Anda di halaman 1dari 2

MENJAGA LISAN

Allah berfirman :
َ ‫سولَهُ فَقَ ْد فَازَ فَ ْو ازا‬
‫عظِ ي اما‬ َ َّ ‫صلِحْ لَ ُك ْم أ َ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغف ِْر لَ ُك ْم ذُنُوبَ ُك ْم ۗ َو َمن يُطِ ِع‬
ُ ‫َّللا َو َر‬ ْ ُ‫سدِيدااي‬ َ َّ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا اتَّقُوا‬
َ ‫َّللا َوقُولُوا قَ ْو اًل‬
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu sekalian kepada Allah dan katakanlah
perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki amalan-amalanmu dan mengampuni
dosa-dosamu. Barangsiapa mentaati Allah dan RasulNya, maka sesungguhnya ia telah
mendapat kemenengan yang besar” [Al-Ahzab : 70-71]

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam kitab Shahihnya hadits no. 6474 dari Sahl bin Sa’id
bahwa Rasulullah bersabda.
َ‫ض َم ْن لَهُ ْال َجنَّة‬
ْ َ ‫ض َم َّن لِي َمابَيْنَ لِحْ يَ ْي ِه َو َما بَيْنَ ِرجْ لَ ْي ِه أ‬
ْ َ‫َم ْن ي‬
“Barangsiapa bisa memberikan jaminan kepadaku (untuk menjaga) apa yang ada di antara
dua janggutnya dan dua kakinya, maka kuberikan kepadanya jaminan masuk surga”

Allah menganugerahkan kepada manusia kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi, kemampuan ini
Allah lengkapi dengan perangkat yang kita sebut mulut dan lidah untuk berbicara, untuk menyampaikan
informasi, menjelaskan perkara, bertanya dan menjawab, menyanjung dan mengumpat, menyayangi
dan memarahi, bersaksi dan mengingkari, dan masih banyak lagi yang dapat lahir dari dua bibir
berongga dengan lidah ini.

Dari hal tersebut apakah yang dapat kita simpulkan? Oh bahwa ternyata dari daging diantara kumis dan
janggut kita ini dapat muncul berbagai kesimpulan dan persepsi, menimbulkan berbagai aktivitas
pekerjaan, menimbulkan rasa sayang dari yang mendengarnya maupun rasa murka, bahkan statement
yang dilontarkan dengan lidah kita sebagai persaksian Laa Ilaaha Illa Llah dapat menyelamatkan kita di
akhirat. Dan sebaliknya pula satu perkataan yang meluncur dari bibir ini yang menerangkan kekufuran
juga dapat menjerumuskan kita ke jurang terdalam neraka.

Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dalam kitab Shahihnya no. 6477 dan Muslim dalam
kitab Shahihnya no. 2988 [3] dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda.
ِ ‫ق َو ْال َم ْغ ِر‬
‫ب‬ ِ ‫ارأ َ ْبعَ َد َما بَيْنَ ْال َمس ِْر‬
ِ َّ‫ِإ َّن ْالعَ ْب َد لَيَتَكَلَّ ُم ِب ْال َك ِل َم ِة َما يَتَبَيَّنُ َما فِ ْي َها يَ ْه ِوى ِب َها فِي الن‬
“Sesungguhnya seorang hamba yang mengucapkan suatu perkataan yang tidak dipikirkan
apa dampak-dampaknya akan membuatnya terjerumus ke dalam neraka yang dalamnya
lebih jauh dari jarak timur dengan barat”
Masalah ini disebutkan pula di akhir hadits yang berisi wasiat Nabi kepada Muadz yang
diriwayatkan oleh At-Tirmidzi no. 2616 yang sekaligus dia komentari sebagai hadits yang
hasan shahih. Dalam hadits tersebut Rasulullah bersabda.
‫صائِ ُد أ َ ْل ِسنَ ِت ِه ْم‬ َ ‫علَى ُو ُجو ِه ِه ْم أ َ ْو‬
َ ‫ع َل َمنَا خِ ِره ِِِ ْم ِإًلَّ َح‬ َ َّ‫َوه َْل يَ ُكبُّ الن‬
ِ َّ‫اس فِي الن‬
َ ‫ار‬
“Bukankah tidak ada yang menjerumuskan orang ke dalam neraka selain buah lisannya ?”
Perkataan Nabi di atas adalah sebagai jawaban atas pertanyaan Mu’adz.
‫َّللا َو ِإنَّا لَ ُم َؤا َخذُونَ ِب َما نَتَكَلَّ ُم ِب ِه‬
ِ َّ ‫ي‬َّ ‫يَا ن َِب‬
“Wahai Nabi Allah, apakah kita kelak akan dihisab atas apa yang kita katakan ?”

jama’ah jumat yg semoga senantiasa dirahmati Allah

dari semua potensi yang dimilik oleh lidah / mulut ini kita juga yakin bahwa di hari yg akan datang di
akhirat kita akan ditanya dan dimintai pertanggung jawaban kita terhadap lisan kita. Maka mari kita
syukuri nikmat lisan ini dengan

saling berwasiat dalam kebaikan dan kesabaran

al ashr

menyampaikan seruan Allah, dakwah, Menyampaikan Alqur an dan sunnah, amar ma’ruf mengingatkan
saudara muslim yg lalai dan non muslim, dan nahyu munkar kepada saudara muslim dan non muslim

Muslim meriwayatkan sebuah hadits dalam kitab Shahihnya no. 2674 dari Abu Hurairah
bahwa Rasulullah bersabda.
‫اْلثْ ِم‬
ِ ْ َ‫علَ ْي ِه مِ ن‬
َ َ‫ضالَلَ ٍة َكان‬
َ ‫عا إِلَى‬ َ ‫ش ْيئاا َو َم ْن َد‬ ِ ‫ص ذَلِكَ مِ ْن أ ُ ُج‬
َ ‫ور ِه ْم‬ ِ ‫عا إِلَى ُهداى َكانَ لَهُ مِ نَ اْألَجْ ِر مِ ْش ُل أ ُ ُج‬
ُ ُ‫ور َم ْن تَبِعَهُ آلَيَ ْنق‬ َ ‫َم ْن َد‬
‫ش ْيئاا‬َ ‫مِن آثَامِ ِه ْم‬ْ َ‫ص ذَلِك‬ ُ ُ‫مِ ثْ ُل آث َ ِام َم ْن ت َ ِبعَهُ ًلَ يَ ْنق‬
“Barangsiapa yang menyeru kepada kebaikan maka dia mendapatkan pahala seperti
pahala orang-orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala-pahala mereka
sedikitpun. Dan barangsiapa yang menyeru kepada kesesatan maka baginya dosa seperti
dosa orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa-dosa mereka sedikit pun”

l-Hafidz Al-Mundziri dalam kitab At-Targhib wa At-Tarhib (I/65) mengomentari hadits.


ٍ َ‫ع َملُهُ إًِلَّ مِ ْن ِإحْ َدى ثَال‬
‫ث‬ َ ُ‫ع ْنه‬
َ ‫ط َع‬ َ ‫… ِإذَا َماتَ ْاْل ْن‬
َ َ‫سانُ ا ْنق‬
“Apabila seorang manusia wafat, maka terputuslah jalan amal kecuali dari tiga perkara
…dst”
Beliau berkata, “Orang yang mebukukan ilmu-ilmu yang bermanfaat akan mendapatkan
pahala dari perbuatannya sendiri dan pahala dari orang yang membaca, menulis dan
mengamalkannya, berdaasrkan hadits ini dan hadits yang semisalnya. Begitu pula, orang-
orang yang menulis hal-hal yang membuahkan dosa, maka dia akan mendapatkan dosa
dari perbuatannya sendiri dan dosa dari orang-orang yang membaca, menulis atau
mengamalkannya, berdasarkan hadits.

Anda mungkin juga menyukai