Anda di halaman 1dari 6

ARTIKEL

1. Sejarah Perkembangan Bank Indonesia, dan Pandangan Masyarakat serta Mahasiswa dalam sepak
terjangnya
6.
Judul : Sejarah Perkembangan Bank Indonesia, dan Pandangan Masyarakat serta Mahasiswa dalam
sepak terjangnya
Deskripsi: Pandangan Mahasiswa mengenai peran bank indonesia dalam membangun Indonesia dari
sektor perokonomian
Keywords: Bank Indonesia
LSI : Peran Bank Indonesia dalam pembangunan Indonesia

Sejarah Perkembangan Bank Indonesia, dan Pandangan Masyarakat serta Mahasiswa dalam sepak
terjangnya
Saat kembali menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada 17 Agustus 1950, struktur
perekonomian Indonesia, masih didominasi oleh struktur kolonial. Meskipun saat itu struktur
perbankan Indonesia boleh dikatakan merupakan komponen sarana moneter yang tidak banyak
berperan dalam operasi perbankan, tetapi kondisi semacam ini menimbulkan keinginan kuat
masyarakat untuk memasukkan lebih banyak unsur nasional dalam struktur ekonomi Indonesia. Bank
Indonesia lahir setelah berlakunya Undang-Undang (UU) Pokok Bank Indonesia pada 1 Juli 1953.
Sesuai dengan UU tersebut, BI sebagai bank sentral bertugas untuk mengawasi bank-bank. Namun
demikian, aturan pelaksanaan ketentuan pengawasan tersebut baru ditetapkan dalam Peraturan
Pemerintah (PP) No. 1/1955 yang menyatakan bahwa BI, atas nama Dewan Moneter, melakukan
pengawasan terhadap semua bank yang beroperasi di Indonesia, guna kepentingan solvabilitas dan
likuiditas badan-badan kredit tersebut dan pemberian kredit secara sehat yang berdasarkan asas-asas
kebijakan bank yang tepat. Dari pengawasan dan pemeriksaan BI, terungkap berbagai praktik yang
tidak wajar yang dilakukan, seperti penyetoran modal fiktif atau bahkan praktik bank dalam bank.
Untuk mengatasi kondisi perbankan itu, dikeluarkan Keputusan Dewan Moneter No. 25/1957 yang
melarang bank-bank untuk melakukan kegiatan di luar kegiatan perbankan.
Perbankan Indonesia telah memiliki rangkaian sejarah yang cukup panjang. Sejak masa
pemerintahan kolonial, telah banyak berdiri bank-bank asing baik dari negara Belanda maupun negara
asing lainnya serta beberapa bank lokal. Bahkan pada masa pergerakan nasional juga muncul beberapa
bank yang bernuansa semangat nasional. Memasuki masa kemerdekaan, pemerintah Republik
Indonesia mulai mendirikan bank-bank pemerintah seperti Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Rakyat
Indonesia (BRI), Bank Industri Negara (BIN), dan Bank Tabungan Pos. Selain bank-bank pemerintah,
pada masa itu juga telah beroperasi beberapa bank swasta nasional, bank-bank asing (termasuk DJB),
lumbung desa, bank desa, dan yayasan kredit. Seluruh bank tersebut, baik bank pemerintah maupun
swasta, terus berkembang hingga masa-masa selanjutnya. Berdirinya Bank Indonesia pada 1 Juli 1953
telah membuka fase baru dalam tata perbankan Indonesia, khususnya dalam hal pengawasan bank.
Sebelum berdirinya BI pada tahun 1953, belum ada lembaga yang melakukan fungsi pengawasan bank.
Hingga kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1/1955, ditetapkan Bank Indonesia atas nama
Dewan Moneter melaksanakan pengawasan terhadap semua bank umum dan bank tabungan yang
beroperasi di Indonesia.
Bank Indonesia merupakan salah satu badan terpenting dalam perekonomian di Indonesia. Bank
Indonesia merupakan badan keuangan tertinggi di bawah kementrian keuangan. Uang yang beredar di
hidup kita, yang kita pakai untuk jual beli, itu semua yang menerbitkan adalah Bank Indonesia. Bank-
bank yang kita temui sehari-hari seperti BRI, BNI, BCA dan lainnya itu semua ada di bawah naungan
Bank Indonesia. Tidak hanya itu, stabilitas kebijakan moneter, kestabilan perekonomian negara ini juga
ada di tangan Bank Indonesia. Tentu lembaga sebesar ini memiliki beberapa peranan penting bagi
perekonomian Indonesia, antara lain :
-Menjaga stabilitas moneter
Kestabilan moneter adalah tanggung jawab dari Bank Indonesia. Hal ini merupakan peranan paling vital
karena stabilitas moneter memiliki ruang lingkup besar dan menyeluruh. Selain itu gangguan dari
stabilitas moneter memiliki dampak besar dan dirasakan secara langsung atas beberapa aspek ekonomi,
seperti inflasi, permintaan dan penawaran dan lain sebagainya. Maka dari itu Bank Indonesia di harap
mampu menerapkan suatu kebijakan moneter yang mampu menyelesaikan permasalahan yang ada dan
memberikan sumbangsih lebih agar stabilitas moneter tercapai. Untuk membuat kebijakan moneter
bukan hal mudah karena jika kebijakan moneter melalui penerapan suku bunga yang terlalu ketat akan
memfakumkan atau mematikan kegiatan perekonomian, begitu pula sebaliknya jika kebijakan
moneternya terlalu longgar akan banyak terjadi pelanggaran-pelanggaran yang tentu akan menimbulkan
dampak negatif. Untuk itu Bank Indonesia menerapkan suatu kebijakan yang sering dikenal dengan
inflation targeting framework yang di harap mampu menciptakan stabilitas moneter yang baik dan
berimbang.
-Menciptakan kinerja lembaga keuangan yang baik
Bank Indonesia memiliki peran vital yakni dalam upaya menciptakan suatu lemabaga keuangan dengan
kerja baik dan sehat., khususnya pada perbankan. Kita tahu sendiri bahwa perbankan memiliki peranan
penting juga menjadi salah satu bidang yang diminati oleh semua kalangan dalam kegiatan
perekonomian. Tentu jika dalam bidang ini terjadi gangguan atau kesalahan maka akan menimbulkan
dampak buruk berupa gangguan terhadap sistem keuangan sutu negara serta dapat mengganggu
kestabilan perekonomian negara. Dalam mesnsiasati hal ini Bank Indonesia melakukan sebuah
pengawasan dan regulasi. Selain itu, sama halnya degan negara lain dimana mereka menerapkan
disiplin pasar melalui pengawasan dan pembuatan kebijakan serta penegakan hukum. Karena upaya
tersebut menunjukkan hasil yang baik yaitu penerapan disiplin pasar terbukti ammpu membuat stabilitas
sistem keuangan menjadi kokoh dan kuat. Begitu juga dengan penegakan hukum yang mampu
melindungi perbankan dan stakeholder serta mampu mendorong kepercayaan atas sistem keuangan
suatu negara. Tidak hanya itu saja untuk menciptakan stabilitas ekonomi yang berkelanjutan Bank
Indonesia menyusun sebuah rancangan berupa arsitektur perbankan Indonesia dan merencanakan
penerapan implementasi Basel II.
-Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran.
Berbicara tentang sistem pembayaran pasti akan kita temui masalah yang kompleks. Hal yang sering
terjadi adalah gagal bayar pada salah satu pihak maka akan terjadi sebuah masalah terutama pada
kelancaran sistem pembayaran. Untuk mengatasi hal tersebut serta menjaga kelncaran sistem
pembayaran, Bank Indonesia menerapkan suatu mekanisme dan aturan yang mampu mnmegurangi
resiko dalam sistem pembayaran yang cenderung meningkat. Beberapa cara yang ditempuh oleh Bank
Indonesia antara lain menerapkan suatu sistem pembayaran yang tersistem yang bersifat real time yang
sering disebut dengan sistem Real Time Gross Settlement (RTGS) yanag akan berimbas pada
peningkatan keamanan dan kecepatan serta ketepatan sistem pembayaran. Selain itu Bank Indonesia
juga rutin melakukan pengawasan dan melihat serta mengidentifikasi potensi resiko yang ada dalam
sistem pembayaran.
- Menjalankan riset dan pemantauan
Peran Bank Indonesia sangat penting dalam hal riset dan pemantuan, Bank Indonesia rutin mencari dan
menggali segala informasi penting terutama yang mampu mengancam stabilitas keuangan negara.
Peman tauan yang dilakukan oleh Bank Indonesia bersifat macroprudential, melalui pemantauan
tersebut Bank Indonesia bisa memantau dan memonitor kerentanan yang dimiliki oleh sektor keuangan
serta mendeteksi dan mencari potensi yang tidak diduga yang biasanya berdampak pada stabilitas dari
sistem keuangan negara. Sedangkan tentang riset, Banak Indonesia mampu menciptakan dan
mengembangkan instrumen serta indikator yang dibutuhkan oleh macroprudential dalam upaya
mendeteksi dan mencari tahu kerentanan dari sistem keuangan. Dan pada akhirnya hasil dari riset serta
pemantauan tersebut akan dijadikan sebagai acuan bagi otoritas terkait dalam hal pengambilan langkah-
langkah yang tepat dan efektif dalam upaya meminimalisir gangguan pada sektor keuangan.
- Sebagai jaring pengamanan sistem keuangan
Peran yang satu ini didapaat karena Bank Indonesia memiliki fungsi sebagai Lender of the Last Resort
(LoLR). Peran ini bisa digolongkan sebagai peran tradisonal Bank Indonesia sebagai Bank sentral.
Peran ini memiliki dampak baik terutama pada pengelolaan krisis yang berguna untuk menghindari
terjadinya ketidakstabilan sistem keuangan. Peran ini meliputi penyediaan likuiditas pada saat kondisi
normal maupun krisis. Dalam menjalankan peran ini Bank Indonesia selalu melakukan pertimbangan
atas resiko sistemik dan menerapkan persyaratan yang ketat dalam upaya penyediaan likuiditas bagi
pihak yang membutuhkan.
-Menciptakan uang giral
Uang yang beredar di kehidupan kita, yang bisa kita gunakan untuk membeli suatu produk atau untuk
transaksi lainnya. Perlu anda ketahui bahwa uang tersbut yaitu uang giral diciptakan dan dicetak oleh
Bank Indonesia. Cara yang dilakukan oleh Bank Indonesia adalah dengan mengeluarkan uang giro
seperti bilyet, giro dan cek. Dengan begitu uang bisa dicetak dan disebarluaskan kepada masyarakat.
Untuk masalah pencetakan uang Bank Indonesia menyesuaiakan dengan situasi dan kondisi dalam
masyarakat. Ketika sedang terjadi inflasi Bank Indonesia mengedarkan uang lebih banyak dari biasanya
agar inflasi cepat selesai. Dan begitu pula sebaliknya ketika terjadi kondisi yang kurang kondusif maka
uang yang diedarkan dikurangi jumlahnya.
- Menjadi perantara keuangan
Peran yang tak kalah penting dari Bank Indonesia adalah sebagai perantara. Perantara yang dimaksud
adalah menjadi jembatan antara dua pihak yang saling membutuhkan, yaitu diantara pihak yang
membutuhkan dana dengan pihak yang memiliki atau kelebihan dana. Dimana pihak yang
mmebutuhkan dana bisa membuka lappangan atau peluanag usaha bagi dirinya sendiri, serta pihak yang
memiliki modal akan mendapat investasi besar dan bagi hasil dengan pihak yang diberikan modal.
Dalam hal ini Bank menyediakan sebuah program dimana mereka menerima simpanan dari masyarakat
untuk disalurkannya kembali dalam bentuk kredit. Kredit ini diharapkan mampu membantu masyarakat
dalam upaya membuka usaha sendiri atau mandiri untuk memenuhi tujuan hidupnya.
- Mengelola arus pembayaran dan pelayanan jasa-jasa seputar perbankan.
alam menjalankan peranan pengelolaan arus pembayaran dan pelayanan jasa-jasa perbankan dengan
melakukan berbagai macam kegiatan yang pada dasarnya menyuport peran tersebut, diantaranya :
Menghimpun dan mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang berupa giro,
deposito yang berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan bentuk lainnya yang sejenis dengan hal
tersebut. Memberikan dan meminjami kredit bagi masyarakat kecil yang ingin memiliki usaha mandiri.
Menerbitkan surat atau tanda bukti pengakuan hutang, baik hutang yang memiliki jangka waktu panjang
maupun yang berjangka pendek. Memindahkan atau mengalihkan surat pengakuan hutang, baik yang
digunakan untuk kepentingan sendiri atau kelompok yang disini diwakili oleh nasabah. Menyediakan
pembiayaan bagi para nasabah yang didasrakan atas prinsip bagi hasil yang sesuai dengan ketentuan
peraturan pemerintah.Melaksanakan dan penempatan atau pengalihan dana dari satu nasabah ke
nasabah lain dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat atau tidak termasuk ke dalam bursa efek.
Memberikan jasa-jasa perbankan lainnya kepada nasabah.
- Memelihara cadangan devisa negara
Devisa negara merupakan salah satu aset penting yang dimiliki oleh sebuah negara. Semakin besar
pemasukan atau devisa negara maka negara tersebut akan maju dan penuh dengan inovasi. Begitu juga
sebaliknya jika devisa rendah maka kemajuan dan kemakmuran di negara tersebut sulit dicapai. Dalam
hal ini Bank Indonesia berperan untuk memelihari cadangan devisa yang ada dengan menerapkan dua
sistem, yaitu :
Internal reserve: menangani jumlah peredaran uang yang ada di masyarakat.
Eksternal reserve: menangani tentang alat pembayaran internasional.
- Mengawasi bank
Bank Indonesia merupakan pemimpin diantara bank bank lainnya. Tentu peran bank Indonesia yang
dipangku oleh lembaga ini adalah melakukan pengawasan terhadap bank bank di bawah naungannya.
Ada dua cara pengawasan yang dilakukan oleh Bank Indonesia, yaitu : Prudential supervision :
pengawasan dengan tujuan untuk mengarahkan para individu- individu yang ada dalam bank tersebut
mendapatkan penjagaan atas kelangsungan hidupnya sehingga kepentingan masyarakatpun bisa
terlindungi. Monetary supervision : pengawasan terhadap nilai mata uang suatu negara sehingga bank
tersebut bisa menjadi penopang kebijakan moneter maupun kebijakan pemerintah lainnya.

Mengenai pandangan masyarakat tentang peran penting Bank indonesia , terdapat banyak tanggapan
yang beragam mulai dari kritikan sampai pujian . Bank Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Bank
Indonesia (PBI) tentang pelaksanaan National Payment Gateway (NPG) atau gerbang pembayaran
nasional. PBI ini semata-mata dikeluarkan guna mempermudah masyarakat dalam bertransaksi.
Chief Economist SKHA Institute for Global Competitiveness (SIGC) Eric Sugandi menjelaskan, NPG
akan membawa dampak positif di masyarakat karena selama ini juga sudah banyak transaksi elektronik
yang digunakan seperti mobile banking, internet banking dan lainnya termasuk jenis payment.
"Saya lihat ini sesuatu yang positif. Jadi kalau misalnya kita bayar pakai kartu kredit atau beli barang,
transfer uang secara online, itu seperti jalan sendiri-sendiri dan perlu ada aturannya memang. Dengan
adanya NPG merupakan sesuatu yang baik dan akan jadi pengawasan dari BI dan OJK, mereka akan
masuk ke sana," kata Eric kepada wartawan. Nantinya, lanjut Eric, dengan NPG, keamanan konsumen
dalam bertransaksi akan terjamin dan akan mendorong transaksi elektronik. Karena NPG sangat
memfasilitasi hal ini. "Selain difasilitasi, akan ada lembaga yang dibentuk. Pertama, lembaga
standarnya, kemudian lembaga switching yang menyediakan infrastrukturnya dan lembaga service yang
menyediakan layanannya," katanya. Hanya saja, lanjutnya, memang butuh waktu untuk pemaksimalan
NPG dan pelaksanannya harus diawasi dengan baik. Terlebih lagi, edukasi ke masyarakat harus
digalakkan agar bisa menjangkau masyarakat yang di desa. Eric menilai, di sana peran OJK harus
maksimal. "Sosialisasi perlu oleh otoritas terkait, bank-bank juga akan sosialisasi ke nasabahnya. BI
dan OJK bisa adakan acara di kota-kota untuk sosialisasi. Tapi buat mereka yang masyarakat menengah
ke bawah pun mereka akan mengikuti karena bangsa kita itu lumayan cukup cepat mengikuti
perkembangan tekonologi," imbuhnya. Senada dengan Eric, ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta
optimistis bahwa dengan terlaksananya NPG ini, akan membawa masyarakat ke kegiatan payment yang
lebih efisien karena tidak akan tergantung lagi dengan perusahaan asing sebagai broker. "Sehingga
perkembangan e-money dan lainnya ke depan akan lebih menguntungkan perekonomian domestik.
Maka itu, kesiapan infrastrukturnya harus maksimal untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat,"
ungkap Rangga. Ia juga setuju bahwa edukasi ke masyarakat desa tentang pelaksanaan NPG menjadi
penting lantaran masyarakat yang berada di pedesaan masih banyak yang belum paham betul mengenai
perbankan. Akses perbankan juga harus mudah agar setiap pelosok bisa menjangkau. "Karena jika akses
perbankan tidak ada, e-commerce tidak bisa dan edukasinya tentu juga tidak maksimal. Transaksi e-
commerce pun juga harus mengembang volumenya agar provider NPG bisa efisien dan memberikan
pelayanan yang kredibel," pungkasnya. Untuk diketahui, BI merilis PBI NPG untuk mewujudkan sistem
pembayaran nasional yang lancar, aman, efisien, dan andal, serta dengan memperhatikan perkembangan
informasi, komunikasi, teknologi, dan inovasi yang semakin maju, kompetitif, dan terintegrasi maka
kebijakan sistem pembayaran nasional perlu diarahkan pada pembangunan ketahanan, pengembangan
yang terintegrasi dan berkesinambungan, serta peningkatan daya saing. Selain itu, PBI ini dikeluarkan
dalam rangka membangun ketahanan, melakukan pengembangan yang terintegrasi dan
berkesinambungan, serta meningkatkan daya saing sistem pembayaran nasional, diperlukan penataan
infrastruktur, kelembagaan, instrumen, dan mekanisme sistem pembayaran nasional dalam suatu
tatanan yang mampu memproses seluruh transaksi pembayaran ritel domestik secara interkoneksi dan
interoperabilitas. Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Sugeng memprediksi implementasi Gerbang
Pembayaran Nasional (GPN) atau National Payment Gateway akan berpotensi mengefisienkan biaya
transaksi yang cukup besar. Sebab adanya penurunan biaya transaksi Merchant Discount Rate (MDR)
di setiap transaksi."Penerapan GPN ini memiliki potensi efisiensi dana sekitar Rp 230 miliar dengan
adanya penurunan biaya MDR baik dengan on-us maupun off-us," kata Sugeng di kantor BI Jakarta,
Kamis (28/12). Dengan penerapan GPN, biaya transaksi Merchant Discount Rate (MDR) antar-sesama
bank (on-us) menjadi sebesar 0,15 persen. Sementara untuk transaksi bank yang berbeda (off-us)
menjadi sebesar 1 persen. "Biaya setiap transaksi off-us diturunkan, dari yang tadinya 2,2 persen
menjadi 1 persen, sedangkan untuk transaksi on-us yang tadinya sebesar 1,8 persen menjadi 0,15 persen
ini akan lebih mengefisienkan dana yang dikeluarkan masyarakat," jelasnya. Untuk diketahui, MDR
merupakan jumlah potongan uang yang dikenakan bank kepada merchant atau toko, dari setiap transaksi
yang dilakukan dengan mesin electronic data capture (EDC). Besaran potongan tersebut bervariasi,
sesuai dengan kesepakatan, atau sesuai ketetapan regulator. Beberapa waktu lalu, ada satu tulisan di
Kompasiana yang mempertanyakan apa pekerjaan Bank Indonesia (BI) sekarang. Pertanyaan yang
wajar mengingat sejak awal tahun 2014 ini, fungsi pengaturan dan pengawasan bank, yang semula
dilakukan oleh BI, telah dialihkan ke lembaga baru bernama Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Secara kasat mata terkesan tugas BI telah berkurang sepertiganya. Kini, BI “dianggap hanya”
mengurusi kebijakan moneter dan sistem pembayaran nasional. Itupun, kata beberapa orang, BI
dianggap belum mampu. Kita lihat sekarang bahwa nilai tukar Rupiah masih tertekan, inflasi masih
menghadapi tantangan, dan pengedaran uang dianggap hanya urusan rutin belaka, yang tidak terlalu
banyak menguras pikiran. Pertanyaan di tulisan tersebut kemudian adalah, masih bermanfaatkah Bank
Indonesia bagi Republik ini? Apa kerja Bank Indonesia sekarang ? Bank Indonesia sebagai bank sentral,
sebagaimana bank sentral di banyak negara, memang kerap disalahpahami masyarakat. Mereka
dianggap “tabib” yang punya power besar dalam mengobati perekonomian. Kalau perekonomian
memburuk, tabib biasanya disalahkan karena ketidakmampuannya menyembuhkan. Paul Volcker,
mantan ketua The Fed, bank sentral Amerika Serikat (AS), mengatakan bahwa saat perekonomian
berjalan baik dan lancar, tak banyak orang yang sadar akan keberadaan bank sentral. Orang
menganggap kestabilan itu sesuatu yang “taken for granted”, atau terjadi begitu saja. Namun apabila
krisis ekonomi terjadi, hampir seluruh kepala menoleh ke bank sentral dan menuduhnya tak mampu
mengendalikan ekonomi. Hal itu juga yang sempat memicu Ron Paul, seorang anggota kongres AS,
untuk membuat petisi dan menulis buku yang berjudul “End The Fed”, atau “Bubarkan The Fed”. Ron
Paul meyakini bahwa krisis global yang terjadi saat ini adalah akibat ulah The Fed yang menganut
sistem ekonomi kapitalis merkantilis, dan memanjakan pasar keuangan. Ia mengusulkan untuk
membubarkan saja bank sentral, karena tidak ada manfaatnya lagi. Tapi usulan Ron Paul ini tidak
mendapat banyak dukungan di AS. Pertanyaan Ron Paul itu sebenarnya juga muncul di banyak negara.
Jawabannya tentu tak bisa dilihat dalam satu spektrum yang sempit atau kondisi yang situasional.
Perjalanan panjang sejarah bank sentral, sejak diciptakan hingga saat ini, sarat dengan berbagai kisah
boom and bust perekonomian. Sebagai orang yang menyaksikan sendiri bisnis bank sentral selama lebih
dari 17 tahun, saya merasakan bahwa pekerjaan bank sentral bukan sebuah pekerjaan sekali jadi, seperti
membuat bangunan lalu selesai dan ditinggal. Tapi pekerjaan bank sentral adalah pekerjaan yang terus
menerus, bukan hanya membangun, tapi juga memelihara, dan mengawasinya dari hari ke hari. Oleh
karenanya, pekerjaan itu tak pernah usai. Gubernur Bank Sentral Malaysia (BNM), Dr. Zeti Akhtar
Aziz, pernah mengatakan bahwa “central banking is a never ending business, because the world are
always changing”. Hal ini bermakna bahwa tugas bank sentral, adalah bisnis yang tak pernah final, tak
pernah usai, karena lanskap dunia terus berubah. Credo Bank Indonesia, sebagaimana diamanatkan
dalam undang-undangnya, adalah mencapai dan menjaga kestabilan nilai rupiah. Jelas, bahwa ini bukan
tugas ringan, sekali jadi, yang dalam satu waktu singkat dapat dicapai, kemudian selesai. Persis seperti
tujuan negara dan pemerintahan yang ingin mencapai masyarakat adil dan makmur. Sudah makmurkah
negeri kita? Tentu itu sebuah perjalanan panjang. Kita tentu ingat, saat krisis moneter tahun 1998, nilai
tukar rupiah menembus angka Rp.16.000 per dolar AS. Inflasi saat itu mencapai sekitar 70 persen. Tapi
kemudian berbagai langkah ditempuh, berbagai penyempurnaan dan perbaikan dilakukan, maka
perlahan Rupiah dapat stabil di kisaran Rp10 ribu per dolar AS, dan inflasi kembali di bawah double
digit. Dari tahun 2008 hingga 2012 lalu, kita merasakan sendiri kondisi perekonomian Indonesia yang
relatif stabil. Indonesia bahkan diramalkan akan menjadi kekuatan ekonomi nomor tujuh dunia di tahun
2030. Rupiah, dalam kurun lima tahun tersebut, stabil dan berada di kisaran Rp 9000-an per dolar AS,
inflasi terkendali di level 4 hingga 5 persen. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi juga rata-rata berada di
atas 6 persen.
Mengenai Pandangan Mahasiswa tentang peran BI di dunia kampus pun sangat beragam karna
banyak yang pro banyak pula yang kontra. Akan tetapi sepak terjang dari BI untuk perkembangan
kampus itu sangat memberikan pengaruh yang positif , karena dalam turun langsung nya BI didunia
kampus memberikan banyak harapan kepada mahsiswa mahasiswa yang berekonomi Menengah
kebawah yang berprestasi. Karena BI sangat memperhatikan nasib dari mahasiswa- mahasiwa Yang
layak mendapatkan bantuan karna itulah BI sangat Populer di Kalangan Mahasiswa khusunya lewat
Program beasiswa yang diluncurkan oleh BI.

Anda mungkin juga menyukai