Nama Kelompok :
Kelompok 13
YOGYAKARTA
2017/2018
ABSTRAK
Lokasi penelitian berada pada Desa Gunung Gajah, Dusun Hargo Tirto Kecamtan
Bayat ,Kabupaten Klaten, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta, Indonesia .Kabupaten ini berbatasan dengan Provinsi DIY di Barat
(Kabupaten Sleman ) dan selatan (Kabupaten Bantul), Samudra Hindia di selatan,
serta. Lokasi pengamatan termasuk kedalam bagian dari zona pengangkatan
pegunungan selatan yang mengalami pengangkatan pada zaman kuarter. Lokasi
pengamatan berada pada daerah perbukitan jiwo yang masuk kedalam satuan
formasi diorit pendul, yang umumnya disusun oleh batuan beku bertekstur halus
maupun kasar. Secara umum singkapan batuan di lapangan sudah mengalami
pelapukan yang intensif dan umumnya mempunyai struktur pelapukan mengulit
bawang. Data diperoleh dengan pengmatan langsung di lapangan dan analisa
petrografi di laboratorium kemudian diperoleh data menggunakan point counting.
Hasil penelitian mendapatkan hasil bahwa daerah penelitian tersingkap batuan
beku berupa instrusi dangkal diorit.
PENDAHULUAN
Petrografi adalah cabang petrologi yang berfokus pada deskripsi rinci dari
batuan. Kandungan mineral dan hubungan tekstur dalam batuan dijelaskan secara
rinci. Adanya kegiatan praktikum di laboratorium tentunya perlu didukung dengan
adanya studi khusus di suatu daerah untuk mengimplementasikan ilmu yang sudah
didapat di praktikum.
Lokasi pengamatan kali ini berada pada zona pegunungan selatan, tepatnya
pada Desa Gunung Gajah, Dusun Hargotirto, Kecamatan Bayat, Kabupaten
Klaten. Tepatnya pada formasi diorite pendul. Pegunungan Selatan terbentuk
karena adanya evolusi tektonik yang terjadi di Pulau Jawa pada zaman Kapur
hingga sekarang. kediran batuan yang berada pada daerah tersebut dipengaruhi
oleh berbagai peristiwa tektonik yang terjadi sebelum terbentunknya hingga
sesudah terbentuknya batuan tersebut.batuan yang terbentuk sudah berumur
Miosen tengah (Satyana 2005).
satu batuan yang ada di Perbukitan Jiwo adalah batuan beku baik batuan
beku intrusi maupun ekstrusi. Rahardjo (1994) telah melakukan pemetaan geologi
pada daerah ini dengan skala 1:100.00 dan Ia mengelompokkan batuan beku
intrusi yang ada di daerah ini kedalam Formasi Intrusi Batuan Beku yang tersebar
di Gunung Pendul pada Jiwo bagian barat dan Gunung Kebo pada Jiwo bagian
timur. Kenyataannya di lapangan masih banyak sekali batuan beku intrusi baik
skala besar maupun dalam skala kecil yang tersebar di lokasi ini, namun sebagian
besar dalam kondisi lapuk sehingga persebaran dari batuan beku intrusi menjadi
fokus utama pada penulisan makalah ini.
Lokasi pengamatan kali ini berada pada zona pegunungan selatan, tepatnya
pada Desa Gunung Gajah, Dusun Hargotirto, Kecamatan Bayat, Kabupaten
Klaten. Tepatnya pada formasi diorite pendul. Pegunungan Selatan terbentuk
karena adanya evolusi tektonik yang terjadi di Pulau Jawa pada zaman Kapur
hingga sekarang. kediran batuan yang berada pada daerah tersebut dipengaruhi
oleh berbagai peristiwa tektonik yang terjadi sebelum terbentunknya hingga
sesudah terbentuknya batuan tersebut.batuan yang terbentuk sudah berumur
Miosen tengah (Satyana 2005).
Gambar : Foto singkapan dengan arah foto N254o
METODE
1. STUDI PUSTAKA
(DATA SKUNDER)
2. OBSERVASI LAPANGAN
(PENGAMATAN LAB)
5. PEMBUATAN POSTER
Titik pengamatan 1
Horblende - Clorite 0 0%
𝟔,𝟕𝟓
Alkali Feldspare = 𝟕𝟏,𝟐𝟓 x 100% = 9,47%
𝟔𝟒,𝟓𝟎
Plagioklase = 71,25 x 100% = 90,52%
Magnetit (5,50%) : pada keadaan PPL gelap maksimal dengan bentuk prismatik.
Pada XPL tetap dengan warna gelap maksimal.
Klasifikasi batuan
Magnetit (3,50%) : pada keadaan PPL gelap maksimal dengan bentuk prismatik.
Pada XPL tetap dengan warna gelap maksimal.
𝟔,𝟕𝟓
Alkali Feldspare = 𝟕𝟏,𝟐𝟓 x 100% = 0%
𝟔𝟒,𝟓𝟎
Plagioklase = 71,25 x 100% = 90,52%
Klasifikasi QPAF untuk Batuan Beku (Streckeisen, 1976)
Magnetit (3,50%) : pada keadaan PPL gelap maksimal dengan bentuk prismatik.
Pada XPL tetap dengan warna gelap maksimal.
𝟑,𝟓
Alkali Feldspare = x 100% = 5%
𝟕𝟎
𝟔𝟑,𝟐𝟓
Plagioklase = x 100% = 90,35%
𝟕𝟎
Klasifikasi QPAF untuk Batuan Beku (Streckeisen, 1976)
3,75
Alkali Feldspare = 62,25 x 100% = 6,02%
58,5
Plagioklase = 62,25 x 100% = 93,6%
Klasifikasi
PEMBAHASAN
Dalam pengamatan secara mikroskopis sample batuan yang diamati
mengandung beberapa mineral dengan warna putih, abu-abu, biru keunguan,
coklat kehijauan, dan hitam. Tekstur batuannya porfiritik, hipokristalin, bentuk
kristal umumnya subhedral prismatik, dan relasi mineralnya ineqiugranular.
Tekstur khusus batuannya yaitu ofitik. Dari hasil ploting pada diagram klasifikasi
qapf (Streckeisen , 1976) maka nama Batuannya adalah Diorit. Hal tersebut
tercermin dari tekstur batuan yang menunjukkan ciri khas batuan beku intrusi
dangkal yaitu struktur interlocking dan mineralnya umumnya porfiritik dan
berbentuk subhedral. Pada ciri khusus tekstur batuannya adalah ofitik dimana
pembentukan mineral tidak dipengaruhi oleh aliran. Dari hasil perhitungan harga
An diperoleh nilai plagioklas yang menunjukkan jenis mineral plagioklas
andesin. Hal ini menunjukkan bahwa batuan berada pada bagian intrusi dangkal
berupa diorit. Hal ini menunjukkan bahwa batuannya berasal dari magma
intermediet yang kaya akan mineral plagioklas Ca-Na.
KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan petrologi dan petrografi maka disimpulkan bahwa
batuan pada lokasi pengamatan berupa batuan beku intrusi diorit dari hasil
pembekuan magma yang bersifat intermediet.
Diorit yang ditemukan pada kondisi singkapan sudah mengalami
pelapukan yang diperlihatkan oleh terubahnya mineral hornblende menjadi klorit.
Genesa pembentukannya diperkirakan intrusi dangkal, yang didukung
oleh tidak dijumpainya tekstur aliran.
DAFTAR PUSTAKA
IAGI.or.id
Modul petrografi STTNAS
Kerr. F. Paul. 1959. Optical Mineralogy. Columbia University: