TEKNIK FERMENTASI
Oleh:
KELOMPOK VIII
Disusun oleh:
Kelompok VIII
Kelas C
1.2.3 Fermentor
Fermentor adalah tempat berlangsungnya fermentasi dapat berupa alat
dengan kerja aerob ataupun anaerob. Fermentor yang digunakan dalam produksi
etanol tergantung pada bahan baku yang digunakan. Penggunaan bahan baku gula
dapat langsung dengan fermentor anaerob sedangkan jika akan digunakan dengan
bahan baku dari pati atau karbohidrat harus ada proses sakarifikasi (hidrolisis)
sehingga minimal ada dua fermentor.
Analisis dari bagian exponential phase dari kurva pertumbuhan Gambar 1.1
adalah bahwa sel tidak hanya bertambah dalam konsentrasinya tetapi juga dalam
laju peningkatan konsentrasi sel. Sel adalah katalis yang self-reproducing
(autocatalysts), yaitu dapat mengkatalisa reaksi dan juga memproduksi katalis
lebih banyak lagi. Saat jumlah sel meningkat, laju bio reaksi juga akan meningkat
sehingga jika kondisi lainnya tetap konstan maka laju peningkatan jumlah sel
(biomass) akan tergantung dari konsentrasi sel yang ada dalam reaktor yang
dituliskan sebagai berikut.
dX
X ....................................................... (1)
dt
dimana X adalah konsentrasi biomass dalam bioreaktor (g/l) dan α adalah slope
kurva pertumbuhan sel.
Ekspresi proporsionalitas dalam persamaan (1) dapat ditambahkan dengan sebuah
konstanta yang disebut specific growth rate (μ), sehingga menjadi:
dX
X ...................................................... (2)
dt
dimana μ adalah laju pertumbuhan specific growth rate.
Doubling time (tD) adalah ekspresi yang biasa dipakai mikrobiologis untuk
menyatakan laju pertumbuhan sel, yaitu waktu yang dibutuhkan oleh populasi sel
untuk melipat gandakan dirinya. Selama exponensial phase, tD akan selalu
konstan. Hubungan antara doubling time dan specific growth rate dapat dituliskan
sebagai berikut.
2X
ln t D ............................................................ (3)
X
Jika konsentrasi biomass double time dari X1 menjadi 2 X1 selama doubling time,
tD (= t2 – t1) kemudian persamaan 4 menjadi:
ln 2 t D .............................................................. (4)
Sehingga hubungan antara doubling time dan specific growth rate diperoleh
ln2
t D ................................................................... (5)
Yield koefisien biomass adalah berat rata-rata biomass dihasilkan per berat
substrat digunakan. Contoh untuk kultur batch, Y dihitung sebagai
X X X0
Y …..…….......……………... (6)
S S0 S
dimana
X = massa sel pada saat t
X0 = massa sel awal
S = massa glukosa pada saat t
S0 = massa glukosa awal
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN
2.3.3 Fermentasi
1. Vessel fermentor yang berisi larutan nutrisi telah disterilkan dipasang pada
tempatnya.
2. Larutan glukosa steril dimasukkan ke dalam vessel fermentor secara aseptik
3. Fermentor dihidupkan.
4. Larutan inokulum ditambahkan ke dalam vessel fermentor secara aseptik
(dengan menggunakan lampu spiritus).
0.02
0.015
(gr/ml)
Konsentrasi sel
0.01
Konsentrasi glukosa
0.005
0
0 1 2 3 4 5
Waktu (jam)
Gambar 3.1 Kurva konsentrasi sel dan glukosa terhadap waktu fermentasi
4.3
4.2
4.1
4
3.9
3.8
3.7
1 4
Waktu (jam)
4.1 Kesimpulan
a. Konsentrasi sel berbanding lurus dengan waktu fermentasi, semakin lama
waktu proses maka konsentrasi sel akan meningkat.
b. Konsentrasi glukosa semakin kecil seiring bertambahnya waktu fermentasi.
c. Penurunan konsentrasi sel disebabkan berkurangnya nutrisi dalam fermentor
dan terbentuknya alkohol yang menghambat pertumbuhan mikroba.
d. Pada waktu fermentasi 1 jam, alkohol yang dihasilkan 4% volum sedangkan
pada 4 jam dihasilkan alkohol sebanyak 4,5% volum.
4.2 Saran
a. Pemasangan kapas dan alumunium foil sebaiknya dilakukan secara benar
karena dikhawatirkan mikroba lain dapat masuk ke dalam
fermentor/erlenmeyer.
b. Pengambilan sampel dilakukan secara aseptik.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN
LAMPIRAN B
DATA HASIL PERCOBAAN
[Sel]
t (jam) Volum (ml) Massa (gr)
(gr/ml)
0,25 10 0,02 0,002
1 10 0,011 0,0011
2 10 0,027 0,0027
3 10 0,113 0,0113
4 10 0,006 0,0006
Volume [gluksosa]
t (jam) Absorbansi
(ml) (gr/ml)
0,25 10 0,215 0,008565
1 10 0,066 0,002558
2 10 0,060 0,002315
3 10 0,052 0,001993
4 10 0,061 0,002355