Anda di halaman 1dari 4

Pembahasan Siti Nazmiati (151411059)

Praktikum kali ini yaitu perhitungan jumlah sel mikroba dengan menggunakan 2
metode, yaitu metode ruang hitung (counting chamber) dan metode berat sel kering.
Dilakukannya percobaan ini agar praktikan mampu menemukan letak ruang hitung di bawah
mikroskop dan menghitung konsentrasi sel dalam suspensi yang digunakan.

Metoda Counting Chamber

Coounting chamber merupakan sebuah metoda yang digunakan untuk menghitung


jumlah bakteri dalam sampel dengan menggunakan ruang hitung. Alat utama yang dilakukan
dalam metoda ini hemasitometer. Hemositometer terbentuk dari sebuah kaca tebal seperti
kaca preparat yang dapat disisipkan pada mikrosokop dengan kisi-kisi garis yang terukir di
tengah-tengahnya. Kisi-kisi garis tersebut memiliki dimensi yang spesifik sehingga luas nya
dapat diketahui, yang membuat hemositometer digunakan untuk menghitung jumlah sel dalam
volume yang spesifik. Seluruh kisi-kisi garis pada hemositometer terdiri dari 9 kotak, masing-
masing luasnya 1 mm2.

Dalam percobaan yang dilakukan, praktikan menggunakan jamur sacarromyces


serreviceae, disini dilakukan 3 pengenceran yaitu 10 , 100 , dan 1000x hal tersebut dilakukan
agar kita mengetahui pengaruh faktor pengenceran terhadap jumlah sel dalam 1 mL sampel.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan , pada pengenceran 10x diperoleh jumlah
sebanyak 37 , pada pengenceran 100x diperoleh jumlah sel sebanyak 15 sedangkan pada
pengenceran 1000x diperoleh jumlah sel sebanyak 8 . Dari 3 perolehan data tersebut kita
dapat mengambil kesimpulan bahwa semakin tinggi pengenceran maka semakin kecil jumlah
sel .

Berat sel kering

Dalam menghitung jumlah sel/ bakteri, praktikan juga menggunakan metoda yang
kedua ialah metoda berat sel kering. Hal yang membedakan perhitungan berat sel kering dan
counting chamber yaitu dalam metode berat kering sel penghitungan jumlah sel diukur
dengan satuan berat. Suspensi mikroorganisme yang dipakai yaitu suspensi ragi, lalu suspensi
tersebut dipipet kedalam kuvet yang berukuran 1 mL sejumlah 6 buah yang akan
disentrifugasi oleh centrifuge. Sentrifugasi ini bertujuan untuk memisahkan antara sel dan
medianya. Selanjutnya supernatan dibuang lalu bagian yang mengendap dikeringkan dan
ditimbang berat sel keringnya. Berikut adalah data berat sel kering hasil praktikum yang
praktikan dilakukan:

Berat Kuvet + Berat Kuvet + Sel (gram)


Berat Kuvet
Kuvet Sel
(gram) t:15’ t:30’ t:45’ t:60’ t:75’ t:90’
(gram)
1 1.09
2 0.80
3 1.05
4 0.95 7.49 7.40 7.27 7.20 7.18 7.18 718
5 0.75
6 0.69
Jumlah 5.33
Total Sel :
(Berat Kuvet + Sel) – 2.16 2.07 1.94 1.87 1.85 1.85 1.85
Berat Kuvet

Dari data diatas dapat dilihat bahwa berat sel kering dihitung dengan mengurangi berat
kuvet yang telah berisi endapan yang telah dikeringkan dengan berat kuvet kosong.
Pembahasan Siti Nazmiati (151411059)

Praktikum kali ini dilakukan percobaan mengenai kinetika kematian mikroba dengan
metode sterilisasi batch dan sterilisasi kontinu. Pada percobaan ini yang membedakan metode
batch dengan kontinu adalah pada sterilisasi kontinu terdapat variasi laju alir. Sterilisasi
merupakan usaha atau cara untuk membunuh semua kehidupan mikroba kontaminan yang ada
pada suatu bahan atau alat yang dikehendaki. Mikroba kontaminan tersebut jika tidak
dimatikan dapat memperlambat proses pertumbuhan mikroba yang dikehendaki. Pada teknik
sterilisasi batch, prosesnya relatif sederhana, dan proses pemanasan serta pendinginan dapat
dilakukan dalam satu waktu perioda. Namun, proses pemanasan serta pendinginan pada
sterilisasi batch, berlangsung lambat, hingga mengakibatkan kematian mikroba (lethal
temperature). Pada teknik sterilisasi kontinu prosesnya relatif lama dibandingkan dengan
sterilisasi batch karena media harus dialirkan dahulu pada coil yang terdapat pada water bath
dan perlu dihitung waktu tunggu media dari awal masuk koil hingga keluar koil dengan laju
konstan.

Dalam percobaan ini, temperature sangat berpengaruh terhadap kematian mikroba


karena panas yang diterima akan meningkatkan populasi mikroba dan setelah temperature
pemanasan mencapai temperature yang mengakibatkan kematian mikroba (lethal temperature)
maka mikroba secara perlahan akan bertambah jumlah kematiannya.

Proses sterilisasi batch dilakukan dengan memanaskan masing-masing 3 tabung untuk


setiap suhu yang berbeda. Variasi suhu yang digunakan yaitu 50, 60, dan 70 0C. Sehingga
akan ada 9 tabung yang akan dipanaskan. Setiap 5 menit sekali media diuji dengan diteteskan
terlebih dahulu metilen blue lalu dilihat menggunakan mikroskop dan dihitung jumlah
mikroba yang hidup dan yang mati. Pada proses sterilisasi batch ini terdapat 2 proses, yaitu
pemanasan dan pendingan. Tujuan dari pemanasan adalah tahap sterilisasi untuk mendapatkan
lethal temperature, dan proses pendinginan dilakukan untuk menjaga mikroba supaya tidak
aktif.

Untuk menghitung laju kematian mikroba, jumlah sel hidup dan sel mati pada setiap
𝑁𝑡
suhu pemanasan dihitung. Kemudian dimasukkan ke dalam persamaan 𝑙𝑛 𝑁 = −𝑘𝑑 𝑡,
0

sehingga diperoleh nilai Kd. Setelah mendapatkan nilai Kd dapat menentukan nilai Ed, dan
selanjutnya nilai D. Berdasarkan literatur, jumlah sel yang mati semakin bertambah seiring
dengan bertambahnya suhu pemanasan. Namun, berdasarkan praktikum data yang diperoleh
tidak mendukung teori tersebut. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adanya
pengotor yang ditemukan di mikroskop, penangan yang kurang aseptis, faktor ketelitian saat
menghitung jumlah sel dan data yang diperoleh kurang akurat. Kematian jumlah mikroba oleh
pemanasan dapat dihitung dengan membuat grafik ln Nt/No terhadap waktu sterilisasi (t)
sehinggan diperoleh nilai slopenya. Dapat dilihat dari grafik berikut :

NO Suhu Konstanta Laju Kematian D 1/T ln kd


(oK) (kd) (ln 10/ kd) (×10-3)
1 323 0,1379 16,69 3,095 - 1,981

2 333 0,1175 19,59 3,003 - 2,141

3 343 0,0976 23,59 2,915 - 2,326


Setelah nilai Kd diperoleh, dapat dihitung nilai Ed dengan membuat grafik ln Kd
terhadap 1/T sehingga berdasarkan hasil perhitungan dari grafik diperoleh nilai Ed, yakni Ed
= - 15,923 Kj/kmol.K . Ed yang nilainya negative dikarenakan pada saat menghitung jumlah
mikroba yang hidup dan mati kurang teliti dan jumlah mikroba yang didapat tidak teratur.

Anda mungkin juga menyukai