PENDAHULUAN
Laryngopharyngeal Reflux (LPR) adalah sebuah kondisi pada seseorang
yang mengalami Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) atau penyakit refluks
gastroesophageal, ketika asam lambung naik ke laringofaring.
1.3 Etiologi
Penyebab dari LPR di antaranya adalah:
Menurunnya tekanan LES karena hiatus hernia, diet (lemak, coklat,
mint, produk susu, dll), tembakau, alkohol, obat-obatan (teofilin, nitrat,
dopamine, narkotik, dll).
Motilitas esofagus yang abnormal karena penyakit neuromuskular,
laringektomi, etanol.
Penurunan resistensi mukosa karena radioterapi rongga mulut,
radioterapi esofagus, xerostomia.
Penurunan salivasi
Pengosongan lambung yang tertunda/lambat karena obstruksi, diet
(lemak), tembakau, dan alkohol.
Peningkatan tekanan intraabdominal karena kehamilan, obesitas,
makan yang berlebihan, minuman karbonasi.
Hipersekresi asam lambung atau pepsin karena stress, obat-obatan,
alkohol, diet.
1.4 Patofisiologi
Berbeda dari GERD, pada LPR sering tidak terdapat gejala rasa seperti
terbakar maupun gejala regurgitasi. Laring sangat rentan terhadap refluks dari
lambung, sehingga pasien lebih banyak mengalami gejala laringofaringeal
dibandingkan gejala seperti terbakar atau regurgitasi. Terdapat 4 jenis
pertahanan fisiologis yang melindungi traktus aerodigestif dari cedera refluks:
LES (Lower Esophageal Spinchter), fungsi motorik esofageal dengan
pembersihan asam lambung, resistensi jaringan mukosa esofageal, dan
spingter esofageal atas.
GERD LPR
Heartburn + -
Esofagitis + Jarang
- (kecuali sangat Selalu laringitis
Laringitis
parah) posterior
Perubahan Suara - +
Abnormalitas Spincter LES UES
Refluks Nokturnal/saat berbaring Siang hari/saat berdiri
1.6 Diagnosis
Anamnesis
o Signifikansi dan non-spesifikasi relatif dari gejala suara serak
terhadap laringitis, biasanya laringitis bersifat ringan dan sembuh
spontan. Bila laringitis persisten, harus dicari etiologinya: infeksi
virus atau bakteri, alergi, trauma pita suara, postnasal discharge,
atau LPR.
o Disfonia persisten atau progresif lebih dari 2-3 minggu
membutuhkan pemeriksaan laringofaring untuk menyingkirkan
kanker dan kondisi serius lainnya.
o Belafsky, et al mengembangkan suatu sistem penilaian diagnostik,
yaitu Reflux Symptom Index (RSI) untuk membantu dokter menilai
derajat relatif dari gejala LPR saat penilaian awal dan setelah
pengobatan. Skor RSI > 13 dianggap abnormal.
Laringoskopi
o Tanda nonspesifik iritasi dan inflamasi laring biasanya ditemukan.
Meskipun bukan tanda patognomonik, tetapi penebalan, edema,
dan kemerahan yang terkonsentrasi di laring posterior atau
posterior laringitis merupakan temuan yang umum.
o Contact granuloma
o Tepi medial pita suara tampak terdapat indentasi linear akibat
edema infraglotik difus → pseudosulkus
o Reflux Finding Score menurut Belafsky, et al:
RFS lebih dari atau sama dengan 7 pasien dianggap memiliki LPR.
Menegakkan Diagnosis Refluks
o Pengobatan empiris dan perubahan perilaku/gaya hidup
o Observasi endoskopik dari mukosa
o Studi monitor pH
o Radiografi
o Manometri esofageal
o Pengukuran spektrofotometri
o Biopsi mukosa
1.7 Penatalaksanaan
Edukasi pasien dan perubahan gaya hidup
o Penurunan berat badan
o Menghentikan kebiasaan merokok
o Menghindari alkohol
o Membatasi konsumsi coklat, makanan berlemak, buah-buahan
asam, minuman berkarbonasi, makanan pedas, anggur merah,
kafein, dan makan terlalu malam
o Mengkonsumsi obat-obatan secara teratur dan tepat waktu (30-60
menit sebelum makan untuk PPI)
Medikamentosa
o PPI: Omeprazole, Esomeprazole, Lansoprazole
o H2-receptor blocker: Ranitidine, Cimetidine
o Prokinetic agents: Tegaserod, Metoclopramide, Domperidone
o Mucosal cytoprotectants: Sucralfat
Pembedahan
o Fundoplikasi, komplet (Nissen atau Rosetti) atau parsial (Toupet
atau Bore)
o Laparoskopi
o Bertujuan untuk mengembalikan kompetensi LES dan mengurangi
episode refluks
1.8 Prognosis
Tujuan dari pengobatan LPR adalah meredakan gejala dan menjaga agar
efek refluks terkontrol dengan diet dan medikamentosa. Apabila diet dan
medikamentosa tidak berhasil, maka dibutuhkan rujukan ke ahli
gastroenterologi atau bedah digestif. Pada umumnya, prognosis LPR baik
apabila gaya hidup sehat dapat diterapkan dan pengobatan dilakukan secara
teratur. Namun, apabila LPR tidak terdiagnosis atau gagal terapi, dapat terjadi
komplikasi seperti edema pita suara, ulkus pita suara, pembentukan massa di
tenggorokan, perburukan asma, emfisema, dan bronkitis. LPR yang tidak
teratasi juga dapat berperan dalam pembentukan kanker pada daerah pita
suara.
BAB III
KESIMPULAN