PENDAHULUAN
Osteosarkoma disebut juga osteogenic sarcoma adalah suatu neoplasma ganas yang
berasal dari sel primitif (poorly differentiated cells) di daerah metafise tulang panjang pada
anak-anak.Disebut osteogenic oleh karena perkembangannya berasal dari osteoblastic sel
mesenkim primitive. Osteosarkoma merupakan neoplasma primer dari tulang yang tersering
setelah myeloma multiple.
Osteosarcoma adalah tumor dengan angka kematian 80% setelah 5 tahun di diagnosis.
Osteosarcoma klasik didefinisikan dengan sarcoma sel spindle dengan derajat malignansi
tinggi dan sangat khas memproduksi matriks osteoid. Osteosarkoma didapatkan kira-kira 3
per 10.000 di United States.
Skoliosis adalah istilah umum yang terdiri dari sekelompok kondisi heterogen yang terdiri
dari perubahan bentuk dan posisi veterbra. Skoliosis adalah istilah yang diciptakan oleh dokter
jaman dahulu yaitu Galen. Kata ini berasal dari bahasa Yunani yang artinya bengkok atau
melengkung. Istilah skoliosis mengacu pada columna vertebralis yang melengkung pada
bidang koronal. Skoliosis dibedakan dengan kifosis dan lordosis yang mengacu pada
kelengkungan di bidang sagital meskipun sindrom skoliosis mungkin melibatkan komponen
rotasi dan sagital.1 Terdapat berbagai sistem klasifikasi skoliosis, tetapi yang paling banyak
digunakan saat ini adalah pembagian skoliosis menjadi struktural dan non-struktural.Etiologi
dari sebagian besar skoliosis adalah idiopatik (80%), sedangkan etiologi lainnya lebih jarang
ditemukan.1,2
Skoliosis tahap awal sulit diketahui, karena sering tanpa gejala dan kelainannya tidak
terlihat nyata. Pada tahap lanjut keluhan penderita biasanya adalah tubuh asimetris,
punggung bengkok, dan sakit pinggang. Dapat pula terjadi keluhan lain yang menyertai
skoliosis, antara lain gejala-gejala kardiopulmoner yang berhubungan dengan komplikasi
sebagai akibat deformitas costae.
Hal-hal yang dapat dinilai dari pemeriksaan radiologi pada skoliosis antara lain pola
kurva, sudut kurva, derajat rotasi vertebra, menilai fleksibilitas skoliosis, menilai maturitas
tulang, dan membantu dalam menentukan etiologi. Adapun pemeriksaan radiologi yang
dimaksud adalah foto polos, CT, dan MRI.4
Pemakaian foto polos tentu sudah sering digunakan baik untuk menilai pemasangan
screw, pre-operatif, penilaian kurva sagital dari pemotretan arah laeral, serta untuk skrining
dan monitoring. Sebaliknya pada penggunaan MRI sebagai alat diagnostik skoliosis masih
kontroversial. Beberapa penulis masih meragukan manfaat MRI dalam diagnosis skoliosis,
namun MRI dapat digunakan pada indikasi di pasien usia muda terutama jika terdapat
gejala-gejala neurologis fokal atau rasa nyeri.4
Peranan CT-Scan dalam skoliosis masih terbatas. Biasanya, CT-Scan digunakan untuk
mencitrakan gambaran anatomi tulang yang lebih terperinci sehingga dapat mengevaluasi
struktur vertebra. CT-Scan mempunyai peranan dalam mengevaluasi pasien post-operatif
seperti pemasangan screw yang tidak dapat dicitrakan dengan baik menggunakan MRI.4