Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)

BALAI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KOTA


SAMARINDA, PROVINSI KALIMANTANTIMUR
DI KEMENTRIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

Oleh :

KHIKIE PRATIWI
NIM. 110 500 130

PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN


JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2015
i

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Laporan PKL : Laporan Praktik Kerja Lapang (PKL) Balai


Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kota Samarinda,
Provinsi Kalimantan Timur di Kementrian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi

Nama : Khikie Pratiwi

NIM : 110 500 130

Program Studi : Manajemen Lingkungan

Jurusan : Manajemen Pertanian

Pembimbing, Penguji I, Penguji II,

Furqaan Hamsyani,S.Hut, M.Si. Ir. Wartomo. MP Kemala Hadidjah, ST. MSi


NIP. 19790104 201012 1 002 NIP. 19631028 198803 1 003 NIP. 19830718 2010121 2 004

Menyetujui/ Mengesahkan,
Ketua Program Studi Manajemen Lingkungan
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Ir. Dadang Suprapto, MP


NIP. 1962010 198803 1 003

Lulus ujian pada tanggal :.........................................


ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala, karena atas berkat
Rahmat-Nya penulis dapat melaksanakan rangkaian kegiatan selama melaksanakan
Praktik Kerja Lapang (PKL) di Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Balai
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur
hingga tersusunnya laporan ini.
Keberhasilan dan kelancaran dalam pelaksanaan kegiatan PKL ini tidak
terlepas dari peran serta dan bantuan dari beberapa pihak, untuk ini dengan segala
kerendahan hati dan sikap hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Heri Purwanto selaku Pembimbing Lapangan di Balai Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3)
2. Para karyawan di Balai K3 yang telah mengarahkan penulis dan rekan-rekan
untuk lebih giat menjalankan PKL
3. Bapak Ir.Hasanudin, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
4. Bapak Ir. Masrudy, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian
5. Bapak Ir. Dadang Suprapto, MP selaku Ketua Program Studi Manajemen
Lingkungan
6. Bapak Furqaan Hamsyani,S.Hut, M.Si Selaku Dosen Pembimbing Praktik Kerja
Lapang (PKL)
7. Keluarga dan orang tercinta yang telah banyak memberikan dukungan
8. Rekan-rekan seperjuangan Manajemen Lingkungan Angkatan 2011 – 2012
Dalam menyusun laporan ini penulisan menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna, Maka penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik agar Laporan Praktik Kerja Lapang (PKL) ini lebih
baik lagi.
.

Khikie Pratiwi
Kampus Sei Keledang, 27 Juni 2015.
iii

DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... v

I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Maksud dan Tujuan ........................................................................ 2
C. Hasil Yang Diharapkan ................................................................... 2

II. KEADAAN UMUM KANTOR .................................................................. 3


A. Tinjauan Umum Kantor Balai K3 ................................................... 3
B. Manajemen Kantor Balai K3 ......................................................... 10
C. Waktu dan Lokasi PKL .................................................................. 14

III. HASIL PRAKTIK KERJA LAPANG ....................................................... 22


A. Pelaksanaan Pengujian Kebisingan .............................................. 22
B. Pelaksanaan Pengujian Pencahayaan .......................................... 24
C. Pelaksanaan Iklim Kerja................................................................ 26
D. Menimbang Debu ......................................................................... 28
E. Destilisasi Aquades ....................................................................... 29
F. SOP (Standar operasional Prosedur) ............................................ 31
G. SO (Stock Opname)...................................................................... 33

IV. KESIMPULAN dan SARAN ................................................................. 35


A. Kesimpulan ................................................................................... 35
B. Saran ............................................................................................ 36

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 37

LAMPIRAN ............................................................................................... 38
iv

DAFTAR TABEL

Nomor Tubuh Utama Halaman

1. Jadwal Kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL)………………………….. 15

2. Kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL)…………………………………… 20


v

DAFTAR GAMBAR

Nomor Lampiran Halaman

1 Proses pengambilan sampel iklim kerja………………………………… 39

2 Proses pengambilan sampel kebisingan………………………………... 40

3 Proses pengambilan sampel pencahayaan…………………………….. 41

4 Proses pengambilan sampel debu………………………………………. 42


1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Program Studi Manajemen Lingkungan Politeknik Pertanian Negeri

Samarinda merupakan pendidikan vokasi Diploma III. Sebagai program

pendidikan vokasi maka sistem pendidikan menerapkan kurikulum dengan

komposisi 40% komponen teori dan 60% komponen praktik.

Pekerjaan praktik merupakan konsep utama melaksanakan pendidikan di

Politeknik Pertanian. Sebagai implementasi dari pelaksanaan kurikulum tersebut

selain melaksanakan praktik dilaboratorium juga disediakan waktu pada

semester akhir bagi mahasiswa untuk mengikuti kegiatan lapangan dalam bentuk

praktik kerja lapang (PKL) yang dilaksanakan pada perusahaan atau instansi

yang terkait. Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan PKL adalah selama 2

bulan.

Maksud di laksakannya kegiatan praktik kerja lapang adalah agar

mahasiswa mendapat pengalaman kerja dilapangan pada kondisi yang

sesungguhnya terjadi di masyarakat dengan demikian para mahasiswa akan

bertambah wawasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan teknologi

pengelolaan lingkungan dan teknik pencegahan pencemaran lingkungan.

Dalam kegiatan PKL mahasiswa tidak hanya melihat atau mengamati saja

akan diarahkan mengikuti atau melaksanakan pekerjaan sebagaimana yang

dilaksanakan oleh perusahaan dalam bidang pengelolaan lingkungan.

Mahasiswa diberi tugas khusus dalam bidang Keselamatan dan Kesehatan kerja.

Selama melaksanakan kegiatan PKL dilapangan mahasiswa dibimbing

oleh seorang pembimbing lapangan yang berperan memberikan petunjuk dan

arahan mengenai apa dan bagaimana melaksanakan pekerjaan – pekerjaan


2

yang terkait pada keselamatan dan kesehatan kerja.

B. Tujuan Praktik Kerja Lapangan (PKL)

Adapun secara rinci yang menjadi tujuan dari kegiatan praktik kerja

lapang adalah :

1. Memberikan keterampilan lanjutan bagi mahasiswa agar memiliki bekal

ketika terjun ke masyarakat menghadapi dunia kerja.

2. Memberikan pengalaman lapangan kepada mahasiswa untuk mengenal,

memahami dan melakukan pekerjaan lapangan sesuai dengan dunia

nyata.

3. Mahasiswa dapat menerapkan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah ketika

bekerja di lapangan.

4. Mahasiswa dapat menganalisis atau menjelaskan jika terjadi perbedaan

antara ilmu yang diperoleh di kampus dengan realita dunia kerja. Hal

demikian mungkin saja terjadi mengingat ada kalanya perkembangan

teknologi di dunia kerja terkadang lebih cepat dari perkembangan ilmu di

kampus.

C. Hasil yang diharapkan

Dari kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) ini diharapkan mahasiswa

memperoleh pengetahuan dan skill sehingga ketika lulus mahasiswa telah

memiliki pengalaman dan siap terjun ke lapangan untuk menghadapi dunia kerja.
3

II. KEADAAN UMUM KANTOR

A. Tinjauan Umum Kantor Balai K3

Perkembangan Higiene Perusahaan Ergonomi dan Kesehatan (Hiperkes) di

mulai secara tepat tidak di ketahui namun ada anggapan bahwa Hiperkes mulai

timbul sejak adanya pekerjaan dalam hubungan pengupahan atau penggajian.

Selanjutnya pada abad ke- 16 mulai ada keterangan-keterangan yang lebih jelas

tentang gambaran penyakit-penyakit yang diderita oleh para pekerja tambang,

pengolahan biji tambang,cat dan lain-lain. Pada saat itu muncul gagasan upaya

pencegahan seperti penyelenggaraan sistem pertukaran udara dan pemakaian tutup

buka.

Pada abad ke-17, Berbardine Ramazzini sebagai bapak dari Hiperkes yang

menjelaskan bahwa pekerjaan dapat menimbulkan penyakit-penyakit yang sampai

saat ini dikenal dengan penyakit akibat kerja. Pada abad ke-18 dengan adanya

revolusi di Inggris dimana saat itu mulai ditemukan cara-cara bereproduksi baru,

mesin-mesin baru untuk industri berkembang lebih pesat lagi. Perkembangan yang

demikian juga terjadi di negara-negara Eropa lainnya serta di Amerika.

Pertumbuhan dan perkembangan teknologi di Negara-negara maju pada

abad ke-20, seperti teknologi proses produksi didalam industri, teknologi-teknologi

canggih lainnya merupakan tantangan bagi Hiperkes. Dan kenyataan bahwa

Hiperkes mampu berkembang mengikuti kemajuan yang sangat cepat sesuai

dengan lajunya teknologi (Anonim, 2001).

Seperti halnya dibandingkan Perkembangan Higiene Industri di Indonesia

tidak diketahui secara pasti kapan terjadinya. Perkembangan Higiene Industri di


4

Indonesia yang sesungguhnya baru terjadi beberapa tahun setelah negara kita

merdeka yaitu pada saat munculnya undang-undang kecelakaan. Pokok-pokok

tersebut, meski tidak atau belum diberlakukan saat itu juga.

Selanjutnya oleh Departemen Perburuhan (sekarang Departemen Tenaga

Kerja dan Transmigran). Pada tahun 1957 didirikan Lembaga Kesehatan Buruh

yang kemudian pada Tahun 1965 berubah menjadi Lembaga Keselamatan dan

Kesehatan Buruh. Dan pada Tahun 1966 fungsi kedudukan Hiperkes Industri di

dalam aparatur pemerintah menjadi lebih jelas lagi yaitu dengan didirikannya

Lembaga Higiene Perusahaan (Higiene Perusahaan Industri) dan Kesehatan Kerja

di Departemen Tenaga Kerja dan Dinas Higiene Perusahaan/Sanitasi Umum serta

Dinas Kesehatan Tenaga Kerja di Departemen Kesehatan. Disamping itu juga

tumbuh organisasi swasta yaitu Yayasan Higiene Perusahaan yang berkedudukan

di Surabaya.

Untuk selanjutnya organisasi Hiperkes yang ada di pemerintahan dari tahun

ke tahun selalu mengalami perubahan-perubahan dengan nama-nama sebagai

berikut :

1. Pada Tahun 1969 Lembaga Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja berubah

menjadi Lembaga Nasional Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja.

2. Pada Tahun 1978 berubah menjadi Pusat Bina Higiene Perusahaan, Kesehatan

dan Kesehatan dan Keselamatan kerja.

3. Pada Tahun 1983 berubah lagi menjadi Pusat Higiene Perusahaan dan

Kesehatan Kerja.
5

4. Pada Tahun 1988 berubah menjadi Pusat Pelayanan Ergonomi, Higiene

Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

5. Pada Tahun 1993 berubah lagi menjadi Pusat Higiene Perusahaan, Kesehatan

dan Keselamatan kerja.

6. Pada Tahun 1998 berubah lagi menjadi Pusat Hiperkes dan Keselamatan Kerja.

7. Pada Tahun 2001 nama tersebut berubah pula menjadi Pusat Pengembangan

Keselamatan Kerja dan Hiperkes.

8. Pada Tahun 2005 menjadi pusat Keselamatan Kerja dan Hiperkes.

9. Dan akhirnya pada tanggal 09 Juli 2007 berdasarkan keputusan Menteri Tenaga

Kerja Transmigrasi RI Nomor. Kep. 16/MEN/VII/2007 menjadi Balai Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (BK3).

Perkembangan Hiperkes di Indonesia selain melalui insitusi juga dilakukan

upaya-upaya melalui penerbitan buku seperti Ilmu Kesehatan Buruh (1965), Ilmu

Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (1967), Ergonomi dan Produktif Kerja.

Majalah Triwulan Higiene Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja, dan

Jaminan Sosial juga buku-buku pedoman Hiperkes dan Keselamatan Kerja

(semacam penuntun penerapan Hiperkes dan Keselamtan Kerja di perusahaan)

serta leaflet tentang panduan kerja di Laboraturium Hiperkes dan lain-lain yang

disebarluaskan ke seluruh pelosok tanah air. Kegiatan lain seperti seminar,

konvensi, lokakarya, bimbingan terapan teknologi Hiperkes dan Keselamatan Kerja

diadakan secara terus-menerus. Dalam pembinaan personil dilaksanakan dengan

menyelenggarakan kursus dan latihan di dalam negeri, disamping pendidikan formal

baik yang diselenggarakan di dalam maupun luar negeri.


6

Dari segi perundang-undangan yang berlaku yaitu peraturan perundangan

yang menyangkut Hiperkes yang terdapat dalm Undang-Undang, peraturan Menteri

dan Surat Edaran Menteri telah banyak diterbitkan. Upaya pembinaan Laboratorium

Hiperkes dan Keselamatan Kerja yang terletak di 14 provinsi di Indonesia (Anonim,

2004).

Berdasarkan dengan dikeluarkannya Permenakertrans No. 07/MEN/IV/2011

tanggal 29 April 2011 tentang organisasi dan tata kerja unit pelaksana teknis di

lingkungan Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, maka wilayah Kerja Balai

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Samarinda meliputi 7 Provinsi yaitu: Kalimantan

Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Bali, Nusa

Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat.

Dengan demikian Balai K3 Samarinda dengan tugas dan fungsinya secara

otomatis dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif untuk pengembangan kelembagaan

dan pelayanan di bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Hubungan

struktural masih menganut sistem koordinasi vertikal dan daerah, hal ini dibangun

dalam rangka pemberdayaan sebagai unit pelaksanaan Teknis Pusat, untuk

menjelaskan seluruh Perusahaan/Industri yang berada di Indonesia khususnya di

Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan.

Kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) dengan berbasis pendidikan

Formal dan Diklat Teknis, rata-rata personel telah mengacu standar nasional dan

mempunyai kompetensi aplikasi lapangan terpadu antara Teknis-Medis sesuai

pelayanan yang diperoleh, secara umum memenuhi tupoksi yang ada, kemampuan

layanan tidak diragukan lagi atas kesiapan dukungan fasilitas, sarana dan peralatan
7

yang moderen dengan mengikuti perkembangan teknologi saat ini, disamping itu

sementara menjalani proses Akreditasi Akademi kesehatan dan Lingkungan (KAN),

yang merupakan persyaratan mutlak dimiliki setiap laboraturium (Anonim, 2015b).

Cangkupan dan kemampuan laboraturium adalah meliputi teknis, pengujian

intern (in door) dan Lapangan (out door), Laboraturium medis, pemeriksaan/layanan

mobile langsung ke perusahaan. Kredibilitas yang diperoleh selama 25 tahun

terakhir ini, antara lain disamping Laboraturium Teknis-Medis, rujukan berbagai

perusahaan menyangkut Amdal dan penyelenggaraan kebijakan Pemerintah Daerah

berkaitan dengan pengujian lingkungan kerja dan kesehatan kerja berdasarkan pada

SK Gubernur Provinsi Kaltim No. Kep. 28 Tahun 2002 dan Negeri (Poltekes,

Akademi Kesehatan dan Lingkungan (AKL), Akper Pemprov, Fakultas Kesehatan

Masyarakat (FKM), MIPA Unmul dan sebagainya) dan juga oleh berbagai

perusahaan yang berskala besar dan menengah.

Mengacu pada pengalaman dan kemampuan yang ada maka pola

pembinaan, pelayanan dan perlindungan diatur dengan Surat Perintah Kerja (SPK)

dan Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) atau Model (MOU) antara pihak-pihak atau

relasi yang membutuhkan/pemesanan (Nilai Nominal Medis dan Teknis) yang

ditandatangani kedua belah pihak antara institut, kontraktor/perusahaan dengan

Balai K3 selaku pemilik fasilitas dan sarana. Nilai kompetensi berpedoman pada PP.

65 Tahun 2012, Tentang Tarif dan Penerimaan Negara di luar Pajak (PNBP) berlaku

di lingkungan Depnakertrans sebagai pengganti Permen No. 2/MEN/1990 tentang

pendayagunaan fasilitas Hiperkes dan Keselamatan Kerja.


8

1. Visi dan Misi

Visi dan misi Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja antara lain :

a. Visi :

Menciptakan kondisi kerja yang aman, nyaman dan lingkungan kerja yang bersih

dan rapi agar tenaga kerja sehat, selamat, sejahtera dan produktif.

b. Misi :

1. Menerapkan kebijakan dan standar K3.

2. Mengembangkan organisasi dan peningkatan kualitas SDM internal maupun

external.

3. Melindungi semua tenaga kerja terhadap factor resiko bahayalingkungan dan

tempat kerja.

4. Meningkatkanderajat kesehatan tenaga kerja dan memberdayakan tenaga

kerja di semua sektor.

5. Meningkatkan pelayanan teknis, pengujian dibidang K3.

6. Peningkatakan analisis, pengkajian dan perekayasaan teknologi K3.

7. Mewujudkan laboraturium Teknis-Medis yang berkualitas, terakterditasi dan

terpercaya.

8. Mengupayakan peningkatan derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi -

tingginya dengan menciptakan standar penelitian, pengkajian, penerapan

norma Hiperkes dan pengendalian teknis serta rancang bangun teknologi

Hiperkes dan Keselamatan Kerja (Anonim, 2015a).

Hiperkes adalah dari Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja yang

merupakan perpaduan 2 (dua) disiplin ilmu yang sangat berbeda, namun


9

mempunyai tujuan yang sama yaitu menciptakan tenaga kerja yang sehat dan

produktif.

Dalam menciptakan tenaga kerja sehat dan produktif, Higiene perusahaan

menggunakan pendekatan teknis yang meliputi teknologi pencegahan atau

pengendalian dalam hal pengaruh factor-faktor fisik, kimia biologi (sekedarnya)

terhadap tenaga kerja. Jadi sasarannya adalah menciptakan tenaga kerja sehat dan

produktif menggunakan pendekatan medis. Aspek kedokteran yang diterapkan

kepada tenaga kerja terhadap efek pekerjaan dan lingkungan kerjanya.

Kemampuan reaksi itu biasa dibina secara konstruktif agar semakin bergerak

ke tingkat yang lebih tinggi. Dalam hal ini terjadi penyimpangan dari reaksi normal,

maka digunakan pendekatan yang memungkinkan evaluasi secara besarnya reaksi

atau efek dini metode pendekatan sangat menonjol yang melalui pemantauan non

medis, jadi sasaran adalah manusia.

Jadi ruang lingkup kegiatan Hiperkes adalah pencegahan dan

pemberantasan penyakit-penyakit umum dan akibat kerja pada tenaga kerja

pemeliharaan kesehatan gizi kerja pemeliharaan dan peningkatan efesiensi dan

produktifitas tenaga kerja melalui berbagai aspek yang latar belakangnya adalah

manusia, pencegahan kelelahan kerja dan pemupukan kegairahan kerja,

pencegahan atau pelindungan terhadap efek teknologi kepada tenaga kerja dan

pemeliharaan kelestarian lingkungan kerja.


10

B. Manajemen Kantor Balai K3

1. Tugas Pokok

Dengan Keputusan Tenaga kerja Transmigrasi RI.No. 07/MEN/IV/2011

tanggal 29 April 2011 tentang organisasi dan tata kerja unit pelaksana teknis di

lingkungan Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, maka wilayah kerja Balai

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Samarinda meliputi provinsi yaitu: Kalimantan

Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Bali, Nusa

Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat (Anonim, 2015c).

Tugas pokok melaksanakan pengkajian dan analisis melalui penelitian,

pengujian dan pemeriksaan serta perekayasaan dalam hal pelayanan dan

pembinaan Hiperkes dan Keselamatan Kerja atau pengembangan lain melalui

pelatihan dan penyuluhan atau sosialisasi kesehatan kerja.

2. Fungsi-fungsi

Balai K3 Samarinda menyelenggarakan fungsi:

a. Penyusunan rencana, program dan anggaran di bidang keselamatan dan

kesehatan kerja.

b. Pelayanan teknis pengujiian dan pengukuran di bidang K3.

c. Melaksanakan perekayasaan dan penerapan teknologi di bidang K3.

d. Pelaksanaan analisis dan pengujian terapan di bidang K3.

e. Pelaksanaan pelatihan dan tempat uji kompetensi (TUK) di bidang K3.

f. Pengelolaan dan sertifikasi profesi di bidang K3.

g. Pelayanan konsultasi, promosi dan pemasaran serta kerjasama kelembagaan

di bidang K3.
11

h. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai K3.

3. Program Kerja dan Jenis-jenis Pelayanan

Dalam rangka tugas dan fungsi Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja

Samarinda, maka dibagi 9 (sembilan) program sebagai berikut:

a. Jenis-jenis Pelayanan

1) Pengujian faktor fisik

1. Pengujian iklim kerja

2. Pengujian pencahayaan / penerangan

3. Pengujian kebisingan

4. Pengujian getaran

5. Pengujian radiasi Sinar UV dan Gelombang Mikro

2) Pengujian faktor kimia

1. Gas-gas (H2S, NO2, O3, CO, SO2, NH3, HCOH,NOX, SOX)

2. Partikel-pertikel, uap dan fume

3. Kandungan logam-logam berat (Pb, Cd, Ni, As, Fe)

3) Sanitasi industri

1. Pemeriksaan bakteriologi Air Minum dan Makanan

2. Pengamatan dan pembuangan Air Limbah

3. Pemeliharaan dan pengaturan kebersihan lingkungan kerja

4) Pengujian gizi kerja

1. Pengamatan pola kosumsi input dan output kalori sesuai beban kerja

2. Pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb darah) dan cacing

3. Penilaian kebersihan kantin dan ruang makan


12

5) Pengujian faal dan ergonomik

1. Pengujian faal kerja

2. Pengujian ergonomik

3. Penilaian tingkat produktivitas kerja

6) Kesehatan kerja

1. Pemeriksaan fisik lengkap dokter

2. Pemeriksaan kapasitas paru-paru

3. Pemeriksaan keracunan pestisida

4. Pemeriksaan daya pendengaran

5. Pemeriksaan jantung

6. Pemeriksaan kebugaran jasmani

7. Toksikologi dalam darah dan urine

7) Keselamatan

1. Pengujian air pengisi ketel dan air ketel

2. Pengujian air buangan / limbah (industri dan domestik)

3. Penilaian alat proteksi

4. Pengujian arus listrik

5. Pengamatan penempaan alat pemadam kebakaran

6. Identifikasi potensi bahaya lingkungan (PBL)

8) Pengujian emisi dan ambient

1. Emisi bergerak (kendaraan bermotor)

2. Emisi tetap (cerobong industri)

3. Pengujian ambient
13

9) Pelatihan dan penyuluhan

1. Dokter perusahaan / umum

2. Paramedis / perawat

3. Pengelolah kantin / katering perusahaan

4. Manajer perusahaan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (P2K3) dan Sertifikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI)

5. Teknisi perusahaan (Operator)

6. Bimbingan Teknis (Bimtek), penyuluhan dan sosialisasi (in house

training)

4. Fasilitas Sarana dan Pegawai

1. Laboraturium

a) Laboraturium Higinie Perusahaan (Lingkungan/Teknis) untuk pengujian

faktor fisik, kimia, dan ergonomi.

b) Laboratorium medis/kesehatan kerja untuk pemeriksaan toksikologi, gizi

kerja, kebugaran jasmani dan penyakit yang berkaitan akibat kerja serta

pemeriksaan kesehatan kerja awal, berkala dan khusus.

c) Laboraturium keselamatan kerja, untuk pengujian air limbah, air pengisi ketel,

air ketel, pengujian arus listrik, stack / cerobong dan alat proteksi dan

sebagainya.

2. Alat Lingkungan (Teknisi) dan Laboratorium

1. Dragger sas detector

2. Gas Chomatography (GC) 2010

3. Atomis Absorpsion Spectrophotometer (AAS)


14

4. Parikel size (Melvin partclesize)

5. Heat stress monitoand thermal anemometer

6. High volume dustr asmple PM. 10

7. Stack Sampling (USEPA method 5 sampling train)

8. Sound level meter dan vibration mancine / tool

9. Whole body vibration

10. Water quality cheker

11. Tinto meter kit (Cholenestrase darah)

12. Fotometer, audiometer, spirometer

13. Electrocardiograf (ECG) dan Harvad Step Test (HST)

14. Dan alat-alat teknis dan medis lainnya

C. Waktu Dan Lokasi Kegiatan Praktik Kerja Lapangan

Pelaksanaan praktik Kerja Lapangan dilakukan penulis selama 2 bulan pada

tanggal 04 Maret sampai 30 April 2015 di Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Samarinda, Kalimantan Timur. Selama pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan,

kegiatan yang dilakukan meliputi penerangan / pencahayaan, iklim kerja, debu.


15

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Praktik Lapangan Kerja Bulan Maret Sampai April

No Hari/Tanggal Kegiatan Lokasi Keterangan


1 2 3 4 5
Rabu, 4 1. Pengenalan karyawan
1 Kantor Teori
Maret 2015 2. Pengenalan lokasi
Kamis, 5 baca buku
2 Kantor Teori
Maret 2015 metode iklim kerja
Jum’at, 6 baca buku
3 Kantor Teori
Maret 2015 metode kebisingan
Senin, 9 baca buku
4 Kantor Teori
Maret 2015 metode pencahayaan
baca buku
Selasa, 10
5 profil Balai Keselamatan Kantor Teori
Maret 2015
dan Kesehatan Kerja (K3)
Rabu, 11 baca buku
6 Kantor Teori
Maret 2015 metode iklim kerja
Kamis, 12 Pergi ke perusahaan Praktik
7 Perusahaan
Maret 2015 PT. Anugah Bara Kaltim Kebisingan
Jum’at, 13 baca buku undang-undang
8 Kantor Teori
Maret 2015 iklim kerja
Senin, 16 Pengukuran Iklim Kerja di Praktik Iklim
9
Maret 2015 Balai K3 Kantor kerja
Selasa, 17 Pergi ke Perusahaan Praktik
10 Perusahaan
Maret 2015 PT. Daya Yes Shipyard pencahayaan
Praktik Mencuci
Rabu,18
11 Bersih-bersih di Lab Kantor Botol-botol
Maret 2015
Absorban
Praktik
Kamis, 19 menyusun
12 Bersih-bersih di Lab Kantor
Maret 2015 botol-botol
Absorban
Praktik Aquades
Jum’at, 20 Masukan air penyulingan
13 menjadi
Maret 2015 Aquades Kantor
Aquabidest
Praktik Aquades
Senin, 23 Masukan air penyulingan
14 Kantor menjadi
Maret 2015 Aquades
Aquabidest
Masukan air penyulingan Praktik Aquades
Selasa, 24
15 Aquades Kantor menjadi
Maret 2015
Aquabidest
Praktik Aquades
Rabu, 25 Masukan air penyulingan
16 Kantor menjadi
Maret 2015 Aquades
Aquabidest
16

Tabel 1. Lanjutan
Kamis, 26 Membaca buku frofil Balai
17 Kantor Teori
Maret 2015 K3 di perpustakaan
Jum’at, 27
18 Membaca buku (SOP) Kantor Teori
Maret 2015
Membaca buku undang-
Senin, 30
19 undang Permenaker No. Kantor Teori
Maret 2015
13/MEN/X/2011
Selasa, 31 Stok opname (SO) bahan
20 Kantor Praktik
Maret 2015 kimia
Rabu, 1 April Pergi ke perusahaan
21 Perusahaan Praktik
2015 PT. Daya yes Shipyard
Kamis, 2 April
22 Membaca buku (SOP) Kantor Teori
2015
Jum’at, 3 Tanggal
23 - Libur
April 2015 merah
Senin, 6 April
24 Membaca buku (SOP) Kantor Teori
2015
Selasa, 7 Membaca buku (SOP)
25 Kantor Teori
April 2015
Rabu, 8 April Membaca buku Profil Balai
26 Kantor Teori
2015 K3 di perpustakaan
Kamis, 9 April Menanam tanaman minyak
27 Kantor Praktik
2015 kayu putih dan betadin
1. Menyamakan kode di
form dengan bahan
kimia
Jum’at, 10
28 2. Memasang kode untuk Kantor Praktik
April 2015
penaruhan bahan kimia
3. Menyusun alat-alat di
Lab
Senin, 13 Menaruh botol-botol
29 Kantor Praktik
April 2015 Sampel
Selasa, 14 Membuat Laporan Praktik
30 Kantor Teori
April 2015 Lapangan Kerja (PKL)
Rabu, 15 Masukan air penyulingan
31 Aquades Kantor Praktik
April 2015
Kamis, 16 Membaca buku di
32 Kantor Teori
April 2015 perpustakaan
Jum’at, 17 Mengangkat tanaman ke Lab
33 Kantor Praktik
April 2015
Senin, 20 Membuat laporan Praktik
34 Kantor Teori
April 2015 Lapangan Kerja (PKL)
17

Tabel 1. Lanjutan
Selasa, 21
35 - Sakit Sakit
April 2015
Rabu, 22 Membaca buku di
36 Kantor Teori
April 2015 perpustakaan
Kamis, 23 Membaca buku di
37 Kantor Teori
April 2015 perpustakaan
Jum’at, 24
38 Melihat uji kopetensi alat Kantor Teori
April 2015
1. Baca buku di
Senin, 27
39 perpustakaan Kantor
April 2015 Teori
2. Bikin Laporan
Menimbang debu dari
Selasa, 28
40 lapangan PT. Anugrah Kantor Praktik
April 2015
Bara Kaltim
Rabu, 29 Mengerjakan Laporan Praktik
41 Lapangan Kerja (PKL) Kantor Teori
April 2015
Kamis, 30 Presentasi Laporan Praktik
42 Kantor Teori
April 2015 Lapangan Kerja (PKL)

Tabel 2. Kegiatan Praktik Lapangan kerja bulan Maret sampai April


No Kegiatan Lokasi Keterangan
1 2 3 4
A Pelaksanaan Pengujian
PT. Anugrah Bara Kaltim Praktik
Kebisingan
Pelaksanaan Pengujian
B PT. Daya Yes Shipyard Praktik
Pencahayaan
Pelaksanaan Pengujian Iklim
C PT. Daya Yes Shipyard Praktik
Kerja
1. Perusahaan PT. Anugrah
D Menimbang Debu Bara Kaltim Praktik
2. Kantor
E Destilisasi Aquades Kantor Praktik
SOP (Standar Operasional
F Kantor Teori
Prosedur)
G SO (Stock Opname) Kantor Praktik
22

III. HASIL PRAKTIK KERJA LAPANG

A. Pelaksanaan Pengujian Kebisingan

a. Tujuan

1. Tujuan Memperoleh data kualitas lingkungan kerja di PT. Anugrah Bara

Kaltim

2. Memberi masukan / informasi kepada perusahaan tentang deskripsi kondisi

kualitas lingkungan kerja di daerah pengujian.

b. Dasar Teori

Pelaksanaan pengujian Kebisingan yaitu kegiatan yang menguji tingkat

suara atau bunyi yang tidak dikehendaki di tempat kerja dengan menggunakan

metode direct reading. Frekuensi dan intensitasnya bias tinggi atau rendah yang

dapat mengganggu kesehatan baik secara fisik ataupun psikis.

Berdasarkan surat edaran SK Menteri Nakertrans SK No. 65 tahun 2012

ditetapkan bahwa intensitas kebisingan maksimum yang diperbolehkan adalah

85 dB untuk bekerja selama 8 jam per hari atau 50 jam per minggu (Soepardi,

E.A. dan Iskandar, N.I, 1990).

c. Alat dan Bahan

1. Alat-alat yang digunakan pada kegiatan ini antara lain:

a. Kamera

b. Sound Level Meter (SLM)

c. Form

d. Pulpen
23

2. Bahan – bahan yang digunakan pada kegiatan ini antara lain:

Sumber suara dari mesin – mesin dan tenaga kerja

a. Prosedur kerja

1. Mengambil alat Sound Level Meter (SLM)

2. Menyalakan alat

3. Pulpen

4. Pengambilan 1 sampel kebisingan waktunya selama 5 detik sampai 12

sampel kebisingan

5. Memegang alat setinggi telinga pekerja

6. Alat dekat dengan sumber suara kebisingan

7. Mencatat hasil di lembar kertas form

8. Mematikan Sound Level Meter (SLM) selesai melakukan pengambilan

sampel

b. Hasil Yang Dicapai

Hasil dari pengujian dari lokasi yang telah dilakukan untuk lokasi 1 mesin

bubuk dan lokasi 2 mesin potong, diketahui lokasi 2 mesin potong yang

pengukurannya melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) untuk pekerja 8 jam per hari

berdasarkan Permenaker No. 13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas

(NAB) Faktor Fisika dan Faktor Kimia di tempat kerja (NAB 85 dBA untuk 8 jam

kerja perhari).

c. Pembahasan

Pengujian Kebisingan dilakukan sesuai permintaan perusahaan untuk

melindungi pekerja dari penurunan pendengaran. Pemantauan dan


24

pemeriksaan sebagai implikasi dari tanggung jawab moral pengusaha yang

bertujuan untuk menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif.

B. Pelaksanaan Pengujian Pencahayaan

a. Tujuan

1. Tujuan Memperoleh data kualitas lingkungan kerja di PT. Daya Yes

Shipyard.

2. Memberi masukan / informasi kepada perusahaan tentang deskripsi kondisi

kualitas lingkungan kerja di daerah pengujian.

b. Dasar Teori

Pencahayaan illumination yaitu berkas sinar yang jatuh di suatu

permukaan. Sinar dapat berasal dari matahari, lampu dalam ruangan atau dari

beberapa sumber lain dari benda yang sifatnya cerah. Satuan yang digunakan

untuk mengukur pencahayaan adalah lux (Grandjean, 1995). Pencahayaan

sangat diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan karena pencahayaan yang

buruk akan membuat pekerjaan sulit dilakukan secara sempurna dan tenaga

kerja yang mengalaminya akan menderita beberapa kemungkinan, diantaranya:

kelelahan pada mata dengan berkurangnya daya dan efesiensi kerja, kelelahan

mental, keluhan–keluhan pegal di daerah mata, dan sakit kepala di sekitar mata,

kerusakan alat penglihatan dan meningkatnya Kecelakaan Kerja (Suma’mur,

1985).

c. Alat dan Bahan

1. Alat-alat yang digunakan pada kegiatan ini antara lain:

a. Lux meter
25

b. Kamera

c. Pulpen

d. Form

2. Bahan – bahan yang digunakan pada kegiatan ini antara lain:

Dari penerangan lampu dan penerangan alami.

d. Prosedur kerja

1. Menyalakan luxmeter

2. Menentukan titik pengukuran penerangan setempat sesuai dengan jarak

tertentu dibedakan berdasarkan luas ruangan: kurang dari 10 meter jarak 1

meter, luas antara 10 meter sampai 100 meter jarak 3 meter, luas ruangan

lebih dari 100 meter jaraknya 6 meter

3. Membawa alat pengukur pada layar monitor setelah menunggu beberapa

saat sehingga didapat nilai angka yang stabil.

4. Mencatat hasil pengukuran pada lembar form

5. Matikan luxmeter setelah selesai dilakukan pengukuran intensitas

penerangan

e. Hasil Yang Dicapai

Dari hasil pengukuran intensitas penerangan di 1 lokasi penerangan

umum dan 4 lokasi penerangan lokal diperoleh semua penerangan baik

penerangan umum 024 - 065 Lux dan penerangan lokal 73 Lux dinilai kurang

berdasarkan PMP No. 7 tahun 1964 peraturan Menteri Perburuhan (NAB 200

Lux untuk setiap pekerja).


26

f. Pembahasan

Dalam hal ini mengurangi terjadinya resiko terhadap gangguan

penglihatan dan keselamatan kerja. Pemantauan dan pemeriksaan sebagai

implikasi dari tanggung jawab moral pengusaha yang bertujuan untuk

menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif.

C. Pelaksanaan Iklim Kerja

a. Tujuan

1. Memperoleh data kualitas lingkungan kerja di PT. Daya Yes Shipyard.

2. Memberi masukan / informasi kepada perusahaan tentang deskripsi kondisi

kualitas lingkungan kerja di daerah pengujian.

b. Dasar Teori

Iklim kerja yaitu kondisi yang merupakan perpaduan antara suhu udara

(mempengaruhi perubahan panas secara konveksi), kecepatan gerakan udara

(juga berpengaruh pada perubahan panas secara konveksi), suhu permukaan

benda (mempengaruhi perubahan panas secara radiasi) dan kelembapan udara

(mempengaruhi panas secara evaporasi/penguapan keringat) (Granjean,

1995). Kenyamanan ruangan atau lingkungan kerja diperlukan untuk

meningkatkan produktifitas kerja.

c. Alat dan Bahan

1. Alat-alat yang digunakan pada kegiatan ini antara lain:

a. Questemp 36˚

b. Tripot

c. Kamera
27

d. Pulpen

e. Form

2. Bahan – bahan yang digunakan pada kegiatan ini antara lain:

Panas yang dikeluarkan dari kegiatan tenaga kerja dan besarnya ruangan.

d. Prosedur Kerja

1. Menyalakan alat Questemp 36˚

2. Membuka tripot pasang Questemp 36˚pada tripot setinggi 1 sampai 1.25

meter

3. Melakukannya selama 30 sampai 60 menit

4. Menaruh alat sekitar 1 meter dari tenaga kerja

5. Dicatat hasil nya pada lembar form

6. Power off setelah memakai alat Questemp 36˚

e. Hasil Yang Dicapai

Hasil dari 3 lokasi (Work Shop 28,7, Logistik 27,2, Superviser 27,1)

terdapat 1 lokasi (Work Shop) di atas NAB (Nilai Ambang Batas). Pada saat

dilakukan pengukuran kondisi cuaca cerah, berdasarkan Permenaker No.

PER.13/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas (NAB) faktor fisik dan kimia di

tempat kerja untuk kerja beban sedang 28,0 ˚C (8 jam kerja perhari).

f. Pembahasan

Iklim kerja dilakukan untuk membantu kekurangan cairan tubuh bagi

tenaga kerja. Pengukuran dilakukan cuaca cerah dan tersedianya air minum

yang bersih.
28

D. Menimbang Debu

a. Tujuan

1. Memperoleh data kualitas lingkungan kerja di PT. Anugrah Bara Kaltim.

2. Memberi masukan / informasi kepada perusahaan tentang deskripsi kondisi

kualitas lingkungan kerja di daerah pengujian.

b. Dasar Teori

Debu adalah partikel padat yang dipancarkan atau dihasilkan oleh

proses alami maupun mekanis seperti pemecahan, penghalusan, penggilingan,

pengayakan, pemukulan atau peledakan, pemotongan serta penghancuran

bahan. Udara yang kita hirup dalam pernapasan mengandung partikel-partikel

dalam bentuk debu, dan sebagian dari debu tersebut akan ditahan atau tinggal

di dalam paru.

Secara umum ukuran partikel debu dari 1 mikron hingga 500 mikron.

Debu yang lebih dari 50 µm dapat terlihat oleh kasat mata (Anonim, 2012a).

c. Alat dan Bahan

1. Alat-alat yang digunakan pada kegiatan ini antara lain:

a. Timbangan debu

b. Jepitan debu

c. Pulpen

2. Bahan – bahan yang digunakan pada kegiatan ini antara lain:

Debu sudah diambil dari perusahaan

d. Prosedur Kerja

1. Menyalakan timbangan debu


29

2. Menunggu alat sampai nilainya 0

3. Ditimbang sampai angkanya tidak bergerak

4. Mencatat hasil di lembar kertas form

5. Matikan alat

e. Hasil Yang Dicapai

Hasil dari 1 lokasi terdapat 4,0073 mg/m³, lokasi tersebut dibawah Nilai

Ambang Batas berdasarkan permenaker No. 13 tahun 2011.

f. Pembahasan

Hasil penimbangan debu dapat diketahui daerah tersebut berada

dibawah atau melebihi Nilai Ambang Batas (NAB). Namun tidak menutup

kemungkinan kadar debu yang masih dibawah NAB tersebut suatu waktu lebih

tinggi.

E. Destilasi aquades

a. Tujuan

Sebagai pelarut bahan kimia, pencucian alat, dan pembuatan absorban

udara ambien parameter Carbon Monoksida (CO).

b. Dasar Teori

Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia

berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap bahan atau

didefinisikan juga teknik pemisahan kimia yang berdasarkan perbedaan titik

didih. Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap

ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik

didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Metode ini merupakan
30

termasuk unit operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini

didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen

akan menguap pada titik didihnya (Anonim, 2011a).

c. Alat dan Bahan

1. Alat-alat yang digunakan pada kegiatan ini antara lain:

a. Corong pemisah

b. Labu destilasi

c. Gelas kimia/ gelas beker

d. Kompor

e. Botol kosong

2. Bahan – bahan yang digunakan pada kegiatan ini antara lain: Air Aquades

d. Prosedur Kerja

1. Menyalakan kompor destilasi

2. Menaruh es batu pada tempat pemanas

3. Menunggu sampai corong pemisah penuh

4. Di taruh air aquabidest ke dalam botol

5. Setelah selesai matikan alat

e. Hasil Yang Dicapai

Hasil yang dicapai dalam 8 jam kerja mendapat 2000 Liter dan beberapa

kali mengganti es batu di tempat pemanas.


31

f. Pembahasan

Aquabides merupakan air yang mengalami dua kali proses destilasi.

Proses destilasi merupakan suatu proses pemurnian air dimana terjadi

pemisahan zat yang bercampur dengan air dengan air murni itu sendiri.

F. SOP (Standar Operasional Prosedur)

a. Tujuan

1. Mengetahui standar pada cara melakukan pengukuran atau analisa.

2. Menjadi patokan pada hasil pengukuran dan analisa pada faktor fisik.

b. Dasar Teori

Dalam suatu kegiatan pekerjaan harus memiliki acuan dan pegangan,

walaupun masih ada perusahaan yang tidak memiliki acuan serta pedoman

dalam suatu pekerjaan. Akibat dari tidak adanya acuan dalam pelaksanaan

pekerjaan banyak membuat organisasi tidak berfungsi dengan baik, hal ini

dikarenakan para karyawan bingung atas pekerjaan yang mereka akan kerjakan

selanjutnya, dan pihak manajemen pun tidak mempunyai pedoman dalam

pengambilan keputusan sehingga apabila ada suatu kesalahan atau kekeliruan

tidak bisa dianalisis dimana kesalahan itu terjadi karena tidak memiliki alur

pedoman yang jelas (Anonim, 2011b).

c. Alat dan Bahan

Bahan – bahan yang digunakan pada kegiatan ini antara lain: Buku

d. Prosedur Kerja

1. Berkumpul di kantor jam 7.30


32

2. Menuju ke perpustakaan mencari buku dan referensi lainnya yang sesuai

dengan kebutuhan

3. Pencatatan dan pengetikan

e. Hasil Yang Dicapai

Hasil dari membaca buku Standar Operasional Prosedur (SOP)

mengetahui alat pelindung diri untuk kebisingan dan alat pelindung diri untuk

pergi ke perusahaan.

f. Pembahasan

Tidak adanya acuan dalam pelaksanaan pekerjaan banyak membuat

organisasi tidak berfungsi dengan baik, hal ini dikarenakan para karyawan

bingung atas pekerjaan yang mereka akan kerjakan selanjutnya, dan pihak

manajemen pun tidak mempunyai pedoman dalam pengambilan keputusan

sehingga apabila ada suatu kesalahan atau kekeliruan tidak bisa dianalisis

dimana kesalahan itu terjadi karena tidak memiliki alur pedoman yang jelas.

G. SO (Stock Opname)

a. Tujuan

1. Mengetahui bahan kimia yang kadaluarsa.

2. Mencatat bahan yang kadaluarsa dan membeli bahan yang diperlukan

b. Dasar Teori

Stock opname adalah istilah lain dari penghitungan fisik persediaan.

Tujuan diadakannya stock opname adalah untuk mengetahui kebenaran catatan

dalam pembukuan, yang mana merupakan salah satu fungsi sistem

pengendalian intern.
33

Dengan diadakannya stock opname maka akan diketahui apakah

catatan dalam pembukuan stok persediaan benar atau tidak. Jika ternyata ada

selisih antara stock opname dengan catatan pada pembukuan, kemungkinan

ada transaksi yang belum tercatat, atau bahkan ada kecurangan yang berkaitan

dengan persediaan (Anonim, 2012b).

c. Alat dan Bahan

1. Alat-alat yang digunakan pada kegiatan ini antara lain:

a. Pulpen

b. Form

2. Bahan – bahan yang digunakan pada kegiatan ini antara lain: Bahan kimia

d. Prosedur Kerja

1. Melihat satu per satu tanggal kadaluarsa

2. Pemisahan yang tidak kadaluarsa dan kadaluarsa

e. Hasil Yang Dicapai

Hasil dari Stock Opname (SO) tedapat 10 macam bahan kimia yang

sudh kadaluarsa dan 1 bahan kimia belum tercatat.

f. Pembahasan

Dengan diadakannya stock opname maka akan diketahui apakah

catatan dalam pembukuan stok persediaan benar atau tidak. Jika ternyata ada

selisih antara stock opname dengan catatan pada pembukuan, kemungkinan

ada transaksi yang belum tercatat.


35

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Balai keselamatan dan kesehatan kerja mempunyai tugas untuk pencegahan

dan pemberantasan penyakit akibat kerja.

2. Pengukuran kebisingan pada 2 lokasi (area produksi 86,6, area kantor 80,2)

pengukuran diperoleh 1 lokasi (area produksi) pengukuran yang melebihi Nilai

Ambang Batas (NAB).

3. Ketersediaan alat pelindung diri yang kurang sehingga dapat dilihat

pengaruhnya terhadap pendengaran

4. Peraturan yang dipakai berdasarkan Permenaker No. 13/MEN/X/2011 tentang

NAB Faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja.

5. Perusahaan mendapatkan saran dari hasil pengujian

6. Kegunaan air penyulingan sebagai pelarut bahan kimia, pencucian alat, dan

pembuatan absorban udara ambien parameter Carbon Monoksida (CO).

7. Kegunaan adanya buku SOP (Standar Operasional Prosedur) untuk mengetahui

standar Nilai Ambang Batas (NAB) dan cara melakukan pengambilan sampel.

8. Kegunaan adanya kegiatan SO (Stock Opname) mengetahui bahan kimia yang

kadaluarsa, mencatat bahan yang kadaluarsa dan membeli bahan yang

diperlukan.

B. Saran

Dalam proses Praktik Kerja Lapang (PKL) banyak sekali pelajaran dan

tambahan wawasan yang didapatkan, terutama hubungan langsung

kemasyarakat dan bersosialisasi dalam lingkungan kerja. Adapun saran-saran


36

yang dapat diberikan dari hasil PKL ini kepada mahasiswa adalah sebagai

berikut:

1. Seharusnya Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menambah Karyawan.

2. Lebih Sering Melakukan uji kopetensi untuk karyawan Balai Keselamatan dan

Kesehatan Kerja.

3. Memperhatikan alat-alat yang setelah di pake dari lapangan.

4. Lebih memperbanyak stok Standar Operasional Prosedur (SOP).


37

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2001. k3-kesehatan-kelamatan-kerja https://mily. wordpress. com (Diakses


pada tanggal 30 Mei 2001)

Anonim, 2004. Perkembangan Organisasi Hiperkes http://www.slideshare.net/


(Diakses pada tanggal 06 juni 2004)

Anonim, 2011a. Peralatan Laboraturium Terbuat Dari Kaca https / smpkalten club.
Word press.com (Diakses pada tanggal 02 April 2011)

Anonim, 2011b. Pengertian Standar Operasional Prosedur Amrylookfashion.com


(Diakses pada tanggal 20 April 2011)

Anonim, 2012a. Kadar Debu www. Slideshare. Net / Pratikum (Diakses pada
tanggal 15 Januari 2012)

Anonim, 2012b. Pengertian Stock Opname www. Fourseasounews.com (Diakses


pada tanggal 15 April 2012)

Anonim, 2014. Perbedaan Aquades dan Air Mineral Prasetyowahyueko. Blog spot.
Com (Diakses pada tanggal 02 Juni 2014)

Anonim, 2015a. Kesehatan dan Keselamatan Kerja www.slideshare. Net (Diakses


pada tanggal 02 April 2015)

Anonim, 2015b. Sejarah Singkat Balai K3 Samarinda http: //bk3 Samarinda. com
(Diakses pada tanggal 20 Mei 2015)

Anonim, 2015c. Tentang Kami https://www.bk3 Samarinda.com (Diakses pada


tanggal 04 Juni 2015)

Grandjean, 1995. Pengertian Pencahayaan Yogyakarta: Offset

Soepardi, EA dan Iskandar, N.I, 1990. Pengertian Pencahayaan Surabaya


Airlangga Universty

Suma’mur, 1985. Pengertian Pencahayaan. Yogyakarta: Graha Ilmu


.
38

Lampiran
39

Gambar 1. Proses pengambilan sampel iklim kerja


40

Gambar 2. Proses pengambilan sampel kebisingan


41

Gambar 3. Proses pengambilan sampel pencahayaan


42

Gambar 4. Proses pengambilan sampel debu

Anda mungkin juga menyukai