Anda di halaman 1dari 19

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Kimia II

TEKNIK FERMENTASI

Oleh:
KELOMPOK VIII
Disusun oleh:
Kelompok VIII
Kelas C

FITRA DANI (0907121108)


DWI LAURA PRAMITA (0907133095)
INDAH ZULIARTI (0907133261)
YOHANA SIREGAR (0907136199)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S1


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2012
ABSTRAK

Fermentasi adalah suatu proses yang memanfaatkan mikroba untuk menghasilkan


produk yang diinginkan dalam suatu lingkungan yang dikendalikan. Produk hasil
fermentasi berupa produk biomassa, produk enzim, produk metabolit dan produk
transformasi. Contoh hasil metabolitme sel mikroba adalah antibiotik, alkohol,
aldehid, fussel oil dan asam-asam organik. Fermentasi dapat dilakukan dalam
kondisi aerob dan anaerob. Tujuan dari percobaan ini untuk memahami
persiapan proses fermentasi, agar mahasiswa mampu mengoprasikan fermentor,
dan menghasilkan produk berbasis rekayasa bioproses. Pada kondisi aerob,
akseptor elektron terakhir adalah oksigen sedangkan pada kondisi anaerob,
akseptor elektron terakhir adalah senyawa organik berupa glukosa. Tahapan
proses yang dilakukan pada saat fermentasi adalah tahap persiapan medium
fermentasi, tahap sterilisasi, tahap penyiapan inokulum, tahap pelaksanaan
fermentasi, tahap pengambilan dan pengujian sampel, tahap penentuan growth
yield dan tahap penentuan laju pertumbuhan spesifik maksimum. Dari hasil
percobaan yang telah dilakukan, pada 1 jam pertama jumlah alkohol yang
diperoleh dari hasil destilasi sebanyak 4% volum dan jumlah alkohol yang
diperoleh pada 4 jam feermentasi sebanyak 4,5% volum. Dari hasil ini terlihat
bahwa semakin lama waktu fermentasi, maka semakin banyak jumlah alkohol
yang diperoleh dan sebaliknya semakin cepat waktu fermentasi, maka semakin
sedikit jumlah alkohol yang diperoleh.

Keywords: fermentasi, mikroba, produk metabolit dan waktu fermentasi


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


Mahasiswa mampu memahami persiapan proses fermentasi, mampu
mengoperasikan fermentor dan mampu menghasilkan produk berbasis rekayasa
bioproses.

1.2 Dasar Teori


Fermentasi merupakan proses aktivitas mikroba pada bahan pangan
sehingga dihasilkan produk yang dikehendaki. Mikroba yang umumnya terlibat
dalam fermentasi adalah bakteri, khamir dan kapang. Contoh bakteri yang
digunakan dalam fermentasi adalah Acetobacter xylinum pada pembuatan nata de
coco, Acetobacter aceti pada pembuatan asam asetat. Contoh khamir dalam
fermentasi adalah Saccharomyces cerevisiae dalam pembuatan alkohol dan
contoh kapang adalah Rhizopus sp pada pembuatan tempe, Monascus purpureus
pada pembuatan angkak dan sebagainya. Fermentasi dapat dilakukan
menggunakan kultur murni ataupun alami serta dengan kultur tunggal ataupun
kultur campuran. Fermentasi menggunakan kultur alami umumnya dilakukan
pada proses fermentasi tradisional yang memanfaatkan mikroorganisme yang ada
di lingkungan. Salah satu contoh produk pangan yang dihasilkan dengan
fermentasi alami adalah gatot dan growol yang dibuat dari singkong. Tapai
merupakan produk fermentasi tradisional yang diinokulasi dengan kultur
campuran dengan jumlah dan jenis yang tidak diketahui sehingga hasilnya sering
tidak stabil. Ragi tapai yang bagus harus dikembangkan dari kultur murni. Kultur
murni adalah mikroorganisme yang akan digunakan dalam fermentasi dengan
sifat dan karakteristik yang diketahui dengan pasti sehingga produk yang
dihasilkan memiliki stabilitas kualitas yang jelas.
Fermentasi dapat dilakukan secara aerobik ataupun anaerobik. Respirasi
anaerobik atau fermentasi tidak menggunakan O2 sebagai akseptor elektron
terakhir. Sel-sel tertentu tidak mampu melalui seluruh proses respirasi seluler
secara aerobik kerena sel-sel tersebut tidak memiliki mitokondria atau kekurangan
enzim untuk memanfaatkan oksigen. Beragam organisme menggunakan jalur
fermentasi kebanyakan prokariotik dan protista. Organisme pelaku fermentasi
disebut fermenter. Industri fermentasi dalam pelaksanaan proses dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu mikroba, bahan baku, sifat proses, pilot plant dan faktor
sosial ekonomi.
1.2.1 Mikroba
Mikroba dalam industri fermentasi merupakan faktor utama, sehingga harus
memenuhi syarat-syarat tertentu sebagai berikut.
a. Murni
Dalam proses-proses tertentu harus menggunakan biakan murni (dari
satu strain tertentu) yang telah diketahui sifat-sifatnya. Untuk menjaga agar
biakan tetap murni dalam proses maka kondisi lingkungan harus dijaga tetap
steril. Penggunaan kultur tunggal mempunyai resiko yang tinggi karena
kondisi harus optimum. Untuk mengurangi kegagalan dapat digunakan biakan
campuran. Keuntungan penggunaan biakan campuran adalah mengurangi
resiko apabila mikroba yang lain tidak aktif melakukan fermentasi. Dalam
bidang pangan penggunaan biakan campuran dapat menghasilkan aroma yang
spesifik.
b. Unggul
Pada kondisi fermentasi yang diberikan, mikroba harus mampu
menghasilkan perubahan-perubahan yang dikehendaki secara cepat dan hasil
yang besar. Sifat unggul mikroba untuk menghasilkan produk yang diinginkan
harus dapat dipertahankan. Hal ini berkaitan dengan kondisi proses yang
diharapkan, dimana kondisi proses harus sesuai dengan jenis mikroba yang
digunakan. Proses rekayasa genetik dapat dilakukan untuk memperbaiki sifat
jasad dengan maksud mempertinggi produk yang diharapkan dan mengurangi
produk-produk ikutan.
c. Stabil
Pada kondisi proses dalam fermentor yang diberikan harus sesuai dengan
jenis mikrobanya, mikroba harus mempunyai sifat-sifat yang tetap, tidak
mengalami perubahan karena mutasi atau lingkungan.
d. Non patogen
Mikroba yang digunakan adalah bukan mikroba yang bukan patogen,
patogen bagi manusia maupun hewan, kecuali untuk produksi bahan kimia
tertentu. Jika digunakan mikroba patogen harus dijaga agar tidak menimbulkan
reaksi samping pada lingkungan.

1.2.2 Bahan Baku


Bahan dasar untuk kepentingan fermentasi dapat berasal dari hasil-hasil
pertanian, perkebunan maupun limbah industri. Bahan dasar yang umum
digunakan di negara berkembang adalah sebagai berikut.
a. Hasil perkebunan: molase ampas tebu, kulit kopi, kulit coklat, sabut kelapa
b. Hasil pertanian: jerami, singkong, ubi jalar, susu daging dan ikan
c. Limbah cair dan padat, sisa pabrik dan sampah

1.2.3 Fermentor
Fermentor adalah tempat berlangsungnya fermentasi dapat berupa alat
dengan kerja aerob ataupun anaerob. Fermentor yang digunakan dalam produksi
etanol tergantung pada bahan baku yang digunakan. Penggunaan bahan baku gula
dapat langsung dengan fermentor anaerob sedangkan jika akan digunakan dengan
bahan baku dari pati atau karbohidrat harus ada proses sakarifikasi (hidrolisis)
sehingga minimal ada dua fermentor.

1.2.4 Proses Fermentasi


Fermentasi dapat diartikan juga sebagai suatu proses produksi energi dalam
sel dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah
salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi terdapat definisi yang lebih jelas
yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik
dengan tanpa akseptor elektron eksternal. Beberapa contoh hasil fermentasi adalah
etanol, asam laktat dan hidrogen. Akan tetapi beberapa komponen lain dapat juga
dihasilkan dari fermentasi seperti asam butirat dan aseton. Ragi dikenal sebagai
bahan yang umum digunakan dalam fermentasi untuk menghasilkan etanol dalam
bir, anggur dan minuman beralkohol lainnya. Ragi dimasukan kedalam Respirasi
anaerobik dalam otot mamalia selama kerja yang keras (yang tidak memiliki
akseptor elektron eksternal) dapat dikategorikan sebagai bentuk fermentasi.
Fermentasi bahan pangan merupakan hasil kegiatan beberapa mikroorganisme.
Agar proses fermentasi dapat berjalan dengan baik, tentunya beberapa faktor yang
mempengaruhi kegiatan dari mikroorganisme perlu pula diperhatikan. Beberapa
faktor utama yang mempengaruhi proses fermentasi adalah sebagai berikut.
a. Suhu
Suhu sebagai salah satu faktor lingkungan terpenting yang mempengaruhi
dan menentukan macam organisme yang dominan selama fermentasi.
b. Oksigen
Udara atau oksigen selama proses fermentasi harus diatur sebaik mungkin
untuk memperbanyak atau menghambat pertumbuhan mikroba tertentu. Setiap
mikroba membutuhkan oksigen yang berbeda jumlahnya untuk pertumbuhan atau
membentuk sel-sel baru dan untuk fermentasi.
c. Substrat
Seperti halnya makhluk lain, mikroorganisme juga membutuhkan suplai
makanan yang akan menjadi sumber energi dan menyediakan unsur-unsur kimia
dasar untuk pertumbuhan sel. Substrat (makanan) yang dibutuhkan oleh mikroba
untuk kelangsungan hidupnya berhubungan erat dengan komposisi kimianya.
d. Air
Mikroorganisme tidak dapat tumbuh tanpa adanya air. Air dalam substrat
yang digunakan untuk pertumbuhan mikroorganisme dinyatakan dalam istilah
water activity atau aktivitas air (aw), yaitu perbandingan antara tekanan uap dari
larutan (P) dengan tekanan uap air murni (Po) pada suhu yang sama.
1.2.5 Fasa Pertumbuhan Mikroba
Pertumbuhan kultur mikroba umumnya dapat digambarkan dalam suatu kurva
pertumbuhan. Pertumbuhan mikroba dapat terbagi dalam beberapa tahap seperti
berikut.
a. Fasa stationer adalah fasa yang disebut fasa adaptasi/lag phase. Pada saat
ini mikroba lebih berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan dan medium
baru daripada tumbuh ataupun berkembang biak. Pada saat ini mikroba berusaha
merombak materi-materi dalam medium agar dapat digunakan sebagai nutrisi
untuk pertumbuhannya. Bila dalam medium ada komponen yang tidak dikenal
mikroba, mikroba akan memproduksi enzim ekstraselular untuk merombak
komponen tersebut. Fasa ini juga berlangsung seleksi. Hanya mikroba yang dapat
mencerna nutrisi dalam medium untuk pertumbuhannya lah yang dapat bertahan
hidup.
b. Fasa pertumbuhan dipercepat adalah fasa dimana mikroba sudah dapat
menggunakan nutrisi dalam medium fermentasinya. Pada fasa ini mikroba banyak
tumbuh dan membelah diri sehingga jumlahnya meningkat dengan cepat.
c. Fasa eksponensial adalah akhir fasa pertumbuhan dipercepat. Pada fasa ini
laju pertumbuhan tetap pada laju pertumbuhan maksimum (μmaks). Nilai μmaks ini
ditentukan oleh konstanta jenuh/saturasi substrat. Nilai μmaks untuk setiap mikroba
juga tertentu pada masing-masing substrat.
d. Fasa pertumbuhan diperlambat mulai pada akhir fasa eksponensial.
Pertumbuhan mikroba yang begitu cepat tidak diimbangi tersedianya nutrisi yang
cukup. Jika fermentasi dilakukan secara batch, dimana umpan nutrisi dimasukkan
hanya pada awal proses fermentasi, pada waktu tertentu saat jumlah mikroba yang
mengkonsumsi nutrisi tersebut melebihi daya dukung nutrisi akan terjadi
kekurangan nutrisi. Hal lain yang memperlambat pertumbuhan mikroba adalah
terjadinya inhibisi ataupun represi yang terjadi karena terakumulasinya produk
metabolit sekunder hasil aktifitas fermentasi mikroorganisme.
e. Fasa kematian terjadi apabila nutrisi sudah benar-benar tidak dapat lagi
mencukupi kebutuhan mikroorganisme. Keadaan ini diperparah oleh akumulasi
produk metabolit primer dan sekunder yang tidak dipanen sehingga terus
menginhibisi ataupun merepresi pertumbuhan sel mikroorganisme. Selain itu
umur sel juga sudah tua, sehingga pertahanan sel terhadap lingkungan yang
berbeda dari kondisi biasanya juga berkurang.

Gambar 1.1 Kurva karakteristik pertumbuhan sel dalam medium fermentor

Analisis dari bagian exponential phase dari kurva pertumbuhan Gambar 1.1
adalah bahwa sel tidak hanya bertambah dalam konsentrasinya tetapi juga dalam
laju peningkatan konsentrasi sel. Sel adalah katalis yang self-reproducing
(autocatalysts), yaitu dapat mengkatalisa reaksi dan juga memproduksi katalis
lebih banyak lagi. Saat jumlah sel meningkat, laju bio reaksi juga akan meningkat
sehingga jika kondisi lainnya tetap konstan maka laju peningkatan jumlah sel
(biomass) akan tergantung dari konsentrasi sel yang ada dalam reaktor yang
dituliskan sebagai berikut.
dX
 X ....................................................... (1)
dt
dimana X adalah konsentrasi biomass dalam bioreaktor (g/l) dan α adalah slope
kurva pertumbuhan sel.
Ekspresi proporsionalitas dalam persamaan (1) dapat ditambahkan dengan sebuah
konstanta yang disebut specific growth rate (μ), sehingga menjadi:
dX
 X ...................................................... (2)
dt
dimana μ adalah laju pertumbuhan specific growth rate.
Doubling time (tD) adalah ekspresi yang biasa dipakai mikrobiologis untuk
menyatakan laju pertumbuhan sel, yaitu waktu yang dibutuhkan oleh populasi sel
untuk melipat gandakan dirinya. Selama exponensial phase, tD akan selalu
konstan. Hubungan antara doubling time dan specific growth rate dapat dituliskan
sebagai berikut.
2X
ln  t D ............................................................ (3)
X
Jika konsentrasi biomass double time dari X1 menjadi 2 X1 selama doubling time,
tD (= t2 – t1) kemudian persamaan 4 menjadi:
ln 2  t D .............................................................. (4)
Sehingga hubungan antara doubling time dan specific growth rate diperoleh
ln2
t D ................................................................... (5)

Yield koefisien biomass adalah berat rata-rata biomass dihasilkan per berat
substrat digunakan. Contoh untuk kultur batch, Y dihitung sebagai
X X  X0
Y   …..…….......……………... (6)
S S0  S
dimana
X = massa sel pada saat t
X0 = massa sel awal
S = massa glukosa pada saat t
S0 = massa glukosa awal
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN

2.1 Alat-alat yang digunakan


a. Vessel fermentor
b. Autoclave
c. Aluminium foil
d. Erlenmeyer 1000 ml
e. Erlenmeyer 250 ml
f. Kain kasa
g. Kapas
h. Benang
i. Karet gelang
j. Bunsen
k. Vortex mixer

2.2 Bahan-bahan yang digunakan


a. Glukosa 100 gr
b. Urea 4 gr
c. Superphospat 1 gr
d. Dolomit 0,5 gr
e. Akuades 5 L
f. CH3COOH 0,1 M 63 ml
g. CH3COONa 0,1 M 37 ml
h. Ragi 50 gr

2.3 Prosedur Percobaan


2.3.1 Penyiapan Mediun/Substrat
1. Urea, superphospat dan dolomit ditimbang lalu dilarutkan sampai volumnya
3900 ml dalam vessel fermentor.
2. CH3COOH 0,1 M 63 ml dan CH3COONa 0,1 M 37 ml ditambahkan ke
dalam fermentor.
3. Setelah itu fermentor dimasukkan ke autoclave.
4. Autoclave diatur pada suhu 1210C dan waktu 15 menit.
5. Setelah proses selesai, pembukaan autoclave ditunggu hingga suhu autoclave
turun dibawah 1000C, kemudian vessel fermentor dikeluarkan dan
didinginkan pada suhu kamar.
6. Glukosa 100 gr ditimbang dan dilarutkan sampai 500 ml.
7. Fermentor ditutup dengan menggunakan kapas, lalu ditutup lagi
menggunakan aluminium foil.
8. Akuades sebanyak 400 ml dimasukkan ke dalam erlenmeyer 1000ml dan 100
ml ke dalam 250 ml.
9. Kedua erlenmeyer ditutup menggunakan kapas, lalu ditutup lagi dengan
aluminium foil.
10. Erlenmeyer dimasukkan ke dalam autoclave

2.3.2 Penyiapan Inokulum


1. Ragi ditimbang 50 gr dan dihaluskan.
2. Akuades dimasukkan ke erlenmeyer, penambahan dilakukan secara aseptik
dan hati-hati.
3. Erlenmeyer diguncang hingga suspensi homogen.
4. Setelah itu erlenmeyer dimasukkan ke inkubator selama +16 jam.

2.3.3 Fermentasi
1. Vessel fermentor yang berisi larutan nutrisi telah disterilkan dipasang pada
tempatnya.
2. Larutan glukosa steril dimasukkan ke dalam vessel fermentor secara aseptik
3. Fermentor dihidupkan.
4. Larutan inokulum ditambahkan ke dalam vessel fermentor secara aseptik
(dengan menggunakan lampu spiritus).

5. Kecepatan agitasi diatur pada 350 rpm.


6. Sampel diambil pada waktu 0,25; 1; 2; 3 dan 4 jam fermentasi.

2.3.4 Analisa Sampel Glukosa


1. Larutan sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan sentrifus pada 2000
rpm selama 15 menit.
2. Supernatan (filtrat) dipisahkan dan diambil untuk analisa glukosa terlarut.
3. Sampel diencerkan hingga 250 kali.
4. Larutan supernatan sebanyak 3 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
5. Reagen antron 0,2% sebanyak 6 ml ditambahkan dan dikocok selama 5 menit
dengan vortex mixer sehingga timbul warna hijau.
6. Sampel didinginkan dalam air (suhu kamar).
7. Sampel diukur menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang ()
520 nm.

2.3.5 Analisa Sampel Mikroba


1. Sampel sebanyak 10 ml disaring.
2. Lalu sampel dicuci dengan akuades.
3. NaCl 0,1 M ditambahkan beberapa tetes.
4. Setelah itu dicuci dengan akuades.
5. Miselia dikeringkan pada suhu 1100C sampai beratnya konstan.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Berat Sel Kering dan Glukosa


Pada tahapan ini, substrat yang digunakan adalah glukosa dan
mikroorganisme yang digunakan adalah Saccaromyces cerreviceae. Pada saat
fermentasi berlangsung glukosa akan terurai oleh mikroorganisme seiring dengan
berjalannya waktu. Menurut Brock & Madigan (1991) semakin lama waktu
fermentasi maka semakin besar konsentrasi sel yang diperoleh. Namun
perkembangan jumlah sel memiliki titik maksimum yang apabila dilewati
konsentrasi sel mikroba akan berkurang. Hal ini diakibatkan karena pada suatu
titik jumlah nutrisi dalam proses akan habis sehingga mikroba tidak memperoleh
asupan energi yang cukup untuk pertumbuhan. Pada Gambar 3.1 terlihat
konsentrasi sel maksimum pada waktu 3 jam fermentasi. Schlegel (1994)
menyebutkan bahwa sebelum mencapai titik maksimum, jumlah mikroba akan
terus meningkat tanpa adanya fluktuasi sedangkan hasil percobaan menunjukkan
pada 1 jam pertama terjadi penurunan jumlah sel mikroba. Hal ini dapat
diakibatkan kesalahan dalam penimbangan massa sel kering oleh praktikan.
0.025

0.02

0.015
(gr/ml)

Konsentrasi sel
0.01
Konsentrasi glukosa

0.005

0
0 1 2 3 4 5
Waktu (jam)

Gambar 3.1 Kurva konsentrasi sel dan glukosa terhadap waktu fermentasi

Menurut Kumalaningsih & Hidayat (1995), semakin lama waktu fermentasi


maka semakin kecil konsentrasi glukosa yang tertinggal dalam medium. Hal ini
disebabkan glukosa dikonversi menjadi alkohol oleh mikroba. Gambar 3.1
menunjukkan berkurangnya konsentrasi glukosa selama 4 jam fermentasi (sesuai
dengan teori yang ada).

3.2 Jumlah Alkohol yang dihasilkan


Pada Gambar 3.2 terlihat perbandingan jumlah alkohol pada waktu 1 dan 4
jam. Pada waktu 1 jam diperoleh konsentrasi alkohol 4% volum sedangkan pada
waktu 4 jam diperoleh sebesar 4,5% volum. Terlihat seiring bertambahnya waktu,
konsentrasi alkohol semakin meningkat dikarenakan glukosa terurai menjadi
alkohol.
4.6
4.5
4.4
% Volum alkohol

4.3
4.2
4.1
4
3.9
3.8
3.7
1 4
Waktu (jam)

Gambar 3.2 Perbandingan alkohol pada 1 dan 4 jam fermentasi

Menurut Kumalaningsih & Hidayat (1995), konsentrasi alkohol akan


meningkat hingga mencapai titik maksimum. Glukosa yang merupakan bahan
baku pembuatan alkohol akan terus terurai sepanjang proses fermentasi
berlangsung. Dengan meningkatnya jumlah alkohol menyebabkan terjadinya
inhibisi pada mikroba. Hal ini menyebabkan terdapat sejumlah mikroba yang mati
dikarenakan produk metabolit sekunder yang terbentuk.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
a. Konsentrasi sel berbanding lurus dengan waktu fermentasi, semakin lama
waktu proses maka konsentrasi sel akan meningkat.
b. Konsentrasi glukosa semakin kecil seiring bertambahnya waktu fermentasi.
c. Penurunan konsentrasi sel disebabkan berkurangnya nutrisi dalam fermentor
dan terbentuknya alkohol yang menghambat pertumbuhan mikroba.
d. Pada waktu fermentasi 1 jam, alkohol yang dihasilkan 4% volum sedangkan
pada 4 jam dihasilkan alkohol sebanyak 4,5% volum.
4.2 Saran
a. Pemasangan kapas dan alumunium foil sebaiknya dilakukan secara benar
karena dikhawatirkan mikroba lain dapat masuk ke dalam
fermentor/erlenmeyer.
b. Pengambilan sampel dilakukan secara aseptik.

DAFTAR PUSTAKA

Brock, T. D. & Madigan, M. T. 1991. Biology of Microorganism Sixth edition.


New Jersey: Prentice Hall Englewood Cliffs.
Kumalaningsih, S. & Hidayat, N. 1995. Mikrobiologi Hasil Pertanian. Malang:
IKIP Malang.
Prakasham, R. S. & Ramakrishna, S. V. 1998. Microbial fermentations with
immobilized cells, Lecture Handouts. India: Biochemical and Environmental
Engineering, Indian Institute of Chemical Technology.
Schlegel, H. G. 1994. Mikrobiologi Umum. Edisi Keenam. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Tim Penyusun. 2012. Penuntun Praktikum Laboratorium Teknik Kimia II.
Pekanbaru: Program Studi S1 Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
Riau.

LAMPIRAN A
PERHITUNGAN

A.1 Perhitungan Pengenceran 250 kali


Sampel yang telah disentrifus, filtratnya diambil 10 ml dan diencerkan.
10 ml (sampel) + 90 ml (akuades) = 100 ml
Dari 100 ml diambil 10 ml, sehingga
10 ml + 40 ml (akuades) = 50 ml
Dari 50 ml diambil 10 ml, sehingga
10 ml + 40 ml (akuades) = 50 ml (pengenceran 250 kali)
A.2 Perhitungan Konsentrasi Glukosa

LAMPIRAN B
DATA HASIL PERCOBAAN

Tabel B.1 Data persiapan media dan sterilisasi


No. Variabel Data
Volum cairan (ml):
1  Larutan nutrisi 3900
 Larutan glukosa 300
2 pH 4,5
3 Suhu (°C) 121 o C
4 Waktu (menit) 15
5 Warna cairan Putih keruh
Tabel B.2 Data persiapan inokulum

No. Variabel Data


1 Volum cairan (ml) 500
2 Ragi (gr) 50
3 Warna inokulum Kuning lumpur

Tabel B.3 Data pertumbuhan mikroba

[Sel]
t (jam) Volum (ml) Massa (gr)
(gr/ml)
0,25 10 0,02 0,002
1 10 0,011 0,0011
2 10 0,027 0,0027
3 10 0,113 0,0113
4 10 0,006 0,0006

Tabel B.4 Data absorbansi glukosa

Volume [gluksosa]
t (jam) Absorbansi
(ml) (gr/ml)
0,25 10 0,215 0,008565
1 10 0,066 0,002558
2 10 0,060 0,002315
3 10 0,052 0,001993
4 10 0,061 0,002355

Anda mungkin juga menyukai