Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Mulut merupakan pintu gerbang masuknya kuman-kuman atau rangsangan-
rangsangan yang bersifat merusak. Mukosa mulut dapat mengalami kelainan yang bukan
merupakan suatu penyakit tetapi merupakan kondisi herediter. Pada keadaan normal di
dalam rongga mulut terdapat bermacam-macam kuman yang merupakan bagian daripada
flora mulut dan tidak menimbulkan gangguan apapun dan disebut apatogen. Jika daya
tahan mulut atau tubuh menurun, maka kuman-kuman yang apatogen itu menjadi patogen
dan menimbulkan gangguan atau menyebabkan berbagai penyakit/infeksi. Daya tahan
mulut dapat menurun karena gangguan mekanik (trauma, cedera), gangguan kimiawi,
termik, defisiensi vitamin, kekurangan darah (anemi).
Mulut bukan sekedar pintu masuk makanan dan minuman, tetapi fungsi mulut
lebih dari itu dan tidak banyak orang menyadari besarnya peranan mulut bagi kesehatan
dan kesejahteraan seseorang. Orang tua dan anak-anak akan sadar pentingnya kesehatan
gigi dan mulut ketika terjadi masalah atau ketika terkena penyakit. Oleh karena itu
kesehatan gigi dan mulut sangat berperan dalam menunjang kesehatan seseorang. Jika
rongga mulut kotor, maka sistem pencernaan juga akan terganggu.
Pada individu tertentu dapat terjadi reaksi alergi terhadap jenis makanan tertentu
sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada mukosa mulut, begitu juga dengan faktor
psikis dan hormonal. Ini semua dapat terjadi pada suatu gangguan mulut yang disebut
stomatitis. Stomatitis atau sariawan dapat menyerang segala usia termasuk pada anak.
Kesadaran anak dalam menjaga kesehatan rongga mulutnya tentu masih sangat rendah,
dimana faktor peran orangtua merupakan hal yang dominan. Peran serta orangtua sangat
diperlukan dalam membimbing, memberikan pengertian, mengingatkan, dan
menyediakan fasilitas kepada anak agar dapat memelihara kebersihan gigi dan mulutnya.
Selain itu, orangtua mempunyai peran yang cukup besar dalam mencegah terjadinya
berbagai penyakit gigi dan mulut pada anak.
B. Tujuan penulisan
C. Maanfaat penulisan
BAB II

TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Stomatitis adalah kondisi peradangan pada mulut karena kontak dengan
pengiritasi seperti tembakau, defisiensi vitamin, infeksi oleh bakteri, virus atau jamur,
dan penggunaan obat kemoterapi.
Stomatitis Atfosa Rekuren atau yang lebih dikenal dengan sariawan adalah
radang yang terjadi di daerah mukosa mulut, biasanya berupa bercak putih
kekuningan dengan permukaan agak cekung, bercak itu dapat berupa bercak tunggal
maupun kelompok.
Stomatitis atau yang lebihh di kenal dengan sariawan dapat menyerang selaput
lender pipi bagian dalam, bibir bagian dalam, liddah, gusi, serta langit-langit dalam
rongga mulut. Meskipn tidak tergolong berbahaya, namun sariawan sangat
mengganggu. Adapula yang mengatakan bahwa sariawan merupakan reaksi
imunologik abnormal pada mulut.

B. Etiologi
Penyebab dari stomatisi adalah :
1. daya tahan tubuh anak yang rendah;
2. kondisi mulut anak seperti kebersihan mulut yang buruk;
3. luka pada mulut karena tergigit atau makanan dan minuman yang terlalu panas;
4. kondisi tubuh seperti adanya alergi atau infeksi;
5. luka akibat menyikat gigi terlalu keras atau bulu sikat gigi yang sudah
mengembang;
6. kekurangan vitamin c dan vitamin b;
7. faktor psikologis (stress);
8. pada penderita yang sering merokok juga bisa menjadi penyebab dari sariawan.
pambentukan stomatitis aphtosa yang dahulunya perokok;
9. disebabkan karena jamur, namun biasanya hal ini dihubungkan dengan penurunan
sistem pertahanan tubuh (imuno). berasal dari kadar imunoglobin abnormal;
gangguan hormonal (seperti sebelum atau sesudah menstruasi). Terbentuknya
stomatitis aphtosa ini pada fase luteal dari siklus haid pada beberapa penderita
wanita.

C. Manefestasi klinis
1. Nyeri sperti terbakar di mulut
2. Gusi membengkak dan mudah berdarah, selaput lendir terasa perih
3. Ulse papulovesikular di dalam mulut dan tenggorokan; akhirnya menjadi lesi
berkantung keluar disertai areloa ynag memerah, robek, dan membertuk sisik.
4. Limfadenitis submaksilari
5. Nyeri hilang 2 sampai 4 hari sebelum ulser sembuh secara keseluruhan
6. Selaput lendir terasa terbakar, kesemutan, dan sedikit membengkak
7. Ulser tunggal ataupun multipel, berbentuk kecil dengan pusat berwarna keputihan
dan berbatas merah
8. Nyeri berlangsung 7 samapi 10 hari, dan sembuh total dalam 1 sampai 3 minggu.

D. Patofisiologi
Dentifikasi terutama pada klien dengan resiko tinggi dapat memungkinkan dokter
gigi untuk memulai evaluasi pra-perawatan ddan melakukan tindakan profilaktis yang
terukirr untuk meminimalisir morbidditas dan insiden yang memungkinkan toksisitas
pada rongga mulut. Factor resiko yang paling utama pada perkembangan kompllikasi
oral selama perawatan adalah pra-kehadiran ppenyakit mulut dan gigi. Perhatian yang
sangat kurang terhadap rongga mulut selama terapi dan factor lain dapat
berpengarruuh pada ketahanan dari rongga mulut.
Factor resiko yang lain addalah : tipe dari kanker (melibatkan lokasi dan
histology), penggunaan antineoplastik, dosis dan administrasi penjadwalan
perawatan, kemudian area radiasi, dosisnya, jadwal dilakukan radiasi (kekerapan dan
durasi dari antisipasi myelosuppresi) serta umur pasien. Keadaan sebelum hadirnya
penyakit seperti kalkulus, gigi yang rusak, kesalahan restorasi, penyakit periodontal,
gingivitis dan penggunaan alat prostodontik, berkontribusi terhadap berkembangnya
infeksi local dan sistemik, kolonisasi bakteri, dan jamur dar alkulus, plak, pulpa,
poket periodontal, kerusakan operculum, gigi palsu, dan pengunaan alat-alat
kedokteran gigi merupakan sebuah lahan yang subur untuk organism opportunistic
dan pathogenikstik yang mungkin berkembang pada infeksi local dan sistemik.
Tambalan yang berlebih atau peralatan lain yang melekat pada gigi, membuat
lapisan mulut yang buruk, menebal dan mengalami atropi kemudian menghasilkan
ulserasi local (Stomatitis)

E. Klasifikasi
1. Stomatitis Aftosa (Recurrent Apththae)
Lesi stomatitis dimulai sebagai gelembung yang kemudian yang kemudian
pecah meninggalkan satu erosi / ulkus yang dangkal. Lesi yang kecil ini
menimbulkan rasa nyeri hebat. Tidak disertai demam.
2. Stomatitis Herpetika.
Stomatitis ini disebabkan oleh virus herpes simpleks. Mula-mula timbul
sebagai gelombang air yang kecil yang ditemukan disekitar mulut, palatum,
kadang-kadang lidah. Lesinya selalu multiple dan biasanya berlangsung
selama 8-10 hari.
3. Kandidiasis Oral
Kandidiasis oral sering disebut dengan oral trush atau moniliasis, oral
trush adalah adanya bercak putih pada lidah, langit-langit dan pipi bagian
dalam bercak tersebut sulit untuk dihilangkan dan bila di paksa untuk di ambil
maka akan mengakibatkan perdarahan, oral trush ini sering terjadi pada masa
bayi yang minum susu formula atau ASI

F. Penatalaksanaan
 Non farmakologi
1. Hindari makanan yang semakin meemperburuk kondisi seperti cabai
2. Sembuhkan penyakit atau keadaan yang mendasarinya
3. Pelihara kebersiha mulut dan gigi serta mengkonsumsi nutrisi yang cukup,
terutama makanan yang mengandung vitamin B12 dan zat besi
4. Hindari stress
 Farmakologi
1. emolien topical, seperti orabase,
2. kortikosteroid, seperti triamsinolon atau fluosinolon topical,
3. asiklovir
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
1. WBC menurun pada stomatitis sekunder
2. Pemeriksaan kultur virus : cairan vesikel dan herpes simplek stomatitis
3. Pemeriksaan kultur baktteri : eksudat untuk membentuk vincent’s stomatit
4. Biopsy
H. Asuhan keperawatan

Anda mungkin juga menyukai