoleh pengalaman kerja, serta membiasakan diri dengan
perkembangan dunia industri.
Di samping itu, siswa juga harus diajari kewirausahaan agar tamatannya tidak
hanya menjadi pencari kerja tetapi juga dapat menjadi pencipta lapangan kerja.
Kompetensi kewirausahaan tersebut dapat diperoleh melalui pembelajaran di unit
produksi/jasa sekolah. Manfaat unit produksi/jasa SMK/MAK adalah sebagai
sumber belajar siswa dan pendanaan pendidikan. Siswa-siswa belajar cara
menghasilkan barang/jasa yang bernilai ekonomis sehingga laku dijual di pasaran.
Pengalaman ini memberikan rasa percaya diri bagi siswa untuk berwirausaha
kelak di samping siswa dan sekolah mendapatkan keuntungan finansial.
Keuntungan finansial unit produksi/jasa ini dapat menjadi salah satu sumber
pendanan pendidikan di SMK/MAK mengingat tingginya biaya praktik. Agar unit
produksi/jasa sekolah dapat menjadi sumber pembelajaran dan pendanaan
pendidikan maka perlu dikelola secara profesional. Berdasarkan alasan di atas
maka calon Kepala SMK/MAK perlu diberi diklat manajemen unit produksi/jasa
sekolah. Manajemen UP/J SMK/MAK ialah perencanan, pelaksanaan,
kepemimpinan, pengawasan, dan pemasaran di UP/J SMK/MAK. Ruang lingkup
manajemen UP/J SMK/MAK adalah: (1) Pengantar Manajemen UP/J
SMK/MAK, (2) Perencanaan UP/J SMK/MAK, (3) Pelaksanaan UP/J
SMK/MAK, (4) Kepemimpinan UP/J SMK/MAK, (5) pengawasan UP/J
SMK/MAK, dan (6) pemasaran UP/J SMK/MAK. Materi pendidikan dan
pelatihan ini disusun berdasarkan ruang lingkup tersebut dan dengan uraian
berikut ini.
2. SMK Nurkarya
a. Unit Produksi
Dengan 2 jurusan TKJ dan TSM yang terdapat di SMK Nurkarya, unit
produksi terbagi menjadi dua yaitu unit produksi TKJ yang berupa
perbaikan dan unit produksi TSM (teknik sepeda motor) yang berupa
service motor seperti pergantian spare part dan oli. Hasil unit produksi
yang diterima di alirkan kesekolah. Semua unit produksi berjalan lancar
dan tidak mengalami kendala.
Kedepannya SMK Nurkarya akan menambah unit produksi berupa
kewirausahaan untuk mengembangkan kemampuan berwirausaha yang
dimiki siswa.
b. Praktik Kerja Industri
Praktik kerja industri di SMK Nurkarya dilakanakan oleh kelas 2 pada
semester akhir selama 3 bulan. Untuk melaksanakan prakerin pihak
sekolah terlebih dahulu mengirimkan surat ke DUDI 2 bulan sebelum
mengirimkan siswanya ke lokasi tersebut. Adapun industri yang
digunakan sebagai tempat prakerin SMK Nurkarya antara lain:
a. Komputer city
b. TVRI
c. POS
d. DPRD
e. TKJ Club
f. PLN
g. RRI
Pada saat pemberangkatan siswa diantar oleh tiap guru pembimbing ke
lokasi prakerin yang di tuju. Prakerin yang dilakukan sudah berjalan
dengan baik karena sebelum pemberangkatan dilakukan pembekalan
dan di monitoring dengan baik oleh sekolah setiap bulannya, serta
pemantauan melalui jurnal harian yang harus diisi oleh para siswa
prakerin. Ada beberapa siswa yang sudah ditawari untuk bekerja di
perusahaan tersebut. Namun ada kendala yang dialami yaitu terkadang
beberapa peserta prakerin ditempatkan tidak sesui dengan jurusannya.
Namun pihak sekolah tetap meminta agar di beri kompetensi yang sesui
dengan jurusan siswa tersebut.
E. Kesimpulan
1. Masih kurangnya faktor pendukung pelaksanaan UP/J Sumber daya
manusia, fasilitas yang memadai, dana hibah dari pusat/daerah, partisipasi
langsung dari warga sekolah, dan adanya kerjasama yang baik antara
sekolah terhadap pihak distributor.
2. Faktor pengahambat/kendala dalam pelaksanaan UP/J yaitu: Persepsi orang
tua yang tidak mendukung anaknya dalam pemasaran produk, keterbatasan
waktu yang dimiliki oleh guru dan siswa, kurangnya koordinasi antara guru
dengan karyawan, kurangnya komunikasi sesama guru, harga dari
produsen yang cukup tinggi, dan kurangnya motivasi siswa.