Anda di halaman 1dari 11

PERKIRAAN DAN ANTISIPASI

TERHADAP MASYARAKAT MASA DEPAN

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Pengantar Pendidikan
Yang dibina oleh Bapak Drs. H. Ridwan Joharmawan, M.Si

Oleh :
Nahda Afania (150331604532)
Off. A / Pendidikan Kimia

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN KIMIA

FEBRUARI 2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pendidikan selalu bertumpu pada suatu wawasan kesejarahan, yakni pengalaman-pengalaman
masa lampau, kenyataan dan kebutuhan mendesak masa kini, dan aspirasi serta harapan masa depan
. Melalui pendidikan setiap masyarakat akan melestarikan nilai-nilai luhur sosial-kebudayaannya
yang telah terukir dengan indahnya dalam sejarah bangsa tersebut . Serentak dengan itu, melalui
pendidikan juga diharapkan dapat ditumbuhkan kemampuan untuk menghadapi tuntutan objektif
masa kini. Dan akhirnya melalui pendidikan akan ditetapkan langkah-langkah yang dipilih masa
kini sebgai upaya mewujudkan aspirasi harapan di masa depan.
Dalam UU RI No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 telah ditetapkan
antara lain “ Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.” Penekanan pada
bagian terakhir tersebutlah yang menyebabkan pendidikan itu dilukiskan sebagai merumuskan masa
depan. Oleh karena itu, di samping dimensi horizontal, pendidikan haruslah memperhatikan dengan
sungguh-sungguh dimensi vertikal, terutama keterkaitan antara program pendidikan yang
dilaksanakan sekarang ini dengan kehidupan peserta didik di masa depan. Peserta didik yang
sedang belajar di lembaga-lembaga pendidikan, termasuk mahasiswa yang sedang membaca
paparan ini, akan menempati kedudukan serta memainkan peranan kelak pada awal abad ke-21
yang akan datang. Pendidikan akan menyiapkan peserta didik memasuki masyarakat di masa depan.
Maka diperlukan keputusan dan tindakan dalam bidang pendidikan seharusnya berorientasi ke
masyarakat masa depan tersebut. Oleh karena itu, keterkaitan program pendidikan dengan
Prognosis masyarakat masa depan perlu mendapat perhatian dengan semestinya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perkiraan Masyarakat Masa Depan


Pendidikan selalu berlangsung dalam suatu latar kemasyarakatan dan kebudayaan tertentu.
Demikian pula di Indonesia, pendidikan nasional dilaksanakan berdasarkan latar kemasyarakatan
dan kebudayaan Indonesia. Landasan sosio-kultural adalah salah satu dasar utama dalam
menentukan arah kepada program-program pendidikan, baik program pendidikan baik program
sekolah maupun program pendidikan luar sekolah. Di dalam penjelasan UU No. 2 Tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa: “Dalam kehidupan suatu bangsa,
pendidikan mempunyai peranan yang amat penting untuk menjamin perkembangan dan
kelangsungan kehidupan bangsa yang bersangkutan”. Melalui upaya pendidikan kebudayaan
diwariskan dan dipelihara oleh setiap generasi bangsa. Serentak dengan itu, upaya pendidikan
diarahkan pula untuk mengembangkan kebudayaan itu. Kebudayaan yang dimaksudkan dalam arti
luas yaitu: “ keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang harus dibiasakan dengan belajar, beserta
keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu”. Kebudayaan itu dapat:
1. Berwujud ideal yakni ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.
2. Berwujud kelakuan yankni kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.
3. Berwujud fisik yakni benda-benda hasil karya manusia.
John Naisbitt menyebut perubahan masa depan dengan sepuluh arah, yaitu:
1. Peralihan dari masyarakat industri kepada masyarakat informasi
2. Pearalihan dari teknologi yang dipaksakan kepada teknologi tinggi dan sentuhan tinggi
3. Peralihan dari ekonomi nasional menuju ekonomi dunia
4. Peralihan dari perencanaan jangka pendek menuju perencanaan jangka panjang
5. Dari sentralisasi menuju desentralisasi
6. Dari bantuan institusional menuju ke bantuan individual
7. Dari demokrasi perwakilan menuju ke demokrasi partisipatoris
8. Peralihan dari hierarki-hierarki menuju penjaringan (network)
9. Peralihan dari Utara menuju Selatan
10. Peralihan dari satu pilihan kepada pilihan majemuk.
Kajian masyarakat masa depan itu semakin penting jika diingat bahwa pendidikan selalu
merupakan penyiapan peserta didik bagi peranan di masa yang akan datang. Dengan demikian,
pendidikan seharusnya selalu mengantisipasi keadaan masyarakat masa depan. Perkembangan
masyarakat beserta kebudayaanya sekarang ini makin mengalami percepatan serta meliputi seluruh
aspek kehidupan dan penghidupan manusia. Perubahan yang cepat tersebut mempunyai beberapa
karakteristik umum yang dapat dijadikan petunjuk sebagai ciri masyarakat di masa depan,
diantaranya yaitu:
1. Kecenderungan Globasasi
Istilah globalisasi (asal kata: global yang berarti secara umumnya, utuhnya, kebulatannya)
bermakna bumi sebagai satu keutuhan seakan akan tanpa tapal batas administrasi Negara, dunia
menjadi amat transparan, serta saling ketergantungan antarbangsa di dunia semakin besar; dengan
kata lain: menjadikan dunia sebagai satu keutuhan , satu keutuhan.
Menurut Emil Salim terdapat empat bidang kehutanan gelombang globalisasi yang paling
kuat dan menonjol daya dobraknya, yakni bidang bidang iptek, ekonomi, lingkungan hidup, dan
pendidikan. Beberapa kecendrungan globalisasi dari keempat bidang tersebut sabagai berikut :
a. Bidang IPTEK yang mengalami perkembangan yang semakin dipercepat, utamanya dengan
penggunaan berbagai teknologi canggih seperti komputer dan satelit.
b. Bidang ekonomi yang mengarah ke ekonomi regional dan atau ekonomi global tanpa mengenal
batas batas Negara. Peristiwa ekonomi suatu tempat pada Negara tertentu akan memberi
dampak kepada hampir seluruh dunia. Globalisasi ekonomi tersebut menyebabkan Kenichi
Ohmac memberi judul “The borderless world” (dunia tanpa tapal batas) pada buku nya.
c. Bidang lingkungan hidup telah menjadi bahan pembicaraan dalam berbagai pertemuan
internasional, yang mencapai puncaknya pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) bumi, atau
nama resminya: konferesi PBB mengenai lingkungan hidup dan pembangunan (UNCED), pada
awal juni 1992 di Rio de Jeneiro, Brazil. Kerusakan lingkungan hidup di suatu tempat akan
memberi dampak negatif ke berbagai Negara di sekitarnya, bahkan mengancam keselamatan
planet bumi. Oleh karena itu, diperlukan wawasan dan kebijakan yang tepat dalam bidang
pembangunan yang menjamin kelestarian dan keselamatan lingkungan hidup atau
pembangunan yang berwawasan lingkungan.
d. Bidang pendidikan dalam kaitannya dengan identitas bangsa, termasuk budaya nasional dan
budaya nusantara. Di samping terpaan tentang gagasan-gagasan dalam pendidikan, globalisasi
terjadi pula secara langsung menerpa setiap individu manusia melalui buku, radio, televisi, dan
media lainnya. Hal itu akan mempengaruhi wawasan, pikiran, dan bahkan mungkin tercipta
suatu “budaya dunia”.
Nasbitt dan Patricia merinci beberapa konsekuensi logis adanya globalisasi di bidang
pendidikan, diantaranya :
Pertama, globalisasi, sistem nilai dan filsafat merupakan posisi kunci dalam garapan
pendidikan nasional. Semua Negara menempatkan sistem dan etika sebagai landasan utama
dalam merancang kurikulum nasionalnya.
Kedua, globalisasi menuntut adanya angkatan kerja yang berkualifikasi dan berpendidikan
(skilled and educated employees). Dalam masyarakat informasi, lapangan kerja terutama
dialamatkan pada mereka yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang berlatar
pendidikan yang memadai.
Ketiga, kerja sama pendidikan mutlak diperlukan. Kerja sama internasional di bidang
pendidikan adalah sisi lain daripada konsekuensi globalisasi.
Di samping keempat bidang tersebut, kecenderungan globalisai juga tampak dalam bidang
politik, hukum dan HAM, paham demokrasi dan sebagainya. Kecenderungan globalisasi tersebut
merupakan suatu gejala yang tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, banyak gagasan dalam
menghadapi globalisasi yang menekankan perlunya berpikir dan berwawasan global namun harus
tetap menyesuaikan keputusan dan tindakan dengan keadaan nyata di sekitarnya.
2. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Perkembangan IPTEK yang makin cepat dalam era globalisasi merupakan salah satu ciri
utama dari masyarakat masa depan. Perkembangan iptek pada akhir abad ke-20 ini sangat
mengesankan, utamanya dalam bidang-bidang transportasi, telekomunikasi dan informatika,
genetika, biologi molekul serta bioteknologi, dan sebagainya. Globalisasi perkembangan iptek
tersebut dapat berdampak positif maupun negatif, tergantung pada kesiapan bangsa beserta kondisi
sosial-budayanya untuk menerima limpahan informasi/teknologi itu. Segi positifnya antara lain
memudahkan untuk mengikuti perkembangan iptek yang terjadi di dunia, menguasai dan
menerapkannya untuk memenuhi kebutuhan pembangunan. Sedangkan segi negatif akan timbul
apabila kondisi sosial-budaya belum siap menerima limpahan itu.
Percepatan perkembagan iptek tersebut berkaitan dengan landasan ontologism, epistemologis,
dan aksiologis. Segi landasan ontologis, objek telaahan ialah berupa pengalaman atau segenap ujud
yang dijangkau lewat alat indra telah mengalami perkembangan yang pesat karena didapatkannya
peranti (device) yang membantu alat indra tersebut.
Dari segi epistemologis, cara yang dipakai untuk memperoleh ilmu pengetahuan tersebut telah
mengalami perkembangan yang pesat.
Landasan aksiologis yang mempersoalkan tentang penggunaan iptek tersebut secara moral
tertuju pada kemaslahatan manusia. Terdapat serangkaian kegiatan pengembangan dan pemanfaatan
iptek, yaitu:
1) Penelitian dasar (basic research)
2) Penelitian terapan (applied research)
3) Pengembangan teknologi (technological development)
4) Penerapan teknologi.
3. Perkembangan Arus Komunikasi yang Semakin Padat dan Cepat
Salah satu perkembangan iptek yang luar biasa adalah yang berkaitan dengan informasi dan
komunikasi, utamanya satelit komunikasi. Pada umumnya, bentuk komunikasi langsung (verbal
ataupun non verbal) dikenal sebagai komunikasi antar pribadi (interpersonal comunication), baik
komunikasi antar dua orang (dyadic communication), maupun komunikasi dalam kelompok kecil
(small group communication) dengan cirri pokok adanya dialog diantara pihak-pihak yang
berkomunikasi. Sedangkan bentuk komunikasi yang bercirikan monolog adalah komunikasi public,
yang dibedakan atas komunikasi pembicara- pendengar (speaker-audience communication) dan
sebagainya yang menyangkut penerima yang sangat luas.
Proses komunikasi meliputi beberapa unsur dasar, yakni:
1. Sumber pesan seperti harapan, gagasan, perasaan, atau perilaku yang diinginkan oleh pengirim
pesan.
2. Penyandian (encoding), yakni pengubahan /penerjemahan isi pesan ke dalam bentuk yang serasi
dengan alat pengiriman pesan.
3. Tranmisi (pengiriman) pesan.
4. Saluran.
5. Pembuka sandian (decoding), yakni penerjemahan kembali apa yang diterima ke dalam isi pesan
oleh penerima.
6. Reaksi internal penerima sesuai pemahaman pesan yang diterima.
7. Gangguan/hambatan (noise) yang dapat terjadi pada semua unsur dasar lainnya.
Sumber pesan mencakup aspek kehidupan manusia yakni keseluruhan unsure-unsur
kebudayaan, mulai dari sistem dan upacara keagamaan, bahkan terutamasistem teknologi dan
peralatan.
4. Peningkatan Layanan Profesional
Salah satu ciri penting masyarakat masa depan adalah meningkatnya kebutuhan layanan
professional dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Karena perkembangan iptek yang makin
cepat serta perkembangan arus informasi yang semakin padat dan cepat, maka anggota masyarakat
masa depan semakin luas wawasan dan pengetahuannya serta daya kritis yang semakin tinggi.
Profesi adalah suatu lapangan pekerjaan dengan persyaratan tertentu, “suatu vokasi khusus
yang mempunyai ciri-ciri: expertise (keahlian), responsibility (tanggung jawab), corporateness
(kesejawatan)”.
Menurut Robert W. Richey dan D. Westby-Gipson ciri-ciri profesi yaitu:
a) Lebih mengutamakan pelayanan kemanusiaan yang ideal, dan layanan itu memperoleh
pengakuan masyarakat.
b) Terdapat sekumpulan bidang ilmu yang menjadi landasan dari sejumlah teknik dan prosedur
yang unik serta diperlukan waktu yang relative panjang untuk mempelajarinya sebagai periode
persiapan yang sengaja dan sistematis agar mampu melaksakan layanan itu.
c) Terdapat suatu mekanisme saringan berdasarkan kualifikasi tertentu sehingga hanya yang
kompeten yang diperbolehkan melaksanakan layanan profesi itu.
d) Terdapat suatu kode etik profesi yang mengatur keanggotaan, serta tingkah laku, sikap dan cara
kerja dari anggotannya.
e) Terdapat organisasi profesi yang mengatur yang akan berfungsi menjaga/meningkatkan layanan
profesi, dan melindungi kepentingan serta kesejahteraan anggotanya.
f) Pemangku profesi memandang profesinya sebagai suatu karier hidup dan menjadi seorang
anggota yang relative permanen, serta mempunyai kemandirian dalam melaksanakan profesinya
dan untuk mengembangkan kemampuan profesionalnya.
Profesionalisasi merupakan proses pemantapan profesi sehingga memperoleh status yang
melembaga sebagai professional.
Mc Cully, mengemukakan 6 tahap dalam proses profesionalisasi, yakni:
1. Penetapan dan pemantapan layanan unik yang diberikan oleh suatu profesi sehingga memperoleh
pengakuan masyarakat dan pemerintah.
2. Penyepakatan antara kelompok profesi dan lembaga pendidikan pra jabatan tentang standar
kompetensi profesi minimal yang harus dimiliki oleh setiap calon profesi tersebut.
3. Akreditas, yakni pengakuan resmi tentang kelayyakan suatu program pendidikan pra jabatan
yang di tugasi menghasilkan calon tenaga profesi yang bersangkutan.
4. Mekanisme sertifikat dan pemberian izin praktek
5. Baik secara perseorangan maupun secara kelompok, pemangku profesi bertanggung jawab penuh
terhadap segala aspek pelaksanaan tugasnya yakni kebebasan mengambil keputusan secara
professional.
6. Kelompok professional memiliki kode etik, yang berfungsi ganda ,yakni:
a. Perlindungan terhadap masyarakat agar memperoleh layanan yang bermutu.
b. Perlindungan dan pedoman peningkatan kualitas anggota.
2.2 Upaya Pendidikan dalam Mengantisipasi Masa Depan
Masyarakat masa depan dengan ciri globalisasi, kemajuan iptek, dan kesempatan menerima
arus informasi yang padat dan cepat, dan sebagainya, tentulah memerlukan warga yang mau dan
mampu menghadapi tersebut.
Pengembangan pendidikan yang dalam masyarakat yang sedang berubah dengan cepat
haruslah dilakukan secara menyeluruh dengan pendekatan sistematis dan sistematik. Penggarapan
pembaruan pendidikan tersebut harus menyeluruh mulai pada lapis system / nasional, lapis
institusional, samapai pada lapis individual. Pada lapis system secara nasional telah ditetapkan
serangkaian kebijakan yang dituangkan ke dalam sejumlah perundang-undangan, utamanya UU-RI
No. 2 tahun1989 tentang Sisdiknas beserta serangkaian perturan pelaksanaannya.
Penggarapan pada lapis institusional berkaitan dengan aspek kelembagaan, seperti kurikulum,
struktur dan mekanisme pengelolaan, sarana prasarana, dan lain-lain. Akhirnya pada lapis
individual, penggarapan upaya pembaruan terkait pada semua personal yang terlibat dalam
pendidikan, utamanya guru dan siswa, meliputi baik pengetahuan dan keterampilan maupun
wawasan serta sikapnya. Keberhasilan antisipasi terhadap masa depan pada akhirnya ditentukan
oleh kualitas manusia yang dihasilkan oleh pendidikan.
1. Tuntutan bagi Manusia Masa Depan (Manusia modern)
Tantangan yang akan dihadapi manusia masa depan, seperti: kemampuan menyesuaikan diri
dan memanfaatkan peluang globalisasi dalam berbagai bidang wawasan dan pengetahuan yang
memadai tentang iptek, kemampuan menyaring dan memanfaatkan arus informasi yang semakin
padat dan cepat, dan kemampuan bekerja efisien sebagai cikal bakal kemampuan professional.
Salah satu ketentuan penting dalam perundang-undangan tersebut adalah ketetapan pendidikan
dasar sembilan tahun, yakni: 6 tahun di SD dan 3 tahun di SMP.
Untuk jenjang pendidikan dasar hal itu berarti bahwa kemampuan dasar sebagai manusia Pancasila
yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar akan siap untuk:
 Memasuki lapangan kerja sebagai manusia pembangunan setelah melalui orientasi dan atau
pelatihan tambahan sesuai dengan kebutuhan.
 Melanjutkan ke pendidikan menengah.
Tuntutan manusia Indonesia di masa depan, setelah kemampuan dasar tersebut, terutama
diarahkan kepada pembekalan kemampuan yang sangat diperlukan untuk menyesuaikan diri dengan
keadaan di masa depan tersebut. Beberapa di antaranya seperti:
 Ketanggapan terhadap pelbagai masalah sosial, politik, kultural, dan lingkungan.
 Kretifitas di dalam menemukan alternatif pemecahannya.
 Efisiensi dan etos kerja yang tinggi.
2. Upaya Mengantisipasi Masa Depan
Dalam penjelasan UU RI No 2 Tahun 1989 dikemukakan sebagai berikut: “dalam rangka
pelaksanaan pembangunan nasional sebagai pengamalan pancasila di bidang pendidikan, maka
pendidikan nasional mengusahakan: pertama, pembentukan manusia pancasila sebagai manusia
pembangunan yang tinggi kualitasnya dan mandiri, dan kedua, pemberian dukungan bagi
perkembangan masyarakat, bangsa, dan Negara Indonesia yang terwujud dalam ketahanan nasional
yang tangguh…”.
Gagasan dalam menyiapkan garapan pendidikan nasional, seperti yang disarankan Deliar
Noer dan Iskandar Ali Syahbana:
1. Pendidikan bukan hanya berurusan dengan transmisi dan keterampilan, tetapi juga berhubungan
dengan nilai-nilai.
2. Negara kita adalah Negara kepulauan. Kita bertanggung jawab untuk melindungi sumber alam
tersebut serta memanfaatkannya sebaik-baiknya untuk kemaslahatan bangsa.
3. Di masa depan mungkin sekali ada perubahan dan fluktuasi yang berarti dalam penyebaran
penduduk. Oleh sebab itu, perlu dikembangkan system pendidikan yang cukup luwes yang
mampu secara cepat menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut.
4. Di masa depan perlu member peranan yang seluas-luasnya kepada kaum wanita untuk mendapat
kesempatan dalam pendidikan.
5. Tuntutan belajar seumur hidup (life long education) tampaknya harus mendapat perhatian yang
lebih memadai di masa mendatang.
6. Pentingnya media elektronik dalam penyebarluasan pendidikan.
7. Publikasi dan penelitian serta pengembangan sertapengembangan pendidikan.
Kajian tentang upaya mengantisipasi masa depan melalui pendidikan akan diarahkan pada :
a. Perubahan Nilai dan Sikap
Nilai merupakan norma, acuan yang seharusnya, dan atau kaidah yang akan menjadi rujukan
perilaku. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber dari berbagai hal, seprti agama, hukum, adat istiadat,
moral dan sebagainya baik yang tertulis maupun yang tidak.
Salah satu pengaruh nilai-nilai tersebut dalam sikap (attitude) seseorang. Kalau nilai masih
bersifat “umum”, maka sikap selalu terkait dengan objek tertentu dan disertai dengan kecendrungan
untuk bertindak sesuai dengan sikpap terhadap objek tersebut (dapat positif ataupun negatif). Dalam
sikap dapat dibedakan menjadi 3 aspek, yakni :
1. Aspek kognitif
2. Aspek afektif
3. Aspek konatif
Pembentukan/pengubahan nilai dan sikap dalam diri seseorang dapat dilakukan dengan
berbagai cara, seperti pembiasaan, internalisasi nilai melalui ganjaran-hukuman, keteladanan
(modeling), teknik klarifikasi nilai dan sebagainya.
b. Pengemabangan Kebudayaan
Salah satu upaya penting dalam mengantisipasi masa depan adalah upaya yang berkaitan
dengan pengembangan kebudayaan dalam arti luas, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan sarana
kehidupan manusia.
Saling pengaruh dalam pengembangan kebudayaan di dunia ini adalah merupakan hal yang
lumrah. Dalam sejarah tercatat bagaimana puncak kebudayaan pada suatu wilayah tertentu akan
mempengaruhi kebudayaan lain di dunia ini. Kebudayaan mencakup unsur-unsur mulai dari sistem
religi, kemasyarakatan, pengetahuan, bahasa, kesenian,mata pencaharian, sampai dengan system
teknologi dan peralatan. Unsur terakhir tersebutlah yang paling mudah berubah dibandingkan
dengan unsur lainnya. Akan tetapi, perubahan masyarakat Indonesia dari masyarkat pertanian ke
masyarakat industri dan masyarakat informasi telah meyebabkan keseluruhan unsur-unsur tersebut
akan mengalami pengaruh yang kuat.
Oleh karena itu, manusia Indonesia tidak hanya dipengaruhi oleh budaya setempat (sesuai
etnis yang ada di nusantara) dan budaya Indonesia (yang berkembang dari puncak budaya –budaya
nusantara tersebut), tetapi juga menerima berbagai pengaruh “budaya dunia”. Dalam menghadapi
berbagai pengaruh tersebut, setiap individu diharapkan dapat menyelaraskannya dengan baik, agar
dapat menyesuaikan diri dengan dunia yang selau berubah tersbut dengan berhasil. Saling pengaruh
dalam pengembangan kebudayaan di dunia ini, merupakan hal lumrah.
c. Pengembangan Sarana Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam mengantisipasi masa depan, karena
pendidikan selalu diorientasikan pada penyiapan peserta didik untuk berperan di masa yang akan
datang.
Menjelang pelaksanaan PJP II , sektor pendidikan telah meletakkan kerangka dasar
pengembangannya melalui seperangkat perundang-undangan (UU RI No 2 Tahun 1989 beserta
peraturan pelaksanaannya). Dengan penetapan kerangaka dasar tersebut maka pendidikan
mempunyai suatu acuan dalam penyesuaian dengan keadaan yang selalu berubah, utamanya
perkembangan masyarakat, bangsa, dan Negara Indonesia di masa yang akan datang (UU 1992:27).
Santoso S. Hamijoyo (1990: 33) mengemukakan 5 strategi dasar dalam era globalisasi
tersebut, yakni:
a) Pendidikan untuk Pengembangan IPTEK, dipilih terutama dalam bidang-bidang yang vital,
seperti manufacturing pertanian, sebagai modal utama untuk menghadapi globalisasi.
b) Pendidikan untuk pengembangan keterampilan manajemen, termasuk bahasa-bahasa asing yang
relevan utuk hubungan perdagangan dan politik sebagai instrument operasional untuk berkiprah
dalam globalisasi.
c) Pendidikan untuk pengelolaaan kependudukan, lingkungan, keluarga berencana, dan kesehatan
sebagai penangkal terhadap menurnnya kualitas hidup dan hancurnnya system pendukung
kehidupan manusia.
d) Pendidikan untuk pengembangan sistem nilai, termasuk filsafat, agama, dan ideology demi
ketahanan social-budaya termasuk persatuan dan kesatuan bangsa.
e) Pendidikan untuk mempertinggi mutu tenaga kerja kependidikan dan kepelatihan, termasuk
pengelola system pendidikan formal dan non formal demi penggalakan peningkatan pemrataan
mutu, relevansi, dan efeisiensi sumber daya manusia secara keseluruhan..
Khusus untuk pendidikan tinggi, terdapat kecenderungan berkembangnya pola pemecahan
masalah secara multidisiplin. Oleh karena itu, diperlukan suatu program pendidikan yang kuat
dalam dasar keahlian yang akan memperluas wawasan keilmuan dan membuka peluang kerjasama
dengan bidang keahlian lainnya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pendidikan merupakan penyiapan peserta didik bagi peranan di masa yang akan datang.
Dengan demikian, pendidikan seharusnya selalu mengantisipasi keadaan masyarakat masa depan.
Perubahan keadaan masyarakat masa depan yang berlangsung dengan cepat mempunyai beberapa
karateristik umum yang dapat dijadikan petunjuk sebagai ciri masyarakat di masa depan yaitu:
1. Kecenderungan globalisasi yang makin kuat.
2. Perkembangan IPTEK yang makin cepat.
3. Perkembangan arus informasi yang makin padat dan cepat.
4. Kebutuhan/tuntutan peningkatan layanan professional dalam berbagai segi kehidupan manusia.
Keseluruhan hal itu telah mulai tampak pengaruhnya masa kini, serta diperkirakan akan makin
penting peranannya di masa depan.
Masyarakat masa depan dengan ciri globalisasi, kemajuan iptek, dan kesempatan menerima
arus informasi yang padat dan cepat, dan sebagainya,telah memerlukan warga yang mau dan
mampu menghadapi segala permasalahan serta siap menyesuaikan diri dengan situasi baru tersebut.
Pendidikan berkewajiban mempersiapkan generasi baru yang sanggup menghadapi tantangan
zaman baru yang akan datang. Pengembangan pendidikan dalam masyarakat yang sedang berubah
dengan cepat haruslah dilakukan secara menyeluruh dengan pendekatan sistematik-sistemik.
PembangunaN manusia Indonesia seutuhnya merupakan kunci keberhasilan bangsa dan negara
Indonesia di abad 21 yang akan datang. Maka dari itu diperlukan:
1. Tuntutan bagi manusia masa depan.
2. Upaya mengantisipasi masa depan, utamanya yang berhubungan dengan perubahan nilai dan
sikap sebagai manusia modern, pengembangan kehidupan dan kebudayaan, serta pengembangan
sarana pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA

Burhanuddin, Afid. 2013. Perkiraan dan Antisipasi Terhadap Masyarakat Masa Depan.
(https://afidburhanuddin.wordpress.com), diakses 13 Februari 206.
Gerungan, R.A. 2014. Perkiraan dan Antisipasi Terhadap Masyarakat Masa Depan.
(http://mediaedukasiku.blogspot.co.id), diakses 13 Februari 2016.
Mahendra, Surya. 2011. Perkiraan dan Antisipasi Terhadap Masyarakat Masa Depan.
(http://mahendracollage.blogspot.co.id), diakses 13 Februari 2016.
Tirtarahardja, Umar dan La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai