Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Energi panas bumi, adalah energy panas yang tersimopan dalam batuan dibawah permukaan

bumi dan fluida yang terkadung didalamnya. Energy panas bumi telah dimanfaatkan untuk

pembangkit listrik di Italy sejak tahun 1913 dan di New Zealand sejak tahun 1958. Pemanfaatan

energy panas buni untuk sector non-listrik (direct use) telah berlangsung di Iceland sector 70

tahun. Meningkatnya kebutuhan akan energy serta meningkatnya harga minyak, khususnya

pada tahun 1973 dan 1979, telah memacu Negara-negara lain, termasuk Amerika Serikat, untuk

mengurangi ketergantungan mereka pada minyak dengan cara memanfaatkan energy panas

bumi. Saat itu energy panas bumi telah dimanfaatkan untuk pembangkit listrik di 24 Negara,

termasuk Indonesia. Di samping itu fluida panas bumi ini juga dimanfaatkan untuk sector non-

listrik di 72 Negara, anatara lain untuk pemanasan rumah kaca, pemanasan air panas,

pengeringan hasil produk pertaniaan dll.

Di Indonesia usaha pencarian sumber enery panas bumi pertama kali di lakukan didaerah

Kawah Kamojang pada tahun 1918. Pada tahun 1926 hingga 1926 ingga 1929 lima sumur

explorasi dibor dimana sampai saat ini salah satu dari sumur tersebut, yaitu sumur KMJ-3 masih

memproduksikan uap pana kering atau drg steam. Pecahnya pada perang dunia dan perang

kemerdekaan Indonesia mungkin merupakan salah satu alasan dihentikannya kegiatan

eksplorasi di daerah tersebut. Kegiatan eksplorasi panas bumi di Indoesia baru di lakukan secara

luas pada tahun 1972. Direktorat Vulkanologi dan Pertamina, dengan batuan Pemerintah

Prancis dan New Zealand melakukan survey pendahuluan di seluruh Indonesia. Dari hasil
survey laporan bahwa Di Indonesia terdapat 217 prospek panas bumi, yaitu di sepanjang jalur

vulkanik mulai dari bagian Barat Sumatera, terus ke pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan

kemudian membelokke arah utara memulai Maluku dan Sulawesi. Survey yang di lakukan

selanjutnya telah berhasil menemukan beberapa daerah prospek di Sumatera, 76 prospek di

Jawa, 51 prospek di Sulawesi, 21 prospek di Kalimantan. Sistem panas bumi di Indonesia

umumnya merupakan sistem hidrotermal yang mempunyai temperature tinggi (>225°C), hanya

beberapa di antaranya mempunyai temperature sedang (150 – 225°C).

Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk di permukaan bumi pada kondisi

temperature dan tekanan yang rendah. Batuan ini berasal dari batuan yang lebih dahulu

terbentuk., yang mengalami pelaukan, erosi dan kemudian pelapukan di angkut oleh air, udara,

atau es, yang selanjutnya diendapkan dan berkumulasi di dalam cekungan pengendapan

mengalami litifikasi, dan terbentuk batuan sedimen.

Batuan sedimen meliputi 75% dari permukaan bumi. Di perkirkirakan batuan sedimen

mencakup 8% dari total volume kerak bumi.

Studi tentang urutan srata batuan sedimen adalah sumber utama untuk pengetahuan ilmiah

tetang sejarah bumi, termasuk paleografi, paleomatologi dan sejarah kehidupan. Disiplin ilmu

yang mempelajari sifat-sifat dari asal batuan sedimen disebut disementologi. Sedimentology

adalah bagian dari baik geologi maupun geografi fisik dan tumpangan tindih sebagian dengan

disiplin lain dalam ilmu bumi seperti pedologi, geomorfologi, geokimia dan geologi sruktur.

Larutan Hidrotermal umumnya berasosiasi dengan magmatisme kalk-alkaline sampai alkaline

(Simmons et al, 2005). Alterasi hidrotermal memiliki kaitan yang sangat erat denga

mineralisasi, dikarenakan tipe alterasi tertentu akan dicirikan dengan hadirnya suatu himpunan

mineral yang khas sebagipencirinya atau suatu endapan mineral tertentu akan dicirikan oleh tipe
alterasi mineral tertentu (Hedenquistet al, 1997). Larutan Hidrotermal didasarkan atas

perbedaan cara terbentuknya (kedalaman) serta perbedaan tinggi/rendahnya temperatur yang

berpengaruh (Hartosuwarno, 2001). Proses ubahan batuan dalam suatu sistem hidrotermal

merupakan proses modifikasi kimia dan fisika yang dicirikan oleh terbentuknya asosiasi mineral

ubahan sebagai pengganti mineral asal penyusun batuan. Proses ini sangat tergantung pada

temperatur, tekanan, permeabilitas batuan, komposisi kimia fluida (pH) dan durasi proses

ubahan yang salin berkaitan dengan erat (Browne, 1978). Larutan hidrotermal adalah cairan

adalah cairan bertemperatur tinggi dengan rentang suhu sekitar 100°C- 500°C . Larutan

hidrotermal merupakan larutan sisa magma yang mampu merubah dan membentuk mineraisasi

tertentu. Secara umum cairan sisa karakteristik magma tersebut berrsifat silica yang kaya

alumina, alkali dan alkali tanah terdapat air dan unsur-unsur volatile (Bteman, 1981). Larutan

hidrotermal terbentuk pada fase akhir dan siklus pembekuan magma dan umumnya

terakumulasi pada litologi dengan permeabilitas tinggi pada zona lemah. Interaksi antara fluida

hidrotermal dengan batuan yang yang di laluinya (walk rock) akan menyebabkan terubahnya

mineralisasi primer menjadi mineral sekunder (alteration minerale).

Di Minahasa terdapat lokasi penelitin secara administrative termasuk kedalam kecamatan

tatapan, Kabupaten Minahasa Selatan, Provinsi Sulawesi Utara dan secara geografi terletak pada

Zona 51 tepatnya 1240 34’ 38.5” – 1230 37’ 20.3” bujur timur dan 10 16’ 43.1” – 10 0 18’

54.2” lintang utara. Pengamatan pada citra SRTM dem Sulawesi Utara menunjukan bahwa

kurang lebih 70% luas daerah penelitian merupakan volcanic terrain merupakan di control oleh

keseluruhan sruktur-struktur berarah relative NW-SW, SE-NW dan N-S. Pola penhgaliran yang

mengontrol daerah penelitian adalah dendritic, subdendritic dan rectangular. Geomrfologi

daerah penelitian dibagi menjadi enam satuan geomorfik, meliputi; satuan pembuktian aliran
lava, Satuan lereng aliran lava, Satuan Lembah structural, satuan tubuh sungai, danau dan

satuan daratan Alluvial. Stratigrafi daerah telitian dari tua ke muda di susun oleh susuna oleh

satuan lava andesit terubah ( Miosen Tengah ), satuan lava andesit ( Pliosen) dan satuan andesit

alluvial ( Holosen – Ressen ). Sruktur geologi yang terdapat pada daerah telitian berupa kekar

dan sesar mendatar Ma‘asin -2, sesar mendatar paslaten satu; sesar mendatar sinengkeien dan

sesar turun paslaten 1. Sesar berarah SE – NW seperti: sesar mendatar Manembo, sesar

mendatar Ma’asin dan sesar mendtar Paslaten satu sesar yang relative berarah N – S sesar

mendatar sulu, hal ini sebagai jalur channel way bagi fluida hidrotermal naik ke permukaan

sehingga mempengaruhi pola/persebaran alterasi dan mineralisasi.

1.1 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah larutan hidrotermal yang merupakan sisa dari magma yang mampu merubah dan

membentuk mineralisasi

2. Apa saja pola yang digunakan untuk penhgaliran yang mengontrol daerah penelitian.

1.2 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui batuan apa saja yang terdapat pada daerah tersebut

2. Mengetahui sruktur geologi yang terdapat pada daerah telitian

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk megetahui sifat mineralisasi apa saja dan kandungan

geokimia yang terdapat pada batuan di daerah Paslaten dan sekitarannya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

Panas bumi (Geotermal) adalah sumber daya alam berupa air panas atau uap yang

terbentuk di dalam reservoir bumi yang melalui pemanasan air di dalam bawah permukan oleh

batuan panas. Sistem panas bumi adalah sistem penghantaran panas di dalam mantel mantel atas

dan kerak bumi dimana panas di hantarkan dari sumber panas menuju tempat penampungan

panas. Dalam hal ini, panas merambat dari dalam bumi menuju permukaan bumi. Manifestasi

permukaan muncul akibat adanya struktur geologi yang berkembang dari suatu sistem panas

bumi. Manifestasi juga merukan media keluarnya panas yang ada di reservoir menuju ke

permukaan. Manifestasi panas bumi pada daerah penelitian ditandai dengan adanya mata air

panas yang digunakan untuk mengetahui sebaran pada daerah Lahendong.

Secara umum, pemanfaatan daerah panas bumi di Indonesia belum di lakukan secara

maksimal. Energi panas bumi, juga adalah energi panas yang tersimpan dalam batuan di bawah

permukaan bumi dan fluida yang terkandung didalamnya. Energi panas bumi telah

dimanfaatkan untuk pembangkit listrik di Italy sejak tahun 1913 dan di New Zealand sejak

tahun 1958. Pemanfaatan energi panas bumi untuk sektor non‐listrik (direct use) telah

berlangsung di Iceland sekitar 70 tahun. Meningkatnya kebutuhan akan energi serta

meningkatnya harga minyak, khususnya pada tahun 1973 dan 1979, telah memacu negara‐

negara lain, termasuk Amerika Serikat, untuk mengurangi ketergantungan mereka pada minyak

dengan cara memanfaatkan energi panas bumi. Saat ini energi panas bumi telah dimanfaatkan
untuk pembangkit listrik di 24 Negara, termasuk Indonesia. Disamping itu fluida panas bumi

juga dimanfaatkan untuk sektor non‐listrik di 72 negara, antara lain untuk pemanasan ruangan,

pemanasan air, pemanasan rumah kaca, pengeringan hasil produk pertanian, pemanasan tanah,

pengeringan kayu, kertas dll.

2.1.1 Geologi Batuan

Bicara tentang geologi tidak lepas kaitannya dengan batuan, batuan ini adalah material

utama penyusun kerak bumi. Batuan dalam geologi terbagi menjadi beberapa jenis yaitu batuan

beku, batuan sedimen, batuan metamorf dan batuan piroklasti. Yang membedakan atuan ini

dengan batuan lainnya adalah proses pembentukan batuan tersebut. Proses pembentukan

tersebut merupakan sebuah siklus yang dinamakan dengan siklus batuan. Umumnya batuan

yang terbentuk pertama kali adalah batuan beku, dilanjutkan dengan batuan sedimen dan

menjadi batuan metamorf.

Batuan beku adalah batuan yang pembentukannya berasal dari magma dan lava yang membeku,

yang pembentukannya dengan atau tanpa mengalami proses kristalisasi. Proses kristalisasi itu

sendiri adalah dimana saat butiran batuan sudah tidak nampak lagi. Pembentukan batuan juga

dibagi lagi menjadi 3 tergantung tempat dimana batuan mengalami pembekuan, tempat batuan

tersebut adalah bagian bawah permukaan bumi, ditengah atau bagin leher dari gunung api dan

bagian luar permukaan bumi.

Batuan sedimen adalah batuan beku yang mengalami pelapukan karena dipengaruhi oleh

banyak factor mulai dari factor kimia, biologi, dan fisika. Batuan yang telah lapuk ini kemudian

mengalami erosi dan terpecah menjadi butiran-butiran dengan ukuran butirab yang kecil seperti

lempung. Batuan sedimen ini juga yang paling banya di temui di oermukaan bumi.
Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk akibat adanya perubahan suhu dan tekanan.

Batuan metamorf ini juga merupakan hasil dari perubahan batuan lainnya. Mineral-mineral pada

batuan inilah umumnya adalah granet, olivine, mika kuarsa. Berdasarkan luas tempat

pembentukannya batuan metamorf dibagi menjadi dua yaitu metamofisme kontak dan

,metamofisme rwgionaal. Hasil dari tekanan yang membentuk batuan metamorf terbentuk yang

namanya foliasi atau penjajaran mineral namun tidak semua batuan metamorf mengalami

perubahan suhu seperti kuarsit yang semua mineralnya adalah mineral kuarsa.
2.1 Penelitian Terkait

Jurnal – jurnal yang penulis camtumkan dalam penelitian terkait, merupakan jurnal yang

berkaitan dengan penelitian alterasi mineralisasi batuan pada permukaan tanah. Beberapa jurnal

yang dicamtumkan rata-rata memiliki pembahasan yang samayang membedakannya adalah

metode-metode yang di gunakan untuk meneliti batuan apa sajakah yang termineralisasi. Jurnal

– jurnal yang penulis camtumkan dalam penelitian terkait, merupakan jurnal yang

Pada jurnal pertama, Singkapan terbagi atas 4 singkapan intrusi dan 5 singkapan batuan

samping (wallrock) yang saling berdampingan, secara berurutan diawali dengan wall rock 1 (NW.1)

kemudian Intrusi 1 (NI.1), NW.2, NI.2, NW.3, NI.3, NW.4, NI.4 dan NW. Singkapan dengan

dimensi 20m x 20m secara megaskopis pada umumnya berwarna abu-abu kehijauan karena hadirnya

mineral epidot dan serisit. Secara Petrografis daerah penelitian umumnya di dominasi oleh mineral-

mineral plagioklas, ortoklas, biotit, epidot, serisit dan mineral opak. Pada sayatan batuan

singkapanintrusi NI.1 secara mikroskopis berwarna putih kecoklatan, tekstur terdiri dari kristalinitas

hipokristalin, granularitas faneroporfiritik, relasi inequigranular, bentuk mineral subhedral -

anhedral, komposisi mineral terdiri dari mineral primer yaitu mineral plagioklas, piroksin, biotit,

orthoklas, epidot, mineral opak dan massa dasar. Penelitian dilakukan di Kali Boki Desa Kubung

Kecamatan Bacan Selatan Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara pada koordinat 00o

46,931’ Lintang Selatan dan 127 27,945’ Bujur Timur. Geologi daerah Bacan dibagi kedalam satuan

morfologi yaitu daerah perbukitan rendah dan pegunungan. Batuan penyusun daerah kegiatan

termasuk ke dalam komplek metamorf Sibela (Ks) yang terdiri dari sekisklorit, sekisepidot-klorit,

sekishornblenda dan genes epidot-klorit.

Pada jurnal yang kedua, Daerah penelitian didominasi oleh rangkaian perbukitan

yang memanjang dengan arah Barat-Timur. Geomorfologi daerah ini terdiri dari tiga morfologi
khas, yaitu morfologi karst, morfologi intrusi dan morfologi kompleks dengan tahapan

geomorfik dari muda hingga menjelang dewasa. Stratigrafi daerah penelitian dibagi menjadi

tujuh satuan tidak resmi, yaitu Satuan Perlapisan Meta-batupasir-Batusabak, Satuan

Batugamping, Satuan Perlapisan Meta-batupasir, Satuan Lava Basalt, Satuan Breksi polimik,

Intrusi Granodiorit dan Intrusi Andesit Porfiritik. Stratigrafi daerah penelitian terjadi sejak

Karbon hingga Kuarter. Struktur daerah penelitian mengalami empat kali deformasi, yaitu

deformasi Karbon-trias menghasilkan perlipatan dengan kemiringan curam, Mesozoik Akhir

menghasilkan metamorfisme regional, kapur Akhir menghasilkan sesar mengiri dengan arah

NW-SE dan Oligosen menyebabkan terbentuknya Sesar Sumatera dan model struktur pull apart

basin. Alterasi di daerah penelitian terjadi pada satuan Satuan Meta-batupasir, Satuan Lava

Basalt, Satuan Breksi polimik, Intrusi Granodiorit dan Intrusi Andesit. Alterasi yang

berkembang di daerah penelitian meliputi zona kuarsa-serisit-piropilit, zona kuarsa-serisit-

klorit, zona biotit-plagioklas-kuarsa dan zona kuarsa-klorit-epidot-kalsit±aktinolit.

Pada jurnal ketiga, Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu studi

pustaka daerah penelitian, tahap pengamatan lapangan untuk identifikasi batuan secara

megaskopis dan kedudukan stratigrafi batuan pada daerah penelitian serta mengidentifikasi

struktur geologi yang berkembang pada daerah penelitian; dan tahap berikutnya adalah

pemilihan sampel yang digunakan untuk analisis petrografi dan mineragrafi. Tujuan analisis ini

adalah untuk mengidentifikasi tekstur, struktur, dan komposisi mineral penyusun batuan serta

untuk menentukan jenis mineral ubahannya dan kandungan mineral bijihnya. Hasil dari analisis

petografi dan minegrafi akan dapat menentukan tipe alterasi dan tipe endapan mineral daerah

penelitian. Pengamatan lapangan dilakukan sepanjang sungai Cigaber, dan Cisanun. Batuan

yang hadir terdiri atas breksi vulkanik, batupasir, batulempung, batuan metamorf, tuf, batuan
beku porfiri andesit, dan porfiri granodiorit. Berdasarkan karaktersitik litologinya, daerah

penelitian dibagi menjadi tujuh satuan batuan dengan urutan dari tua ke muda yaitu batuan

metamorf, satuan batulempung, satuan batupasir, porfiri andesit terubah, porfiri granodiorit

terubah, satuan tuf merah, dan satuan breksi hijau Batuan metamorf dengan karakteristik warna

segar abu – abu kehijauan, warna lapuk hitam kecoklatan, memiliki struktur foliasi. Mineral

yang teridentifikasi adalah klorit, muskovit, biotit, K-felspar dan kuarsa. Batuan metamorf ini

diterobos oleh porfiri granodiorit.

Batulempung secara megaskopis memiliki warna segar abu – abu, warna lapuk abu – abu

kecoklatan, kekerasan agak keras, dan tidak karbonatan, memperlihatkan struktur masif.

Batupasir memiliki karaktersitik warna segar abu – abu, warna lapuk abu – abu kecoklatan,

ukuran butir pasir sedang pasir kasar, bentuk butir membundar tanggung – menyudut tanggung,

pemilahan buruk, kemas terbuka, dan permeabilitas baik.

Batuan beku porfiri andesit umumnya memiliki struktur kekar yang telah terisi mineral berupa

kalsit dan kuarsa. struktur kekar yang terdapat pada batuan beku porfiri andesit tersebut adalah

shear joint dan extensional joint. Batuan porfiri andesit memiliki karakteristik warna segar abu-

abu dengan warna lapuk abu-abu kecokelatan, tekstur porfiritik, kemas inequigranular, dan

derajat kristalisasi hipokristalin.

Pada jurnal keempat, Daerah Panyabungan merupakan zona graben yang berada

di tengah-tengah pegunungan Bukit Barisan yang memanjang dari arah tenggara sampai barat

laut yang mempunyai ketinggian sekitar 200 meter di atas permukaan air laut. Daerah telitian

merupakan perbukitan rendah yang berada di bagian samping dari zona graben Panyabungan

dan berada dekat dengan zona peralihan dari dataran alluvial lembah Batang Gadis menjadi

pegunungan Bukit Barisan dengan ketinggian sekitar 350 – 450 meter di atas permukaan air
laut. Batuan penyusunnya didominasi oleh satuan batuan klastika gunungapi, yaitu berupa

batuan bersifat andesitik dan dasitik volkaniklastik. Ukuran butir dari sedimen gunungapi ini

bervariasi, mulai dari ukuran lanau bahkan sampai kerakal membentuk satuan breksi dengan

arah kemiringan lapisan relatif ke arah timur dengan batas lapisan berangsur, sedangkan zona

urat kuarsa utama mempunyai arah kemiringan ke barat berlawanan dengan arah kemiringan

lapisan batuan samping.

Umur dari satuan batuan volkaniklastik tersebut yaitu antara Paleozoikum sampai Mesozoikum,

sehingga sebagian kecil sudah mengalami sedikit metamorfosa derajat rendah (J.A. Aspden,

dkk., 1982). Di luar daerah telitian sekitar 2 km terdapat beberapa intrusi batuan beku

granodiorit dan porpiritik diorit disebelah utara dan volcanic plug tak terubah berkomposisi

dasit kuarsa yang berada disebelah selatannya.

NO. PENULIS JUDUL KAJIAN


1. Nurany1, ALTERASI- Zona Alterasi Hidrotermal
UlvaRia Irfan2, MINERALISASI DAN yang berkembang di daerah
Irzal Nur2 GEOKIMIA ENDAPAN penelitian adalah alterasi
TEMBAGA DI propilitik (epidot-serisit-
KALI BOKI DESA kalsit).
KUBUNGKECAMATAN
BACAN SELATAN
KABUPATEN
HALMAHERA SELATAN
PROVINSI MALUKU
UTARA
2. KRISHNA GEOLOGI, ALTERASI DAN Alterasi di daerah penelitian
RENALDI HUBUNGANNYA terjadi pada satuan Satuan
DENGAN KEHADIRAN Meta-batupasir, Satuan Lava
MINERALISASI DI Basalt, Satuan Breksi polimik,
DAERAH SONTANG, Intrusi Granodiorit dan Intrusi
SUMATERA BARAT Andesit. Alterasi yang
berkembang di daerah
penelitian meliputi zona
kuarsa-serisit-piropilit, zona
kuarsa-serisit-klorit, zona
biotit-plagioklas-kuarsa dan
zona kuarsa-klorit-epidot-
kalsit±aktinolit
3. Jodi Prokoso ALTERASI DAN Hasil penelitian lapangan dan
B.1, Aton MINERALISASI PADA analisis laboratorium daerah

Patona2, Faisal BATUAN PORFIRI penelitian terbagi menjadi tujuh


zona alterasi yaitu zona klorit-
Helmi2 ANDESIT DAN PORFIRI
serisit-kuarsa, zona klorit-serisit-
GRANODIORIT DI
karbonat, zona klorit-serisit-
DAERAH CIGABER DAN
karbonat-kuarsa, zona serisit-
SEKITARNYA,
kuarsa, zona klorit-epidot-serisit,
KABUPATEN LEBAK, zona klorit-epidot-serisit-
PROVINSI BANTEN karbonat, dan zona klorit-
aktinolit-biotit.

4. Nayarudin N. ALTERASI DAN perbandingan rata-rata 1 : 4


Rahmat MINERALISASI EMAS mempunyai tipe endapan
DAERAH epitermal sulfidasi rendah
PERTAMBANGAN (epithermal low sulphidation)
RAKYAT DI pada sistem urat dengan
PANYABUNGAN, mineral-mineral ubahan
KABUPATEN berupa adularia, silika, illit,
MANDAILING-NATAL, monmorilonit, kaolinit dan
SUMATERA UTARA klorit, dengan tekstur urat
BERDASARKAN STUDI kuarsa yang dominan adalah
PIMA, PETROGRAFI, AAS proses pengisian (cavity
DAN INKLUSI FLUIDA filling)
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian terletak di daerah Paslaten, Kecamatan Langoan Timur, Kabupaten

Minahasa, Sulawesi Utara.

Gambar 3.1 Peta Sulawesi Utara


(Sumber: https://mbojo.wordpress.com/2007/10/03/data-indonesia-dalam-bentuk-shp-
gratisssss/)

3.2 Alat dan Bahan


Peralatan yang digunakan dalam penelitian :
1. GPS : digunakan untuk menentukan koordinat

Gambar 3.4 GPS (Global Positioning System)


2. Palu geologi : digunakan untuk mengambil sampel batuan

Gambar 3.5 Palu

3. Sarung Tangan : digunakan untuk melindungi tangan

Gambar 3.6 Sarung Tangan

4. Kantong Sampel : digunakan untuk meletakkan sampel batuan

Gambar 3.7 Kantong Sampel


5. Buku catatan : digunakan untuk mencatat data hasil penelitian

Gambar 3.8 Buku Catatan

6. Kamera : digunakan untuk dokumentasi saat penelitian

Gambar 3.9 Kamera

7. SEM-EDX : digunakan untuk mengkaji struktur mikro dan komposisi unsur sampel.

Gambar 3.10 SEM-EDAX


(Sumber : Laboratorium Fisika, UNIMA)
3.3 Desain Penelitian

Dalam penelitian ini, langkah pertama yang dilakukan yaitu studi literature di mana data-

data diambil dari buku dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini juga sebagai bahan

persiapan untuk penelitian di lapangan. Kemudian menentuan lokasi yang akan diteliti. Lokasi

yang menjadi tempat penelitian yaitu di Desa Paslaten, Kecamatan Langoan Timur, Kabupaten

Minahasa, Sulawesi Utara. Setelah itu, penelitian lapangan di mana akan dilakukan pengambilan

data dari lapangan (koordinat) dan sampel batuan yang nantinya akan di analisis di laboratorium.

Langkah selanjutnya yaitu pengolahan data. Sampel batuan yang diambil di lapangan akan di

analisis di laboratorium dengan menggunakan alat SEM-EDAX. Setelah itu, kita bisa melihat

hasilnya kemudian membuat kesimpulan.

Gambar 3.11 Diagram alir desain penelitian

Mulai Penentuan Lokasi

Penelitian Lapangan

Pengambilan Data Pengambilan Sampel

Pengolahan Data

Uji Lap

Hasil

Kesimpulan
3.4 Variabel Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

Variabel penelitian adalah sifat fisik dan komposisi mineral batuan. Teknik pengumpulan

data dilakukan langsung di lapangan yaitu pengambilan sampel batuan dan analisis sifat batuan

mencakup warna, struktur dan tekstur batuan. Untuk lebih singkat. Teknik pengumpulan data di

lapangan dapat dilihat di tabel 3.1 data di lapangan.

Tabel 3.1 Data di Lapangan

Sifat batuan
NO Warna Struktur Tekstur Koordinat

Setelah itu, sampel batuan dianalisis di laboratorium dengan menggunakan alat SEM-EDAX
untuk mengetahui komposisi mineral batuan. Untuk lebih singkat, teknik pengumpulan data hasil
laboratorium dapat dilihat di tabel 3.2 data hasil laboratorium.

3.5 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data

Pengolahan data dan analisis data dilakukan di laboratorium Fisika Unima dengan

menggunakan alat SEM-EDAX. Pertama, sampel di sayat kemudian di preparasi untuk

memisahkan material pengotor lainnya dengan menggunakan Sputter Coater emas (Au). Setelah

itu, pengujian sampel menggunakan SEM. Sampel di masukkan pada stub SEM untuk melihat

struktur mikro dari sampel tersebut. Setelah itu, pengujian sampel menggunakan EDAX untuk

melihat susunan komposisi mineral/endapan pada batuan.

Anda mungkin juga menyukai