Anda di halaman 1dari 7

MENGENAL TEKNIK PEMBUATAN BIOGAS

Ketika seseorang berbicara mengenai biogas, biasanya yang


dimaksud adalah gas yang dihasilkan oleh proses biologis yang
anaerob (tanpa bersentuhan dengan oksigen bebas) yang terdiri dari
kombinasi methane (CH4), karbon dioksida (CO2), Air dalam
bentuk uap (H20), dan beberapa gas lain seperti hidrogen sulfida
(H2S), gas nitrogen (N2), gas hidrogen (H2) dan jenis gas lainnya
dalam jumlah kecil.
Secara lebih singkat, biogas dapat diartikan sebagai “gas
yang diproduksi oleh makhluk hidup”. Ada banyak tipe
pembangkit biogas yang telah diciptakan dan dikembangkan. Tidak
kurang dari Kolombia, Etiopia, Tanzania, Vietnam dan Kamboja
telah mengembangkan pembangkit dengan harga murah, dengan

1
tujuan utama mereduksi biaya produksi dengan menggunakan bahan
bahan baku yang tersedia di lokal dan instalasi dan proses operasi
yang sederhana. (Botero dan preston 1987; Solarte 1995; Chater
1986; Sarwatt et al 1995; Soeurn 1994; Khan 1996).
Model yang digunakan ini berbasis dari model “red mud
PVC” yang dikembangkan oleh Taiwan seperti dijelaskan oleh
Pound et al (1981) yang kemudian lebih disederhanakan lagi oleh
Preston dan kawan kawan untuk pertama kali di Etiopia (Preston
unpubl.), dan Kolombia (Botero dan Preston 1987) dan terakhir
dikembangkan di Vietnam (Bui Xuan An et al 1994).
PERSIAPAN INFRASTRUKTUR PEMBANGKIT
Mari kita lihat konsep dasar alur proses produksi biogas.
Gambar 1: Diagram Alur Proses produksi biogas
Tahapan awal adalah mempersiapkan bahan baku organik
yang dapat dicerna oleh bakteri dan mikroorganisme yang ada
didalam pembangkit biogas. Dalam hal ini karena instalasi biogas
dilakukan di areal peternakan sapi perah, bahan baku utama yang
digunakan adalah kotoran sapi. Perlu diketahui, bahwa apabila yang
menjadi tujuan utama dari instalasi biogas adalah pencapaian
produksi gas yang optimal, kotoran sapi bukan bahan baku yang
baik.
Tahap selanjutnya adalah yang disebut dengan fase input.
Di dalam fase ini dilakukan pengolahan terhadap bahan baku agar

2
dapat memenuhi persyaratan yang telah ditentukan sebelumnya
yaitu:
1. Filtrasi pertama.. Target dari penyaringan ini adalah bahan baku
tidak mengandung serat yang terlalu kasar. Serat kasar disini
berarti sampah sampah atau kotoran kandang selain kotoran
ternak, seperti batang dan daun keras, sisa batang rumput dan
kotoran lainnya yang sebagian besar adalah sisa sisa pakan
ternak yang terlalu kasar. Hal ini dapat menimbulkan scum/buih
dan residu di dalam pembangkit yang dapat mengurangi kinerja
dari pembangkit itu sendiri.
2. Pencampuran dengan air dan pengadukan.. Dilakukan
pencampuran kotoran sapi dan air. Air sangat dibutuhkan oleh
mikroorganisme di dalam pembangkit sebagai media transpor.
Oleh karenanya tahapan ini cukup krusial mengingat campuran
yang terlalu encer atau terlalu kental dapat mengganggu kinerja
pembangkit dan menyulitkan dalam penanganan effluent (hasil
keluaran pembangkit biogas). Sebagai panduan dasar, campuran
yang baik berkisar antara 7% - 9% bahan padat. Disini juga
dilakukan pengadukan agar campuran bahan organik – air dapat
tercampur dengan homogen.
3. Filtrasi kedua. Targetnya dengan melakukan penyaringan tahap
kedua adalah untuk memisahkan kotoran sapi sebagai bahan
baku organik pembangkit dengan bahan anorganik lain yang
lolos di saringan tahap pertama terutama pasir dan batu batu

3
kecil. Proses ini cukup penting mengingat kandungan bahan
anorganik (pasir) di dalam pembangkit tidak dapat dicerna oleh
bakteri dan dapat menyebabkan residu di dasar pembangkit.
4. Pemasukkan bahan organic membuat semacam katup/keran
sederhana agar proses pemasukkan bahan organik kedalam
pembangkit dapat dilakukan dengan semudah mungkin.
Memang cukup banyak parameter parameter yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan pembangkit biogas ini (parameter
dan syarat syarat lain seperti temperatur, rasio karbon – nitrogen,
derajat keasaman dan lainnya mudah mudahan dapat kami singgung
di tulisan selanjutnya). Nampaknya hal hal inilah yang menjadi
kendala operasi dalam pemasyarakatan dan penggunaan pembangkit
biogas secara masal di banyak negara.
Target dalam melakukan desain pembangkit dan
infrastruktur ini adalah pengerjaan dan operasi dapat dilakukan oleh
anak kandang atau pegawai kebun. Sehingga proses proses yang
rumit ini harus dibuat sesederhana mungkin dan tidak menambah
beban pekerjaan pegawai lebih banyak.
2.1 BAK MIXER
Di dalam bak ini kotoran ternak dicampur dengan air untuk
kemudian dialirkan menuju pembangkit. Ukuran bak pencampur
yang kami buat adalah 50x50x50cm sehingga volume yang dapat
ditampung dengan kapasitas maksimum 80% bak adalah 100 liter.
Desain bak permanen dengan bahan semen dan batu bata.

4
Bak mixer ini memiliki celah miring di kedua sisinya
sebagai tumpuan filter/screen untuk memisahkan serat yang terlalu
kasar. Screen ini dapat diangkat untuk dibersihkan.
Screen terbuat dari kawat ayam dengan mesh +/- 1cm.
Sebelumnya kami sudah mencoba dengan mesh yang lebih rapat,
namun ternyata kotoran sapi tidak dapat lewat mesh tersebut.
Dengan mesh 1cm inipun kami masih merasa terlalu rapat. Pada
gambar terlihat bahwa serat yang kasar tersangkut pada screen.
Desain ini kami anggap masih belum cukup baik, karena
untuk melakukan penyaringan, masih diperlukan effort yang besar
untuk mengayak kotoran tersebut.
Di bagian belakang bak ini (arah kiri pada gambar 4)
terdapat 1 buah lubang (¾”) untuk overflow apabila air terlalu penuh
atau apabila bak terisi air hujan. Kemudian 1 lubang lagi (2”) untuk
pencucian/drainase dan 1 lubang (PVC 4”) dengan sumbat untuk
pengaliran bahan baku ke dalam pembangkit.
2.2 PARIT PEMBANGKIT
Pembangkit yang terbuat dari plastik polyethylene kami
tempatkan semi-underground, setengah terkubur di dalam tanah.
Untuk itu perlu dibuatkan semacam parit sebagai wadah agar
pembangkit yang berbentuk tubular dapat disimpan dengan baik.
Parit ini berukuran panjang 6m, lebar atas 95cm, lebar bawah 75cm,
tinggi di ujung input adalah 85cm, dan tinggi di ujung output 95cm.
Untuk lebih jelas, perhatikan skema berikut.

5
(1) Dimensi Parit. (2). Bentuk parit yang cekung pada
dasar, membentuk mangkok.
Dimensi parit yang dibuat sangat tergantung pada dimensi
pembangkit yang akan dibuat dan tentu ukuran plastik polyethylene
(PE) yang tersedia di pasaran. Kami menggunakan plastik PE
dengan lebar bentang 150cm, sehingga apabila membentuk tubular,
diameternya sekitar 95cm. Kapasitas pembangkit yang kami buat
kurang lebih 4000 liter. Parit ini memiliki inklinasi sekitar 2 – 3
derajat turun mengarah ke lubang output. Inklinasi ini dibuat untuk
memaksimalkan volume pembangkit yang dapat diisi oleh bahan
baku.
Setelah dilakukan penggalian parit, pembentukan dinding
parit dapat dilakukan dengan campuran semen-tanah, semen-batu
bata, atau seperti yang kami lakukan, menggunakan campuran air
dan tanah saja. Hal ini dilakukan untuk menekan biaya produksi.
Tanah galian dicampur dengan air dan diaduk aduk dengan cara di
injak injak hingga didapatkan tanah yang memiliki tekstur liat.
Setelahnya dengan menggunakan sendok tembok dapat dibuat
dinding, persis seperti menembok dengan semen. Cara ini sangat
murah dan sederhana, namun memang dari sisi ketahanan tidak
baik, karena pengaruh suhu, dan campuran yang tidak homogen
dinding tanah akan mudah retak dan pecah. Dinding ini perlu kami
buat karena lokasi pembangkit berada di tanah urugan, sebaiknya

6
memang parit dibuat di tanah bukan urugan, sehingga pembuatan
dinding dapat memanfaatkan kekerasan tanah yang ada.
Seperti terlihat pada gambar, bagian atas parit untuk
sementara ditutupi dengan bekas karung agar tidak pecah sebelum
kantung plastik pembangkit masuk ke dalamnya. Yang perlu
diperhatikan juga adalah kerataan permukaan pinggir dan dasar
parit. Pastikan tidak ada batu atau akar yang tersisa yang dapat
melukai kantung plastik. Selain itu buatkan selokan kecil di
sekeliling parit agar air tidak masuk ke dalam instalasi pembangkit.
<a href="http://www6.shoutmix.com/?yunika2008">View
shoutbox</a>

Anda mungkin juga menyukai