Anda di halaman 1dari 12

PEREKONOMIAN DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

SEBAGAI TUGAS MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA

KELAS: MANAJEMEN 5A
NO. NAMA NIM
1. Muh. Teladan 201410160311014
2. Yugo Wahyudi Primasakti 201410160311010
3. Oktavia Rahmawati 201410160411024
4. Kanugrahan Akbar Pujiono 201410160311046
5. Ulfa Apriliani 201310160311052

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Panggung ekonomi Indonesia tidak pernah sepi dari hiruk pikuk peristiwa dramatis.
Sejak kemerdekaan, krisis ekonomi datang silih berganti. Tahun 1945 s.d 1966 masa
pancaroba perekonomian karena sebagian besar kegiatan domestik ditindih oleh krisis politik
yang tidak pernah bosan hadir di tengah-tengah masyarakat. Tahun 1966 ekonomi ambruk,
yang ditandai dengan inflasi nyaris tanpa batas, penggangguran tak terbendung dan
kemiskinan kian menyeruak.

Kemerdekaan yang diproklamasikan pada tahun 1945 telah memberikan kesempatan


kepada bangsa Indonesia untuk mewujudkan cita-citanya “ Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia dalam wadah negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur
berdasarkan Pancasila “.

Tata ekonomi Indonesia selalu ditekankan berdasarkan Pancasila. Ini bukan hanya
suatu ungkapan bagus, yang setiap kali harus dikatakan, tetapi dimaksud sebagai pedoman
arah dasar bagi tata susunan ekonomi nasional dan sikap mental yang mendasarinya. Idealnya
sistem ekonomi Indonesia adalah suatu tata ekonomi yang dijiwai oleh ideologi pancasila,
suatu ekonomi nasional yang merupakan usaha bersama dan yang berasaskan kekeluargaan
dan kegotong-royongan di bawah pimpinan pemerintah.

Memang, mungkin sistem ini secara finansial tidak begitu menguntungkan, tetapi
lebih bersifat manusiawi karena mengutamakan unsur sosial, keadilan, dan persaudaraan,
atau dapat disebut tata ekonomi yang bermoral. Inilah cita-cita kita, pedoman yang normatif ,
tetapi sayangnya belum menjadi kenyataan.

Jika kita kaitkan sistem ekonomi pancasila sangat berkaitan dengan sistem ekonomi
kerakyatan, yang didalam sistem ekonomi pancasila itu digali dan dibangun dari nilai-nilai
yang dianut dalam masyarakat Indonesia. Beberapa prinsip dasar yang ada dalam sistem
ekonomi pancasila tersebut antara lain berkaitan dengan prinsip kemanusian, nasionalisme
ekonomi, demokrasi ekonomi yang diwujudkan dalam ekonomi kerakyatan, dan keadilan.

Namun, sistem ekonomi pancasila ini hanya sebuah impian yang tidak realistis dan
tidak mungkin dapat tercapai, hal ini dikarenakan jauh dari kenyataan kehidupan sehari-hari
dan menyimpan dari gambaran ideal tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian pada latar belakang, rumusan masalah dalam makalah ini
dipaparkan sebagai berikut:

1. Sistem perekonomian apa yang diterapkan di Indonesia?


2. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi pertumbuhan ekononomi di Indonesia?
3. Bagaimanakah keadaan perekonomian Indonesia saat ini?
4. Bagaimanakah kondisi perekonomian Indonesia dilihat melalui PDB?

C. TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Mengetahui sistem perekonomian apa yang diterapkan di Indonesia.
2. Mengetahui Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi pertumbuhan ekononomi
di Indonesia.
3. Mengetahui keadaan perekonomian Indonesia saat ini
4. Mengetahui kondisi perekonomian Indonesia dilihat melalui PDB.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 SISTEM PEREKONOMIAN DI INDONESIA

Indonesia tidak menganut Sistem ekonomi tradisional, Sistem ekonomi komando,


Sistem ekonomi pasar, maupun Sistem ekonomi campuran. Sisten ekonomi yang diterapkan
di Indonesia adalah Sistem Ekonomi Pancasila, yang di dalamnya terkandung demokrasi
ekonomi maka dikenal juga dengan Sistem Demokrasi Ekonomi. Demokrasi Ekonomi berarti
bahwa kegiatan ekonomi dilakukan dari, oleh, dan untuk rakyat di bawah pengawasan
pemerintah hasil pemilihan rakyat. Dalam pembangunan ekonomi masyarakat berperan aktif,
sementara pemerintah berkewajiban memberikan arahan dan bimbingan serta menciptakan
iklim yang sehat guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Ciri positif dari sistem perokonomian demokrasi ekonomi adalah:


1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan.
2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh negara.
3. Warga negara memiliki kebebasan dalam meilih pekerjaan yang dikehendakinya serta
mempunyai hak akan pekerjaan dan penghidupan yang layak.
4. Hak milik perorangan diakui dan pemanfaatnanya tidak boleh bertentangan dengan
kepentingan masyarakat.
5. Potensi, inisiatif dan daya kreasi setiap warga negara dikembangkan sepenuhnya dalam
batas-batas yang tidak merugikan kepentingan umum.
6. Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.

Adapun ciri negatif yang harus dihindari dalam sistem perekonomian kita karena bersifat
kontradiktif dngan nilai-nilai dan kepribadian bangsa Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Sistem ”Free Fight Liberalism”, yang menumbuhkan eksploitasi manusia dan bangsa
lain.
2. Sistem “Etatisme”, negara sagat dominan serta mematikan potensi dan daya kreasi
unit-unit ekonomi di luar sektor Negara.
3. Pemusatan kekuatan ekonomi pada suatu keompok dalam bentuk monopoli yang
merugikan masyarakat.
Landasan perekonomian Indonesia adalah Pancasila serta UUD 1945, tepatnya pada pasal
33 Ayat 1, 2, 3, dan 4 UUD 1945 hasil Amendemen, yang berbunyi sebagai berikut :
a) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.
b) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara da menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh Negara.
c) Bumi, air, dan kekayaan ala yang terkandung si dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besranya kemakmuran rakyat.
d) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan
prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,
kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional.

Selain tercantum dalam penjelasan Pasal 33 UUD 1945, demokrasi ekonomi tercantum
dalam Tap MPRS No. XXII/MPRS/1996 sebagai cita-cita sosial dengan ciri-cirinya.
Selanjutnya, setiap Tap MPR tentang GBHN mencantumakn demokrasi ekonomi sebagai
dasar pelaksanaan pembangunan dengan ciri-ciri posiif yang selalu harus dipupuk dan
dikembangkan. Ciri-ciri positif diuraikan dalam poin-poin berikut :
a. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.
b. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh Negara.
c. Bumi, air, dan kekayaan ala yang terkandung si dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besranya kemakmuran rakyat.
d. Perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan
prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,
kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional.
e. Warga memiliki kebebasan dalam memilih pekerjaan dan penghidupan yang layak.
f. Hak milik perseorangan diakui pemanfaatannya tidak boleh bertentangan dengan
kepentingan masyarakat.
g. Potensi, inisiatif, dan daya kreasi setiap warga negara dikembangkan salam batas-
batas yang tidak merugikan kepentngan umum.
h. Sumber-sumber kekayaan dan keuangan negara dgunakan dengan pemufakatan
lembaga-lembaga perwakilan rakyat.
i. Fakir miskin dan anak-anka terlantar dipelihara oleh negara.
Pemikiran tokoh- tokoh ekonomi yang ikut mewarnai sistem ekonomi kita, diantaranya:
a. Pemikiran Mohammad Hatta (Bung Hatta)
Bung Hatta selain sebagai tokoh Proklamator bangsa Indonesia, juga dikenal sebagai
perumus pasal 33 UUD 1945. bung Hatta menyusun pasal 33 didasari pada pengalaman
pahit bangsa Indonesia yang selama berabad-abad dijajah oleh bangsa asing yang
menganut sitem ekonomi liberal-kapitalistik. Penerapan sistem ini di Indonesia telah
menimbulkan kesengsaraan dan kemelaratan, oleh karena itu menurut Bung Hatta sistem
ekonomi yang baik untuk diterapkan di Indonesia harus berasakan kekeluargaan.

b. Pemikiran Wipolo
Pemikiran Wipolo disampaikan pada perdebatan dengan Wijoyo Nitisastro tentang pasal
38 UUDS (pasal ini identik dengan pasal 33 UUD 1945), 23 september 1955.menurut
Wilopo, pasal 33 memiliki arti SEP sangat menolak sistem liberal, karena itu SEP juga
menolak sector swasta yang merupakan penggerak utama sistem ekonomi liberal-
kapitalistik.

c. Pemikiran Wijoyo Nitisastro


Pemikiran Wijoyo Nitisastro ini merupakan tanggapan terhadap pemikiran Wilopo.
Menurut Wijoyo Nitisastro, pasal 33 UUD 1945 sangat ditafsirkan sebagai penolakan
terhadap sektor swasta.

d. Pemikiran Mubyarto
Menurut Mubyarto, SEP adalah sistem ekonomi yang bukan kapitalis dan juga sosialis.
Salah satu perbedaan SEP dengan kapitalis atau sosialis adalah pandangan tentang
manusia. Dalam sistem kapitalis atau sosialis, manusia dipandang sebagai mahluk
rasional yang memiliki kecenderungan untuk memenuhi kebutuhan akan materi saja.

e. Pemikiran Emil Salim


Konsep Emil Salim tentang SEP sangat sederhana, yaitu sistem ekonomi pasar dengan
perencanaan. Menurut Emil Salim, di dalam sistem tersebutlah tercapai keseimbangan
antara sistem komando dengan sistem pasar. “lazimnya suatu system ekonomi bergantung
erat dengan paham-ideologi yang dianut suatu negara Sumitro Djojohadikusumo dalam
pidatonya di hadapan School of Advanced International Studies di Wasington, AS Tanggal
22 Februari 1949, menegaskan bahwa yang dicita-citakan bangsa Indonesia adalah suatu
macam ekonomi campuran. Lapangan-lapangan usaha tertentu akan dinasionalisasi dan
dijalankan oleh pemerintah, sedangkan yang lain-lain akan terus terletak dalam
lingkungan usaha swasta.

2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan perekonomian di Indonesia

Adapun faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonom Indonesia, secara umum


adalah:
1. Faktor produksi
1. Faktor investasi
2. Faktor perdagangan luar negeri dan neraca pembayaran
3. Faktor kebijakan moneter dan inflasi
4. Faktor keuangan negara

2.3 Perekonomian Indonesia saat ini


Perekonomian Indonesia melambat di kuartal ketiga karena turunnya pengeluaran pemerintah
dan ekspor. Ini berarti target pertumbuhan untuk tahun ini makin susah tercapai. Pertumbuhan
ekonomi Indonesia untuk periode Juli - September mencapai 5,02 persen dibanding periode yang
sama tahun sebelumnya. Tapi angka ini masih di bawah pertumbuhan pada kuartal sebelumnya, yaitu
5,19 persen. Pertumbuhan ekonomi makin melambat.
Data-data resmi yang dirilis hari Senin (07/11) itu meredupkan harapan Indonesia dalam
mencapai target pertumbuhan 5,1 persen yang dicanangkan pemerintah untuk tahun ini.
Melambatnya pertumbuhan ekonomi antara lain disebabkan turunnya belanja pemerintah dan nilai
ekspor. Pengeluaran pemerintah yang menjadi salah satu penopang utama pertumbuhan, pada kuartal
ketiga tahun ini turun sekitar 3 persen dibanding tahun 2015.
Para analis ekonomi memperkirakan, Indonesia akan sulit mencapai target pertumbuhan 5,2
persen, karena pada saat yang sama, angka ekspor menunjukkan penurunan tajam, terutama
permintaan ekpor komoditas dari Cina.
Menurut prediksi pengamat ekonomi, pertumbuhan Indonesia untuk seluruh tahun 2016 bisa
mencapai 5 persen, tapi tetap di bawah target pemerintah. "Menurut kami, kondisi yang terburuk
sudah berakhir bagi perekonomian, tapi pemulihan ecara cepat masih tidak mungkin," kata Oliver
Jones dari Capital Economics. "Kami pikir, pertumbuhan di Indonesia kemungkinan besar akan tetap
tertahan pada tingkat saat ini, yaitu lima peren, untuk beberapa tahun ke depan," tambahnya. Namun,
pertumbuhan Indonesia dinilai masih relatif tinggi dalam perbandingan global.
Data-data resmi menunjukkan, konsumsi domestik di kalangan kelas menengah terus
menguat, terutama di sektor kesehatan dan pendidikan. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS)
Suhariyanto menerangkan, angka pertumbuhan Indonesia "cukup baik", mengingat kondisi
perekomian global yang masih suram. "Tentu saja perlu banyak upaya untuk meningkatkannya di
masa depan," katanya. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi. Tahun ini, Bank Indonesia melakukan pemangkasan suku bunga sebanyak enam kali.
Presiden Joko Widodo juga mengumumkan serangkaian paket stimulus ekonomi.
Tapi pertumbuhan ekonomi masih jauh dari target yang dijanjikan Presiden Jokowi dalam
kampanye pemilu presiden dua tahun lalu. Ketika itu dia mencanangkan target pertumbuhan ekonomi
sampai 7 persen per tahun. Untuk tahun ini, pemerintahan Jokowi mencanangkan target 5,1 persen,
setelah merevisi prediksinya beberapa kali. Sampai kuartal III tahun ini, pertumbuhan akumulatif
tahun 2016 mencapai 5,04%.

2.4 Kondisi perekonomian Indonesia dilihat dari PDB


Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia saat ini menempati urutan ke-18 dari 20
negara yang mempunyai PDB terbesar di dunia. Hanya ada 5 negara Asia yang masuk ke
dalam daftar yang dikeluarkan oleh Bank Dunia. Kelima negara Asia tersebut adalah Jepang
(urutan ke-2), Cina (urutan ke-3), India (urutan ke-11), Korea Selatan (urutan ke-15).
Indonesia yang kini mempunyai PDB US$700 miliar, boleh saja bangga. Apalagi,
dengan pendapatan perkapita yang mencapai US$3000 per tahun menempatkan Indonesia di
urutan ke-15 negara-negara dengan pendapatan perkapita yang besar.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dengan demikian maka sistem ekonomi Indonesia adalah sistem ekonomi yang
berorientasi kepada Ketuhanan Yang Maha Esa (berlakunya etik dan moral agama, bukan
materialisme), Kemanusiaan yang adil dan beradab (tidak mengenal eksploitasi),Persatuan
Indonesia (berlakunya kebersamaan, asas kekeluargaan, sosio-nasionalisme dan sosio
demokrasi dalam ekonomi),Kerakyatan (mengutamakan kehidupan ekonomi rakyat),serta
Keadilan Sosial (persamaan/emansipasi, kemakmuran masyarakat yang utama dan bukan
kemakmuran pribadi). Dari butir-butir tersebut, keadilan menjadi sangat utama di dalam
sistem ekonomi Indonesia.
Dalam sistem ekonomi pancasila, perekonomian liberal maupun komando harus
dijauhkan karena terbukti hanya menyengsarakan kaum yang lemah serta mematikan
kreatifitas yang potensial. Persaingan usaha pun harus selalu terus-menerus diawasi
pemerintah agar tidak merugikan pihak-pihak yang berkaitan.
Indonesia seharusnya sudah belajar pada krisis ekonomi dan moneter yang
mengguncang dunia pada tahun 1998, dengan hanya sektor pertanian dan perkebunan yang
tumbuh positif dan turut menyelamatkan ekonomi domestik.
Belajar dari kasus itu, Indonesia sudah saatnya memberi perhatian utama pada bidang
pertanian dan perkebunan, agar bisa keluar dari krisis pangan yang kini mengancam dunia.
Maka dari itu setiap komoditas harus didekati secara spesifik karena masing-masing memiliki
spesifikasi yang berbeda.
Pertumbuhan Ekonomi di setiap negara berbeda – beda tergantung dari tingkat
pendapatan per kapita suatu negara tersebut dan tergantung dari berapa besar pendapatan /
penghasilan dari penduduknya.
Jika pendapatan Negara itu tinggi maka pertumbuhan ekonominya juga cepat tetapi
sebaliknya jika pendapatan suatu negara itu di bawah rata- rata maka pertumbuhan
ekonominya juga rendah.
STUDI KASUS
Krisi Kedelai Yang Melanda Indonesia

Krisis kedelai saat ini adalah perwujudan salah arahnya kebijakan Ekonomi dan
Pertanian, serta pangan di Indonesia. Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) Henry
Saragih memaparkan salah arahnya kebijakan pertanian Indonesia ini dimulai tahun 1995
ketika Indonesia ikut meratifikasi WTO. Kemudian dilanjutkan dengan ditandatanganinya
letter of intent dengan IMF di tahun 1998 yang semakin memasifkan liberalisasi pada sektor
pertanian dan pangan di Indonesia(Kompas.com, 19 September 2013).

Dalam kasus melambungnya harga kedelai, dikarenakan penghapusan bea masuk


kedelai impor ditambah nilai rupiah yang anjlok sehingga memperburuk keadaan dimana
pihak yang paling dirugikan adalah para petani. Mereka harus menurunkan harga jual hingga
30%. Karena inilah banyak petani yang lebih baik tidak menanam kedelai. Selain itu juga
merugikan para perajin tahu tempe yang harus menurunkan harga juga bahkan ada yang
gulung tikar. Para konsumen lebih memilih produksi impor karena harganya lebih murah
meskipun kualitasnya lebih buruk.

Dari kondisi yang demikian tujuan Ekonomi Indonesia untuk menyejahterakan rakyat
belum sukses. Terutama dikalangan petani dan perajin tahu dan tempe. Selain itu para petani
dan perajin menuntut haknya dalam pekerjaan , bagi rakyat kalangan bawah seperti ini
sangat membutuhkan perlindungan dalam kesejahteraan dan kemakmuran (sila ke 5).
Kejadian tersebut semakin membuat para petani ragu akan kepemimpinan pemerintah dan
system yang dianut karena menurut mereka kebijakan yang dikeluarkan pemerintah bukan
atas dasar kepentingan bersama namun pada beberapa pihak saja, seharusnya sesuai dengan
sila ke 4 yaitu mementingkan hajat orang banyak. Ketidakpercayaan dan ketidak puasan
petani dan perajin diapresiasikan dalam bentuk bentuk demonstrasi.

Jika kita amati, harga kedelai hingga tahun 1998 cukup stabil. Keadaan berubah pasca
reformasi tahun 1998 dimana pemerintah mulai tunduk kepada IMF. Subsidi di bidang
pertanian dikurangi, pembangunan pertanian melambat, jika dicari secara teliti liberalisasi
pasar diberlakukan dan peran Bulog dikebiri. Akibatnya, produksi kedelai menurun, subsidi
dikurangi menimbulkan naiknya biaya produksi. Liberalisasi pasar mengakibatkan impor
kedelai membanjiri pasar dalam negeri. Hal ini membuat petani merasakan bahwa menanam
kedelai tidak lagi menarik dan menguntungkan, sehingga produksi kedelai menurun drastis.
Dari data di atas cukup jelas menggambarkan betapa sistem kapitalisme liberalis yang saat ini
menjadi landasan pemerintah dalam menetapkan kebijakan harga pangan termasuk kedelai
tidak mampu mewujudkan swasembada dan kestabilan harga pangan.

Sejak Bulog menjadi perum kita tidak lagi memiliki lembaga yang kuat untuk
menstabilkan harga pangan. Belum lagi adanya konsentrasi distribusi sejumlah komoditas
pangan di tangan segelintir orang. Selain itu, Tidak hadirnya peran negara untuk menjadi
stabilisator harga pangan membuat swasta leluasa mengendalikan tata niaga pangan.
Mengembalikan fungsi negara dengan merevitalisasi bulog dengan membuka perannya
menjadi lebih besar. Karena itu lebih baik membubarkan Bulog yang ada sekarang karena
Bulog sekarang ini hasil pasca IMF, dan segera membentuk kelembagaan pangan yang baru
yang mengacu pada UU 18/2012 tentang pangan yang mengamanatkan dibentuknya
kelembagaan pangan, dan ditegakkannya kedaulatan pangan di Indonesia.

Langkah terbaik yang bisa dilakukan adalah menggenjot peningkatan produksi lokal.
Produksi kedelai harus ditingkatkan kembali dengan memastikan insentif bagi petani yang
menanam kedelai. Meningkatkan luas lahan produksi dan memberikan pelatihan serta
dukungan input bagi para petani kedelai. Hal ini harus ditopang dengan pembangunan
infrastruktur seperti jalan, irigasi dan jembatan.yang disertai benih berkualitas, teknologi
pertanian dan jaminan harga pantas bagi produsen kecil/petani.
Daftar Pustaka

1. http://www.anneahira.com/kondisi-perekonomian-indonesia-saat-ini.htm
2. http://dwi-ardianto.blogspot.com/2011/02/perekonomian-indonesia-saat-ini.html
3. http://www.peluangusahabisnisonline.com/2011/03/dampak-globalisasi-ekonomi-positif-
dan.html
4. http://cynthiaprimadita.blogspot.com/2011/02/makalah-sistem-perekonomian-indonesia

5. http://www.dw.com/id/pertumbuhan-ekonomi-indonesia-melambat-di-kuartal-iii/a-
36290396

Anda mungkin juga menyukai