ABSTRAK
RADIOIMMUNOASSAI PROGESTERON UNTUK DIAGNOSIS KEGAGALAN INSEMINASI
BUATAN PADA TERNAK SAPI PERAH. Pemanfaatan teknik Radioimmunoassai (RIA) untuk
analisis hormon progesterone (P4) yang terkandung dalam susu, yang berasal daTi '78ekor ternak
sapi perah, telah digunakan untuk mendiagnosis kegagalan Inseminasi Buatan (ffiJI. Kandungan
P4 dalam susu dianalisis dengan kit RIA lase parlato Hasil analisis menunjukkan 55,1%
pelaksanaan ffi dilakukan pada saat yang tepat dengan birahi sapi dan diperkirakan akan
menghasilkan kebuntingan. Sedangkan 44,9% pelaksanaan IB dilakukan tidak pada saat birahi;
dengan rincian 30,8% pelaksanaan IB saat ternak dalam kondisi tidak ada siklus reproduksi; 6,4%
pelaksan4an IB pada ternak bunting atau mengalami Corpus luteum persistenjCLP;3,:B%pelaksana-
an IB saat ternak dalam f,!se luteal; dan 3,9% pelaksanaan ffi dilakukan pada kondisi ternak sapi
perah ya.g status biologisnya tidak dapat diperkirakan dengan konsentrasi P4. Analisis RIA P4
dapat di!Junakan untuk diagnosis gagal IB lebih cepat (21 hari pasca IB sudah dapat diprediksi)
hila dibatdingkan dengan diagnosis konvensional yang dilakukan dengan palpasi rektal, yaitu
pada >50bari pasca ffi.
ABSTRACT
RADIOIMMUNOASSAY PROGESTRERONEFOR ARTIFICIAL INSEMINATION FAILURE
DIAGNqSIS ON DAIRY CATTLE. Application of milk progesterone radioimmunoassay for AI
failure d~gnosis on 78 dairy cattle has been conducted. Milk progesterone was analyzed using
solid pha$e of progesterone RIA Kits. Result of this experiment shows 55.1 % of IA were conducted
on oestrt$ cow; 44.9% of the dairy cows were artificially inseminated not on the correct time,
which ar~: 30.8% AI services were performed when the cows were not heat, 6.4% ,t\I services on
acyclic c<iws, pregnant or corpus luteum persistentjCLP; 3.8% AI services were performed on
cows at IJteal phase; and 3.9% AI services were performed on unidentified biologicaJ status of cow
using mill;: progesterone hormone. RIA Milk progesterone analysis can be implemented for early
AI failure diagnosis, the result of which can be obtained in 21 days post AI, as compare to
conventiooal way by rectal palpation, which can be performed at >50 days post AI.
Pit
159
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan X
~ Uote~rtjka OJal!!!!a. .14 Vesem~~OO4
dfngan Inseminasi Buatan (lB). Dengan lB, untuk memberi dukungan dalam rangka
temak akan dipantau gejala birahinya peningkatan efisiensi reprocluksi temak
secara visual. Bila birahi ini terpantau yang berkaitan dengan kelainan fungsi
maka kawin suntik akan segera dapat reproduksi. Beberapa hal yang dapat
dilakukan. Data terakhir menunjukkan diketahui dengan mengaplikasikan teknik
bahwa pemanfaatan kawin suntik men- RIA adalah deteksi p'.1bertasternak, deteksi
capai 85 % daTi keseluruhan sistem gejaIa birahi setelah kelahiran, diagnosis
pengawinan ternak, sehingga sistem kebuntingan dini, diagnosis: kegagaIan
kawin suntik ini efektif untuk program
bunting lebih awal yang mendukung
peningkatan efisiensi reproduksi temak program IB, clan diagnos:is ke1ainan
sapi. Namun, dalam pelaksanaannya, reproduksiternak.
keberhafJ1anIB perlu dipantau lebih lanjut
sehubungan dengan banyaknya kasus IB- II. TAT A KERJA
berulang (repeat breeder)yang antara lain 11.1.Pengambilanclanpreparasi sampel
disebab~ karena kegagalan ketepatan
deteksi tirahi, birahi tenang, clan kemung- Aplikasi teknik RIA dapat dilakukan
kinan karena adanya kelainan reproduksi dengan mengambil cuplikan atau sampel
yang sulit dipantau secara visual. Untuk yang berupa susu,yang kemudian konsen-
trasi harman progesterannya dianalisis
keadaanI yang terakhir ini dibutuhkan
secara berkala. Pelaksanaan IB clan
diagnosi$ yang mendalam oleh tenaga ahli
pengambilan sampel susu untuk analisis
kesehatatl ternak (dokter hewan) di
dengan teknik RIA progesterO1:ldilakukan
lapangarl Penyebab keadaan tersebut
terhadap 78 ekor sari perah pada dua
lebih dottrinan disebabkan adanya kelain-
lokasi di Kabupaten Garut, yai1:uKecamat-
an fisiol~gis ternak yang bersangkutan,
an Cisurupan dan Kecamat~n CiIawu.
sehinggal perIn dukungan bagi tenaga
Waktu pengambilan sampel susu adalah
kesehata~ temak di Iapangan untuk
hari ke 0 (saat IB), hari ke lO-l:l setelah IB,
mendapatkan gambaran faali ternak yang
clan hari ke 20-22 setelah lB.. Pemisahan
dicuriga1bermasalah, sebelum kemudian
lemak (defated)daTi sampel susu delakukan
dilakukaJi\perlakuan (treatment).
dengan cara sentrifugasi selaIrLa 10 menit
Pada penelitian ini, aplikasi TN
pada 3000 rpm. Selanjutnya lemak yang
dengan teknik RIA, yang bertujuan untuk
terpisah pada bagian atas dibuimg dengan
mendete.si hormon progesteron dalam
bawah
serum atau susu, merupakan suatu raTa pipet, sedangkan bagian
Prasiding Presentasi llmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan X
IfoteJ Kartika O1andra. .14 J?esember 201)4
berupa susu skim dipakai untuk analisa Selesai proses inkubasi, kelebihan 1251-
penetapan kadar progesteron (P4). P4 yang terdapat dalam seluruh tabung
assay, kecuali kelompok pertama,
Analisis barman progesteron dibuang laiu dikeringkan dengan cara
dengan RIA
membalikkan tabung-tab'ung tersebut
-161
PuslitbancdKeselamatan Radiasi dan Biomedika Nuklir-Badan Tenaga Nuklir Nasional
cuplikan
5.
3.
Prosiding Presentasi llntiah Keselantatan Radiasi dan Jf.ingkungan x
lioteJ Kartika O1andra, 14 Vt~sember ~O04
10
--
-J 8
"0
-E
c
c
6
0
...
Q)
II)
4
Q)
C)
0
...
a. 2
0 10 20 30 410
Hari pasca 18
Gamb;jc 1 Jika konsentrasi P4 daTitiga kali pengambilan (hari ke-O;10; 22 setelah IB)
masing-masing menunjukkan nilai:
Rendah-rendah-rendah, berarti Anoestrus/ anovulasi (A);
Rendah-tinggi-rendah, berarti IB saat biram tetapi tidak berhasil buntirlg(B);
Rendah-tinggi-tinggi, berarti IB saat biram clan kemungkinan bunting (C);
Tinggi-rendah-tinggi, berarti IB saatlase luteal (0);
Tinggi-tinggi-tinggi, berarti IB pada sapi bunting atau kasus Corpus Luteum
Persisten (CLP) (E).
162
1.
Prosiding Presentasi llmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan X
lfoteJ Kartika OJandra, .14 L'esember 2004
dibandi4gkan dengan catatan O. PERERA melepaskan telur saat ovulasi clan konsen-
.[8], yan~ menyatakan bahwa kegagalan IB tragi estrogen tinggi sehingga ~,~~yebab-
""
akibat ijesalahan deteksi birahi di Asia kan terjadinya gejala birahi pada kedua
masih tEtjadi sebesar 17% sapi tersebut, dengan demikian temak
IBlyang dilakukan pada ternak saat dikawinkan (IB) pada saat yarlg tepat [9].
birahi ~pat menghasilkan kebuntingan
clan apabila tidak terjadi kebuntingan hal
ini me.unjukkan kegagalan IB yang
'Tabell.
Prosiding Presentasi llmiah Keselamatan Radiasi daJ1tLingkungan X
IIOteJ Kartika Olandra. :14 l:>esember :J,O04
10
-:::
"0 8
E
-
-.t
t:
6
a.
'iij
-.. co
t:
Q)
4
U)
t:
0 2
~
0
0 5 10 15 20 25
Waktu sampling (hari setelah IB)
merup.:l1<an salah satu jerus hormon pada hari ke 50-55 setelah IB untuk
reproduksi yang dil1asilkan oleh Corpus memastikan kebuntingan tersebut.
15
-s
0 12
c-E
.qo 9
a.
U)
~
...
6 /
c /
Q)
U)
c
0 3
~
0 II ~I
0 5 10 15 20 25
Waktu sampling (hari setelah 18)
Gambar 3. Inseminasi buatan yang dilakukan tepat pada saatbirahi,-namun
tidak bunting.
~
A
164
Prosiding Presentasi llmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan X
Ifotel Kartika O1andra, .14 l>esember 2004
10
-
::::
"0 8
-E
c
'Ot 6
Do
"Uj
~
...
...
C
4
<II
II)
C
0 2
~
0 '-~::=:T::=~==t:~=~====t::::::T:===-- I ~ 11
0 5 10 15 20 25
Waktu sampling (hari setelah 18)
Gambar 4. Inseminasi buatan yang dilakukan pada saat ternak anestrus, tidak ovulasi,
I atau mengalami periode fase luteal pendek.
Gambar 4 adalah .hasil analisis susu GARCIA dkk [14] kejadian s;apidi IB saat
denganlRIA P4 berasal dari 2 ekor sapi tidak adasiklus di Asia dan Pl.merika Latin
perah, yang mewakili kejadian IB yang di- sebesar17,3 %. Dengan demikian kegagal-
laksanakan saat temak tidak esb"us. an IB pada sapi acyclic dalam penelitian ini
Tingkatf['4 pada kedua sapi tersebut selalu masih lebih besar (30,8%). Dalam hal ini
rendah 'selama pemerlksaan sampel «1 pemahaman gejala birahi oleh peternak
nmoljL), hill ini menunjukkan tidak ter- Indonesia hams lebih ditingkatkan lagi,
jadi siklus reproduksi. Kejadian ini juga karena sapi yang acyclic tidak mungkin
menyebabkan tidak terjadi ovulasi akan bunting tetapl
petE!r-nak tetap
sehingga tidak ada estrus (sapi tidak meminta petugas IB untuk mengawinkan
menunjllkkan gejala birahi). Menurut sapinya.
10
-
s
0 8
E '\7-'-' "-'---~~'-"~7_'~"",,_-
..s.
oqo 6
a.
"in
ro
...
+"' 4
C
Q)
U)
c
0 2
~
0 L
1.1
0 5 10 15 20 25
Waktu sampling (hari setelah IB)
Gambarr .Inseminasi buatan yang dilakukan pada saat temak sudah buntin:g, atau
sedang mengalami sistik luteal (adanya corpusluteumpersistentatau CLP).
Puslitbang Keselamatan Radiasi dan Biomedika Nuklir-Badan Tenaga Nuklir Nasional 166
~
hambat pelepasan barman prastalglandin terjadinya gangguan reproduksi yang,
(PGF2a) dari dinding rahim [15]. PGF2a menyebabkan CLP [17]. ME!skipun telah
berfungsi sebagai barman uterus utama diprediksi bahvva sapi di IB saat btUlthlg
yang bersifat luteolitik clan dapat me- atau dalam kondisi CLP, perlu dilakukan
nyebabkan regresinya corpus luteum [16]. pemeriksaan kebuntingan, ovarium, daD
Selain untuk diagnasa gagal IB, RIA P4 uterus oleh tenaga medis lapangan untuk
juga dapat digunakan untuk memprediksi memastikan kondisi tersebut.
10
-::: [
"0 8
-E=
q- 6
c..
"in ~
IU
L. j)
+"' 4
=
Q) A
In
=
0
~ 2
0 LL I I I I
0 5 10 15 20 25
Waktu sampling (hari setelah IB)
,"
_::~~~1~~~
~
"'"
""
Prosidi~g Presentasi Iltniah Keselatnatan Radiasi dan Lingkungan X
J.foteJ Kartika Chandra, .14 v.~sember ~OD4
10
--
'0 8
-E
c:
-.t 6
a.
'in
-
m
L.
c:
Q)
4
U)
c:
0 2
~
0 ~:::l:~~~~~::::=,' I
0 5 10 15 20 25
Waktu sampling (hari setelah IB)
Gambar 7. Inseminasi buatan yang dilakukan pada ternak yang perin me11dapatkan
perhatian khusus dari tenaga medis, karena konsentrasi hormon P4 yang
I meragukan (doubtful).
ulang
Prosiding Presentasi Ilnr.iah Keselanr.atan Radiasi dan Lingkungan X
Ifotel Kartika OJandra. .14 Vesember 2004
IB dengfrn menggunakan teknik RIA ini kegagalan IB pada ternak sa]oi perah" ini
berdasa1f<andaTi nilai 3,8% hasil analisis dapat terlaksana dengan baik.
konsent+si hormon P4 yang meragukan
(doubtfu~.
DAFfARPUSTAKA
H4sil penelitian menunjukkan
bahwa ~alisis RIA P4 dalam susu dapat
1. KANCHAN KOTHARI, RAN}I LAL
digunakk untuk diagnosis gagal IB lebih and M.R.A. PILAI; Development of
Direct Radioimmunoassa:v for Serum
cepat, yC:titupada hari ke 21 hari pasca IB,
Progesteron, Journal of Radioanalytical
hila dib.:j£ldiI1gkandengan teknik konven- and Nuclear ChemistnjArticles, Vol. 196,
No. 2.1995. 331-338
sional pctIpasirektal yang barn bisa diapli-
kasikan ~ila kebuntingan telah berumur di KANCHAN KOTHARI and M.R.A.
PILLAI; Preparation and Characte-
atas 50 hari sehingga menghindari rization of 1251 labeled Progesteron
kegugur.n. Derivatives for the Development of A
Radioimmunoaay for Progesteron,
Journal of Radioanalytical and Nuclear
ChemistnjArticles, Vol. 177, No. 2.1994.
261-269
2.
KAIfCHAN KOTHARI and M.R.A., 10.GEI5ERT R.D. and ].R.MALAYER.,
PILLAI: Direct Radioimmunoassay of Implantation, In E.5.E. Hafez and
Serum Progesteron Using Hetero- B.Hafez. Eds., Reproduction in Farm
logous Bridge Tracer and Antobodi, Animals, 7thed., 2000.126-.139.
Journal of Radioanalytical and Nuclear
Chemistry,Vol. 231, Nos. 1-2. 1998. 77-
82. 11.JAINUDEEN M.R. and E.S.E. HAFEZ,
Pregnancy diagnosis, In E.S.E. Hafez
and B. Hafez, Eds., Reproduction in
4. International Atomic Energy Agency. Farm Animals, 7thed., 2000.261-278.
Laboratory Training Manual on Radio-
ill1n\unoassays in Animal Reproduc-
12. GORDON, I., Reproductive cycle,
tion., Tech. Rep. Series. IAEA. Vienna,
fertilisation and e~bryo development,
Austria, 1984.
Reproduction in cattle, Cattle Breeding
Technologies, 1995,5-9.
Join~ FAOjIAEA Programme in
AniItlaI
, Production and Health, Self-
TOELIHERE, M.R., Inseminasi Buatan
coa~g 'Milk' Progesteron RIA Kit,
pada Temak, Penerbj! Angkasa
Bencfl Protocol Version-SCRIA 3.0,
Bandung, 1981:289.
January 1997.
GARCIA, M., W.J. GOODGER, T.
PET,RS, A.R. and BALL, P.I.H.
BENNETT, B.M.A.O. PERERA, Use of
I{ep~duction in Cattle. Butterworth &
A Standardized Protocol to Identify
Co. Publishers Ltd. United Kingdom,
Factors Affecting The Efficiency of
1987. Artificial Insemination ~3ervices for
Cattle Through ProgesterlDnMeasure-
PERf;RA, 0., Interpretation of
ment in Fourteen Countries, IAEA-
Labca-atory Assay Results and
Tecdoc-1220, Radioimmunoassay and
Coreiation with Field Data from
related techniques to improve artificial
Farms., Regional Training Workshop: insemination programmes for cattle
Ma:lf ement and Utilization of Field
reared under tropical and subtropical
and Laboratory Data for Breeding
conditions, 2001:197-207.
Sup rt Services to Livestock Farmers,
Myniensingh, Bangladesh, 7-11 July
20021, 15. JAINUDEEN M.R. and E.S.E. HAFEZ,
Reproductive Failure in Females, In
8. PERtRA,O., Application of Radio- E.S.E. Hafez and B. Hafez, Eds.,
immpnoassay for Improving Livestock Reproduction in Farm Animals, 7thed.,
Production., Regional Training Work- 2000: 261-278.
shop: Management and Utilization of
Fiel" and Laboratory Data for 16. HAFEZE.S.E., M.R. JAINUDEEN, and
Bree,ing Support Services to Livestock Y. ROSNINA, Hormones, Growth
Farl11ers,Mymensingh, Bangladesh, 7- Factors, and Reproduction, In E.S.E.
11 Jt4v 2002. Hafez and B. Hafez, Eds., Repro-
duction in Farm Animals, 7thed., 2000:
HAl¥Z, E.5.E. and B. HAFEZ, Repro- 33-54.
duction in Farm Animal, 7thed., 2000:
161
13.
14.
6.
3.
TU~SIKAL, B.J.,T. "TJIPfOSUMIRAT, Iin Kurnia (P3KRBiN-BATA~l\T)
darl R. KUKUH, Studi Gangguan
Reproduksi Sapi Perah dengan Teknik 1 Kasus kegagalan 1B terbesar pada fasa
Radioimmunoassay (RIA) Progesteron, apa?
Seminar Teknologi Isotop clan Radiasi, 2. Apa hubungan teknik RIA dengan
P3nR, BATAN, 2004 (Prosiding belum hewan tidak mengalami :5iklusbirahi.
terbit).
Jawab:
171
17.