Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan teknologi dalam bidang manufaktur (pembuatan produk),


proses permesinan manual sudah mulai tergantikan oleh proses pemesinan otomatis.
Meskipun di Indonesia proses pemesinan manual lebih sering digunakan akibat dari efek
biaya. Pemesinan otomatis lebih banyak digunakan oleh industri-industri skala besar yang
menuntut kecepatan produksi dan kepresisian hasil produksi. Salah satu alat pemesinan
otomatis yang sering digunakan di berbagai industri adalah mesin CNC (Computer
Numerical Control). (Agus Yasin , 2012)

Awal lahirnya mesin CNC (Computer Numerically Controlled) bermula dari 1952
yang dikembangkan oleh John Pearseon dari Institut Teknologi Massachusetts, atas nama
Angkatan Udara Amerika Serikat. Semula proyek tersebut diperuntukkan untuk membuat
benda kerja khusus yang rumit. Semula perangkat mesin CNC memerlukan biaya yang tinggi
dan volume unit pengendali yang besar. Pada tahun 1973,mesin CNC masih sangat mahal
sehingga masih sedikit perusahaan yang mempunyai keberanian dalam mempelopori
investasi dalam teknologi ini. Dari tahun 1975, produksi mesin CNC mulai berkembang
pesat. Perkembangan ini dipacu oleh perkembangan mikroprosesor, sehingga volume unit
pengendali dapat lebih ringkas.

CNC singkatan dari Computer Numerically Controlled, merupakan mesin perkakas


yang dilengkapi dengan sistem mekanik dan kontrol berbasis komputer yang mampu
membaca instruksi kode N, G, F, T, dan lain-lain, dimana kode-kode tersebut akan
menginstruksikan ke mesin CNC agar bekerja sesuai dengan program benda kerja yang akan
dibuat. Secara umum cara kerja mesin perkakas CNC tidak berbeda dengan mesin perkakas
konvensional. (Dr. M. Pramono Hadi, M.Sc , 2012)
Dan mahasiswa mesin kali ini dituntun bisa merencakan dan menggunakan mesin CNC ,
untuk kali ini mesin CNC yang kita gunakan adalah mesin CNC TU-2A (mesin bubut CNC)

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum iniadalah untuk mengetahui cara cara penggunaan mesin CNC
TU – 2A dengan benar, dari proses perencanaan hingga proses produksi.

1
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Mesin CNC TU-2A

Mesin Bubut CNC TU-2A adalah mesin bubut CNC yang digunakan dalam pelatihan-
pelatihan permesinan. Salah satu yang sering digunakan adalah Emco TU-2A buatan Emco
Austria,berupa mesin perkakas CNC untuk simulasi proses pembubutan. Spesifikasi mesin ini
adalah:
· Daerah kerja putaran spindel antara 50-3200 rpm
· Kecepatan garak pahat arah longitudinal atau melintang
a) Kecepatan penuh (tak boleh memotong) :700 mm/menit
b) Kecepatan secara manual (mode manual) :5-400 mm/menit
c) Kecepatan secara otomatis (mode CNC) :5-499 mm/menit
· Ketelitian gerakan (yang tercantum pada display digital) 0,01 mm
· Daerah kerja memanjang :300 mm
· Daerah kerja melintang :50 mm
· Gaya pemakanan maksimum yang diperbolehkan : 1000 N
(referensi :Diktat EMCO TU-2A, halaman 2)

2.2 Bagian-bagian Mesin CNC Bubut EMCO TU-2A :


1. Monitor
monitor berfungsi untuk menunjukkan informasi program yang sedang berjalan pada
mesin.

2. Tailstock
Pada mesin bubut TU-2A tailstock berfungsi untuk menahan benda kerja yang panjang
agar benda kerja tidak oleng dan untuk mencekam pahat drill.

2
3. Revolver pahat
Pada mesin bubut TU-2A terdapat revolver pahat yang berguna untuk mencekam pahat
dalam jumlah banyak.

4. Chuck
Pada mesin bubut TU-2A chuck berfungsi untuk mencekam benda kerja.

5. Konfigurasi tombol
konfigurasi dan toinbol-tombol atau bagian-bagian untuk mengoperasikan mesin bubut CNC
TU-2A, yang terdiri dari:

A. Saklar utama, digunakan untuk menghidupkan/ mematikan mesin


B. Lampu indikator, digunakan sebagai petunjuk bahwa jika lampu hidup maka mesin
dalam keadaan hidup
C. Saklar untuk menghidupkan spindle (untuk saklar menunjuk angka 0 – spindle mati,
angka 1 – spindle hidup untuk melayani manual, CNC – spindle hidup untuk
3
pelayanan CNC/otomatis).

D. Tombol untuk mengatur besar putaran spindle


E. Display penunjuk besar putaran spindle.
F. Tombol untuk mengatur kecepatan asutan ( untuk mode manual ).
G. Lampu indicator untuk mode manual
H. Tombol asutan untuk arah Z dan X untuk mode manual.
I. Tombol gerakan cepat jika di tekan bersamaan dengan mode asutan (no 8), maka gerak
asutan menjadi cepat. Kecepatan asutan diatur dengan tombol no 6.
J. Display yang meunjukkan harga X dan Z dari gerakan eretan/ pahat dalam perseratus
mm. data ini juga terlihat di monitor.
K. Switch untuk mengubah mengubah dari pelayanan / mode manual ke CNC atau
sebaliknya pada mesin ini tersedia dua macam pelayanan / mode, yaitu dapat dipakai
secara manual (mode manual) atau dipakai secara otomatis yang menggunakan
program CNC (mode CNC).
L. Amperemeter, menunjukkan besar arus yang dipakai saat mesin digunakan. Pemakaian
arus diharapakan tidak lebih dari 2 A, sebab kalau arus terlalu besar menunjukkan
beban pada mesin sangat besar yang dapat menimbulkan kebakaran.
M. Emergency Stop Botton, merupakan saklar darurat.
N. Tombol DEL, dipakai untuk menghapus data/sajian yang akan diterangkan kmudian.
O. Tombol pengalih yang berfungsi untuk mengaktifkan jalannya X ke Z atau sebaliknya
P. Tombol INP, unyuk memasukkan data yang akan dijelaskan kemudian.
Selain itu juga ada tombol-tombol untuk gerak manual arah +X, -X, +Y, -Y, +Z dan -
Z, yang terletak disebelah tombol angka (keyboard). Mesin juga dilengkapi dcngan
monitor yang dipakai untuk memantau koordinat pahat (pada mode manual) atau
program CNC yang aktif (pada mode CNC).

6. Cekam
Cekam pada mesin bubut berfungsi untuk menjepit benda kerja pada saat proses
pemakanan berlangsung.

7. Meja mesin
Meja mesin atau sliding bed sangat mempengaruhi baik buruknya hasil pekerjaan
menggunakan mesin bubut ini, hal ini dikarenakan gerakan memanjang eretan (gerakan
sumbu Z) tertumpu pada kondisi sliding bed ini. Jika kondisi sliding bed sudah aus atau
cacat bisa dipastikan hasil pembubutan menggunakan mesin ini tidak akan maksimal,
bahkan benda kerja juga rusak. Hal ini juga berlaku pada mesin bubut konvensional.

8. Kepala lepas
Kepala lepas berfungsi sebagai tempat pemasangan senter putar pada saat proses
pembubutan benda kerja yang relatif panjang. Pada kepala lepas ini bisa dipasang
pencekam bor, dengan diameter mata bor maksimum 8 mm. Untuk mata bor dengan
diameter lebih dari 8 mm, ekor mata bor harus memenuhi syarat ketirusan MT1.

4
2.3 Tombol Eksekusi
INP : Tombol ini berfungsi untuk menyimpan data pada memori mesin.
DEL : Tombol ini berfungsi untuk menghapus satu karakter/kata untuk diganti.
REV :Tombol ini berfungsi untuk memindah cursor kembali ke nomor blok
sssssssssssssssssprogram sebelumnya.
FWD :Tombol ini berfungsi untuk memindah cursor menuju nomor blok
sssssssssberikutnya.
– : Memasukkan data bernilai negatif, tombol ini ditekan setelah memasukkan
ssssssaaaaaaaaa nilai/angka yang dikehendaki.
M : Memasukkan data dengan karakter M. Contoh: M99, M03, M

2.4 Tombol-tombol Eksekusi Gabungan


~ + INP : Kombinasi tombol untuk menyisipkan satu baris blok program.
~ + DEL : Kombinasi tombol untuk menghapus satu blok program
DEL + INP : Kombinasi tombol untuk menghapus satu baris blok program.
INP +REV : Menghapus alarm.
INP + FWD : Kombinasi tombol untuk mengeksekusi program agar berhenti
ssssssssssssssssssssssssssssssssementara.
START : Tombol kombinasi untuk mengeksekusi program secara satu
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaapersatu dalam setiap blok program.
INP + DEL : Tombol kombinasi untuk menghapus program secara
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaakeseluruhan dari memori mesin)

2.5 Fungsi G
G 00 : Gerak lurus cepat (tidak boleh menyayat)
G 01 : Gerak lurus penyayatan
G 02 : Gerak melengkung searah jarum jam (CW)
G 03 : Gerak melengkung berlawanan arah jarum jam (CCW)
G 04 : Gerak penyayatan (feed) berhenti sesaat
G 21 : Baris blok sisipan yang dibuat dengan menekan tombol ~ dan INP
G 25 : Memanggil program sub routine
G 27 : Perintah meloncat ke nomor blok yang dituju
G 33 : Pembuatan ulir tunggal
G 64 : Mematikan arus step motor
G 65 : Operasi disket (menyimpan atau memanggil program)
G 73 : Siklus pengeboran dengan pemutusan tatal
G 78 : Siklus pembuatan ulir
G 81 : Siklus pengeboran langsung

5
G 82 : Siklus pengeboran dengan berhenti sesaat
G 83 : Siklus pengeboran dengan penarikan tatal
G 84 : Siklus pembubutan memanjang
G 85 : Siklus pereameran
G 86 : Siklus pembuatan alur
G 88 : Siklus pembubutan melintang
G 89 : Siklus pereameran dengan waktu diam sesaat
G 90 : Program absolut
G 91 : Program Incremental
G 92 : Penetapan posisi pahat secara absolut

2.6 Fungsi M
M 00 : Program berhenti
M 03 : Spindle (sumbu utama) berputar searah jarum jam (CW)
M 05 : Putaran spindle berhenti
M 06 : Perintah penggantian alat potong (tool)
M 17 : Perintah kembali ke program utama
M 30 : Program berakhir
M 99 : Penentuan parameter I dan K

2.7 Kecepatan Potong dan Kecepatan Putar Mesin


a. Pengertian Kecepatan Potong
Kecepatan potong adalah suatu harga yang diperlukan dalam menentukan kecepatan
pada saat proses penyayatan atau pemotongan benda kerja. Harga kecepatan potong
ditentukan oleh jenis alat potong dan jenis benda kerja yang dipotong. Adapun rumus dasar
untuk menentukan kecepatan potong sebagai berikut.

Vc =π d n/1000
Di mana:
Vc = Kecepatan potong (m/menit).
d = Diameter benda kerja (mm).
n = Jumlah putaran tiap menit.
Π = 3,14

6
Harga kecepatan potong dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya sebagai
berikut.
1) Bahan benda kerja atau jenis material.
2) Semakin tinggi kekuatan bahan yang dipotong, maka harga kecepatan potong semakin
kecil.
3) Jenis alat potong (Tool).
4) Semakin tinggi kekuatan alat potongnya semakin tinggi pula kecepatan potongnya.
5) Besarnya kecepatan penyayatan/asutan.
6) Semakin besar jarak asutan, maka harga kecepatan potong semakin kecil.
7) Kedalaman penyayatan/pemotongan.
8) Semakin tebal penyayatan, maka harga kecepatan potong semakin kecil.

b. Jumlah Putaran
Jumlah putaran sumbu utama dapat ditentukan dengan menggunakan rumus:

n =VC 1000/ π d

Di mana:
Vc = Kecepatan potong (m/menit).
d = Diameter benda kerja (mm).
n = Jumlah putaran tiap menit.
π = 3,14

c. Kecepatan pemakanan
adalah pemotongan benda. Kecepatan pemakanan sendiri dibedakan menjadi dua.
1) Pemakanan dalam mm/putaran (f)
2) Pemakanan dalam mm/menit (F)

Rumus dasar perhitungan asutan:


F (mm/menit) = n ( put/menit ) × f ( mm/put)
Contoh penggunaan tabel di atas, kita misalkan diameter benda kerja 20 mm, kecepatan
potong (Vc)= 40 mm, maka kecepatan putar (n) = 625 put/menit.
4. Pemrograman Mesin CNC
Pemrograman adalah suatu urutan perintah yang disusun secara rinci tiap blok per
blok untuk memberikan masukan mesin perkakas CNC tentang apa yang harus dikerjakan.
Untuk menyusun pemrograman pada mesin CNC diperlukan hal-hal berikut.

7
a. Metode Pemrograman
Metode pemrograman dalam mesin CNC ada dua.

1) Metode Incremental
Adalah suatu metode pemrograman dimana titik referensinya selalu berubah, yaitu
titik terakhir yang dituju menjadi titik referensi baru untuk ukuran berikutnya. Untuk lebih
jelasnya lihat gambar berikut in
2) Metode Absolut
Adalah suatu metode pemrograman di mana titik referensinya selalu tetap yaitu satu
titik / tempat dijadikan referensi untuk semua ukuran berikutnya. Untuk lebih jelasnya lihat
gambar di bawah ini.

8
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

(PROGRAM DIMASUKAN )

9
BAB 1V
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

Semarang, 25 April 2017


Mengetahui,
Dosen Pemimbing

AHMAD SUPRIYADI, Drs, M.T.


NIP : 195510231987031001

10

Anda mungkin juga menyukai