Anda di halaman 1dari 13

Imunisasi yang diperlukan untuk anak sampai remaja

Ema febianti siskanondang manalu

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Ema.manalu@gmail.com

Abstrak

Imunisasi sangat penting untuk bayi sampai dengan dewasa. Dimana imunisasi berperan
dalam menjaga tubuh dari benda asing yang masuk ke dalam tubuh sehingga kita tidak
terkena penyakit. Imunisasi yang baik dan benar dilakukan sesuai dengan jadwal yang sudah
ditentukan.
Kata kunci:Imunisasi

Abstract

Immunization is very important for babies to adults. Where immunization plays a role in
keeping the body from foreign substances that enter the body so that we are not affected by
the disease. Immunization is good and right carried out in accordance with the schedule set.
Keyword:Immunozation

Pendahuluan

Dalam skenario 6 yang berisi “seorang anak perempuan berusia 3 tahun dibawa ibunya ke
puskesmas untuk check up rutin. Saat selesai siperiksa, sang ibu bertanya ke dokter mengenai
imunisasi apa saja yang harus didapat anaknya sampai remaja nanti dan jadwal pemberiannya.”

Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukan
sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya
bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap
suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga
untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya. Pada dasarnya reaksi pertama tubuh
anak untuk membentuk antibodi/antitoksin terhadap antikgen, tidaklah terlalu kuat. Tubuh belum
mempunyai “pengalaman” untuk mengatasinya. Tetapi pada reaksi ke-2, ke-3 dan berikutnya, tubuh
anak sudah pandai membuat zat anti yang cukup tinggi. Dengan cara reaksi antigen-antibodi, tubuh
anak dengan kekuatan zat antinya dapat menghancurkan antigen atau kuman; berarti bahwa anak telah
kebal(imun) terhadap penyakit tersebut.

Anamnesis

1|Page
Anamnesis merupakan wawancara yang seksama terhadap pasien atau keluarga dekatnya
mengenai masalah yang menyebabkan pasien mendatangi pusat pelayanan kesehatan. Perpanduan
keahlian mewawancarai dan pengetahuan yang mendalam tentang gejala (simptom) dan tanda(sign)
dari suatu penyakit akan memberikan hasil yang memuaskan dalam menentukan diagnosis
kemungkinan sehinggan membantu dalam menentukan langkah pemeriksaan selanjutnya.1

Ada 2 jenis anamnesis yang umum dilakukan, yakni autoanamnesis dan alloanamnesis atau
heteroanamnesis. Pada umumnya anamnesis dilakukan dengan tehnik autoanamnesis yaitu anamnesis
yang dilakukan langsung terhadap pasiennya. Pasien sendirilah yang menjawab semua pertanyaan
dokter dan menceritakan permasalahannya. Ini adalah cara anamnesis terbaik karena pasien
sendirirlah yang paling tepat untuk menceritakan apa yang sesungguhnya dia rasakan.1

Meskipun demikian dalam prakteknya tidak selalu autoanamnesis dapat dilakukan. Pada
pasien yang tidak sadrkan diri, sangat lemah atau sangat sakit untuk menjawab pertanyaan, atau pada
pasien anak-anak, maka perlu orang lain untuk menceritakan permasalahannya. Anamnessis yang
didapat dari informasi orang lain ini disebut alloanamnesis atau heteroanamnesis. Tidak jarang dalam
praktek sehari-hari anamnesis dilakukan bersama-sama auti dan alloanamnesis.1

Anamnesis yang baik akan terdiri dari identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit terdahulu, riwayat obstri dan ginekologi (khusus wanita). Riwayat penyakit dalam
keluarga, anamnesis susunan sistem dan anamnesis pribadi (meliputi keadaan sosial ekonomi, budaya,
kebiasaan, obat-obatan dan lingkungan). Identitas anak meliputi nama, umur, jenis kelamin, nama
orangtua atau anggota keluarga terdekat sebagai penanggung jawab, alamat, pendidikan orang tua,
pekerjaan orangtua, suku bangsa dan agama. Identitas perlu ditanyakan untuk memastikan bahwa
pasien yang dimaksud dan sebagai data penelitian.1 Beberapa hal penting yang penting ditanyakan
dalam anamnesis untuk anak adalah sebagai berikut:2-4

a. Anamnesis faktor pranatal dan perinatal


Merupakan faktor yang penting untuk mengetahui perkembangan anak. Anamnesis
harus menyangkut faktor risiko untuk terjadinya gangguan perkembangan fisik dan mental
anak, termasuk faktor risiko untuk buta, tuli, palsi serebralis,dll. Anamnesis juga menyangkut
penyakit keturunan dan apakah ada perkawinan antar keluarga.2-4
b. Kelahiran prematur
Harus dibedakan anatara bayiu prematur (SMK=Sesuai Masa Kehamilan) dan bayi
dimatur (KMK=Kecil Masa Kehamilan) dimana telah terjadi retradasu pertumbuhan
intrauterin.
Pada bayi prematur, karena dia lahir nlebih cepat dari kelahiran normal, maka harus
diperhitungkan petumbuhan intrauterin yang tidak sempat dilalui tersebut. Contoh, bayi lahir

2|Page
3 bulan prematur (umur kehamilan 6 bulan), tidak dapat dibandingkan dengan bayi usia 6
bulan, maka yang dilakukan adalah pemeriksaan bayi berusia 3 bulan.2-4
c. Anamnesis harus menyangkut faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan anak.
Misalnya untuk meneliti perkembangan motorik pada anak, harus ditanyakan berat
badannya, karena erat hubungannya dengan perkembangan motorik tersebut. Untuk
menanyakan kemampuan menolong sendiri, misalnya makan, berpakaian,dll. Harus pula
ditanyakan apakah ibunya memberikan kesmpatan pada anak untuk belajar itu.2-4
d. Penyakit-penyakit yang dapat mempengaruihi tumbuh kembang dan malnutrisi.
e. Anamnesis kecepatan pertumbuhan anak.
Merupakan informasi yang sangat penting yang harus ditanyakan pada ibunya pada
saat kali datang. Anamnesis yang teliti tentang milestone perkembangan anak, dapat
mengetahui tingkat perkembangab anak tersebut.2-4
f. Pola perkembangan anak dalam keluarga.
Anamnesis tentang perkembangan anggota keluarga lainnya, karena ada kalanya
perkembangan motorik dalam keluarga tersebut dapat lebih cepat/lambat, demikian pula
dengan perkembangan bicara atau kemampuan memgontrol buang air kecil/besar.2-4
Penilaian tumbuh kembang perlu dilakukan untuk menentukan apakah tumbuh
kembang seorang anak berjalan normal atau tidak, baik dari segin medis maupun statistik.
Anak yang sehat akan menunjukan tumbuh kembang yang optimal, apabila diberikan
lingkungan bio-fisiko-psikososial yang adekuat.2-4
Proses tumbuh kembang merupakan proses yang bersinambungan mulai dari konsepsi
sampai dewasa, yang mengikuti pola tertentu pertumbuhan fisiknya digunakan parameter-
parameter tertentu yang akan dibahas berikut.2-4
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan umum meliputi status kessadaran, status gizi, tanda vital, dan lain-lain, berikut
adalah pemriksaan fisik untuk anak:2-5
a. Pemeriksaan kesadaran
Tujuan pemeriksaan ini adalah melihat status kesadara anak. Nilai kesadaran meliputi
dua jenis yaitu kesadaran kualitatif dan kesadaran kuantitatif, kesadaran kualitatif meliputi
beberapa tingkat kesadaran yaitu: kompomentis, apatis, somnolen, sopor, koma, delirium.
Kompomentis adalah keadaan sadar sepenuhnya, baik terhadap dirinya maupun terhadap
lingkungannya. Pasien dapat menjawab pertanyaan pemeriksan dengan baik. Apatis adalah
keadaan diaman pasien tampak segan dan acuk tak acuh terhadap lingkungannya. Delirium
yaitu penurunan kesadaran disertai kekacauan motorik dan siklus tidur bangun yang
terganggu. Pasien tampak gaduh, gelisah, kacau, disorientasi dan meronta-ronta. Somnolen
yaitu keadaan megantuk yang masih dapat pulih bila dirangsang. Tetapi bila rangsang
berhenti, pasien akan tertidur kembali. Sopor adalah keadaan mengantuk yang dalam, pasien

3|Page
masih dapat dibangunkan dengan rangsangan yang kuat, misalnya rangsangan rasa nyeri,
tetapi pasien tidak terbangun semourna dan tidak dapta memberikan jawaban verbal yang
baik. Koma adalah penurunan kesadaran yang sangat dalam, tidak ada gerakan spontan dan
tidak ada respons terhadap rangsanga nyeri.Sedangkan untuk kesadaran kuantitatif penilaian
diukur melalui skala koma (glasgow) yang dinyatakan dengan gcs (glasgow coma scale).
GCS digunakan untuk menilai respon pasien terhadap rangsangan yang diberikan. Respon
pasien yang perlu diperhatikan mencakup 3 hal yaitu reaksi membuka mata, bicara, dan
motorik.2-5
b. Pemeriksaan status gizi
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara seperti memeriksa antropometik, meliputi
berat badan, tinggi badan dan lingkar lengan atas.
Pengukuran berat badan merupakan indikator untuk keadaan gizi anak. Gangguan
pada bereat badan biasanya menggambarkan gangguan yang bersifat perubahan akut/janga
pendek. 2,3,5 Alasan mengapa pengukuran berat badan merupakan pilihan utama:2,3,5
 Parameter yang paling baik, mmudah terlihat perubahan dalam waktu singkat karena
perubahan konsumsi makanan dan kesehatan.
 Memberikan gambaran ststu gizi sekarang. Jika dilakukan periodik memberikan
gambaran pertumbuhan.
 Umum dan luas dipaki di indonesia
 Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh keterampilan pengukur.
 Digunakan dalam KMS.
 BB/TB merupakan indeks yang tidak tergantung umur.
 Alat ukur dapat diperoleh di pedesaan dengan ketelitian tinggi (dacin)
Ada beberapa macam cara pengukuran berat badan yaitu:2,3,5
 Pengukuran berat badan menggunakan timbangan menggunakan timbangan bayi:
 Untuk menimbang anak sampai umur 2 tahun.
 Letakkan timbang pada meja datar, tidak mudah bergoyang.
 Lihat jarum atau angka harus menunjuk ke angka 0.
 Bayi sebaiknya telanjang.
 Baringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan.\lihat jarum timbangan
sampai berhenti.
 Baca angka yang ditunjukan oleh jarum timbangan.
 Bila bayi terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka di
tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan kekiri.
 Pengukuran berat badan menggunakan timbangan injak:
 Letakkan timbangan di lantai yang datar

4|Page
 Lihat jarum atau angka harusw menunjuk angka 0.
 Anak pakai baju sehari-hari yang tipis (tidak pakai alas kaki,jaket, topi, jam
tangan, kalung, dan tidak memegang sesuatu)
 Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi.
 Lihat jarum timbangan sampai berhenti.
 Baca angka yang ditunjukan oleh jarum timbangn atau angka timbangan.
 Bila anak terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka di
tengah-tengah anatara jarum ke kanan dan ke kiri.
Pengukuran tinggi badan/panjang badan. Tinggi badan merupakan antropometri yang
menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh
seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif
kurang sensitif pada masalah kekurangan gizi dalam waktu singkat. Pengaruh defisiensi zat
gizi tehadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang ralatif lama. Untuk anak bayi atau
yang belum bisa berdiri bisa menggunakan infantometer, untuk anak yang sudah dapat berdiri
dapat menggunakan microtoise. Cara mengukur pada posisi berdiri yaitu:2,3,5
 Anak tidak pakai sandal atau sepatu.
 Berdiri tegak menghadap ke depan, kedua mata kaki rapat.
 Punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur.
 Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun.
 Baca nagka pada batas tersebut.
Pengukuran lingkar lengan atas merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status
gizi karena mudah dan cepat. Tidak memerlukan data umur yang terkadang susah diperoleh.
Memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit. Lingkar
lengan atas mencerminkan cadangan energi, sehingga dapat mencerminkan status KEP
(Kurang Energi Protein) pada anak. Namun kelemahannya adalah:2-5
 Baku lingkar lengan ats yang sekarang digunakan belum mendapat pengujian yang
memadai untuk digunakan di Indonesia.
 Kesalahan pengukuran relatif lebih besar dibandingkan pada tinggi badan.
 Sensitif untuk suatu golongan tertentu (prasekolah), tetapi kurang sensitif untuk
golongan dewasa.
c. Pemeriksaan nadi
Pemeriksaan denyut nadi dilakukan pada saat keadaan tidur/istirahat, dengan
menghitung menggunakan arloji atau stopwatch dan dicatat.2-5
d. Pemeriksaan tekanan darah

5|Page
Tujuannya adalah menilai adanya kelainan pada gangguan sistem kardiovaskuler.
Pemeriksaan dilakukan dengan prosedur palpasi dan auskultasi dengan alat
2-5
sphygmomanometer dfan stetoskop.
e. Pemeriksaan pernapasan
Tujuan pemeriksaan pernapasan untuk menilai frekuensi pernafasan, irama, kedalam
dan tipe/pola pernafasan. Pemeriksaan dapat dilakukan denga arloji untuk menghitung
frekuensinya.2-5
f. Pemeriksaan suhu
Pemeriksaan ini dapat dilakukan denga termometer suhu tubuh di beberapa tempat
yaitu di oral, rektal, dan aksila.2-5
g. Pemeriksaan kulit, kuku, rambut, kelenjar getah bening
Pemeriksaan kulit dilakukan untuk menilai warna, adanya sianosis, ikterus, ekzema,
pucat, purpura, makula, papula, vesikula, pustula, ulkus, tugor kulit. Pemeriksaan kuku
dilakuakan dengan mengadakan inspeksi terhadap warna, bentuk dan keadaan kuku.
Pemeriksaan rambut dilakukan untuk menilai adanya warna, kelebatan, distribusi dan
karakteristik dari rambut. Pemeriksaan kelenjar getah bening dilakukan dengan cara
mempalpasi pada daerah leher/inguinal dan daerah lain yang kelenjar getah beningnya dapat
diraba.2-5
h. Pemeriksaan kepala dan leher
Pemeriksaan meliputi kepala secara umum yaitu wajah, mata, telinga, hidung, mulut,
faring, laring, dan leher.2-5
i. Pemriksaan dada
Pemeriksaan meliputi pemeriksaan payudara,paru, dan jantung.2-5
j. Pemeriksaan abdomen
Pemeriksaan ini dilakukan dengancara inspeksi,auskultasi, perkusi dan palpasi.2-5
k. Pemriksaan genitalia
Pemriksaan pada laki-laki dengan cara memperhatikan ukuran, bentuk penis, testis
serta kelainan yang ada. Sementara pemeriksaan pada perempuan dengan cara memperhatikan
adanya epispadia, tanda-tanda seksual sekunder, payudara dan lainnya.2-5
l. Pemeriksaan tulang belakang dan ekstremitas.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara inspeksi terhadap nadanya kelainan tulang
belakang seperti lordosis, kifosis, skoliosis, serta perasaan nyeri tulang belakang.2-5
m. Pemeriksaan neurologis
Pemeriksaan ini meliputi inspeksi, pemeriksaan reflek, pemeriksaan tanda meningeal
dan pemeriksaan kekuatan dan tonus otot.2-5
Pemeriksaan Penunjang

6|Page
Pemeriksaan penunjang biasanya dilakukan untuk mengkonfirmasi diagnosis atau bila
terdapat indikasi setelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Terkadang pemeriksaan
penunjang dilakukan untuk menyingkirkan dugaan yang buruk. Berikut akan dijelaskan beberapa
pemeriksaan penunjang yang umum dilakukan di dunia pediatrik.3
 Pemeriksaan hematologi
Pada pemeriksaan ini biasa diperiksa di laboratorium adalah kadar hemoglobin, blood
film, hitung darah lengkap, mean cell volume (MCV), mean cell haemoglobin (MCH).
Hematokrit, laju endapa darah, sel darah putih, dan lain-lain.
 Radiologi
Pada pemeriksaan radiologi biasa dilakukan adalah foto dada menggunakan sinar x
yang biasanya dilakukan untuk mengetahui kelainan pada sistem oernapasan anak. Selain
menggunakan foto sinar x, magnetic resonance imaging yang biasa digunakan untuk
pencitraan sistem saraf pusat (kepala). MRI lebih aman digunakan karena menggunakan
gelombang radio dan magnetik yang memperkecil kemungkinan ionisasi yang terjadi ketika
pengambilan gambar. Selain itu pencitraan yang didapatkan dari MRI scan lebih jelas karena
dapat membedakan dengan jelas lapisan jaringan yang berbeda. Untuk mengambil pencitraan
dari penambang bagian tubuh atau keseluruhan tubuh biasa dilakukan dengan computerized
tomographi scans. Ultrasound mulai umum dilakukan sebagai pemeriksaan bagian abdominal
dan pelvis, dan bayi yang baru lahir dapat dilakukan pada kepala dan tulang belakang.
 Pemeriksaan mikrobiologi
Sejumlah metode yang berbeda dilakukan untuk mendeteksi infeksi. Kultur darah
biasa dilakukan untuk membiakan bakteri atau jamur pada darah yang kemudian diperiksa.
Serologi dilkaukan untuk mengetahui respon antibodi dari infeksi yang mungkin dialami.
Metode deteksi langsung seperti polykerase chain reaction (PCR) dapat dilakukan untuk
mengetahui secara pasti organisme, seperti virus yang secara konvemsiona sulit untuk
dikultur. Fungsi lumbal dan analisis cairan cerebrospinal biasany dilakukan sebagai
pemeriksaan penunjang pada meningitis.3 Pemeriksaan urine dan tinja bermanfaat untuk
menilai ada atau tidaknya diare serta kelainan pada daerah anus. Pemeriksaan ini normal
apabila bayi mengeluarkan feses cair anatara 6-8 kali per menit, dapat dicurigai apabila
frekuensi meningkat serta adanya lendir atau darah. Adanya perdarahan per vaginam pada
bayi baru lahir dapat terjadi selama beberapa hari pada minggu pertama kehidupannya.2,4,5
Imunisasi
Pemerintah Indonesia telah memiliki pedoman vaksinasi. Prinsipnya vaksinasi dapat
dibedakan menjadi dua yaitu vaksinasi wajib, terutama yang ditujunkan bagi bayi dan anak (vaksinasi
tuberkolosis, hepatitis B, difetri, tetanus, pertusis, polio, dan campak) serta vaksinasi yang dianjurkan
(MMR,demam tifoid, varicella, hepatitis A, haemophilus influenza tipe B, rabies, influenza,

7|Page
pneumokokus, meningokokus, rotavirus, kolera, yellow fever, japanese encephalitis dan human
papillomavirus), yang diperuntukan baik bagi anak maupun dewasa.6
Imunisasi berasal dari kata imun’ kebal atau resisten. Anak diimunisasi, berarti diberikan
kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit, tetapi
belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain.5,6 Kekebalan terhadap suatu penyakit menular dapat
digolongkan menjadi 2, yakni:6
 Kekebalan tidak spesifik (non specific resistance), yang dimaksud dengan faktor-faktor non
khusus adalah pertahanan tubuh pada manusia yang secara alamiah dapat melindungi badan
dari suatu penyakit (usus), adanya refleks-refleks tertentu, misalnya batuk, bersin dan
sebagainnya.
 Kekebalan spesifik (specific resistance), kekebalan spesifik dapat diperoleh dari 2 sumber,
yakni:5,6
 Genetik
Kekebalan yang berasal dari sumber genetik ini biasanya berhubungan
dengan ras (warna kulit dan kelompok-kelompok etnis, misalnya orang kulit hitam
(negro) cenderung lebih resaisten terhadap penyakit malaria jenis vivax. Contoh lain,
orang yang mempunyai hemoglobin S lebih resisten terhadap penyakit plasmodium
falciparum daripada orang yang mempunyai hemoglobin AA
 Kekebalan yang diperoleh
Kekebalan ini diperoleh dari luar tubuh anak atau orang yang bersangkutan .
kekebalan dapat bersifat aktif dan dapat bersifat pasif. Kekebalan aktif dapat
diperoleh setelah orang sembuh dari penyakit tertentu. Misalnya anak yang telah
sembuh dari penyakit campak, ia akan kebal terhadap penyakit campak. Kekebalan
aktif juga dapat diperoleh melalui imunisasi yang berarti ke dalan tubuhnya
dimasukkan organisme patogen (bibit) penyakit. Kekebala pasif diperoleh dari ibunya
melalui plasenta. Ibu yang telah memperoleh kekebalan terhadap penyakit tertentu
misalnya campak, malaria dan tetanus maka anaknya (bayi) akan memperoleh
kekebalan terhadap penyakit tersebut untuk beberapa bulan pertama. Kekebalan pasif
juga dapat diperoleh melalui serum antibodi dari manusia atau binatang. Kekebalan
pasif ini hanya bersifat sementara (dalam waktu pendek saja). Banyak faktor yang
mempengaruhi kekebalan anatara lain umur, seks, kehamilan, gizi dan trauma.
Pada dasarnya ada 2 jenis imunisasi, yaitu:5,6
 Imunisasi pasif (pasive immunization), imunisasi pasif ini adalah immunoglobulin. Jenis
imunisasi ini dapat mencegah penyakit campak (measles pada anak-anak).
 Imunisasi aktif (active immunization), imunisasi pad ibu hamil dan calon pengantin adalah
imunisasi tetanus toksioid. Imunisasi ini untuk mencegah terjadinya tetanus pada bayi yang

8|Page
dilahirkan. Imunisasi tetanus (TT,tetanus tosksoid) memeberikan kekebalan aktif terhadap
penyakit tetabus. ATS (anti tetanus serum) juga dapat digunakan untuk pencegahan
(imunisasi pasif) maupun pengobatan penyakit tetanus. Jenis imunisasi ini minimal dilakukan
lima kali seumur hidup untuk mendapatkan kekebalan penuh. Imunisasi TT yang pertama
bisa dilkakukan kapan saja, misalnya sewaktu remaja. Lalu TT2 dilakukan sebulan setelah
TT1 (dengan perlindungan 3 tahun). Tahap berikutnya adalah TT3, dilakukan enam bulan
setelah tt2 (perlindungan enam tahun), kemudian TT4 dilakukan setelah TT3 (perlindungan
10tahun), dan TT5 diberikan setahun setelah TT4 (perlindungan 25 tahun).
Biasanya imunisasi bisa diberikan dengan cara disuntikan maupun diteteskan pada mulut anak balita
(bawah 5 tahun). Berikut ini adalah jenis-jenis imunisasi pada balita:5,6
 Imunisasi BCG, vaksinasi BCG memeberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkolosis
(TBC). BCG diberikan 1 kali ketika anak berumur 2-3 bulan. Vaksin ini mengandung bakteri
bacillus calmatte-guerrin hidup yang dilemahkan, sebanyak 50.000-1.000.000 partikel/dosis.
 Imunisasi DPT, imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in 1 yang melindungi terhadap
difetri,pertusis dan tetanus. Diferti adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan
dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal. Pertusis (batuk rejan) adalah
infeksi bakteri pada saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi
pernafasan yang melengking.Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan dapat
menyebabkan serangan batuk hebat sehingga anak tidak dapat bernafas, makan atau minum.
Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti pneunomonia, kejang dan
kerusakan otak. Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang
serta kejang. Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada saat anak berumur 2 bulan
(DPT I),3 bulan (DPT II) dan 4 bulan (DPT III); selang waktu tidak kurang dari 4 minggu.
Imunisasi DPT ulang diberikan 1 tahun setelah DPT III dan pada usia prasekolah (5-6 tahun).
Jika anak mengalmai reaksi alergi terhadao vaksin pertusis, maka sebaiknya diberikan DT,
bukan DPT. Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi awal, sebaiknya diberikan booster
vaksin Td pada usia 14-16 tahun kemudian setiap 10 tahun (karena vaksin hanya
memberikan perlindungan selama 10 tahun, setelah 10 tahun perlu diberikan booster). Hampir
85% anak yang mendapatkan minimal 3 kali suntyikan yang mengandung vaksin difetris akan
memperoleh perelindungan terhadap difetri selama 10 tahun.5,6
 Imunisasi Campak, imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakitcampak
(tampek). Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak berumur9 bulan atau
lebih. Vaksin penguat diberikan pada umur 5-7 tahun.5,6
 Imunisasi MMR, imunisasi MMR memberi perlindungan terhadapa campak, gondobngan dan
campak jerman dan disuntikan sebanyak 2 kali. Dapat diberikan pad umur 12 bulan, apabila
belum mendapat vaksin pada umur 9 bulan. Selanjutnya MMR ulangan dapat diberikan pad

9|Page
umur 5-7 tahun. Campak menyebabkan demam, ruam kulit, batuk, hidung meler dan mata
berair. Campak juga menyebabkan infeksi telinga dan pneumonia. Campak juga bisa
menyebabkan masalah yang lebih serius, seperti pembengkakan otak dan bahkan kematian.
Gondongan menyebabkan demam, sakit kepala dan pembengkakan pada salah satu maupun
kedua kelanjar air liur utama yang disertai nyeri. Gondongan bisa menyebabkan meningitis
(infeksi pada selaput otak dan korda spinalis) dan pembengkakan otak.
Kadang gondongan juga menyebabkan pembengkakan pada buah zakar sehingga terjadi
kemandulan. Campak Jerman (rubella) menyebabkan demam ringan, ruam kulit dan
pembengkakan kelenjar getah bening leher. Rubella juga bisa menyebabkan pembengkakan
otak atau gangguan perdarahan.5,6
 Imunisasi Hib, imunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus influenzatipe b.
Organisme ini bisa menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi
tenggorokan berat yang bisa menyebabkan anak tersedak.Sampai saat ini,imunisasi HiBbelum
tergolong imunisasi wajib, mengingat harganya yang cukup mahal. Tetapi dari segi manfaat,
imunisasi ini cukup penting. Hemophilus influenzae merupakan penyebab terjadinya radang
selaput otak (meningitis), terutama pada bayi dan anak usia muda.Penyakit ini sangat
berbahaya karena seringkali meninggalkan gejala sisa yang cukup serius. Misalnya
kelumpuhan. Ada 2 jenis vaksin yang beredar di Indonesia, yaitu ActHib dan Pedvax.
Diberikan pada umur lebih dari 6 minggu, dan vaksin ulangan padaumur 18 bulan dan 5
tahun.5,6
 Imunisasi Varisella, imunisasi varisella memberikan perlindungan terhadap cacar air.Cacar air
ditandai dengan ruam kulit yang membentuk lepuhan, kemudian secara perlahan mengering
dan membentuk keropeng yang akan mengelupas. imunisasi varisela diberikan pada saat anak
masuk sekolah Taman Kanak-kanak umur 5 tahun, kecuali terjadi kejadian luar biasa varisela,
atau atas permintaan orang tua dapat diberikan pada umur ≥ 1 tahun.
 Imunisasi HBV (hepatitis B), imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitisB.
Hepatitis B adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan
kematian.Karena itu imunisasi hepatitis B termasuk yang wajib diberikan. Jadwal
pemberianimunisasi ini sangat fleksibel, tergantung kesepakatan dokter dan orangtua. Bayi
yang baru lahir pun bisa memperolehnya. Imunisasi ini pun biasanya diulang sesuai petunjukd
okter. Orang dewasa yang berisiko tinggi terinfeksi hepatitis B adalah individu yangdalam
pekerjaannya kerap terpapar darah atau produk darah, klien dan staf dari
institusi pendidikan orang cacat, pasien hemodialisis (cuci darah), orang yang berencana pergi
atau tinggal di suatu tempat di mana infeksi hepatitis B sering dijumpai, pengguna obatsuntik,
homoseksual/biseksual aktif, heteroseksual aktif dengan pasangan berganti-gantiatau baru
terkena penyakit menular seksual, fasilitas penampungan korban narkoba,imigran atau

10 | P a g e
pengungsi di mana endemisitas daerah asal sangat tinggi/lumayan. Berikantiga dosis dengan
jadwal 0, 1, dan 6 bulan. Bila setelah imunisasi terdapat respon yang baik maka tidak perlu
dilakukan pemberian imunisasi penguat (booster).5,6
 Imunisasi Pneumokokus Konjugata, imunisasi pneumokokus konjugata melindungi anak
terhadap sejenis bakteri yang sering menyebabkan infeksi telinga. Bakteri ini juga dapat
menyebabkan penyakit yang lebih serius, seperti meningitis dan bakteremia (infeksidarah).
Kepada bayi dan balita diberikan 4 dosis vaksin. Vaksin ini juga dapat digunakan pada anak-
anak yang lebih besar yang memiliki resiko terhadap terjadinya infeksi pneumokokus.5,6

Tipa, imunisasi tipa diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap demam tifoid(tifus atau
paratifus). Kekebalan yang didapat bisa bertahan selama 3 sampai 5 tahun.Oleh karena itu
perlu diulang kembali. Di Indonesia tersedia 2 jenis vaksin yaitu vaksinsuntikan
(polisakarida) dan oral (bakteri hidup yang dilemahkan).1 Vaksin capsular Vi polysaccharide:
diberikan pada umur lebih dari 2 tahun, ulangan dilakukan setiap 3 tahun.Kemasan dalam
prefilled syringe 0,5 ml, pemberian secara intramuskular. Tifoid oralTy21a: diberikan pada
umur lebih dari 6 tahun, dikemas dalam kapsul, diberikan 3 dosisdengan interval selang sehari
(hari 1,3 dan 5). Imunisasi ulangan dilakukan setiap 3-5tahun. Vaksin oral pada umumnya
diperlukan untuk turis yang akan berkunjung ke daerahendemis tifoid. Pada imunisasi ini
tidak terdapat efek samping. 5,6
 Polio, terdapat 2 jenis vaksin yang beredar dan yang umum diberikan di Indonesia adalah
vaksin sabin (kuman yang dilemahkan). Cara pemberiannya adalah melalui mulut.
Dibeberapa negara dikenal pula Tetravaccine, yaitu kombinasi DPT dan polio. Dapat
dilakukan bersamaan dengan BCG, vaksin hepatitis B dan DPT. Imunisasi ulangan diberikan
bersamaan dengan imunisasi ulang DPT. Imunisasi polio diberikan sebanyak empat kali
dengan selang waktu kurang dari satu bulan. Imunisasi ulangan dapat diberikan sebelum anak
masuk sekolah (5-6tahun) dan saat meninggalkan sekolah dasar (12 tahun). Diberikan dengan
cara meneteskan vaksin polio sebanyak dua tetes langsung kedalam mulut anak atau dengan
menggunakan sendok yang dicampur dengan gula manis. Imunisasi polio digunakan untuk
untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit polimielitis. Imunisasi polio tidak
boleh diberikan pada anak yang sedang menderita diare berat. Efek samping yang mungkin
terjadi adalah dapat berupa kejang-kejang, tetapi kemungkinan tersebut sangat kecil untuk
terjadi.5,6
 Influensa, vaksin Influenza dapat diberikan setahun sekali sejak umur 6 bulan. Vaksin
inidapat terus diberikan hingga dewasa.5,6
 HPV (Human Papiloma Virus), imunisasi diperuntukkan untuk para remaja atau praremaja
dan para wanita dewasa yang sudah menikah maupun yang beresiko tinggi
terkena penyakit ini. Imunisasi HPV cukup efektif untuk mencegah terjadinya kanker cervixk

11 | P a g e
arena diberikan hanya satu kali seumur hidup, diberikan dalam 3 kali suntikan yaitu bulan
ke nol (mulai pertama disuntikkan) dilanjutkan bulan kedua dan terakhir bulan keenam.5,6
 Retrovirus, dilakukan untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh retrovirus sepertidiare
pada anak. Retrovirus diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada usia 2, 4 dan 6 bulan.5,6
Kontra Indikasi
Kontra indikasi dalam pemberian imunisasi ada 3 yaitu:
 Anavilaksis atau reaksi hipersensitivitas (reaksi tubuh yang terlalu sensitif) yang hebat
merupakan kontra indikasi mutlak terhadap dosis vaksin berikutnya. Riwayat kejang demam
dan panas lebih dari 38⁰C merupakan kontra inidikasi pemberian DPT atau HB1 dan campak.
Jangan berikan vaksin BCG kepada bayi yang menunjukan tanda-tanda dan gejala AIDS,
sedangkan vaksin yang lainnya sebaiknya diberikan. Jika orang tua sangat berkeberatan
terhadap pemberian imunisasi kepada bayi yang sakit, lebih baik jangan diberikan vaksin,
tetapi mintalah ibu kembali lagi ketika bayi sudah sehat.
 Penanganan bagi bayi yang mengalami kondisi sakit, sebaiknya tetap diberikan imunisasi:
pada bayi yang mengalami alergi atau asma imunisasi masih bisa diberikan , kecuali jika
laergi pada komponen khusus dari vaksin yang diberikan. Sakit ringan seperti infeksi saluran
pernafasan atau diare dengan suhu dibawah 38,5⁰C. Riwayat keluarga tentanf peristiwa yang
membahayakan setelah imunisasi. Riwayat yang belum tentu benar ini membuat keengganan
bagi ibu untuk memberikan imunisasi pada anaknya, akan tetapi hal ini bukan masalah besar,
jadi imunisasi masih tetap diberikan. Pengobatan antibiotik, masih biasa diberikan bersamaan
dengan pemberian imunisasi. Dugaan infeksi HIV atau positif terinfeksi HIV dengan tidak
menunjukkan tanda-tanda dan gejala AIDS, jika menunjukkan tanda-tanda dan gejala AIDS
kecuali BCG, imunisasi yang lain tetap berlaku.
 Anak diberi ASI, bukan masalah pemberian ASI jika disertai pemberian imunisasi.
Pembeerian imunisasi juga dapar dilakukan pada bayi yang sakit kronis, sperti penyakit
jantung kronis, paru-paru, ginjal atau lover. Pada penderita down’s syndrome atau pada anak
denga kondissi saraf yang stabil seperti kelumpuhan otak yang disebabkan karena luka,
imunisasi boleh saja diberikan. Bayi yang lahir sebelum waktunya (prematur) atau berat bayi
saat lahir rendah. Sebelum atau pasca operasi. Kurang gizi. Riwayat sakit kuning pada
kelahiran.6
Kondisi Dimana Imunisasi Tidak Dapat Diberikan atau Imunisasi Boleh Ditunda:6
-Sakit berat dan akut
-Demam tinggi
-Reaksi alergi yang berat atau reaksi anafilaktik;
-Bila anak menderita gangguan sistem imun berat (sedang menjalani terapi steroid Jangkalama, HIV)
tidak boleh diberi vaksin hidup (Polio Oral, MMR, BCG, Cacar Air).

12 | P a g e
-Alergi terhadap telur hindari imunisasi influenza

Gambar1.Jadwal Imunisasi 2014.

Kesimpulan
Sebelum melakukan imunisasi anak harus dipastikan dalam keadaan sehat (pertumbuhan dan
perkembangan normal). Diukur dengan antropometri dan tes denver. Jika pertumbuhan terhambat
diberikan multivitamin dan mineral serta diberikan penyuluhan pola makan yang baik.

Daftar Pustaka
1.Sudoyo AW,Setiyohadi B,Alwi I,editors.Buku ajar ilmu penyakit dalam.Edisi
kelima.Jakarta:Interna Publishing;2009.h.25-76
2.Schartz MW,editor.Pedoman klinis pediatri.Jakarta:EGC;2004.h.1-31
3.Miall L,Rudolf M,Levene M.Paediatrics at a glance.2nd ed.Victoria:Blackwell Publishing
Asia;2007;p.10-42
4.Houghton RA,Gray D,editor.Chamberlain's gejala dan tanda dalam kedoteran klinis.Ed ke-
13.Jakarta:PT Indeks;2010.h.3-45,459-98
5.Meadow SR,Newell SJ.Lecture notes pediatrika.Ed ke-7. Jakarta:Erlangga;2005.h.1-233.
6.Cahyono JBSB,Lusi RA,Verawati,Sitorus R,Utami RCB,Dameria K.Vaksinasi, cara ampuh cegah
penyakit infeksi.Jakarta:Kanisius;2010.h.1-169

13 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai