Anda di halaman 1dari 10

KETERKAITAN JARINGAN JALAN DAN LALU LINTAS DI KAWASAN SIMPANG ANTAPANI,

BANDUNG, JAWA BARAT.

Zahra Nur Alia


Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Bandung, Bandung 40012
E-mail : zahra.nur.tpjj15@polban.ac.id

ABSTRAK

Sistem transportasi dan pengembangan lahan (land development) saling berkaitan. Di dalam sistem
transportasi, tujuan dari perencanaan adalah menyediakan fasilitas untuk pergerakan penumpang dan barang
dari satu tempat ke tempat lain atau dari berbagai pemanfaatan lahan. Sistem jaringan jalan merupakan satu
kesatuan jaringan jalan yang terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder yang
terjalin dalam hubungan hierarki. Agar sistem transportasi/lalu lintas menjadi efisien, diperlukan jaringan
jalan yang direncanakan dengan baik agar mobilitas dan aksesibilitas kendaraan dalam jaringan tersebut
dapat teroptimalkan.
Kata Kunci: Jalan, Jalan Umum, Pengelompokan Jalan Umum, Jaringan Jalan, Lalu Lintas.

1. PENDAHULUAN berada dalam pengaruh pelayanannya dalam


Menurut Undang-undang No. 13 tahun 1980 satu hubungan hierarkis.
tentang jalan, jalan merupakan suatu prasarana Menurut Undang-Undang Republik Indonesia
perhubungan darat dalam bentuk apapun yang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan Angkutan Jalan, Bab I Ketentuan Umum, Pasal
pelengkap dan perlengkapannya yang 1 ayat (4) bahwa jaringan lalu lintas dan
diperuntukan bagi lalulintas. angkutan jalan adalah serangkaian simpul
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia dan/atau ruang kegiatan yang saling
Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan, Bab I terhubungkan untuk penyelenggaraan lalu
Ketentuan Umum, Pasal 1 ayat (18) bahwa lintas dan angkutan jalan.
sistem jaringan jalan adalah satu kesatuan ruas
jalan yang saling menghubungkan dan mengikat 2. TINJAUAN PUSTAKA

pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang


2.1 Tinjauan Pustaka  Bab III Peran, Pengelompokan, dan Bagian-
Menurut Undang-undang No. 13 tahun 1980 Bagian Jalan, Pasal 5 ayat (1) bahwa jalan
tentang jalan, jalan merupakan suatu prasarana sebagai bagian prasarana transportasi
perhubungan darat dalam bentuk apapun yang mempunyai peran penting dalam bidang
meliputi segala bagian jalan termasuk ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup,
bangunan pelengkap dan perlengkapannya politik, pertahanan dan keamanan, serta
yang diperuntukan bagi lalulintas. Bangunan dipergunakan untuk sebesar-besar
pelengkap jalan adalah bangunan yang tidak kemakmuran rakyat.
 Bab III Peran, Pengelompokan, dan Bagian-
dapat dipisahkan dari jalan seperti jembatan,
Bagian Jalan, Pasal 5 ayat (2) bahwa jalan
lintas atas (over pass), lintas bawah (under
sebagai prasarana distribusi barang dan jasa
pass) dan lain-lain. Sedangkan perlengkapan
merupakan urat nadi kehidupan masyarakat,
jalan antara lain rambu-rambu dan marka jalan,
bangsa, dan negara.
pagar pengaman lalulintas, pagar damija dan
 Bab III Peran, Pengelompokan, dan Bagian-
sebagainya.
Bagian Jalan, Pasal 5 ayat (3) bahwa jalan
yang merupakan satu kesatuan sistem
Menurut Undang-Undang No. 38 Tahun 2004
jaringan jalan menghubungkan dan mengikat
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang
meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan seluruh wilayah Republik Indonesia.
pelengkap dan perlengkapannya yang
2.2.2 Menurut UU RI No.34 Tahun 2006
diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada
 Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1
permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di
bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas ayat (4) bahwa jalan umum adalah
permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, jalan yang diperuntukkan bagi lalu
dan jalan kabel. lintas umum.
 Bab II Jalan Umum, Pasal 3 ayat (2)
2.2 Penggunaan Jalan bahwa penyelenggaraan jalan umum
2.2.1 Menurut UU RI No.38 Tahun 2004 diarahkan untuk pembangunan
 Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 ayat (5) jaringan jalan dalam rangka
bahwa jalan umum adalah jalan yang memperkokoh kesatuan wilayah
diperuntukkan bagi lalu lintas umum nasional sehingga menjangkau
 Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 ayat (6) daerah terpencil.
bahwa jalan khusus adalah jalan yang  Bab II Jalan Umum, Pasal 4 ayat (1)
dibangun oleh instansi, badan usaha, bahwa penyelenggara jalan umum
perseorangan, atau kelompok masyarakat wajib mengusahakan agar jalan
untuk kepentingan sendiri. dapat digunakan sebesar-besar
 Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 ayat (7) kemakmuran rakyat, terutama untuk
bahwa jalan tol adalah jalan umum yang meningkatkan pertumbuhan
merupakan bagian sistem jaringan jalan dan ekonomi nasional, dengan
sebagai jalan nasional yang penggunanya mengusahakan agar biaya umum
diwajibkan membayar tol. perjalanan menjadi serendah-
rendahnya.
 Bab II Jalan Umum, Pasal 4 ayat (2)
bahwa penyelenggara jalan umum Karakteristik jalan arteri primer adalah sebagai
wajib mendorong ke arah berikut :
terwujudnya keseimbangan
antardaerah, dalam hal  Jalan arteri primer didesain berdasarkan
pertumbuhannya kecepatan rencana paling rendah 60 (enam
mempertimbangkan satuan wilayah puluh) kilometer per jam (km/h);
pengembangan dan orientasi  Lebar Ruang Manfaat Jalan minimal 11
geografis pemasaran sesuai dengan (sebelas) meter;
struktur pengembangan wilayah  Jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien;
tingkat nasional yang dituju. jarak antar jalan masuk/akses langsung
minimal 500 meter, jarak antar akses lahan
langsung berupa kapling luas lahan harus di
2.3 Pengelompokan Jalan Umum
atas 1000 m2, dengan pemanfaatan untuk
2.3.1 Pengelompokan Jalan Menurut Sistem
perumahan;
2.3.1.1 Sistem Primer
 Persimpangan pada jalan arteri primer
Sistem jaringan jalan primer adalah sistem
diatur dengan pengaturan tertentu yang sesuai
jaringan jalan yang berada di luar daerah
dengan volume lalu lintas dan karakteristiknya;
perkotaan (rural area). Sistem ini terdiri dari
 Harus mempunyai perlengkapan jalan yang
dua kategori yaitu sistem jalan arteri primer
cukup seperti rambu lalu lintas, marka jalan,
dan sistem jalan kolektor primer.
lampu lalu lintas, lampu penerangan jalan, dan
A.) Jalan Arteri Primer
lain-lain;
Jalan arteri primer menghubungkan secara
 Jalur khusus seharusnya disediakan, yang
berdaya guna antar pusat kegiatan nasional
dapat digunakan untuk sepeda dan kendaraan
atau antara pusat kegiatan nasional dengan
lambat lainnya;
pusat kegiatan wilayah. Sistem jaringan jalan
 Jalan arteri primer mempunyai 4 lajur lalu
primer disusun berdasarkan rencana tata ruang
lintas atau lebih dan seharusnya dilengkapi
dan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk
dengan median (sesuai dengan ketentuan
pengembangan semua wilayah di tingkat
geometrik);
nasional, dengan menghubungkan semua
 Apabila persyaratan jarak akses jalan dan
simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-
atau akses lahan tidak dapat dipenuhi, maka
pusat kegiatan sebagai berikut:
pada jalan arteri primer harus disediakan jalur
menghubungkan secara menerus pusat
lambat (frontage road) dan juga jalur khusus
kegiatan nasional, pusat kegiatan wilayah,
untuk kendaraan tidak bermotor (sepeda,
pusat kegiatan lokal sampai ke pusat kegiatan
becak, dll).
lingkungan; dan menghubungkan antar pusat
kegiatan nasional, sebagai contoh Jalur Pantura
yang menghubungkan antara Sumatera dengan
B.) Jalan Kolektor Primer
Jawa di Merak, Jakarta, Semarang, Surabaya
sampai dengan Banyuwangi merupakan arteri Jalan kolektor primer adalah jalan yang
primer. dikembangkan untuk melayani dan
menghubungkan kota-kota antar pusat kegiatan barang dan jasa untuk masyarakat di dalam
wilayah dan pusat kegiatan lokal dan atau kawasan perkotaan yang menghubungkan
kawasan-kawasan berskala kecil dan atau secara menerus kawasan yang mempunyai
pelabuhan pengumpan regional dan pelabuhan fungsi primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi
pengumpan lokal. sekunder kedua, fungsi sekunder ketiga, dan
seterusnya sampai ke persil.
Karakteristik Jalan Kolektor Primer

 Jalan kolektor primer dalam kota A.) Jalan Arteri Sekunder


merupakan terusan jalan kolektor primer luar Jalan arteri sekunder adalah jalan yang
kota. melayani angkutan utama dengan ciri-ciri
 Jalan kolektor primer melalui atau menuju
perjalanan jarak jauh kecepatan rata-rata
kawasan primer atau jalan arteri primer. tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi
 Jalan kolektor primer dirancang seefisien,dengan peranan pelayanan jasa
berdasarkan kecepatan rencana paling rendah distribusi untuk masyarakat dalam kota.
40 (empat puluh) km per jam. Didaerah perkotaan juga disebut sebagai jalan
 Lebar badan jalan kolektor primer tidak
protokol.
kurang dari 7 (tujuh) meter Karakteristik Jalan Arteri Sekunder:
 Jumlah jalan masuk ke jalan kolektor
 Jalan arteri sekunder menghubungkan :
primer dibatasi secara efisien. Jarak antar jalan
masuk/akses langsung tidak boleh lebih pendek
1. kawasan primer dengan kawasan
dari 400 meter.
sekunder kesatu.
 Kendaraan angkutan barang berat dan bus
2. antar kawasan sekunder kesatu.
dapat diizinkan melalui jalan ini.
3. kawasan sekunder kesatu dengan
 Persimpangan pada jalan kolektor primer
kawasan sekunder kedua.
diatur dengan pengaturan tertentu yang sesuai
4. jalan arteri/kolektor primer dengan
dengan volume lalu lintas nya.
kawasan sekunder kesatu.
 Harus mempunyai perlengkapan jalan yang
cukup seperti rambu lalu lintas, marka jalan,  Jalan arteri sekunder dirancang berdasarkan
lampu lalu lintas dan lampu penerangan jalan. kecepatan rencana paling rendah 30 (tiga
 Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada puluh) km per jam.
umumnya lebih rendah dari jalan arteri primer.  Lebar badan jalan tidak kurang dari 8
 Dianjurkan tersedianya Jalur Khusus yang (delapan) meter.
dapat digunakan untuk sepeda dan kendaraan  Lalu lintas cepat pada jalan arteri sekunder
lambat lainnya. tidak boleh terganggu oleh lalu lintas
lambat.
 Akses langsung dibatasi tidak boleh lebih
2.3.1.2 Sistem Sekunder
pendek dari 250 meter.
Sistem jaringan jalan sekunder disusun
 Kendaraan angkutan barang ringan dan bus
berdasarkan rencana tata ruang wilayah
untuk pelayanan kota dapat diizinkan
kabupaten/kota dan pelayanan distribusi
melalui jalan ini.
 Persimpangan pads jalan arteri sekunder  Jalan kolektor sekunder dirancang
diatur dengan pengaturan tertentu yang berdasarken kecepatan rencana paling
sesuai dengan volume lalu lintasnya. rendah 20 (dua puluh) km per jam.
 Jalan arteri sekunder mempunyai kapasitas  Lebar badan jalan kolektor sekunder tidak
same atau lebih besar dari volume lalu lintas kurang dari 7 (tujuh) meter.
rata-rata.  Kendaraan angkutan barang berat tidak
 Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan diizinkan melalui fungsi jalan ini di daerah
sangat dibatasi dan seharusnya tidak pemukiman.
dizinkan pada jam sibuk.  Lokasi parkir pada badan jalan-dibatasi.
 Harus mempunyai perlengkapan jalan yang  Harus mempunyai perlengkapan jalan yang
cukup seperti rambu, marka, lampu cukup.
pengatur lalu lintas, lampu jalan dan lain-  Besarnya lalu lintas harian rata-rata pads
lain. umumnya lebih rendah dari sistem primer
 Besarnya lala lintas harian rata-rata pada dan arteri sekunder.
umumnya paling besar dari sistem sekunder
yang lain. 2.3.2 Pengelompokan Jalan Menurut Fungsi
 Dianjurkan tersedianya Jalur Khusus yang
dapat digunakan untuk sepeda dan kendaraan 1. Jalan Arteri,
lambat lainnya.
 Jarak selang dengan kelas jalan yang sejenis
Jalan Arteri adalah jalan umum yang berfungsi
lebih besar dari jarak selang dengan kelas jalan untuk melayani angkutan utama dengan ciri
yang lebih rendah. perjalanan jarak jauh, kecepatan rencana > 60
km/jam, lebar badan jalan > 8 m, kapasitas
jalan lebih besar daripada volume lalu lintas
B.) Jalan Kolektor Sekunder rata-rata, tidak boleh terganggu oleh kegiatan
Jalan kolektor sekunder adalah jalan yang lokal, dan jalan primer tidak terputus, dan
melayani angkutan pengumpulan atau sebagainya.
pembagian dengan ciri-ciri perjalanan jarak
sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah 2. Jalan Kolektor
jalan masuk dibatasi, dengan peranan
Jalan kolektor adalah jalan yang digunakan
pelayanan jasa distribusi untuk masyarakat di
untuk melayani angkuatan
dalam kota.
pengumpul/pembagi dengan ciri perjalanan
jarak sedang, kecepatan rencana >40 km/jam,
Karakteristik Jalan Kolektor Sekunder:
lebar badan jalan > 7 m, kapasitas jalan lebih
 Jalan kolektor sekunder menghubungkan: besar atau sama dengan volume lalu lintas rata-
rata, tidak boleh terganggu oleh kegiatan lokal,
1. antar kawasan sekunder kedua. dan jalan primer tidak terputus, dan
2. kawasan sekunder kedua dengan sebagainya.
kawasan sekunder ketiga.
3. Jalan Lokal
Jalan lokal adalah jalan umum yang digunakan dalam wilayah kabupaten dan jalan strategis
untuk melayani angkutan setempat denan ciri kabupaten.
perjalanan dekat, kecepatan rencana > 40 4. Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem
km/jam, lebar jalan > 5 m, jaringan sekunder yang menghubungkan
antarpusat pelayanan dalam kota,
4. Jalan Lingkungan menghubungkan pusat pelayanan dengan
persil, menghubungkan antarpersil serta
Jalan lingkungan adalah jalan umum yang menghubungkan antarpusat pemukiman
digunakan untuk melayani angkutan yang berada di dalam kota.
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, 5. Jalan desa adalah jalan umum yang
dan kecepatan rata-rata rendah. menghubungkan kawasan dan atau antar
pemukiman di dalam desa serta jalan
lingkungan

2.3.3 Pengelompokan Jalan Menurut Status 2.3.4 Pengelompokan Jalan Menurut Kelas
Pengelompokkan Jenis klasifikasi jalan Jenis klasifikasi jalan di Indonesia juga
bertujuan untuk mewujudkan kepastian hukum
dikelompokkan berdasarkan muatan sumbu antara
penyelenggaraan jalan sesuai dengan
kewenangan pemerintah dan pemerintah lain jalan kelas I, jalan kelas II, jalan kelas IIIA,
daerah. Berdasarkan administrasi jalan kelas IIIB, dan jalan kelas IIIC. Berikut
pemerintahan, jalan diklasifikasikan ke dalam penjelasan dari klasifikasi jalan di Indonesia.
jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten,
jalan kota, dan jalan desa. Berikut penjelasan
jenis klasifikasi jalan di Indonesia.
1. Jalan kelas I adalah jalan arteri yang dapat
dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan
1. Jalan Nasional adalah jalan arteri atau dengan ukuran lebar tidak melebihi 2500
kolektor yang menghubungkan antar milimeter, ukuran panjang tidak melebihi
ibukota provinsi dan jalan strategis nasional 18000 milimeter dan muatan sumbu terberat
dan jalan tol. yang diizinkan lebih besar dari 10 ton, yang
2. Jalan Provinsi adalah jalan kolektor yang saat ini masih belum digunakan di Indonesia
menghubungkan ibukota provinsi dengan namun sudah mulai dikembangkan di berbagai
ibukota kabupaten atau kota, antar negara maju seperti Perancis yang telah
kabupaten dan jalan strategis provinsi. mencapai muatan sumbu terberat sebesar 13
3. Jalan Kabupaten adalah jalan lokal dalam ton.
sistem jaringan jalan primer yang tidak 2. Jalan kelas II adalah jalan arteri yang dapat
termasuk jalan yang menghubungkan dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan
ibukota kabupaten dengan ibokota dengan ukuran lebar tidak melebihi dari 2500
kecamatan, antaribukota kecamatan, mm. Ukuran panjang tidak melebihi 18000
ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan mm dan muatan sumbu terberat yang diizinkan
lokal, antarpusat kegiatan lokal serta jalan 10 ton. Jalan kelas ini merupakan jalan yang
umum dalam sistem jaringan jalan sekunder sesuai untuk angkutan peti kemas.
3. Jalan kelas III A adalah jalan arteri atau sistem jaringan jalan disusun dengan
kolektor yang dapat dilalui kendaraan mengacu pada rencana tata ruang
bermotor termasuk muatan dengan ukuran
wilayah dan dengan memperhatikan
lebar tidak melebihi 2500 mm, ukuran panjang
tidak melebihi 18000 mm dan muatan sumbu keterhubungan antarkawasan dan/atau
terberat yang diizinkan 8 ton. dalam kawasan perkotaan, dan kawasan
4. Jalan kelas III B adalah jalan kolektor yang
perdesaan.
dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk
c. Menurut Undang-Undang Republik
muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi
2500 mm, ukuran panjang tida melebihi 12000 Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 Tentang
mm. dan muatan sumbu terberat yang Jalan, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1
diizinkan 8 ton. ayat (18) bahwa sistem jaringan jalan
5. Jalan kelas III C adalah jalan lokal dan
adalah satu kesatuan ruas jalan yang
lingkungan yang dapat dilalui kendaraan
bermotor termasuk muatan dengan ukuran saling menghubungkan dan mengikat
lebar tidak melebihi 2100 mm, ukuran panjang pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah
tidak melebihi 9000 mm dan muatan sumbu
yang berada dalam pengaruh
terbera yang diizinkan 8 ton.
3. Keterkaitan Jaringan Jalan dan Lalu Lintas pelayanannya dalam satu hubungan
Sebelum mengetahui keterkaitan antara hierarkis.
jaringan jalan dengan lalu lintas, maka dapat
2. Lalu Lintas
dilihat pengertian jaringan jalan dan lalu lintas a. Menurut Undang-Undang Republik
sebagai berikut; Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang
1. Jaringan Jalan
a. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Bab I
Indonesia Nomor 34 Tahun 2006, Bab II Ketentuan Umum, Pasal 1 ayat (2)
Jalan Umum, Bagian Kedua Sistem bahwa lalu lintas adalah gerak kendaraan
Jaringan Jalan, Pasal 6 ayat (1) bahwa dan orang di ruang lalu lintas jalan.
b. Menurut Undang-Undang Republik
sistem jaringan jalan merupakan satu
Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang
kesatuan jaringan jalan yang terdiri dari
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Bab I
sistem jaringan jalan primer dan sistem
Ketentuan Umum, Pasal 1 ayat (3)
jaringan jalan sekunder yang terjalin
bahwa angkutan adalah perpindahan
dalam hubungan hierarki.
b. Menurut Peraturan Pemerintah Republik orang dan/atau barang dari satu tempat
Indonesia Nomor 34 Tahun 2006, Bab II ke tempat lain dengan menggunakan
Jalan Umum, Bagian Kedua Sistem kendaraan di ruang lalu lintas jalan.
Jaringan Jalan, Pasal 6 ayat (2) bahwa
c. Menurut Undang-Undang Republik Penambahan/rekayasa jaringan jalan yang
Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang tepat pun dapat menjadi suatu solusi jika
ruas jalan/ simpang sudah mencapai tingkat
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Bab I
kejenuhan yang tinggi, dan akan
Ketentuan Umum, Pasal 1 ayat (4) mengakibatkan tingkat kejenuhan semakin
bahwa jaringan lalu lintas dan tinggi dan akan merambat pada jaringan
jalan lainnya jika penambahan/rekayasa
angkutan jalan adalah serangkaian
jaringan jalannya tidak tepat.
simpul dan/atau ruang kegiatan yang
saling terhubungkan untuk Contohnya pada simpang Antapani,
Bandung. Dikarenakan flyover dibangun
penyelenggaraan lalu lintas dan
untuk menghubungkan Jl. Jakarta dan Jl.
angkutan jalan. Terusan Jalan Jakarta, lalu lintas dari arah
d. Menurut Undang-Undang Republik Kiaracondong yang akan memasuki ruas Jl.
Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Terusan Jalan Jakarta selalu terjadi antrian
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Bab I panjang dan kendaraan terjebak di
persimpangan karena ketika lampu lalu
Ketentuan Umum, Pasal 1 ayat (11) lintas sudah merah pun kendaraan belum
bahwa ruang lalu lintas jalan adalah memasuki kaki simpang.
prasarana yang diperuntukkan bagi
Kendaraan yang masuk dari Jl. Ibrahim
gerak pindah kendaraan, orang, Adjie ke Jl. Terusan Jakarta pun seringkali
dan/atau barang yang berupa jalan dan tersendat dikarenakan arus yang memasuki
fasilitas pendukung. ruas jalan tersebut banyak tetapi ruas jalan
sempit akibat adanya flyover tersebut.
Dapat diambil kesimpulan dari pengertian
Tetapi flyover tersebut pun mengurangi
lalu lintas poin c, bahwa keterkaitan
panjang antrian lalu lintas dari arah Jl.
jaringan jalan dan lalu lintas adalah untuk
Terusan Jakarta yang menuju Jl. Jakarta.
tersenggelarakannya lalu lintas dan
angkutan jalan dibutuhkan jaringan
jalan/serangkaian simpul dan/atau ruang
kegiatan yang saling terhubungkan. 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Selain itu, variabel karakteristik arus lalu Pada mata kuliah Teknik Lalu Lintas, adapun
lintas utama yaitu; volume, kecepatan, dan hal-hal yang harus dipahami yaitu mengenai
kepadatan dari suatu ruas jalan dapat apa itu jalan, penggunaan jalan, bagaimana
dipengaruhi oleh jaringan jalan, tergantung pengelompokan jalan umum, dan apa itu lalu
lintas dan keterkaitannya dengan jaringan jalan.
dari ada berapa bangkitan dan tarikan yang
menggunakan akses ruas tersebut. 3.2 Saran
Hendaknya dalam menentukan atau
merencanakan jaringan jalan untuk suatu
simpang atau ruas jalan, dibutuhkan analisa
teknik lalu lintas yang tepat agar tingkat
Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor
kejenuhan dapat berkurang.
38 Tahun 2004 tentang “jalan”.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia,


Nomor 34 Tahun 2006 tentang “jalan”.
DAFTAR PUSTAKA
Maulana, Muhammad Fikri. 2014.
Pd T-18-2004 B tentang “Pedoman Klasifikasi “Karakteristik dan Pengelompokan Jaringan
Jalan”
Fungsi Jalan di Kawasan Perkotaan.

Anda mungkin juga menyukai