Anda di halaman 1dari 10

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/266261059

HUBUNGAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA


PADA TERAPI EMPIRIS DENGAN KEPEKAAN
BAKTERI DI ICU RSUP FATMAWATI JAKA....

Article · January 2011

CITATION READS

1 5,041

3 authors, including:

Siti Fauziyah Maksum Radji


University of Indonesia University of Indonesia
8 PUBLICATIONS 10 CITATIONS 74 PUBLICATIONS 272 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Development of Herbal Material for Cosmetic View project

my Project is the Validating of potential inappropriate medication among elderly View project

All content following this page was uploaded by Maksum Radji on 01 October 2014.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 5 No. 3 Januari 2011: 150 -158

HUBUNGAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA


TERAPI EMPIRIS DENGAN KEPEKAAN BAKTERI DI
ICU RSUP FATMAWATI JAKARTA
Siti Fauziyah1, Maksum Radji1, Nurgani A.2
1
Departemen Farmasi, FMIPA Universitas Indonesia
2
Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta - Indonesia

Korespondensi: Drs. Maksum Radji, M.Biomed. PhD., Apt.


Departemen Farmasi, FMIPA Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia
email: maksum@farmasi.ui.ac.id

ABSTRACT
The study was motivated by the high use of antibiotics in empirical therapy in intensive care
unit (ICU), without having to wait for the results of bacterial sensitivity. This study use cross-
sectional study design, retrospective data collection of medical records and data were
analyzed with logistic regression. Results showed a significant correlation between the
intensity of the use of antibiotics in empirical therapy with a sensitivity of bacteria with P =
0.000 (P less than α = 0.05), with the results of antibiotic ceftriaxone is the greatest give the
relationship of bacterial resistance. From this results it is suggested that the rotation of
antibiotics (antibiotic cycling) should be done based on usage and antibiotic sensitivity
patterns of bacteria.
Keywords: Antibiotics, sensitivity, bacteria

ABSTRAK
Penelitian tentang penggunaan antibiotika pada terapi empiris dengan kepekaan bakteri di
ruang ICU RSUP Fatmawati Jakarta, dilatarbelakangi oleh tingginya penggunaan antibiotika
dalam terapi empiris di ruang perawatan intensive care unit (ICU), tanpa harus menunggu
hasil kepekaan bakteri. Penelitian ini menggunakan rancangan studi potong lintang (cross
sectional), pengambilan data secara retrospektif terhadap rekam medik dan data dianalisis
dengan uji regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan
antara intensitas penggunaan antibiotika pada terapi empiris dengan kepekaan bakteri
dengan nilai P=0,000 (P lebih kecil dari α=0,05), dengan hasil seftriakson merupakan
antibiotika yang paling besar memberikan hubungan terhadap resistensi bakteri. Dari hasil
penelitian ini dosarankan agar dilakukan perputaran penggunaan antibiotika (antibiotic
cycling) berdasarkan pola penggunaan antibiotika dan pola kepekaan bakteri.
Kata kunci: antibiotika, kepekaan, bakteri

PENDAHULUAN Resistensi bakteri adalah masalah


Penggunaan antibiotika lebih dari besar, karena dapat meningkatkan
satu jenis dan dalam waktu lama morbiditas dan mortalitas serta biaya
seringkali untuk penanganan perawatan kesehatan. Penanganan
komplikasi infeksi berat di rumah sakit pasien di intensive care unit (ICU)
yang merupakan salah satu faktor terhadap infeksi dibutuhkan terapi lebih
pemicu terjadinya resistensi bakteri. cepat, tanpa harus menunggu hasil

150
Hubungan penggunaan antibiotika dengan kepekaan bakteri di RSUP
(Siti Fauziah, Maksum Radji, Nurgani A.)

kepekaan bakteri untuk mencegah penggunaan yang diberikan secara


terjadinya infeksi lebih lanjut (1,2). perenteral. Variabel terikat adalah
Studi tentang pola kepekaan kuman kepekaan bakteri dari hasil uji kultur
terhadap antibiotika di ruang rawat terhadap antibiotika yang digunakan
intensif rumah sakit Fatmawati Jakarta selama terapi empiris. Dari hasil uji
dalam kurun waktu 2001–2002, tersebut ditandai dengan huruf S
menunjukkan jenis kuman patogen (sensitive) dan I (Intermediate) dan R
adalah Pseudomonas sp., Klebsiella (resistent), dimana S dan I dinyatakan
sp., Escherichia coli, Streptococcus β sebagai bakteri yang sensitif. Variabel
haemolyticus, Staphylococcus perancu adalah hal-hal yang dapat
epidermidis dan Staphylococcus mempengaruhi hasil penelitian adalah
aureus dan mempunyai resistensi karakterisktik pasien, meliputi: penyakit
tertinggi terhadap ampisilin, penyerta atau komplikasi penyakit,
amoksisilin, penisillin G, tetrasiklin dan tindakan operasi, penggunaan
kloramfenikol (3). ventilator, dan lama penggunaan
Tujuan penelitian ini adalah ventilator. Analisis dilakukan beruturut-
mengetahui hubungan penggunaan urut secara statistik deskriptif terhadap
antibiotika pada terapi empiris dari segi karakteristik subjek penelitian, analisis
intensitas penggunaan maupun bivariat dan analisis multivariat.
kuantitas penggunaan (dalam DDD)
terhadap kepekaan bakteri di ruang
HASIL DAN PEMBAHASAN
perawatan ICU RSUP Fatmawati
Jakarta selama periode Januari 2009-
Karakteristik sampel
Maret 2010.
Jumlah pasien yang dirawat di ruang
perawatan intensif care unit (ICU)
METODE PENELITIAN RSUP Fatmawati Jakarta selama bulan
Januari 2009 sampai Maret 2010 yang
Desain penelitian ini menggunakan
memenuhi inklusi adalah 133 orang.
rancangan studi potong lintang (cross
Hasil analisis deskriptif terhadap
sectional). Pengambilan data secara
karakteristik pasien, diperoleh jumlah
retrospektif terhadap data sekunder
pasien laki-laki sebanding dengan
berupa catatan registrasi pasien,
jumlah perempuan, sedangkan usia
catatan buku suntik dan rekam medik
pasien terbanyak yang diindikasikan
periode Januari 2009 – Maret 2010.
menjalani perawatan di ICU adalah
Populasi dalam penelitian ini adalah
usia produktif ( 25 sampai 65 tahun).
seluruh pasien yang dirawat di ruang
Hal ini mencerminkan tingkat atau taraf
perawatan intensif RSUP Fatmawati
kesehatan di Indonesia masih rendah,
yang menerima antibiotika parenteral
artinya belum sesuai dengan harapan
dan mempunyai lembar hasil uji
pemerintah, yaitu: meningkatkan
kepekaan bakteri. Sampel dalam
kesadaran, kemauan, dan kemampuan
penelitian ini adalah pasien yang
hidup sehat bagi setiap orang agar
menerima antibiotika parenteral pada
terwujud derajat kesehatan masyarakat
terapi empiris, bukan rujukan dari ruang
yang setinggi-tingginya, sebagai
rawat inap dan mempunyai hasil uji
investasi bagi pembangunan sumber
kepekaan terhadap antibiotika yang
daya manusia yang produktif secara
diberikan secara empiris. Penentuan
sosial dan ekonomis (4).
besar sampel ditentukan dengan cara
Gambaran penggunaan ventilator,
perhitungan total sampel.
menunjukkan 30,1% pasien
Variabel bebas dalam penggunaan
membutuhkan alat bantu pernafasan di
antibiotika pada terapi empiris yang
awal perawatan. Hal ini berhubungan
dihitung berdasarkan intensitas
dengan tingginya pasien yang
penggunaan dan atau jumlah dosis
151
Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 5 No. 3 Januari 2011: 150 -158

menjalani tindakan operasi besar, Pemeriksaan kondisi klinis terhadap


seperti laparotomi dan kraniotomi, yaitu infeksi menjadi dasar bagi klinisi untuk
35% dan pasien dengan obstruksi memberikan antibiotika sebagai terapi
penafasan. Rata-rata lama empiris dan berdasarkan pada
penggunaan ventilator yang dihitung pemeriksaan jumlah leukosit pasien.
sampai waktu pengambilan uji kultur Hasil pengamatan jumlah leukosit rata-
adalah 2,2 hari, 42,3% pengambilan uji rata menunjukkan bahwa pemberian
kultur dilakukan sehari setelah antibiotika adalah sesuai indikasi
pemasangan ventilator. Hal ini infeksi. Salah satu tanda infeksi dapat
bertujuan, agar sedini mungkin dapat diamati dari jumlah leukosit > 10 ribu/μl
diketahui jenis bakteri yang menyertai (7).
penyakit pasien, sehingga dapat
dijadikan dasar terapi antibiotika Profil Penggunaan Antibiotika
definitif. Pengambilan uji kultur di awal Hasil pengkodean dan perhitungan
pemasangan ventilator juga bertujuan dengan metode ATC/DDD terhadap
untuk memprediksi jenis bakteri 133 sampel diperoleh 12 jenis
penyebab infeksi akibat penggunaan antibiotika empiris yang mempunyai
ventilator (VAP = ventilator associated hasil uji kepekaan bakteri seperti pada
pneumonia). Menurut Pingleton SK, Gambar 1. Tingginya penggunaan
Fragon JY dan Leeper KV5, Ventilator- seftriakson disebabkan kurang lebih
associated pneumonia terjadi karena 60% pasien yang dirawat dengan
bakteri nosokomial pneumonia yang status ekonomi bawah, yaitu pasien
berkembang dalam tubuh pasien yang dengan status jaminan kesehatan dari
menggunakan alat bantu pernafasan. Gakin, SKTM dan Jamkesmas. Cara
VAP pada umumnya terjadi antara 48 pemberian obat ini cukup nyaman
sampai 72 jam setelah intubasi trakeal hanya diberikan sehari sekali dalam
(5-6). infus atau bolus (8).

Gambar 1. Profil penggunaan antibiotika dari sampel penelitian

Metronidazol menempati urutan diindikasikan untuk infeksi intra


kedua dengan pertimbangan abdomen anaerob, enterokolitis yang
mekanisme kerja obat yang aktif terkait antibiotik dan abses otak (9).
terhadap protozoa, sehingga Kombinasi dengan antibiotika golongan

152
Hubungan penggunaan antibiotika dengan kepekaan bakteri di RSUP
(Siti Fauziah, Maksum Radji, Nurgani A.)

sefalosporin atau carbapenem yang lebih sederhana, mekanisme


diharapkan mencapai target terapi yang kerjanya menghambat sintesis dinding
lebih luas dan efek kerja yang sel bakteri pada tahap paling awal (10).
maksimal (10). Obat ini aktif terhadap P. aeruginosa,
Meropenem dan imipenem adalah Serratia marescen, S. aureus, E. coli
antibiotika sintetis ß-laktam dan efektif dan bakteri patogen yang resisten
sebagai antispeudomonal. multiobat.. Penggunaan fosfomisin
Penggunaannya dibatasi, karena hanya sangat terbatas karena
untuk infeksi oleh bakteri resisten mempertimbangkan efek samping yang
penicillin, sefalosporin, atau multiobat ditimbulkan yaitu meningkatkan kerja
antibiotika (misalnya P. aeruginosa dan enzim hati.
Acinetobacter spp.). Siprofloksasin dan
levofloksasin adalah golongan Profil Resistensi Bakteri
kuinolon. Perbedaan antara Berdasarkan data hasil uji kepekaan
levofloksasin dan siprofloksasin adalah bakteri terhadap berbagai jenis
siprofloksasin termasuk agen yang kuat antibiotika dari seluruh pasien yang
terhadap gram negatif termasuk pada dirawat di ruang perawatan ICU RSUP
bakteri P. aeruginosa, sedangkan Fatmawati, diperoleh profil persentase
levofloksasin mempunyai potensi dua resistensi bakteri seperti terdapat pada
kali lipat terhadap gram positif (10). gambar 2.
Fosfomisin Na termasuk golongan
antibiotika baru dengan struktur kimia

Gambar 2. Resistensi antibiotika golongan sefalosporin

Gambar 2 menunjukkan bahwa sefalosporin generasi keempat seperti


hampir pada semua bakteri telah sefepim adalah antibiotika yang
resisten terhadap sefaleksin diatas mempunyai resistensi terkecil (kurang
75%; bakteri S. epidermidis, E. dari 60%).
aerogenes dan Klebsiella spp telah Pada gambar 3 tampak bahwa
resisten terhadap seftazidime diatas golongan carbapenem dan
60%; bakteri E. coli telah resisten aminoglikosida (kecuali gentamisin)
terhadap seftriakson kurang dari 60%, yang masih menunjukkan sensitivitas
sedangkan S. epidermidis, E. yang tinggi terhadap berbagai bakteri
aerogenes, P. aeruginosa, Klebsiella dengan persentase masih dibawah
spp dan Serratia spp., lebih dari 60%; 40%. Pada gambar 4 tampak bahwa
153
Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 5 No. 3 Januari 2011: 150 -158

fluorokuinolon telah resisten terhadap epidermidis, E. aerogenes, P.


bakteri Klebsiella spp dan Serratia aeruginosa dan E. coli; fosfomisin
liquertisier, dengan persentase lebih masih efektif melawan berbagai jenis
dari 60%; resistensi fluorokuinolon bakteri.
terendah ditunjukkan pada bakteri S.

Gambar 3 Resistensi antibiotika golongan carbapenem dan aminoglikosida

Gambar 4 Resistensi antibiotika golongan kuinolon dan Fosfomisin

Analisis Hubungan Penggunaan Koefisien Kontingensi (C) menunjukkan


Antibiotika dengan Kepekaan hubungan bermakna antara variabel
Bakteri jenis antibiotika dan variabel kepekaan
Analisis hubungan antara bakteri, dengan nilai probabilitas 0,000
penggunaan antibiotika yang diberikan (P value lebih kecil dari α = 0,05). Nilai
secara parenteral pada terapi empiris, rasio odds (RO) seftriakson yang
baik jenis maupun jumlahnya dalam resisten dibandingkan dengan yang
DDD, dengan variabel-variabel lain sensitif adalah 4,67 (70/15); RO
yang memungkinkan berhubungan seftazidim yang resisten dibandingkan
dengan kepekaan bakteri dilakukan dengan yang sensitif adalah 2,0 (12/6),
dengan tabulasi silang dengan Uji sehingga relatif odds seftriakson
154
Hubungan penggunaan antibiotika dengan kepekaan bakteri di RSUP
(Siti Fauziah, Maksum Radji, Nurgani A.)

dibandingkan dengan seftazidim adalah Tabel 1.


2,33 (4,67/2,0), dapat dilihat pada

Tabel 1. Analisis tabulasi silang antara penggunaan antibiotika dan variabel-


variabel perancu terhadap kepekaan bakteri
Inklusi N= 133 CI = 95%
No Uraian
Jumlah Persentase P
1 Jenis Kelamin:
Laki-laki 77 57,9%
0,871
Perempuan 56 42.1%
2 Usia:
≤ 18 tahun 3 2,3%
19 - 25 tahun 18 13,5%
0,194
26 - 65 tahun 81 60,9%
≥ 66 tahun 31 23,3%
3 Cara keluar dari ICU:
Meninggal 85 63,9%
0,072
Pindah/Pulang paksa 48 36,1%
4 Penyakit penyerta:
Ada 33 24,8%
0,460
Tidak ada 100 75,2%
5 Tindakan operasi:
Ada 47 35,3%
0,627
Tidak ada 86 64,7%
6 Penggunaan ventilator
Menggunakan 40 30,1%
0,380
Tidak menggunakan 93 69,9%
7 Jumlah Leukosit sebelum
pemberian antibiotika, rata- 15,6 0,555
rata (hari)
8 Lama penggunaan ventilator
0,648
sebelum uji kultur (hari)
9 Lama penggunaan Antibiotika
0,631
selama uji kultur (hari)
10 Jenis Isolat dalam Uji Kultur:
Nanah/Pus 5 3,8%
Dahak/Sputum 118 88,7% 0,305
Urin/Urine 10 7,6%
11 Jenis Antibiotika Empiris:
Siprofloksasin 11 6,9%
Levofloksasin 19 11,9%
Imipenem 4 2.5%
Meropenem 11 6,9%
0,000
Sefotaksim 2 1,2%
Seftazidim 18 11,3%
Seftriakson 85 53.1%
Fosfomisin 12 7,5%

Berdasarkan hasil analisis regresi kepercayaan (CI = 95%), dengan nilai


logistik diperoleh konstanta persamaan probabilitas 0,000 (P value lebih kecil
regresi -1,482 pada interval dari α = 0,05) (Tabel 2). Variabel-

155
Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 5 No. 3 Januari 2011: 150 -158

variabel yang masuk dalam persamaan = e(3,561) = 35,20. Imipenem adalah jenis
regresi logistik adalah jenis antibiotika. antibiotika yang paling besar
Hal ini menunjukkan bahwa intensitas memberikan hasil sensitif, dan
penggunaan antibiotika mempunyai seftriakson adalah antibiotika yang
pengaruh terhadap sensitivitas bakteri, paling kecil memberikan hasil sensitif,
dan dapat digambarkan dengan artinya setiap 1 kali pemberian
persamaan regresi logistik. Rasio odds seftriakson, kemungkinan diperoleh
yang diperoleh untuk siprofloksasin hasil resisten lebih besar dibandingkan
adalah RO = e(B) = e(0,971) = 2,64 jenis antibiotika yang lain.
(artinya setiap 1 kali pemberian Logit (sensitivitas bakteri) = ln [S/(1-S)]
siprofloksasin mempunyai kesempatan = -1,482 + 0,971 siprofloksasin + 2,639
2,64 kali memberikan hasil sensitif fosfomisin + 22,684 imipenem - 0,128
dibandingkan dengan seftriakson); levofloksasin + 1,194 meropenem –
rasio odds fosfomisin adalah RO = e(B) 19,721 sefotaksim + 1,327 seftazidim

Tabel 2. Analisis regresi logistik antara penggunaan antibiotika dan terhadap


kepekaan bakteri
Variabel Konstanta regresi Probabilitas Exp (B)
1 Seftriakson 0,034
2 Siprofloksasin 0,971 0,216 2,640
3 Fosfomisin 3,561 0,001 35,200
4 Imipenem 22,684 0,999 7,108E9
5 Levofloksasin -0,128 0,910 0,880
6 Meropenem 1,194 0,143 3,300
7 Sefotaksim -19,721 0,999 0,000
8 Seftazidim 1,327 0,034 3,771
Konstanta
-1,482 0,000 0,214
persamaan regresi

Berdasarkan penelitian yang telah secara statistik tidak menunjukkan


dilakukan, secara statistik ditemukan signifikansi, hal ini disebabkan karena
hubungan bermakna antara intensitas rata-rata lama pemberian antibiotika
jenis antibiotika yang diberikan sebagai empiris adalah 2,5 hari, dengan
terapi empiris dengan kepekaan frekuensi 82,6% diberikan selama 3
bakteri. Hal ini menunjukkan bahwa hari sebelum pengambilan uji kultur,
penggunaan antibiotika tertentu secara sehingga dimungkinan penggunaan
terus-menerus dalam kurun waktu antibiotika belum menyebabkan
tertentu berhubungan terhadap terjadinya infeksi sekunder yang akan
kepekaan bakteri, yaitu meningkatkan memicu terjadinya resistensi. Menurut
resistensi bakteri. Kollef (11) Pratiwi13 belum ada pedoman yang
menyatakan bahwa salah satu strategi baku untuk lama pemberian antibiotika
untuk mencegah timbulnya resistensi empiris, tetapi setelah diberikan
antibiotika adalah dengan melakukan antibiotika empiris sebaiknya dilakukan
perputaran penggunaan antibiotika evaluasi selama 48-72 jam (de-esklasi
(antibiotic cycling), yaitu menghentikan antibiotika), jika tidak ada perbaikan
penggunaan antibiotika tertentu untuk maka perlu dilakukan penggantian
beberapa periode dan menggunakan antibiotika, jika terdapat perbaikan
kembali pada periode waktu berikutnya. maka pemberian antibiotika dapat
Analisis terhadap besarnya dilanjutkan sampai pasien
hubungan kuantitas penggunaan menunjukkan respon klinik baik dan
antibakteri dengan kepekaan bakteri penggunaan antibiotika dihentikan

156
Hubungan penggunaan antibiotika dengan kepekaan bakteri di RSUP
(Siti Fauziah, Maksum Radji, Nurgani A.)

setelah 7 hari, dengan catatan bakteri menunjukkan hasil yang signifikan


etiologinya bukan P.aeruginosa. karena jumlahnya hanya 13,6% dari
Penyakit penyerta atau komplikasi, total sampel yang menggunakan
tindakan operasi secara statistik tidak ventilator. Penggunaan ventilator
menunjukkan hubungan yang melalui intubasi nasal sebaiknya tidak
bermakna, karena tingkat keparahan lebih dari 48 jam, untuk menghindari
berhubungan erat dengan lama hari kontaminasi nosokomial yang
rawat. Semakin tinggi tingkat mengakibatkan infeksi akibat
keparahan semakin lama pasien penggunaan ventilator/VAP. VAP akan
dirawat dirumah sakit, sehingga terjadi antara 48 sampai 72 jam setelah
memungkinkan terjadinya infeksi dilakukan intubasi trakeal (5).
nosokomial. Demikian juga dapat Dari hasil penelitian ini disarankan
terjadi pada pasien yang disertai agar dilakukan evaluasi penggunaan
komplikasi atau adanya penyakit antibiotika secara periodik,
penyerta. berdasarkan peta kuman yang ada,
Penggunaan ventilator dan lama dan selanjutnya dilakukan perputaran
waktu penggunaan ventilator tidak penggunaan antibiotika dengan tujuan
memberikan hubungan yang bermakna membatasi resistensi antibiotika.
secara statistik, karena selisih rata-rata Gambar 5 menunjukkan beberapa
penggunaan ventilator terhadap waktu strategi perputaran penggunaan
pengambilan kultur memberikan nilai 2 antibiotika yang ditawarkan oleh Kollef
hari, dengan frekuensi 42,3% dilakukan (6) dan telah dimodifikasi untuk
mengambilan uji kultur sehari setelah mencegah terjadinya resistensi dan
pemasangan ventilator, sehingga mencapai heterogenitas antibiotika.
dimungkinkan belum terjadi infeksi atas pertimbangan profil penggunaan
akibat penggunaan ventilator. Pasien antibiotika dan kepekaan bakteri yang
yang menggunakan ventilator lebih dari terdapat di ruang perawatan ICU RSUP
72 jam, kemungkinan dapat terinfeksi Fatmawati.
VAP, akan tetapi dalam analisis tidak

1. Kuinolon Seftazidim Carbapenem Seftriakson


Kuinolon Seftazidim Carbapenem Seftriakson

2. Kuinolon Carbapenem Sefalosporin Kuinolon

3. Kuinolon + Seftriakson Kuinolon + Seftazidim Kuinolon +


Carbapenem

Gambar 5. Strategi pencapaian heterogenitas antibiotika. Tanda panah didefinisikan


sebagai unit waktu/periode.

KESIMPULAN DAN SARAN memberikan hasil sensitif, dan


seftriakson adalah antibiotika yang
Dari hasil penelitian ini dapat
paling kecil memberikan hasil sensitif,
disimpulkan bahwa terdapat hubungan
artinya setiap 1 kali pemberian
yang bermakna antara intensitas
seftriakson, kemungkinan diperoleh
penggunaan antibiotika empiris dengan
hasil resisten lebih besar dibandingkan
kepekaan bakteri dengan konstanta
jenis antibiotika yang lain.
persamaan regresi logistik sebesar -
Dari hasil penelitian ini juga
1,482. Imipenem adalah jenis
disarankan agar dilakukan evaluasi
antibiotika yang paling besar
157
Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 5 No. 3 Januari 2011: 150 -158

penggunaan antibiotika secara 5. Pingleton SK, Fagon JY, Leeper KV Jr.


periodik, berdasarkan peta kuman yang Patient selection for clinical
ada, dan selanjutnya dilakukan investigation of ventilator-associated
perputaran penggunaan antibiotika pneumonia: criteria for evaluating
diagnostic techniques. Chest 1992;
dengan tujuan membatasi resistensi
102 (Suppl 1): 553S-556S.
antibiotika. 6. Kollef MH. The Prevention of
Ventilator-Associated Pneumonia:
DAFTAR PUSTAKA Current Concept, New England
Journal of Medicine 1999; 25: 627–
1. Blot S, Koenraad V, De Bacquer D, 34.
Colardyn F. Nosocomial Bacteremia 7. Wells BG, Dipiro JT, Schwinghammer
Caused by Antibiotic‐Resistant TL, Hamilton CW. Pharmacotherapy
Gram‐Negative Bacteria in Critically Ill Handbook. Sixth edition. New York:
Patients: Clinical Outcome and Length The Mc. Graw Hill Company USA;
of Hospitalization. Clinical Infectious 2005.
Diseases 2002; 34(12): 1600-1606. 8. Joynt GM, Lipman J, Gomesall CD,
2. Roder BL, Nielsen SL, Magnussen P. Young RJ, Wong EL, Gin T. The
Antibiotic usage in an intensive care Pharmacokinetics of once-daily dosing
unit in a Danish university hospital. of ceftriaxone in critically ill patients.
Journal of Antimicrobial Chemotherapy Journal of Antimicrobial Chemotherapy
1993; 32: 633-42. 2001; 47: 421-429.
3. Refdanita, Radji M, Nurgani A, 9. Katzung BG, Masters SB, Trevor AJ.
Endang P. Pola Kepekaan Kuman Basic and Clinical Pharmacology,
Terhadap Antibiotika di Ruang Intensif 11ed. USA: Lange-Mc Graw Hill Co.;
Rumah Sakit Fatmawati Jakarta tahun 2007.
2001-2002. Makara Kesehatan 2004; 10. Wilson JW, Estes LL. Mayo Clinic
8(2): 41-48. Antimicrobial Therapy: Quick Guide.
4. Republik Indonesia. Undang-undang Rochester USA: Mayo Clinic Scientific
Republik Indonesia nomor 36 tahun Press; 2008.
2009 tentang Kesehatan. Jakarta: 11. Kollef MH. Is Antibiotic Cycling the
Republik Indonesia; 2009. Answer to Preventing the Emergence
of Bacterial Resistance in the Intensive
Care Unit? Clinical Infectious Diseases
2006; 43: S82-88.

158

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai