Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH EPIDEMIOLOGI KARDIOVASKULAR

“Pencegahan Penyakit Kardio


(Faktor Psikologi, Hipertensi, Kolesterol, Diabetes Dan Multiple Risk Factor)”

UNIVERSITAS ANDALAS

Oleh :
ISTIKA YANA 1411211052
HAFIFAH NANDA 1411211057
RESPIA RIKA 1411211062
ANAMIRA 1411212021
RIFKA FEBRINA 1411212023
FISKA WAHYUNI 1411212059

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Tugas Epidemiologi Kardiovaskular

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS ANDALAS
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas rahmat ALLAH SWT yang telah
memberikan kami kesehatan dan kesempatan sehingga kami bisa menyelesaikan
tugas makalah ini dengan baik. Makalah ini ditulis sebagai tugas mata kuliah
Epidemiologi Kardiovaskular di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Andalas.
Penulis telah menyelesaikan makalah dengan segenap kemampuan dan
pikiran, namun kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih belum
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca agar makalah yang telah kami susun dapat mencapai kesempurnaan
dan dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis berharap makalah ini bermanfaat bagi semua orang sehingga mampu
menambah pengetahuan bagi para pembaca. Penulis mohon maaf jika dalam
penulisan makalah terdapat banyak kekurangan. Untuk itu, segala kritik dan saran
yang membangun akan senantiasa penulis terima dengan lapang hati.

Padang, April 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB 1 : PENDAHULUAN..........................................................................................1

1.1 Latar Belakang....................................................................................................1

1.2 Perumusan Masalah............................................................................................2

1.3 Tujuan.................................................................................................................2

BAB 2 : PEMBAHASAN............................................................................................3

2.1 Penyakit Kardiovaskuler.....................................................................................3

2.2 Faktor Risiko Penyakit Kardiovaskuler..............................................................3

2.3 Pencegahan Penyakit Jantung Koroner..............................................................8

2.3.1 Pencegahan Primordial................................................................................8

2.3.2 Pencegahan Primer......................................................................................8

2.3.3 Pencegahan Sekunder................................................................................10

2.3.4 Pencegahan Tersier....................................................................................10

BAB 3 : PENUTUP....................................................................................................11

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................11

3.2 Saran.................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................12

ii
BAB 1 : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada saat ini penyakit jantung (kardiovaskuler) merupakan penyebab


kematian nomor satu di dunia. Pada tahun 2005 sedikitnya 17,5 juta atau setara
dengan 30,0 % kematian diseluruh dunia disebabkan oleh penyakit jantung. Di
Indonesia, penyakit jantung juga cenderung meningkat sebagai penyebab kematian.
Sensus nasional tahun 2001 menunjukkan bahwa kematian karena penyakit
kardiovaskuler termasuk penyakit jantung koroner adalah sebesar 26,4%, dan sampai
dengan saat ini PJK juga merupakan penyebab utama kematian dini pada sekitar 40%
dari sebab kematian laki-laki usia menengah.
Penyakit jantung koroner merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
penting karena morbiditas dan mortalitasnya yang tinggi. Ditinjau dari segi
pembiayaan, akibat waktu perawatan dan biaya pengobatan penyakit jantung koroner
serta pemeriksaan penunjangnya, tentu tidak sedikit. Belum lagi keberhasilan
pengobatan sangat bergantung kepada kecepatan penanganan penyakit. Oleh karena
itu upaya pencegahan PJK sangat bermanfaat karena sudah pasti lebih murah dan
lebih efektif.
Tanda dan gejala klinik PJK pada usia dewasa muda (young adults) jarang
sekali dinyatakan oleh pasien secara langsung, tanda dan gejalanya tidak khas dan
asymptomatic. Banyak studi menunjukkan hanya sekitar 3,0% dari semua kasus PJK
terjadi pada usia dibawah 40 tahun.Yang menjadi ciri khas dan merupakan faktor
tunggal yang berhubungan kuat atas kejadian PJK pada usia dewasa muda adalah
merokok sigaret. Kannel et al. menemukan pada pasien yang menjadi kajian pada
Framingham Heart Study, risiko relatif tejadinya PJK tiga kali lebih tinggi pada
perokok usia 35 s.d 44 tahun dibandingkan dengan yang bukan perokok.
Diabates mellitus dan hyperlipidemia juga merupakan faktor risiko penting
kejadian PJK. Kedua faktor ini berperan penting terhadap patogenesis PJK. Isser et
al. menemukan bahwa kenaikan secara signifikan trigliserida, LDL dan penurunan
HDL terdapat pada semua pasien PJK dewasa muda dan 15% s.d 20% nya adalah
pasien PJK dengan diabetes mellitus. Pada pria umur pertengahan dan wanita dengan

1
2

Diabetes Mellitus (DM) memiliki risiko tinggi untuk menderita PJK, baik orang kulit
putih maupun kulit hitam. Risiko relatif PJK untuk pasien dengan DM adalah 3,95
pada wanita dan 2,41 pada pria.
Bertitik tolak dari uraian diatas, penelitian faktor-faktor risiko terhadap
kejadian PJK akan sangat penting dalam setiap upaya-upaya pencegahan dan
peningkatan kualitas hidup pada usia produktif.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan berbagai
masalah, yaitu sebagai berikut:
1. Apa itu penyakit Kardiovaskuler ?
2. Apa faktor risiko penyakit Kardiovaskuler ?
3. Bagaimana pencegahan penyakit Kardiovaskuler?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :

1. Untuk menegtahui Apa itu penyakit jantung koroner


2. Untuk menegtahui faktor risiko penyakit Kardiovaskuler
3. Untuk menegtahui pencegahan penyakit Kardiovaskuler
BAB 2 : PEMBAHASAN

2.1 Penyakit Kardiovaskuler


Menurut buku pedoman Depkes RI (2007), penyakit jantung merupakan
suatu kelainan yang terjadi pada organ jantung dengan akibat terjadinya gangguan
fungsional, anatomis serta sistem hemodinamis. Dalam arti luas yang dimaksud
dengan penyakit jantung adalah penyakit yang terdiri dari berbagai macam keadaan
sakit jantung. Kejadian penyakit jantung yang paling sering adalah penyakit jantung
koroner, serangan jantung dan kondisi sakit jantung lainnya. Jenis penyakit yang
dapat digolongkan kedalam penyakit Jantung menurut Depkes RI (2007), adalah:
1. Penyakit jantung koroner (PJK, penyakit jantung iskemik, serangan jantung,

infark miokard, angina pektoris).

2. Penyakit pembuluh darah otak (stroke, TIA (transient ischemic attack)

3. Penyakit jantung hipertensi.

4. Penyakit pembuluh darah perifer.

5. Penyakit gagal jantung.

6. Penyakit jantung rematik.

7. Penyakit jantung bawaan.

8. Penyakit kardiomiopathy

9. Penyakit jantung katub

2.2 Faktor Risiko Penyakit Kardiovaskuler


Faktor risiko suatu penyakit adalah faktor-faktor yang diyakini meningkatkan
risiko timbulnya penyakit yang bersangkutan. Namun hal itu bukan bersifat absolut.
Artinya bila seseorang memiliki satu faktor saja atau kombinasi dari beberapa jenis
faktor risiko, tidak berarti bahwa secara otomatis ia akan mengalami penyakit yang
bersangkutan. Tetapi ia akan lebih memiliki kemungkinan terkena penyakit tersebut
dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki faktor risiko.

1. Hipertensi

3
4

Bila seseorang melakukan aktivitas atau sedang stres, tekanan darahnya akan
meningkat. Segera setelah beraktivitas berhenti/berkurang dan rileks, tekanan darah
kembali menjadi normal, tetapi bila tekanan darah naik dan bertahan pada tekanan
tersebut meskipun sudah rileks, maka yang bersangkutan dikatakan memiliki
hipertensi. Hipertensi adalah desakan darah yang berlebihan dan hampir konstan
pada arteri. Tekanan dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika memompa darah.
Hipertensi merupakan faktor risiko primer untuk timbulnya penyakit jantung dan
stroke. Hipertensi disebut sebagai the silent killer karena tidak ditemukan tanda- tanda
fisik dari tekanan darah tinggi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan secara abnormal dan
terus menerus tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor yang tidak
berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara normal.
Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama untuk terjadinya penyakit
jantung koroner. Hipertensi dijumpai pada seseorang bila tekanan darah distolik
(TDD) sama dengan atau diatas 90 mmHg dan tekanan darah sistolik (TDS) sama
dengan atau di atas 140 mmHg.
Tekanan darah yang tinggi secara terus-menerus menambah beban pembuluh
arteri. Arteri mengalami proses pengerasan menjadi tebal dan kaku, sehingga
mengurangi elastisitasnya, dapat pula menyebabkan dinding arteri rusak atau luka
dan mendorong proses terbentuknya pengendapan plak pada arteri koroner. Penyakit
jantung koroner akan dialami sekitar 30% penderita hipertensi.
5

Jika individu memiliki tekanan darah tetap diatas 160/95 mmHg memiliki risiko 2-3
kali lebih besar untuk timbulnya penyakit jantung dan tiga kali lebih besar untuk
terkena stroke daripada individu dengan tekanan darah normal. Bila seseorang
menderita tekanan darah tinggi, lapisan dari dinding pembuluh- pembuluh darah
menebal sebagai usaha untuk melakukan kompensasi terhadap tekanan darah tinggi.
Hal ini menyebabkan penyempitan lumen untuk aliran darah yang mengalir di dalam
arteri dengan tekanan darah meningkat. Akibatnya adalah kerusakan lanjut pada
arteri dan tekanan darah makin meningkat. Jika hal tersebut dibiarkan tanpa
perawatan yang tepat, maka dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya.
Penderita sering tidak menyadari selama bertahun- tahun sampai terjadi komplikasi
besar seperti stroke, serangan jantung, atau kegagalan ginjal.

2. Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus memperburuk prognosis penyakit jantung koroner. Angka
kematian karena PJK meningkat 40-70% pada penderita diabetes. Penderita diabetes
wanita memiliki risiko terkena penyakit jantung koroner 3-7 kali dibandingkan
dengan wanita yang tidak menderita diabetes. Pada penderita diabetes tipe 2 (tidak
tergantung pada insulin) peningkatan risiko PJK berkaitan erat dengan kelainan
lipoprotein yaitu rendahnya HDL dan peningkatan trigliserida. Oleh karena itu,
kontrol gula darah melalui obat, diet, dan olahraga dapat membantu menekan risiko
terkena penyakit jantung koroner pada penderita diabetes.
Dalam keadaan normal, kadar gula darah 2 jam sesudah makan < 200mg/dl.
Tetapi pada individu dengan diabetes melitus, kadarnya melebihi atau sama dengan
200 mg/dl. Kadar hiperglikemia postprandial berbanding lurus dengan risiko
mortalitas penyakit jantung pada penderita diabetes mellitus. Terutama bila
berlangsung cukup lama, gula darah (glukose) tersebut dapat mendorong terjadinya
pengendapan atherosclerosis pada arteri koroner. Penderita Diabetes cenderung
mangalami gangguan jantung pada usia muda. Diabetes adalah faktor risiko yang
dapat meningkatkan mortalitas penyakit kardiovaskular 1,5-4,5 kali lipat. Selain itu,
data terbaru menunjukkan individu non-diabetes dengan tingkat intoleransi glukosa
tertentu juga meningkatkan risiko kardiovaskular. Hubungan yang erat antara
diabetes dan meningkatnya risiko penyakit kardiovaskular sangat jelas diketahui,
yaitu kebanyakan pasien prediabetes dan diabetes tipe 2 meninggal karena penyakit
kardiovaskular
6

Penderita diabetes menderita PJK yang lebih berat, lebih progresif, lebih
kompleks, dan lebih difus dibandingkan kelompok control dengan usia yang sesuai.
Diabetes mellitus berhubungan dengan perubahan fisik-pathologi pada system
kardiovaskuler. Diantaranya dapat berupa disfungsi endothelial dan gangguan
pembuluh darah yang pada akhirnya meningkatkan risiko terjadinya coronary artery
diseases (CAD). Kondisi ini dapat mengakibatkan terjadinya mikroangiopati, fibrosis
otot jantung, dan ketidaknormalan metabolisme otot jantung.
Pada diabetes tergantung insulin (NIDDM), penyakit koroner dini dapat
dideteksi pada studi populasi sejak decade keempat, dan pada usia 55 tahun hingga
sepertiga pasien meninggak karena komplikasi PJK, adanya mikroalbuminemia atau
nefropati diabetic meningkatkan risiko PJK secara bermakna.
Risiko terjadinya PJK pada psien dengan NIDDM adalah dua hingga empat
kali lebih tinggi daripada populasi umum dan tampaknya tidak terkait dengan derajad
keparahan atau durasi diabetes, mungkin karena adanya resistensi insulin dapat
mendahuluionset gejala klinis 15–25 tahun sebelumnya. Sumber lain mengatakan
bahwa, pasien dengan diabetes mellitus berisiko lebih besar (200%) untuk terjadinya
cardiovasculair diseases dari pada individu yang tidak diabet.

3. Kolesterol
Kolesterol merupakan senyawa lemak kompleks yang dihasilkan oleh tubuh untuk
bermacam-macam fungsi, antara lain kolesterol yang terdapat di bagian luar dari sel-
sel saraf dan berfungsi untuk membantu menghantarkan konduksi dan transmisi
tanda-tanda elektrik (electric signals). Tanpa adanya kolesterol, sel-sel saraf tidak
dapat menjalankan fungsinya dengan baik sehingga koordinasi gerak tubuh
seseorang maupun kemampuannya untuk berbicara terganggu. Beberapa fungsi
kolesterol yang tak kalah pentingnya antara lain memproduksi empedu, hormon
steroid, dan vitamin D. Karena fungsi kolesterol demikian penting, tubuh
membuatnya sendiri di dalam hati (liver). Lemak dan kolesterol tidak larut dalam
cairan darah. Untuk dikirimkan ke seluruh tubuh maka lemak dan kolesterol perlu
dikemas bersama protein menjadi lipoprotein. Lemak terdiri dari:
1. LDL (Low Density Lipoprotein), yang mengangkut paling banyak kolesterol
di dalam darah. LDL dinamakan kolesteroljahat karena kadar LDL yang
tinggi menyebabkan mengendapnya kolesterol dalam arteri.
7

2. HDL (High Density Lipoprotein), yang mengangkut kolesterol baik karena


dapat membawa kelebihan kolesterol jahat di pembuluh arteri untuk diproses
dan dibuang.
3. VLDL (Very Low Density Lipoprotein), yang membawa sebagian besar
trigliserida dalam darah. Pada proses selanjutnya VLDL akan berubah
menjadi LDL.
4. Trigliserida, yaitu jenis lemak dalam darah yang dapat mempengaruhi kadar
kolesterol. Kadar kolesterol darah dipengaruhi oleh diet. Kolesterol berasal
dari dua sumber, yaitu dari makanan yang kita makan dan diproduksi sendiri
oleh tubuh kita di dalam tubuh (hati). Kolesterol yang berasal dari makanan
yang kita makan bukan merupakan sumber utama. Jadi, bila seseorang tidak
pernah lagi mengkonsumsi kolesterol, proses-proses di dalam tubuhnya akan
tetap berlangsung. Hati membuat sekitar 2000 mg kolesterol perharinya. Ini
jauh lebih banyak dari kolesterol yang dikonsumsi yang jumlahnya 500
sampai 750 mg. Atau dapat juga dikatakan, 80% kolesterol dalam tubuh dan
hanya 20% yang diperoleh dari makanan. Untuk menjaga keseimbangan
jumlah kolesterol di dalam tubuh, ada mekanisme yarig mengatur agar jumlah
kolesterol yang diproduksi seimbang dengan jumlah kolesterol yang di
produksi di dalam hati.

Faktor-faktor lainnya yang dapat mempengaruhi kadar kolesterol darah di


samping diet adalah keturunan umur dan jenis kelamin stress, alkohol dan
exercise. Kolesterol dalam zat makanan yang kita makan meningkatkan kadar
kolesterol dalam darah. Sejauh pemasukan seimbang dengan kebutuhan,
tubuh kita tetap sehat. Tetapi, kebanyakan orang mengkonsumsi kolesterol
dalam jumlah berlebihan. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan
mengendap di dalam pembuluh darah arteri, sehingga menyebabkan
penyempitan dan pengerasan yang dikenal sebagai atherosclerosis.

4. Psikologi
Stres dapat meningkatkan tekanah darah sewaktu. Hormon adrenalin akan
meningkat sewaktu kita stres, dan itu bisa mengakibatkan jantung memompa darah
lebih cepat sehingga tekanan darah pun meningkat.
8

Stres memang sangat sulit dihindari jika hidup di kota besar seperti Jakarta yang
dikenal karena kemacetan dan kesibukannya (Solo Raya juga sudah mulai macet dll).
Saat seseorang mengalami stres, tubuhnya akan mengeluarkan hormon yang
menyebabkan pembuluh darah menjadi kaku. Hormon cortisol norepinephrine akan
diproduksi tubuh saat menderita stres, yang akan mengakibatkan naiknya tekanan
darah. Maka, sangat baik bila anda menghindari stres baik di kantor atau di rumah.

2.3 Pencegahan Penyakit Kardiovaskuler


2.3.1 Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial yaitu upaya pencegahan munculnya faktor
predisposisi terhadap Penyakit Kardiovaskular dalam suatu wilayah dimana belum
tampak adanya faktor yang menjadi risiko Penyakit Kardiovaskular. Tujuannya
adalah untuk menghindari terbentuknya pola hidup sosial ekonomi dan kultural yang
mendorong peningkatan risiko penyakit. Sasaran dari pencegahan ini adalah
masyarakat yang sehat secara umum. Upaya ini terutama ditujukan kepada masaah
PTM. Upaya primordial Penyakit Kardiovaskular dapat berupa pendidikan
kesehatan, peraturan-peraturan atau kebijakan nasional nutrisi dalam sektor
agrokultur, industri makanan impor ekspor, dan pencegahan komprehensip rokok
(peringatan pemerintah pada iklan rokok).

2.3.2 Pencegahan Primer


Pencegahan primer dimaksudkan untuk mencegah terjadinya Penyakit
Kardiovaskular baru (new onset Coronary Heart Disease) dengan cara mengurangi
atau menghilangkan faktor-faktor risiko melalui pendekatan komuniti berupa
penyuluhan faktor-faktor risiko Penyakit Kardiovaskular terutama pada kelompok
risiko tinggi. Pencegahan primer ditujukan kepada pencegahan berkembangnya
proses atherosklerosis secara dini. Dengan demikian, sasarannya adalah kelompok
usia muda.
Upaya-upaya yang dilakukan dalam pencegahan primer terhadap penyakit
jantung koroner antara lain:
1. Berhenti merokok
Menghentikan kebiasaan merokok merupakan hal yang paling sukar
dilakukan, diperlukan motivasi dan kesadaran yang sangat kuat dari diri si
9

perokok maupun lingkungannya. Berhenti merokok adalah alternatif terbaik


untuk kesehatan seperti pencegahan penyakit jantung koroner.

2. Olah raga
Dengnan olah raga secara teratur dan sedini mungkin, berarti mencegah
terjadinya atherosklerosis lebih lanjut yang senantiasa akan menjadi penyakit
jantung koroner. Olah raga dapat membukakan saluran pembuluh darah baru
di sekitar pembuluh darah yang tersumbat sehingga darah mengalir dengan
lancar kembali.

3. Kontrol berat badan


Mengatur pola makan dengan baik agar tidak menjadi kegemukan. Hindari
makan makanan yang mengandung lemak jenuh.

4. Pemeriksaan kesehatan secara berkala


Banyak orang yang sudah menginjak usia senja (usia diatas 40 tahun) tidak
mengetahui bahwa dirinya mengidap penyakit tekanan darah tinggi, kencing
manis ataupun dislipidemia (kelebihan kolesterol), karena mereka enggan
memeriksakan diri ke dokter atau mungkin pula penyakit tersebut tidak
memberikan suatu keluhan. Tidak jarang diantara mereka ini kemudian
meninggal mendadak karena serangan jantung. Karena itu pemeriksaan
kesehatan dalam rangka pencegahan primer perlu dilakukan terutama pada :
a) Orang sehat (tanpa keluhan) diatas usia 40 tahun.
b) Anak dari orang tua dengan riwayat hipertensi, diabetes melitus, familier
dislipidemia, mati mendadak pada usia kurang dari 50 tahun
c) Obesitas
Adapun jenis pemeriksaan yang dianjurkan adalah ;
a. Peme r i k s a a n F i s i k me n g e n a i kemungkinan adanya kelainan
organis pada jantung ataupun hipertensi.
b. Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG) pada waktu istirahat.
c. Pemeriksaan laboratorium seperti : gula darah, total kolesterol, HDL,
Kolesterol, LDL kolesterol, Trigliserida, ureum, dan kreatinin.
d. Pemeriksaan treadmill test, terutama bagi penderita yang hasil EKG
nya meragukan dengan adanya keluhan nyeri dada (Chest pain).
10

e. Pemeriksaan Ekokardiografi terutam untuk melihat kelainan struktur /


organis jantung.

2.3.3 Pencegahan Sekunder


Pencegahan sekunder yaitu upaya mencegah keadaan PJK yang sudah pernah
terjadi untuk berulang atau menjadi lebih berat. Disini diperlukan perubahan pola
hidup dan kepatuhan berobat bagi mereka yang sudah menderita PJK. Pencegahan
tingkat kedua ini ditujukan untuk mempertahankan nilai prognostik yang lebih baik
dan menurunkan mortalitas. Pedoman untuk pencegahan serangan jantung dan
kematian pada penderita PJK hampir sama dengan pencegahan primer yaitu
ditujukan untuk meminimalkan faktor risiko PJK, selain itu dilakukan intervensi
dengan obat-obatan maupun dengan pembedahan (operasi).

2.3.4 Pencegahan Tersier


Pencegahan tersier yaitu upaya mencegah terjadi komplikasi yang lebih berat
atau kematian. Pencegahan dalam tingkatan ini bisa berupa rehabilitasi jantung.
Program rehabilitasi jantung terutama ditujukan kepada penderita PJK, pernah
mendapat serangan jantung atau pasca operasi jantung. Kecemasan dan kekhawatiran
sering timbul pada penderita PJk apalagi setelah serangan jantung mendadak. Hidup
dilewati dengan rasa ketakutan karena segala sesuatunya harus dikontrol dan
dibatasi.
Melalui program rehabilitasi penderita PJK memulai hidup baru untuk
mencapai keadaan kesehatan yang optimal, kemudian mempertahankannay terus-
menerus. Rehabilitasi mencakup kegiatan fisik, mental dan sosial.
11

BAB 3 : PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Menurut WHO, Penyakit jantung koroner adalah gangguan pada miokardium
karena ketidakseimbangan antara aliran darah koroner dengan kebutuhan oksigen
miokardium sebagai akibat adanya perubahan pada sirkulasi koroner yang dapat
bersifat akut (mendadak) maupun kronis (menahun). Gangguan pada artei
menyebabkan terjadinya penyakit jantung koroner. Penyakit ini berkaitan dengan
gangguan suplai darah pada otot jantung sehingga jantung akan mengalami
kekurangn darah dengan segala manifestasinya.
Timbulnya penyakit jantung koroner walaupun tampak mendadak sebenarnya
melalui perlangsungan yang lama (kronik). Penyakit jantung koroner dapat berupa
angina pektoris, infark miokardium, payah jantung (ischemic hearth disease), dan
mati mendadak (Sudden death). Upaya-upaya yang dilakukan dalam pencegahan
primer terhadap penyakit jantung koroner antara lain: Berhenti merokok, Olah raga,
Kontrol berat badan, Mengontrol tekanan darah, Mengontrol kolesterol darah.

3.2 Saran

Semoga pembuatan makalah dengan judul yang sama dapat lebih baik di
masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA

1. Bustan, M. N. 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka


Cipta
2. Bustan, M. N. 2002. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta
3. Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka
Cipta
4. Soeharto, I. 2004. Serangan Jantung dan Stroke. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama
5. Krisnatuti, D Yehrina R. 1999. Perencanaan Menu Bagi Penderita Penyakit
Jantung Koroner. Jakarta: PT. Trumbus Agriwidya
6. Soewono, BS. 2003. Ilmu Penyakit Jantung. Surabaya: Airlangga University
Press
7. Laurence, M, dkk. 2002. Diagnosis dan Terapi Kedokteran Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta: Salemba Medika
8. Anwar, B. 2004. Dislipidemia sebagai Faktor Risiko Penyakit Jantung
Koroner.
9. Christian Sandi, Saryono, Dian Ramawati. (2013). Penelitian Tentang
Perbedaan Kadar Kolesterol Darah Pada Pekerja Kantoran dan Pekerja
Kasar.

10. Corwin J. Elizabeth, ( 2009 ), Buku Saku Patofisiologi, Edisi Revisi 3,


Penerbit : Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

11. Corwin Elizabeth J. Buku saku patofisiologi : Sistem kardiovaskular. Edisi 1.


Jakarta : EGC, 2009.

12. Darmojo, dkk, 1993, Pengelolaan Pengajaran Sains, Rineka Cipta, Jakarta.

13. Davidson Christopher. (2003), Penyakit Jantung Koroner. Penerbit Dian


Rakyat, Jakarta.

14. Diah Krisnatuti dan Rina Yenrina. (1999). Panduan Mencegah & Mengobati
Penyakit Jantung. Jakarta: Pustaka Swara

15. Hendriantika, H. (2012), Penelitian Tentang Studi Komparatif Aktivitas Fisik


dengan Faktor Resiko Terjadinya Penyakit jantung Koroner.

Anda mungkin juga menyukai