Teori ini dikemukakan oleh Merton Miller dan Franco Modigliani (MM). Menurut dividend irrelevance theory, kebijakan dividen tidak mempengaruhi harga pasar saham perusahaan atau nilai perusahaan. Modigliani dan Miller berpendapat bahwa, nilai perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan (earning power) dan risiko bisnis, sedangkan bagaimana cara membagi arus pendapatan menjadi dividen dan retained earnings tidak mempengaruhi nilai perusahaan. MM berasumsi bahwa : - Tidak ada pajak - Tidak ada brokerage cost Bird in The Hand Theory Teori ini dikemukakan oleh Myron Gordon dan John Lintner, Menurut bird in the hand theory, kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap harga pasar saham. Artinya, jika dividen yang dibagikan perusahaan semakin besar, maka harga pasar saham perusahaan tersebut akan semakin tinggi dan sebaliknya. Hal ini terjadi karena, pembagian dividen dapat mengurangi ketidakpastian yang dihadapi investor. Modigliani dan Miller menganggap bahwa argumen Gordon dan Lintner ini merupakan suatu kesalahan. Menurut MM, pada akhirnya investor akan kembali menginvestasikan dividen yang diterima pada perusahaan yang sama atau perusahaan yang memiliki risiko yang hampir sama. Tax Preference Theory Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy. Mereka menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan capital gains, para investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak. Oleh karena itu investor mensyaratkan suatu tingkat keuntungan yang lebih tinggi pada saham yang memberikan dividend yield tinggi, capital gains yield rendah dari pada saham dengan dividend yield rendah, capital gains yield tinggi. Jika pajak atas dividend lebih besar dari pajak atas capital gains, perbedaan ini akan makin terasa. Bukti Empiris terhadap Kebijakan Dividend
Terjadi kesulitan dalam melakukan pengujian empiris yang sempurna mengenai
hubungan antara payout policy dan rate of return investor terhadap saham perusahaan. Beberapa penelitian mengatakan bahwa perusahaan dengan payout ratio yang tinggi akan memiliki required return yanglebih tinggi, hal ini sejalan dengan Tax Preference Theory. Penelitian lainnya mengatakan bahwa di negara dengan proteksi investor yang rendah (agency problem sering terjadi), maka perusahaan dengan payout ratio tinggi dinilai lebih tinggi. Hasil empiris lainnya menghasilkan kesimpulan yang mixed.